Tahan!"
Eratan Demian menguat di bagian belakang tubuh Giana. Geraman rendah terdengar keseluruh sudut ruangan, seiringan dengan bayangan-bayangan yang mulai menyeruak kedalam pikirannya. Anehnya setiap kali ia membayangkannya saat bercinta seperti ini, visual wanita itu nampak seratus kali lebih jelas didepannya. Kali ini yang masuk adalah saat ia membawakan lagu Something to Love dengan berpenampilan seperti pilot wanita.
Mengerikan memang. Tapi itulah yang terjadi. Penampilannya berbeda-beda setiap ia masuk kedalam pikiran Demian, persis sesaat sebelum ia mencapai klimaks. Atau bisa dikatakan membantunya untuk cepat klimaks.
Demian mendorong tubuh Giana begitu saja kesampingnya. Permainan itu berlangsung cepat. Kemudian kepalanya jatuh tersandar di penyangga ranjang.Wanita itu terkulai lemas disebelahnya. Ia butuh beberapa waktu untuk menghirup udara banyak-banyak setelah pergumulannya dengan Demian malam ini.
"Kau memanggil nama itu lagi!" Giana menoleh kearahnya dengan tatapan merajuk. Sementara Demian tidak sedikitpun membuka mata. Pria berpostur mirip Frank Martin di film The Transporter tersebut mengatur napasnya baik-baik, lalu meninggalkannya di ranjang.
"Dan kau jalang paling idiot yang pernah kutemui," Demian meraih segelas air dingin dan menenggaknya cepat, "sudah berapa kali kukatakan itu adalah peraturan nomor satu jika kau ingin bercinta denganku. Tidak terkecuali untuk wanita jalang lainnya diluar sana."
Lalu Demian meninggalkannya menuju kamar mandi guna membersihkan diri dari sisa sesi bercintanya beberapa waktu yang lalu.
"Ya lucu saja kau memanggil-manggil nama wanita lain saat penismu ada didalam tubuhku! Aku jauh lebih cantik darinya, tampan!" teriak Giana dari ranjang sambil mengenakan pakaiannya lagi. Ia menghibur diri dengan berlenggok didepan cermin dan mengusap bekas lipstiknya yang belepotan dikedua sisi bibir. Tangannya sibuk meraih gelas wine dan memelintir rambut panjangnya yang berantakan. Khas wanita liar.
"Tutup mulutmu atau kurobek sampai rahangmu tak bisa menutup lagi."
Giana tidak terkejut mendengarnya. Ia sudah berhubungan dengan Demian sebanyak tiga kali dan pria itu kerap mengeluarkan kata-kata kasar saat mereka bercinta. Yang menurut Giana malah membuatnya menjadi semakin seksi dan menggairahkan. Wanita berdarah latin itu cukup beruntung karena biasanya Demian tidak pernah bercinta dengan wanita yang sama lebih dari satu kali.
Kemudian Giana baru akan menyahuti Demian ketika ponsel pria itu berdering nyaring. Membuatnya memutar bola mata penuh kesal.
Pengganggu! Batin Giana dengan mata yang berputar jengah.
Sementara Demian langsung mengangkat telepon tanpa melihat siapa pemilik panggilan. Sebab hanya dengan nada deringnya saja, ia sudah mengetahui siapa yang menelepon.
"Ya, Harry.”
"Serius kau belum turun?"
"Aku sedang siap-siap."
"Demian, kita Tuan Rumah acara ini. Wah, kudengar kau bahkan tidak memesan seseorang untuknya disini? Yang benar saja!"
"Dia bukan pecinta seks seperti begundal lainnya. Kupikir untuk ukuran ketua organisasi mafia lintas negara dia cukup--bagaimana aku menyebutnya ya--setia?"
"Kau pikir aku tahu? Hanya kau yang ada di Ring 1-nya. Aku ini bawahanmu kalau kau lupa. Berhentilah menyamakan aku dengan orang jahat seperti kalian."
Demian mengerjap sambil mengencangkan sabuk kulitnya, "kau adalah ketua penyedia jasa pembunuh bayaran, Harry. Bagaimana kau bisa disebut orang baik?"
"Aku hanya membunuh. Kalian membunuh, menjual narkoba, pemalsuan dokumen--"
"Kuharap kau menjamunya dengan baik. Aku tidak punya waktu lebih malam ini untuk mencarikannya mainan. Hari ini dia ada disuatu acara penghargaan. Aku harus sampai disana sebelum jam sebelas malam."
Giana menghentikan aktivitasnya seketika saat ia mendengar rencana Demian malam ini. Hatinya dongkol bukan main sebelum kemudian ia memutuskan untuk mengeluarkan isi hatinya, "kau tahu Demian? Kau memiliki segalanya tapi membosankan. Kau memasuki banyak lubang tapi hatimu hanya terpaku pada satu wanita," Giana menyesap wine-nya dalam sekali teguk, "terkadang setia dan terobsesi tidak jauh berbeda. Sama-sama menyedihkan!"
Agaknya pernyataan Giana sukses membawanya dirinya sendiri kedalam situasi yang mirip deskripsinya dengan mencari masalah. Karena sepersekian sekon setelah itu Demian benar-benar memutar tubuh kearahnya dengan sorot mata penuh makna. Banyak cara untuk mati didunia ini jika seseorang ingin mengakhiri hidupnya. Tapi bagi Demian, perkataan Giana barusan sudah cukup menjadi alasan untuk meminta pria itu untuk menghabisi hidupnya.
"Siapa dia?Kau bersama seseorang, Demian?"
Akhirnya Harry bersuara memecah hening diantara mereka. Demian tidak menghiraukan pertanyaan darinya diseberang sana. Pada detik selanjutnya ia mengeluarkan sebuah pistol dari dalam nakas disamping dan mengarahkannya pada Giana.
"Aku selalu mengalami kesulitan saat berbicara dengan manusia sepertimu. Daya nalar kalian lebih payah daripada seekor gorila."
Dan--
Dorr!!
Peluru itu terlepas dari tempatnya. Giana tumbang seketika. Gelas wine-nya jatuh kelantai dan pecah berantakan. Bagi pengidap obsesi parah seperti Demian, satu kata saja menyakiti wanita yang dipujanya, maka tidak ada alasan untuk orang itu hidup lebih lama lagi.
Cinta dan obsesi? Giana sepertinya sudah memberikan pidato singkat yang cukup bagus untuk pria itu.
"Ya, ya.. Puaskan saja hatimu. Begitu lebih baik. Aku tidak ingin ada dua Alex di New York malam ini. Kutunggu di basement."
**
Berbeda dengan acara penghargaan yang meriah, acara di sebuah hotel malam ini berlangsung cukup tenang. Tidak ada tepuk tangan atau sorak sorai untuk seorang penari telanjang seperti biasanya maupun wanita cantik lalu lalang selama acara itu berlangsung.
Hanya ada sepuluh meja di ballroom--dimeja paling tengah--adalah mereka yang menyandang status Vazhnyy Okhrannik; Garda Utama.
"Siapa yang mengganti ide acara ini?" Demian berbicara dalam bahasa rusia, melempar pertanyaan pada ketua mafia lainnya di meja itu. Seingat Demian, ia meminta pertunjukkan pole dancer sebagai tema acara pada manajemen hotel.
Pria yang paling penting diantara mereka tetiba menatapnya sembari melahap cheesecake, "kau keberatan?"
"Tidak Alex. Hanya saja aku merasa seperti salah masuk ruangan." kata Demian mengangkat kedua alisnya agak terkejut.
Alex terkekeh, "kupikir sekali-sekali kita harus berbuat baik, Dimitri. Tidak ada salahnya kan? Aku ingin memberi kejutan untuk tuan rumah disini."
Kedua bola mata Demian mengikuti arah kedua tangan seorang pembawa acara didepannya. Oh, ia tidak ingin repot-repot memikirkan tujuan Alex sebenarnya. Toh, hal tersebut akan diketahuinya dengan sendirinya nanti.
"Ada yang menawar lebih tinggi lagi?" tanya si pembawa acara lantang. Sayangnya tidak ada lagi tangan yang terangkat.
"Baiklah, 200.000 dollar untuk pedang yakuza terakhir! Selamat untuk Tuan Felix dibelakang sana. Mohon maju kedepan untuk menandatangani dokumen."
Harry menghampiri meja mereka dengan sebuah cocktail besar dan menaruhnya ditengah meja dimana Alex dan Demian berada. Kemudian ia duduk berbelakangan dengan kursi Alfonso. Meja yang ditempati Harry adalah tempat untuk para bawahan yang ditunjuk langsung oleh para Vazhnyy Okhrannik. Tebakan orang-orang rusia yang pernah Harry dengar itu benar. Organisasi mereka selalu menggunakan cara tradisional.Ketika cocktail itu ditaruh diatas meja, maka penawaran dimulai.Dan itu adalah salah satu kode tersembunyi bagi mereka.
Ketika Demian bertemupandang dengan Alfonso, bos mafia Eropa bagian utara dan timur itu yang menunjuk kearahnya, "bulan depan kau yang harus mencari ide acaranya."
Demian menarik satu sudut bibirnya keatas. Alfonso adalah orang yang paling gila pesta diantara mereka semua. Dan bisa ia tebak, Alfonso sudah terlihat mengantuk sebelum acara itu dimulai.
"Aku tidak akan mengabulkan keinginanmu untuk pesta kokain lagi.Terakhir itu diselenggarakan, kau harus dirawat satu minggu di rumah sakit seperti anak kecil terserang virus." goda Demian yang diikuti oleh tawa pria-pria lainnya dimeja itu.
Selain Alfonso yang menyebalkan, Demian cukup dekat dengan Alejandro, bos mafia eropa bagian barat dan selatan. Menurutnya, Alejandro seperti ular kobra. Sengit dan mematikan. Pria itu tak segan meminta upeti pada pejabat negara karena Alfonso memiliki cukup banyak back up didalam pemerintahan. Dan Demian sering iri padanya.
Lalu di sisi sebelah kiri Demian ada Frederick, si ahli menyamar dan jenius fisika yang memegang wilayah amerika. Dia sudah menjadi list buronan tetap FBI, tapi juga selalu lolos berulang kali. Dia bilang rahasianya adalah hidup ditempat paling kacau agar tidak terdeteksi. Demian sendiri belum pernah menemukan definisi kacau sesungguhnya seperti yang Frederick maksud.
Harry menerima sinyal dari jauh. Sinyal pertama dalam acara itu. Meja paling pinggir dari bawah panggung.
"Viktor, bawa kesini." perintah Alex yang juga peka akan sinyal tersebut. Harry mengangguk, lalu berjalan perlahan menghampiri meja itu.
Alex menerima secarik kertas dari Harry yang isinya berbunyi Blue chip program. One week-200%. NYC.
Berhasil membuat Harry yang mengintip dari samping kiri Alex melotot sembari menganga lebar. Lantas ia segera menoleh kearah Demian.
"Ini untukmu, Dimitri. Silakan buat penawaran." seru Alex memberikannya pada Demian.Pria dengan kulit kecoklatan itu tertegun sebentar. Sedangkan Harry menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali sampai dinding mulutnya ikut bergoyang lucu. Menurutnya, ia lebih baik membunuh seratus orang daripada menerima tawaran itu.
"Kenapa? Kau takut?" sindir Alex senang. Sepertinya hobinya akan menjatuhkan orang muncul beberapa detik lagi.
Demian hanya tertawa kecil seolah ginjalnya tergelitik. Tentu, ia tidak akan membiarkan Alex meracau. Diliriknya meja yang sudah memberikan kertas itu, seorang pria bertubuh gempal tengah tersenyum kearahnya. Lalu ia menuliskan sesuatu sebagai balasan surat itu dibawahnya.
Deal in 170.000.000 USD.
Cukup gila.
Kemudian Demian memperlihatkan jawabannya pada Alex dan rekan lain, yang disusul dengan anggukan mereka semua. Seorang pelayan menerima kertas dari pria itu dan memberikannya pada si pria gempal.
Tidak ada jawaban darinya. Ia terus saja membolak-balik kertas itu seperti siswa sekolah dasar yang mencari contekan untuk soal ujian.
"Aku tahu orang itu," kata Demian sambil melirik Rolex-nya. Pukul setengah sepuluh, "dia sedang terancam bangkrut, namanya Robert Downey. Dia pasti butuh kran dari saham-sahamnya."
Sebelum Robert Downey sempat mengirim balasan lagi, Alejandro, pemimpin Eropa bagian selatan menerima kertas lainnya dari waiter.
"Aku hanya terima sepuluh kasus bulan ini," pinta Alex sebelum kertas itu dibuka,"dan tidak ada pencucian uang lagi. FBI mencium jejak kita minggu lalu. Tidak menutup kemungkinan perbankan New York sudah menerima peringatan dari mereka."
Sayang sekali. Padahal Demian mencintai kasus satu itu.
"WeapTrade. 500.000 unit. Mongolia." seru Alejandro dengan mata berbinar.
"Terlalu sedikit. Minta dia untuk menaikkan jumlahnya tiga kali lipat." Alex menyuruhnya mengembalikan kertas itu.
Lalu Harry menerima kertas lainnya lagi dan memberikannya pada Alex.
Bloodelections. October.
Alex memandang Harry kali ini. Harry jarang berinteraksi dengan ketua organisasi mafia paling menakutkan ini. Kalau bukan karena ia orang dekatnya Demian, mungkin Harry tidak pernah ada didalam ballroom megah yang dihadirinya seperti malam ini.
Demian melihat isi kertas itu dan menoleh pada Harry, "ada yang ingin berbuat curang pada pemilu bulan oktober nanti. Mereka ingin kau membunuh salah satu calonnya."
Harry tertegun. Bukan hal mudah. Tapi juga bukan hal yang terlalu sulit.
"Baiklah."Jawabnya dalam bahasa rusia pada Alex.
"Tanyakan pada mereka dengan cara apa mereka ingin kau menghabisinya." pinta Alex lagi.
Demian mengurut pelipisnya. Ini tidak akan sebentar. Ini menyita waktu. Harusnya ia tahu itu.
Ah, tidak. Demian selalu mengetahuinya. Setiap pertemuan pasti akan memakan waktu setidaknya dua jam untuk saling bernegosiasi dan melempar harga. Tapi hari ini, ia tidak mengindahkan keinginan didalam hatinya. Raganya ada bersama mereka, tapi pikirannya dipenuhi oleh satu orang wanita yang sudah berdiam dipikirannya selama satu tahun ini. Wanita yang selalu terlihat suci dan bersinar seperti malaikat, meski ia tak pernah melihat makhluk yang namanya malaikat. Demian pikir ia bisa mengontrol emosinya. Tapi ternyata iapun tidak bisa menguasai dirinya sendiri.
"Aku minta maaf Alex," Demian menginterupsi saat mereka sedang membahas calon klien, "aku tidak bisa tinggal lebih lama."
Oh, tidak. Sekonyong-konyong Harry menahan napasnya untuk beberapa saat.
"Ada yang perlu kau bereskan Dimitri?" tanya Alfonso sedikit curiga. Meski ia tak tahu apa yang harus dicurigakannya.
Demian tidak yakin harus mengatakan alasan yang sebenarnya. Ia mungkin akan jadi bahan ejekan selama berbulan-bulan oleh pria-pria brengsek disekelilingnya sekarang, "aku lupa menghilangkan bukti kasus pembunuhan Gustov kemarin."
Mereka bertukar pandang.
Sial. Salah bicara. Pembunuhan adalah jatahnya Harry.
"Kenapa kau yang harus membereskannya? Apa dia tidak becus mengerjakannya?" cecar Alex sambil menunjuk Harry dengan dagunya.
Pertanyaan tersebut dijawab Demian tanpa jeda, "aku membantunya. Dia mabuk waktu itu."
Tidak bisa dipercaya!
"Hei! Apa-apaan kau!" kata Harry menggebrak mejanya masih dalam bahasa rusia. Teman dekat ternyata bisa menjadi orang yang paling utama ingin Harry celupkan kepalanya kedalam bak mandi.
Demian tergelak kecil, kemudian ia mencubit cepat dagu Harry dan berbicara dalam bahasa tagalog yang hanya bisa dimengerti oleh mereka berdua, "terimalah kasus Robert Downey untukku sayang. Dia akan menyanggupi harga itu. Aku akan membagi dua bayaranku denganmu sebagai permintaan maafku."
Lalu pria dilematik itu pergi. Dibelakang, Harry mencak-mencak dalam aksen tagalognya. Yang tentu saja tidak dimengerti oleh sebagian besar dari mereka. Ada untungnya ternyata menjadi tahanan sekelompok penyelundup senjata di kawasan Philipina selama enam bulan bersama—sahabat yang ingin dicelupkan kedalam bak mandi—itu.
Kira-kira bunyinya seperti "Dasar kau pecinta perempuan jalang! Hidupmu akan ada dineraka saat kau membuka matamu besok pagi! Terus saja membuntutinya seperti psikopat gila, dia takkan pernah menemuimu tanpa polisi dibelakangnya! Ingat itu, sialan!"
Sementara Demian hanya melemparkan gerakan hormat dua jari dan melayangkannya pada Harry sembari membelakanginya sebelum ia menutup pintu ballroom dan meninggalkan mereka.
Lingkungan mafia di eropa mengenalnya dengan nama yang diberikan Alex untuknya sebagai identitas kedua, Dimitri. Menjadi terkenal karena masuk di salah satu organisasi mafia paling terorganisir didunia. Ia dan fiskus di New York membentuk suatu aliansi sendiri dan menjadi mafia pajak terbesar di seluruh kota.
Ya, dia Demian Caleb. Dan pesonanya yang luar biasa berbahaya.
**
"Anna, setelah ini kau yang tampil." Wanita itu mengangguk, lalu celingak-celinguk mencari mic-nya. Lalu ia menemukannya tepat diatas kedua pahanya sendiri. Anna Stevenfield memiliki kulit seputih susu dengan mata yang berkelopak alami. Wajahnya memancarkan kebijaksanaan dan kehangatan dalam satu frekuensi yang bersamaan. Suara Anna juga sejernih embun pagi dengan rambut cokelat hazelnut yang tergerai panjang. Siapapun yang mendengar suara Anna kemudian bertemu dengannya, orang-orang akan salah menilainya dan melihatnya sebagai Dewi Kasih Sayang yang turun ke bumi. "Ok Tom, aku masuk sekarang ya." Tom memberikan anggukan pada Anna. Kemudian sesaat setelah wajahnya muncul di panggung, sorak sorai dan teriakan memenuhi ballroom, berlomba-lomba meneriakkan namanya agar mendapat perhatian. Hari ini ia membawakan lagu ballad selama 4 menit 17 detik. Lagu ciptaannya sendiri yang menjadi soundtrack drama Hollywood romanti
Demian merasakan sesuatu yang kokoh menyentak kepalanya. Disertai dengan bunyi khas yang sudah ia kenal baik selama hidup. Bunyi pelatuk. "Sial, Harry!" serta-merta ia membelalakkan kedua bola mata ketika sadar pistol milik Harry sudah menempel disisi kepalanya. Membuatnya refleks mengangkat kedua tangannya keatas. "Kubilang kan pagi ini kau sudah akan ada di neraka." kata Harry santai. Pria itu memiliki tatanan rambut klimis yang anak rambutnya selalu menuruni dahi. Sehingga jika kepalanya tertunduk, Harry harus sibuk meniupi anak rambut sialan itu agar tidak menutupi mata. Seperti sekarang. "Relax oke? Aku benar-benar terdesak tadi malam!" "Bisakah kau tidak melibatkanku terus dalam masalahmu? Alex jadi mencecarku semalaman karena kau bilang padanya kalau aku tidak becus menghilangkan bukti!" Sebenarnya ini bukan yang pertama kali Demian melakukan hal semacam kemarin, tetapi Harry tak juga mengerti wataknya. Lantas ia men
Demian telah selesai berkutat didalam ruang kerjanya. Butuh waktu semalaman untuk menghasilkan berpuluh-puluh kertas penuh angka dan rangkuman analisa yang siap ia bawa ke rekan rahasianya di bursa efek. Kali ketiga ia menghabiskan americano-nya, Demian bangkit dari tempat duduknya dengan mantap, melepaskan kacamata versace-nya dan melemparnya keatas meja begitu saja. Ia selalu emosional setiap mengerjakan kasus semacam ini. Tak heran. Memanipulasi harga saham adalah pekerjaan yang kelewat berat dan mengancam identitas. Walaupun nyatanya, Demian selalu berhasil melakukan hal itu tanpa kesalahan. Akan tetapi pekerjaannya kali ini membutuhkan double checked, triple checked kalau perlu. Ia merencanakan sesuatu yang sudah lama ia prediksi. "Apa kau gila! Aku sudah membayarmu sangat mahal dan sekarang kau meminta imbalan tambahan!" "Well.. Resikomu bukan hanya uang, tapi juga reputasi dan kepercayaan diri. Jadi imbalannya juga h
Dimitri's House. Anna setengah bergumam membaca tulisan didepan gerbang besi megah berwarna hitam mengkilat. Kemudian dua orang pengawal didepannya merentangkan satu tangan mempersilakan mobil yang ditumpanginya masuk. Pengawal yang lain menekan headset dibelakang telinga seraya memberi kabar bahwa yang ditunggu telah sampai. Mereka--para pengawal berpakaian serba hitam seperti di kebanyakan film action--menjemput Anna di apartment-nya tepat pukul tujuh malam. Louie dan Tom melepasnya di pintu apartment dengan sangat berat hati. "Oh yaampun, aku merasa seperti orang tua yang melepas anaknya pergi kerumah suaminya." "Louie, apa yang kau katakan! Dia mungkin akan mengalami pelecehan seksual, jadi aku memasang GPS di ponselnya!" Anna terus saja mengingat percakapan Louie dan Tom sebelum ia berangkat menuju rumah besar itu. "Kau harus segera menekan tombol cepat di kontakmu jika terjadi sesuatu, mengerti? Aku dan Louie tidak ak
Tentu, bagi Anna tidak ada alasan yang cukup kuat untuk membuatnya bahkan sekadar mempertimbangkan tawaran dari pria didepannya sekarang. Hidup hanya sekali—dan jika ia menyerahkannya pada seorang mafia yang bergelimang kesesatan seperti Demian Caleb—hal itu tak ada bedanya dengan menyia-nyiakan kesempatan untuk hidup. "Terima kasih atas tawarannya, tapi aku bisa menjaga diriku sendiri." Anna menganggukkan kepalanya sedikit sebagai salam hormat, kemudian berbalik dan melangkah pergi. Sebenarnya Demian sudah menerka jawaban itu sehingga ia tengah memutar otak lagi untuk mencari berbagai alasan yang mungkin bisa menahan Anna agar tidak pergi, setidaknya untuk malam ini. Sangat mengagumkan bagaimana ia tidak menggunakan kekuatannya untuk melarang Anna pergi, seperti menahannya dengan pistol yang mengarah pada kepala atau mungkin perlakuan kasar seperti yang pernah ia berikan terhadap jalang diluar sana. Demian menginginkannya untuk jangka waktu yang panjan
Anna bersumpah, ia bisa melihat raut kepuasan terpampang nyata dari pria didepannya sekarang. Hanya terdengar suara pendingin ruangan dan sayup dunia luar yang berasal dari arah balkon yang terbuka. Angin malam membuat helaian rambutnya menari-nari disekitar wajah yang lambat laun berubah pias sebab kalimat yang dituturkan oleh Demian nyaris membuat jantung wanita itu lari dari tempatnya. Dirinya bertanya-tanya, mengapa semudah ini masuk kedalam perangkap pria jahat seperti Demian. Ia masih berdiri ditempatnya setelah meletakkan botol vodka. Kembali menatap Demian yang pandangannya terasa menyesatkan. “Kau seharusnya tidak mudah percaya pada orangsweetheart," Demian bangkit dan mengambil botol itu. Menenggak sisanya hingga habis sebelum mengusap bibir dengan ibu jarinya bak serigala yang memantau mangsa,"khususnya terhadap orang sepertiku." Memang salah Anna. Karena pengetahuan
Aku harus ke New Jersey pagi ini. Sayang sekali harus melewatkan morning sex denganmu.Harry akan mengantarmu pulang. Tekan tombol cepat (1) di kontakmu jika tiba-tiba kau membutuhkanku. Tapi kau pasti membutuhkanku.Sampai bertemu lagi. Begitu beraninya Demian meninggalkan Anna setelah apa yang dilakukannya semalam. Wanita itu menatap isi pesan singkat didalam layar ponsel cukup lama, hanya untuk memastikan bahwa apa yang sedang ia alami nyata adanya. Mengundang rasa kesal yang amat sangat sehingga kedua matanya penuh dengan air mata dan tangannya bergetar sebab menahan amarah. Tapi Anna tidak punya waktu untuk meratapi nasib, ia butuh membersihkan diri dan kemudian pergi dari rumah tersebut secepat mungkin. Peraturan pertama,setiap kita bertemu, jangan pernah protes terhadap apa yang akan kulakukan padamu. Anna sedang masuk kedalam kamar mandi saat perkataan Demian tadi malam terngiang kembali
"Apa benar kata Tom kau tahu siapa Demian Caleb yang sebenarnya? Maka dari itu kau membiarkanku bersamanya tadi malam padahal aku takut setengah mati berada disana?" Robert Downey serasa baru saja menelan duri sehingga ia tersedak cake persik yang baru saja ia lahap. Pikirannya kalut seketika antara ingin berbohong atau bicara jujur pada artis kesayangannya itu. Meski akhirnya Robert mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Anna diatas meja, “Anna sayang, lili kecilku yang manis, aku tidak tahu siapa Demian Caleb sebenarnya. Waktu itu sudah larut malam, Tom dan Louie terus saja menggangguku. Aku tahu aku salah karena sudah mengabaikanmu demi kepentinganku sendiri. Maafkan aku Anna, kau tahu betul aku sudah tak punya pilihan lain untuk menghadapi ini." "Kau tahu apa yang dilakukannya terhadapku?" kata Anna sembari mengumpulkan keberanian untuk memaki. Robert mengernyit lucu dengan pikiran yang menerawang. Ah, ia tahu benar bahwa Anna ingin mengadu ba