Sebenarnya hidup Anna baik-baik saja.
Dia meyakini itu dengan dirinya sendiri, tak peduli berapa juta orang yang menginginkannya untuk diri mereka, ataupun orang-orang yang iri hati dengan segala keberuntungan yang ia miliki. Hatinya kuat bagai teratai yang hidup diatas kolam meski wajahnya sehalus dandelion di padang bunga. Mungkin itu jugalah yang menarik hati banyak pria dari kalangan remaja hingga pria matang diluar sana.
Tak terkecuali Demian Caleb.
Fakta bahwa mafia tersebut mengirimkan seseorang dengan kulit sepucat langit hari ini telah membuat Anna tercengang-cengang. Pria itu menghampirinya di lobi bandara, dengan setelah lengkap dan satu tas yang dijinjing. Berdiri dihadapan Anna dan Tom yang memperhatikannya seperti melihat kakek-kakek penggoda remaja yang tersesat.
Wajahnya kebetulan lugu, hingga Tom tak kuasa untuk tidak mengejeknya.
"Hei, kakek Sugiono," Tom berkacak pinggang setelah putus asa mencari informasi dari agensi, 
Anna mulai ada rasa nih, pake kangen segala!
Ethan menerima sebuah kartu dari Demian dan menyelipkannya kedalam saku. Dia menghela napas panjang, "kusarankan, ini terakhir kalinya kau berhubungan dengan Oscar. Kondisi psikologisnya sedang terganggu akhir-akhir ini." "Saran yang bagus. Untuk sekarang, berikan saja uang tunai sebesar yang dia minta." "Dan kemudian kau akan membiarkan dia melarikan diri dari polisi?" "Sampaikan padanya jangan kembali kesini sebelum situasi aman. Atau aku tidak akan memberikannya perlindungan lagi setelah ini." Demian hendak meninggalkan Ethan diujung lorong, tetapi langkahnya terhenti saat pria berkulit porselain itu memanggilnya lagi. "Sepertinya kesayanganmu memang sedang merindukanmu malam ini. Dia tak berhenti menatap ponselnya send
"... membuat gempar industri hiburan Amerika. Saat ini yang bersangkutan sedang menjalankan tugas negara menghadiri acara jamuan PBB. Sementara Geraldine menjalani pemeriksaan terkait tuduhan pencemaran nama baik artis beserta agensi yang dilayangkan oleh Robert Downey, CEO CamD Entertainment." Hanya jeda satu jam. Setelah Anna menghadiri acara besar jamuan PBB dia mendengar berita yang sangat tidak menyenangkan dari Tom. Layar ponselnya masih dipegang oleh Anna, sementara tangannya gemetaran menahan amarah dan kekecewaan. Geraldine sangat lancang, menghalalkan segala cara untuk mengalahkannya demi mendapat ketenaran dan simpati Amerika Selatan. Anna merasa dihempaskan pada jurang dalam-dalam dan sulit merangkak untuk memperbaiki namanya. Napasnya naik-turun dan air mata sudah berkumpul dikelopak tinggal menunggu untuk jatuh. Bahkan Duta Besar Amerika Selatan masih dudu
Tahan!" Eratan Demian menguat di bagian belakang tubuh Giana. Geraman rendah terdengar keseluruh sudut ruangan, seiringan dengan bayangan-bayangan yang mulai menyeruak kedalam pikirannya. Anehnya setiap kali ia membayangkannya saat bercinta seperti ini, visual wanita itu nampak seratus kali lebih jelas didepannya. Kali ini yang masuk adalah saat ia membawakan lagu Something to Love dengan berpenampilan seperti pilot wanita. Mengerikan memang. Tapi itulah yang terjadi. Penampilannya berbeda-beda setiap ia masuk kedalam pikiran Demian, persis sesaat sebelum ia mencapai klimaks. Atau bisa dikatakan membantunya untuk cepat klimaks.Demian mendorong tubuh Giana begitu saja kesampingnya. Permainan itu berlangsung cepat. Kemudian kepalanya jatuh tersandar di penyangga ranjang. Wanita itu terkulai lemas disebelahnya. Ia butuh beberapa waktu untuk menghirup udara banyak-banyak setelah pergumulannya dengan Demian malam ini. "Kau memanggil nama itu lagi
"Anna, setelah ini kau yang tampil." Wanita itu mengangguk, lalu celingak-celinguk mencari mic-nya. Lalu ia menemukannya tepat diatas kedua pahanya sendiri. Anna Stevenfield memiliki kulit seputih susu dengan mata yang berkelopak alami. Wajahnya memancarkan kebijaksanaan dan kehangatan dalam satu frekuensi yang bersamaan. Suara Anna juga sejernih embun pagi dengan rambut cokelat hazelnut yang tergerai panjang. Siapapun yang mendengar suara Anna kemudian bertemu dengannya, orang-orang akan salah menilainya dan melihatnya sebagai Dewi Kasih Sayang yang turun ke bumi. "Ok Tom, aku masuk sekarang ya." Tom memberikan anggukan pada Anna. Kemudian sesaat setelah wajahnya muncul di panggung, sorak sorai dan teriakan memenuhi ballroom, berlomba-lomba meneriakkan namanya agar mendapat perhatian. Hari ini ia membawakan lagu ballad selama 4 menit 17 detik. Lagu ciptaannya sendiri yang menjadi soundtrack drama Hollywood romanti
Demian merasakan sesuatu yang kokoh menyentak kepalanya. Disertai dengan bunyi khas yang sudah ia kenal baik selama hidup. Bunyi pelatuk. "Sial, Harry!" serta-merta ia membelalakkan kedua bola mata ketika sadar pistol milik Harry sudah menempel disisi kepalanya. Membuatnya refleks mengangkat kedua tangannya keatas. "Kubilang kan pagi ini kau sudah akan ada di neraka." kata Harry santai. Pria itu memiliki tatanan rambut klimis yang anak rambutnya selalu menuruni dahi. Sehingga jika kepalanya tertunduk, Harry harus sibuk meniupi anak rambut sialan itu agar tidak menutupi mata. Seperti sekarang. "Relax oke? Aku benar-benar terdesak tadi malam!" "Bisakah kau tidak melibatkanku terus dalam masalahmu? Alex jadi mencecarku semalaman karena kau bilang padanya kalau aku tidak becus menghilangkan bukti!" Sebenarnya ini bukan yang pertama kali Demian melakukan hal semacam kemarin, tetapi Harry tak juga mengerti wataknya. Lantas ia men
Demian telah selesai berkutat didalam ruang kerjanya. Butuh waktu semalaman untuk menghasilkan berpuluh-puluh kertas penuh angka dan rangkuman analisa yang siap ia bawa ke rekan rahasianya di bursa efek. Kali ketiga ia menghabiskan americano-nya, Demian bangkit dari tempat duduknya dengan mantap, melepaskan kacamata versace-nya dan melemparnya keatas meja begitu saja. Ia selalu emosional setiap mengerjakan kasus semacam ini. Tak heran. Memanipulasi harga saham adalah pekerjaan yang kelewat berat dan mengancam identitas. Walaupun nyatanya, Demian selalu berhasil melakukan hal itu tanpa kesalahan. Akan tetapi pekerjaannya kali ini membutuhkan double checked, triple checked kalau perlu. Ia merencanakan sesuatu yang sudah lama ia prediksi. "Apa kau gila! Aku sudah membayarmu sangat mahal dan sekarang kau meminta imbalan tambahan!" "Well.. Resikomu bukan hanya uang, tapi juga reputasi dan kepercayaan diri. Jadi imbalannya juga h
Dimitri's House. Anna setengah bergumam membaca tulisan didepan gerbang besi megah berwarna hitam mengkilat. Kemudian dua orang pengawal didepannya merentangkan satu tangan mempersilakan mobil yang ditumpanginya masuk. Pengawal yang lain menekan headset dibelakang telinga seraya memberi kabar bahwa yang ditunggu telah sampai. Mereka--para pengawal berpakaian serba hitam seperti di kebanyakan film action--menjemput Anna di apartment-nya tepat pukul tujuh malam. Louie dan Tom melepasnya di pintu apartment dengan sangat berat hati. "Oh yaampun, aku merasa seperti orang tua yang melepas anaknya pergi kerumah suaminya." "Louie, apa yang kau katakan! Dia mungkin akan mengalami pelecehan seksual, jadi aku memasang GPS di ponselnya!" Anna terus saja mengingat percakapan Louie dan Tom sebelum ia berangkat menuju rumah besar itu. "Kau harus segera menekan tombol cepat di kontakmu jika terjadi sesuatu, mengerti? Aku dan Louie tidak ak
Tentu, bagi Anna tidak ada alasan yang cukup kuat untuk membuatnya bahkan sekadar mempertimbangkan tawaran dari pria didepannya sekarang. Hidup hanya sekali—dan jika ia menyerahkannya pada seorang mafia yang bergelimang kesesatan seperti Demian Caleb—hal itu tak ada bedanya dengan menyia-nyiakan kesempatan untuk hidup. "Terima kasih atas tawarannya, tapi aku bisa menjaga diriku sendiri." Anna menganggukkan kepalanya sedikit sebagai salam hormat, kemudian berbalik dan melangkah pergi. Sebenarnya Demian sudah menerka jawaban itu sehingga ia tengah memutar otak lagi untuk mencari berbagai alasan yang mungkin bisa menahan Anna agar tidak pergi, setidaknya untuk malam ini. Sangat mengagumkan bagaimana ia tidak menggunakan kekuatannya untuk melarang Anna pergi, seperti menahannya dengan pistol yang mengarah pada kepala atau mungkin perlakuan kasar seperti yang pernah ia berikan terhadap jalang diluar sana. Demian menginginkannya untuk jangka waktu yang panjan