Demian telah selesai berkutat didalam ruang kerjanya. Butuh waktu semalaman untuk menghasilkan berpuluh-puluh kertas penuh angka dan rangkuman analisa yang siap ia bawa ke rekan rahasianya di bursa efek. Kali ketiga ia menghabiskan americano-nya, Demian bangkit dari tempat duduknya dengan mantap, melepaskan kacamata versace-nya dan melemparnya keatas meja begitu saja.
Ia selalu emosional setiap mengerjakan kasus semacam ini. Tak heran. Memanipulasi harga saham adalah pekerjaan yang kelewat berat dan mengancam identitas. Walaupun nyatanya, Demian selalu berhasil melakukan hal itu tanpa kesalahan. Akan tetapi pekerjaannya kali ini membutuhkan double checked, triple checked kalau perlu. Ia merencanakan sesuatu yang sudah lama ia prediksi.
"Apa kau gila! Aku sudah membayarmu sangat mahal dan sekarang kau meminta imbalan tambahan!""Well.. Resikomu bukan hanya uang, tapi juga reputasi dan kepercayaan diri. Jadi imbalannya juga harus mencakup itu semua. Laporan ini sudah selesai dan tinggal kuterbitkan di bursa saham dalam sekali jentikan jari. Semua tergantung pada keputusanmu."
Diantara sela-sela kegelutannya dengan berbagai macam email untuk kesekian kali, pikiran Demian melayang-layang mengingat percakapannya dengan Robert Downey kemarin pagi. Hampir saja ia kehilangan kesempatan satu itu. Tapi bukan Demian namanya jika ia gagal mempersuasi lawan bicaranya. Jadi, Demian sekarang berada didepan layar laptop untuk terakhir kalinya hari ini, sedang menahan napas sebelum menekan tombol Enter pada keyboard itu dan--"Selesai!" **Biasanya Anna tak pernah mendapat perhatian semanis sekarang dari CEO agensinya. Tapi hari ini, ditemani oleh Tom, pria gempal itu mengajaknya ke restoran dan membiarkan Anna makan apapun yang diinginkannya tanpa memikirkan kalori. Bagi Anna itu sangat aneh. Hingga ketika terjadi keheningan cukup panjang diantara mereka bertiga, Robert meminta perhatiannya dengan mengeluarkan satu dehaman."Anna sayang, lili kecilku yang manis," Robert membenarkan posisi duduknya dan menatap Tom sebentar sebelum mengalihkan pandangannya lagi pada Anna, "kumohon kau tidak berpikir terlalu jauh tentang apa yang akan kusampaikan hari ini. Aku adalah orang yang sangat mengagumimu atas kerjakerasmu selama ini.. Dan untuk itu, aku ingin memintamu sekali lagi untuk membuktikannya. Ah tidak,tidak.. Kau memang selalu terbukti loyal pada setiap orang yang bekerja denganmu kan?"Anna memiringkan kepalanya lucu karena tidak paham apa yang sedang pria itu bicarakan, “iya, aku senang kau menyadari hal itu.""Baiklah hm.. Aku sedang kesulitan mempertahankan agensi ini kau tahu kan? Kita kekurangan banyak modal karena tahun lalu aku mengakuisisi beberapa management."Ya, sampai situ Anna mengerti."Maka dari itu aku meminta tolong pada sebuah organisasi, dan mereka menyanggupinya. Salah seorang dari mereka menyanggupinya, padahal itu adalah hal yang hampir mustahil menurutku! Ini mukjizat bukan?"Anna mengangguk-anggukkan kepalanya mulai antusias, "benarkah kau sudah menemukan investor baru? Wah, itu bagus!""Err.. Bukan investor tapi.. hm.. Aku melakukannya secara ilegal."Baiklah. Ini mulai tidak bagus."Kau pernah mendengar tentang Vahznyy Okhrannik?"Anna menggelengkan kepala. Kata-kata itu terdengar seperti jenis pelembab baru dengan kandungan seratus persen organik tumbuhan dikedua rungu Anna."Mereka adalah mafia dari segala mafia. Kekuasaan mereka lintas wilayah dan sangat ditakuti bahkan oleh beberapa aparat negara. Aku mengikuti pelelangan kasus yang diadakan setiap bulan. Salah seorang dari mereka akhirnya menerima tawaranku untuk menaikkan harga saham kita dengan imbalan yang sangat, sangat mahal. Dan aku tidak mengerti kenapa dia sampai pada keinginannya ini sementara hidupnya bergelimang harta! Maksudku--dengan hartanya itu dia bisa membeli apa saja yang dia inginkan kan, termasuk wanita."Anna berusaha menerka-nerka tujuan pembicaraan itu, “oh Tuhan.. Semahal apakah bayarannya kalau aku boleh tahu?"Robert tidak mempersoalkan nominal uang. Harga yang ia bayarkan tentu tidak seberapa dengan jumlah kenaikan saham berlipat-lipat yang akan ia dapatkan secara singkat dalam minggu ini. Alasan dia mengatakan imbalannya sangat mahal adalah karena--"Orang itu menginginkan dirimu sebagai imbalannya," kata Robert menyentuh buket bunga yang tergeletak cantik didepan Anna," dan bunga mawar ini adalah hadiah darinya sebelum kalian bertemu.""Ini sih gila! Robert Downey kau sudah gila!" Tom mencak-mencak sehingga Robert terperangah didepannya. Sementara Anna menoleh keduanya penuh kebingungan dan dirinya dilanda rasa panik seketika."Buket mawar merah itu.. Dan pesan dalam kado terakhir yang dia kirim buatmu tempo hari.. Anna, aku yakin dia adalah Mr.DC! Aku tidak percaya selama ini salah satu penggemar sekaligus penguntitmu adalah seorang mafia!""Mr.DC siapa?" tanya Robert tanpa rasa bersalah. Tom sangat malas menjawabnya sehingga ia hanya menengadahkan kepala sebagai rasa jengah terhadap sang CEO agensi yang sudah berlaku semena-mena itu. Sementara rasa penasaran Robert menjadi semakin tinggi ketika Tom tak juga menjawab pertanyaannya sehingga ia baru saja akan memarahi pria berwajah cekung tersebut ketika suara isakan terdengar diantara mereka.
"Jangan menangis Oh Tuhan, aku paling tidak kuat melihatmu mengeluarkan air mata!" Tom memutar tubuh dan memeluk Anna erat-erat. Lebih bingung lagi Robert melihat reaksi dan interaksi dua orang dihadapannya sekarang."Sial, si kakek gila itu! Tidak pernah kuduga perkataanku akan jadi kenyataan! Kau benar-benar akan dimiliki oleh seorang mafia," lalu Tom menggeser pandangan kearah Robert, "apakah si brengsek itu mengatakan detailnya padamu kapan dia akan bertemu dengan Anna dan apa yang akan mereka lakukan? Seperti, mereka harus berkencan, atau Anna harus menyediakan tubuhnya setiap saat untuk--sial! Kenapa aku jijik sekali mendengar perkataanku sendiri! Kenapa sih satu-satunya yang bisa dibanggakan darimu adalah namamu yang mirip dengan merk pelembut baju!” Tom mengacak-acak rambutnya sendiri sementara Anna akhirnya mengistirahatkan kepala pada penyangga sofa.Jelas Robert menatap Tom garang, "asal kau tahu pelembut baju yang merk-nya sama dengan namaku itu jadi nomor satu di pasaran dunia! Lagipula ada apa dengan kalian? Apa ada berita yang tidak aku ketahui selama ini? Kau diuntit oleh seseorang, Anna?"Tidak ada jawaban dari Anna karena tangisnya semakin sulit diredam.
"Anna dengar. Kau harus bertemu dengannya besok lusa, dia minta kau bertemu dirumahnya."
"Wow sebentar," sela Tom diselingi tawa, "kau tidak bisa lihat lili kecilmu yang manis ini sedang bersedih? Dimana rasa prihatin dan kemanusiaanmu??"
Sesungguhnya Robert memiliki sedikit pergolakan batin setelah mendengar kalimat dari Tom barusan. Tetapi ia telah mengambil langkah penuh resiko sehingga tak ada yang bisa ia lakukan selain menepati kesepakatan yang telah dibuat. Kalau saja ia tahu resikonya akan separah ini, tentu Robert tak akan mengambil tawaran yang ia miliki sedari awal.
"Berikan aku waktu," kata Anna berbicara sebelum Robert membela diri, "jika aku memang benar-benar harus melaksanakan permintaanmu ini, aku akan mengundurkan diri dari agensi."
**
Jika ada hari malas sedunia, maka Tom yakin hari inilah hari yang tepat untuk merayakannya.
Ia membuka selimutnya tanpa semangat. Ini hari ketiga ia menunggu kabar dari Anna. Dan kemarin malam ia sudah mengirimi pesan padanya sebelum pria itu angkat kaki dari agensi hari ini.
"Hei Tom! Ayo ke kantor agensi lagi.. Kutemani!" Louie bangkit dari sofa. Sudah dua hari juga mereka menginap di apartment Anna untuk berjaga-jaga agar Anna tidak melakukan hal yang nekat.Tom menggelengkan kepalanya, "ini sudah final, Lu. Robert sangat marah padaku karena aku tidak becus menjaganya. Katanya dia kehilangan lili kesayangannya yang sudah menaikkan harga saham atau apalah, aku tidak begitu mengerti."Louie mendecak kesal. Apa ia perlu melibatkan kekuasaan ayahnya saat situasi genting seperti ini?"Atau kita susul saja kerumahnya, ya. Masih ada waktu sebelum matahari terbenam! Aku yakin Robert akan memaafkanmu kalau kau membawanya di detik-detik terakhir."Tom menggeleng lagi, "dia bilang dia tidak disana. Dan aku tahu persis dia tak pernah berbohong padaku. Nanti malam seharusnya dia bertemu dengan si kakek gila itu. Kalau dia hanya ingin menenangkan diri maka pada detik ini harusnya ia sudah kembali.""Aku yakin Anna tidak sebodoh itu sampai harus meninggalkan semuanya disini." Louie meraih sebotol air dingin dari lemari es."Aku sudah berpamitan padanya tadi malam, Lu. Kau jaga dia baik-baik ya setelah aku pergi." Tom akhirnya memaksa diri untuk bangun dan mengambil handuk bersih dari dalam lemari.Pada detik ini, ia tidak marah pada Anna, sungguh. Tom hanya menyesalkan kenapa Robert harus melakukan hal yang diluar dugaan mereka. Kalau Tom jadi Anna, iapun mungkin akan melakukan hal yang sama. Mungkin lebih nekat lagi. Tidak ada yang menjamin seperti apa makhluk yang akan ia temui demi mempertahankan agensi itu berdiri. Sementara Louie pindah keatas ranjang dan menyalakan televisi dengan malas. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Apalagi kalau sudah menyangkut sahabatnya itu yang selalu tidak pernah bisa ia tebak.Kemudian ponselnya berdering saat ia hendak mengganti siaran. Setelah melihat layar panggilan, Louie berlari tergesa-gesa mengetuk pintu kamar mandi dan menggedornya."Tom, hey lelet! Buka pintunya! Dia meneleponku!"Tom secepat kilat membuka kamar mandi sementara Louie sudah mengangkat telepon itu."Anna, kau dimana sekarang? Demi Tom, kembalilah! Ia harus hengkang darisini hari ini jika kau--""Buka pintunya bodoh. Aku daritadi diluar menekan bel."Membuat Louie dan Tom berpandangan dalam hening yang cukup panjang, lantas dalam hitungan detik mereka sudah membuka pintu."Anna," pekik Tom panik saat pintu itu terbuka, "kau darimana saja! Kami merindukanmu!"Louie ikut memeluk Anna histeris sebelum mereka masuk kedalam.Baiklah, penampilan Anna cukup.. berantakan."Apa kau tidak tidur? Kau menginap dimana? Kantung matamu besar sekali.." Louie memberikan segelas air dingin pada sahabatnya yang sekarang persis mayat hidup."Aku hanya ingin menenangkan diri sambil berpikir."Tom ada disebelahnya. Ia sudah siap dengan apapun yang akan menjadi keputusan Anna."Katakanlah pada kami. Aku tidak akan marah padamu karena keputusan yang sudah kau tetapkan."Anna menoleh perlahan. Ditatapnya Tom yang kantung matanya hampir sama hitamnya dengan dirinya. Lekuk wajah yang biasa ia lihat setiap hari selama dua tahun ini. Mulut cerewet dan perhatian yang Tom berikan padanya. Semburat kekecewaan yang tersirat dari sorot matanya. Sesungguhnya ia tidak sampai hati membuat Tom dipecat. Mungkin kalau terkena masalah nantinya, Anna akan menarik pria itu dan Louie lagi kedalamnya. Seperti yang biasa ia lakukan."Aku tidak akan lari lagi dari si kakek gila itu seperti yang selama ini kulakukan," Anna menyentuh jemari Tom dan Louie lembut secara bersamaan, "apakah dia begitu berbahaya? Kalau iya, maka aku sangat membutuhkan pertolongan kalian berdua. Kumohon, jangan pernah tinggalkan aku." **Dimitri's House. Anna setengah bergumam membaca tulisan didepan gerbang besi megah berwarna hitam mengkilat. Kemudian dua orang pengawal didepannya merentangkan satu tangan mempersilakan mobil yang ditumpanginya masuk. Pengawal yang lain menekan headset dibelakang telinga seraya memberi kabar bahwa yang ditunggu telah sampai. Mereka--para pengawal berpakaian serba hitam seperti di kebanyakan film action--menjemput Anna di apartment-nya tepat pukul tujuh malam. Louie dan Tom melepasnya di pintu apartment dengan sangat berat hati. "Oh yaampun, aku merasa seperti orang tua yang melepas anaknya pergi kerumah suaminya." "Louie, apa yang kau katakan! Dia mungkin akan mengalami pelecehan seksual, jadi aku memasang GPS di ponselnya!" Anna terus saja mengingat percakapan Louie dan Tom sebelum ia berangkat menuju rumah besar itu. "Kau harus segera menekan tombol cepat di kontakmu jika terjadi sesuatu, mengerti? Aku dan Louie tidak ak
Tentu, bagi Anna tidak ada alasan yang cukup kuat untuk membuatnya bahkan sekadar mempertimbangkan tawaran dari pria didepannya sekarang. Hidup hanya sekali—dan jika ia menyerahkannya pada seorang mafia yang bergelimang kesesatan seperti Demian Caleb—hal itu tak ada bedanya dengan menyia-nyiakan kesempatan untuk hidup. "Terima kasih atas tawarannya, tapi aku bisa menjaga diriku sendiri." Anna menganggukkan kepalanya sedikit sebagai salam hormat, kemudian berbalik dan melangkah pergi. Sebenarnya Demian sudah menerka jawaban itu sehingga ia tengah memutar otak lagi untuk mencari berbagai alasan yang mungkin bisa menahan Anna agar tidak pergi, setidaknya untuk malam ini. Sangat mengagumkan bagaimana ia tidak menggunakan kekuatannya untuk melarang Anna pergi, seperti menahannya dengan pistol yang mengarah pada kepala atau mungkin perlakuan kasar seperti yang pernah ia berikan terhadap jalang diluar sana. Demian menginginkannya untuk jangka waktu yang panjan
Anna bersumpah, ia bisa melihat raut kepuasan terpampang nyata dari pria didepannya sekarang. Hanya terdengar suara pendingin ruangan dan sayup dunia luar yang berasal dari arah balkon yang terbuka. Angin malam membuat helaian rambutnya menari-nari disekitar wajah yang lambat laun berubah pias sebab kalimat yang dituturkan oleh Demian nyaris membuat jantung wanita itu lari dari tempatnya. Dirinya bertanya-tanya, mengapa semudah ini masuk kedalam perangkap pria jahat seperti Demian. Ia masih berdiri ditempatnya setelah meletakkan botol vodka. Kembali menatap Demian yang pandangannya terasa menyesatkan. “Kau seharusnya tidak mudah percaya pada orangsweetheart," Demian bangkit dan mengambil botol itu. Menenggak sisanya hingga habis sebelum mengusap bibir dengan ibu jarinya bak serigala yang memantau mangsa,"khususnya terhadap orang sepertiku." Memang salah Anna. Karena pengetahuan
Aku harus ke New Jersey pagi ini. Sayang sekali harus melewatkan morning sex denganmu.Harry akan mengantarmu pulang. Tekan tombol cepat (1) di kontakmu jika tiba-tiba kau membutuhkanku. Tapi kau pasti membutuhkanku.Sampai bertemu lagi. Begitu beraninya Demian meninggalkan Anna setelah apa yang dilakukannya semalam. Wanita itu menatap isi pesan singkat didalam layar ponsel cukup lama, hanya untuk memastikan bahwa apa yang sedang ia alami nyata adanya. Mengundang rasa kesal yang amat sangat sehingga kedua matanya penuh dengan air mata dan tangannya bergetar sebab menahan amarah. Tapi Anna tidak punya waktu untuk meratapi nasib, ia butuh membersihkan diri dan kemudian pergi dari rumah tersebut secepat mungkin. Peraturan pertama,setiap kita bertemu, jangan pernah protes terhadap apa yang akan kulakukan padamu. Anna sedang masuk kedalam kamar mandi saat perkataan Demian tadi malam terngiang kembali
"Apa benar kata Tom kau tahu siapa Demian Caleb yang sebenarnya? Maka dari itu kau membiarkanku bersamanya tadi malam padahal aku takut setengah mati berada disana?" Robert Downey serasa baru saja menelan duri sehingga ia tersedak cake persik yang baru saja ia lahap. Pikirannya kalut seketika antara ingin berbohong atau bicara jujur pada artis kesayangannya itu. Meski akhirnya Robert mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Anna diatas meja, “Anna sayang, lili kecilku yang manis, aku tidak tahu siapa Demian Caleb sebenarnya. Waktu itu sudah larut malam, Tom dan Louie terus saja menggangguku. Aku tahu aku salah karena sudah mengabaikanmu demi kepentinganku sendiri. Maafkan aku Anna, kau tahu betul aku sudah tak punya pilihan lain untuk menghadapi ini." "Kau tahu apa yang dilakukannya terhadapku?" kata Anna sembari mengumpulkan keberanian untuk memaki. Robert mengernyit lucu dengan pikiran yang menerawang. Ah, ia tahu benar bahwa Anna ingin mengadu ba
Demian berusaha mempertahankan titik bidik terhadap lawannya satu persatu dengan susah payah. Tubuh Anna yang indah adalah penyebabnya, menjadi alasan satu mata belati lolos membelah epidermis bahunya beberapa saat lalu. Darah mengucur darisana, mengundang erangan kekesalan yang menjadi pemantik tembakan demi tembakan ke segala arah. Hari sudah semakin malam dan pria itu harus segera membenahi kekacauan yang terjadi akibat ulah salah satu saingannya dalam penyelundupan senjata api. Harry masih sibuk memimpin didepan, tembakan jarak jauh memang keahliannya dari dulu. Sementara Demian mengambil-alih situasi di gudang sebelah, dimana puluhan kotak berisi senjata api siap dipindah ke sebuah truk barang berukuran besar. “Selesaikan ini dalam waktu setengah jam, aku harus bertemu dengan Anna!” teriak Demian setelah melepas peluru pada arah kiri dua kali, berjalan menuju Harry yang baru saja menghabisi lima orang sekaligus. Sang partner praktis berbalik menatapnya,
Harry hanya bisa mendengus kesal tatkala Audi berwarna hitam metalik itu berhenti tepat didepan pintu masuk, sebab ia telah menunggu nyaris satu jam di lobi bawah. Namun betapa terperangahnya ia ketika Anna keluar dari bangku kemudi dan berputar kearah samping untuk membukakan pintu. Segera matanya melirik kearah samping kiri dimana salah satu pengawal sigap menghampiri mobil itu. Demian—keluar darisana seraya memegangi bahunya berpura-pura meringis kesakitan. Membuat dengusannya berubah menjadi helaan napas penuh kepasrahan karena tingkah laku sahabatnya itu benar-benar diuar dugaan. “Kau sudah mau mati,” katanya menghadang Demian yang hendak menuju kearah lift disamping Anna, “masih sempat-sempatnya memadu kasih.” “Berlebihan.” sergah Demian meninggalkannya tanpa dosa. Sementara Anna hanya menyunggingkan senyum canggung sebelum ia memasuki lift. Mengawasi Harry yang melarang para pengawal untuk mengikuti mereka sampai kelantai atas. Pikirannya mulai
Satu hari telah berlalu setelah Anna menghabiskan waktu semalam bersama Demian. Dan sejauh ini harinya berjalan baik-baik saja. Satu-satunya hal yang menjadi pembeda adalah memori tentang bagaimana Demian menghancurkan dirinya diatas ranjang dengan kuasa dan supremasinya yang melumpuhkan hati. Tetapi Anna tetap pada pendiriannya yang tidak ingin meminta perlindungan pada siapapun, terutama pada Demian Caleb kendati pria itu menawarkan perlindungan pada dirinya. “Terimakasih sudah datang di undangan makan siangku,” tiba-tiba Geraldine sudah muncul dihadapannya dengan senyuman yang kentara dibuat manis, “tapi.. kenapa belum kudengar kabar pengunduran dirimu di acara jamuan UNICEF minggu ini?" Bagi Anna, Geraldine adalah wujud ular dalam bentuk manusia. Dan ia tidak tahu apa yang direncanakannya didalam makan siang yang terlihat mewah itu. Ruangannya privat dan tidak ada satupun pengunjung diseluruh penjuru restoran. Anna menerka, Geraldine telah menyewa satu restoran u