Beranda / Rumah Tangga / Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu / Bab 125. Pertunangan Naura dan Arjuna

Share

Bab 125. Pertunangan Naura dan Arjuna

Penulis: nanadvelyns
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-26 23:12:47

Hari demi hari berlalu, hingga akhirnya acara pertunangan Naura dan Arjuna digelar.

Acara itu dilaksanakan di kediaman sang wanita, yaitu Mansion Tirta.

Saat pihak keluarga Arjuna datang, Mela didampingi oleh Kate dan tuan Benjamin menyambut mereka.

Beberapa tetua Tirta pun hadir di sana, sementara Naura masih bersembunyi di ruangannya.

Tamu-tamu penting telah tiba lebih dulu dan menunggu di aula Mansion.

Semuanya mengucapkan selamat saat sosok Arjuna muncul, suasana terlihat sangat meriah.

Setelah rangkaian acara pembuka berhasil dilaksanakan, kini giliran Naura yang muncul ke permukaan.

Pintu aula dibuka, semua orang memperhatikan Naura yang melangkah masuk seorang diri.

Naura tersenyum sempurna, matanya jatuh pada Arjuna yang seolah terpaku menatapnya.

Wanita itu mengenakan dress berwarna perak, rambutnya disanggul modern anggun.

Mereka sengaja tidak mengizinkan media manapun masuk dan meliput acara, tamu undangan hari ini benar-benar hanya rekan bisnis, sahabat, dan kelu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 126. Adik Evelyn?

    Bukan Mansion Tirta, Renjana, ataupun Wajendra, suasana dingin menyelimuti Mansion keluarga Homas. Keluarga pilar negara keempat itu tengah berdiskusi panas di ruang kerja utama sang tuan besar. Broto Homas, tuan besar keluarga Homas itu melirik menantunya dingin. "Bagaimana hasilnya?" Felizia menggeleng pelan. "Tidak ada itikad baik apapun dari Wajendra. Mereka menolak mengaku."Mata dingin Broto Homas pun bergeser ke putra sulungnya, Danar Homas. "Jadi benar Zafir Wajendra lebih memilih melindungi istrinya daripada perdamaian dua keluarga?"Danar mengangguk. "Iya, ayah. Pertemuan sebelumnya juga menjadi runyam karena sikap bodoh istrinya, perilakunya jauh dari kata pantas untuk berada di posisi itu.""Asal usulnya tidak jelas, Zafir telah melakukan kesalahan besar karena menceraikan Naura," balas Felizia, dia sedikit terbawa emosi setiap kali membahas ini. "Kejadian di rapat kemarin kamu yang menyulut lebih dulu, benar?" tanya Broto Homas langsung, membuat Felizia tersenyum tip

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 127. Bahagia Seperti Ini

    "Maaf, kamu menunggu lama?" tanya Naura begitu ia memasuki mobil Arjuna. Arjuna menggeleng pelan. "Tidak."Langit telah menguning sekarang, pria itu kembali menjemput Naura seperti biasa. "Bagaimana dengan gedungnya?" tanya Naura, membahas progres persiapan mereka menjelang pernikahan. "Sampoerna Strategic Square, gedung itu cukup untuk menampung seribu undangan," jawab Arjuna, matanya masih fokus menyetir. Naura mengangguk mengerti, dia tahu gedung itu. Sampoerna Strategic Square adalah salah satu gedung pernikahan termahal di Jakarta. "Apa ibumu ada saran tambahan untuk acara nanti?" Kini giliran Arjuna yang bertanya. Naura menggeleng. "Tidak ada, bagaimana dengan ibumu?"Arjuna balas menggeleng juga. "Tidak. Lalu, bagaimana dengan adatnya? Tirta sepertinya memiliki ketentuan tertentu."Naura mengangguk. "Tentu saja, ingin menggunakan adat Jawa keluargaku?"Arjuna menaikkan alis kirinya. "Kenapa tidak?" Naura terkekeh. "Kamu bisa bahasa Jawa?"Arjuna terdiam beberapa detik, d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 128. Adat Jawa Tirta

    Setelah penetapan tanggal pernikahan Naura dan Arjuna sepakat akan dilaksanakan pada akhir tahun nanti, keduanya pun semakin sibuk. Pasalnya tinggal beberapa minggu lagi dan kini mereka harus melaksanakan prosesi adat sebelum menikah dari Tirta. Naura tiba lebih dulu di kampung halamannya, Jawa Tengah. Wanita itu berangkat dengan muatan terpisah dengan Arjuna. Di sana ia melewati berbagai macam prosesi calon mempelai wanita yang siap 'dijemput' oleh calon mempelai pria. Naura harus melewati prosesi luluran, mandi kembang dan sebagainya. Semua itu didampingi oleh Mela, ibunya. "Cantik," ucap Mela saat memandangi putrinya di cermin, bibirnya tersenyum tipis. Naura menyentuh tangan Mela yang berada di atas pundaknya lembut. Naura mengenakan kebaya adat Jawa, rambutnya disanggul dan diberikan hiasan melati serta beberapa perhiasan sederhana berwarna perak. Dia belum bisa dipaes karena belum memasuki acara pernikahan sungguhan. Tujuan dari prosesi adat ini adalah untuk meminta izin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 129. Weton Naura & Arjuna

    Ceklek!Arjuna mengunci pintu kandang ayam besar tempatnya mengumpulkan ayam. Itu ayam terakhir. Napas pria itu sedikit memburu karena terlalu banyak berlari. Tak lama suara tepuk tangan terdengar nyaring dari belakang, membuatnya menoleh dan melihat semua orang tersenyum ke arahnya. "Rezeki tanpa wates," ucap tetua, dibalas anggukan oleh yang lain. Semuanya berdecak kagum melihat Arjuna berhasil mengumpulkan semua ayam yang dilepas. "Anda mengalahkan rekor mendiang tuan Tirta," ujar tetua lagi, kali ini menggunakan bahasa Indonesia. Sepertinya pria itu mulai luluh dengan Arjuna. Arjuna tersenyum tipis. "Terima kasih banyak, tetua.""Kerja bagus, bintang Renjana!" ucap Damian, lalu menepuk pundak sahabatnya. Arjuna tidak menjawab, dia masih tersenyum seperti sebelumnya. Dia sendiri pun merasa puas dengan hasilnya. Tetua kemudian mengajaknya untuk masuk ke dalam kediaman kembali, yang lain pun segera menyusul. Arjuna menaikkan alis kirinya, ruang tamu besar itu sudah disulap m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 130. Weton Ratu

    "Cocok. Kasilipun 26, weton ratu. Piyambakipun sedaya berjodoh."Kalimat singkat dari tetua membuat semua orang bersorak lega. Naura tersenyum mendengar jawaban itu, kemudian dia menoleh ke arah Arjuna yang ternyata telah menatapnya lebih dulu. "Apa arti dari weton ratu, tetua?" tanya Arjuna setelah menarik pandangannya. "Sesuai namanya, pasangan yang mendapatkan weton tersebut akan hidup seperti seorang ratu atau diratukan dengan harta dan hidup harmonis. Pasangan ini juga sudah ditakdirkan untuk berjodoh sehingga disegani dan dihargai oleh masyarakat," jelas sang tetua. Ditakdirkan untuk berjodoh? Itu kalimat yang sangat menghibur Arjuna. Begitu weton dipastikan cocok, tetua kembali membawa mereka ke prosesi terakhir. Arjuna dan Naura dibawa ke makam para tetua dan leluhur Tirta. Mereka duduk bersimpuh di hadapan makam salah satu tetua yang paling disegani, entah generasi keberapa. "Karena makam mendiang ayah nyonya Tirta berada di Jakarta, maka sebagai gantinya kalian diper

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 131. Sidang Wajendra-Homas

    "Tuan!" Stave masuk dengan napas terengah tanpa mengetuk pintu, tamannya menggenggam selembar kertas dengan keringat dingin. Zafir tidak menjawab, pria itu langsung melirik pada kertas yang Stave pegang. Tanpa diberitahu, dia tahu bahwa itu surat tuntutan pengadilan. "Siapa?" tanya Zafir, menatap layar komputernya kembali seolah menyepelekan laporan tersebut. "Homas," jawab Stave, membuat Zafir kembali menatapnya dengan terkejut."Apa? Berikan padaku!" Desak Zafir tidak sabaran, Stave pun dengan cepat memberikannya. Zafir membaca surat penuntutan Homas untuk Wajendra atas dasar penggelapan dana, ini membuat emosinya bergejolak. Tidak masuk akal."Penggelapan dana? Mereka gila?" ucap Zafir kesal, lalu meremas kertas itu kuat. "Apa hasil dari penyelidikan kita belum menghasilkan apa pun?" tanya Zafir, matanya melirik Stave dingin. Stave menggeleng. "Sampai saat ini masih bersih, tuan. Tidak ada laporan atau catatan sedikitpun mengenai penjualan lahan atas nama Wajendra." "Seharu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 132. Restu Sempurna

    "Kamu bahkan tidak pantas menjadi nyonya Wajendra! Dasar perebut dan peniru! Apa menurutmu dengan meniru mantan menantuku seperti orang bodoh akan memberikanmu kedudukan itu dengan mutlak?!" Malini membalas kalimat tajam Evelyn, wanita paruh baya itu tidak menyangka bahwa anjing jalanan yang ia biarkan masuk ke dalam rumahnya akan menggigit tangannya. Evelyn tidak bisa mengontrol emosinya jika itu berhubungan dengan Naura, namun dia tahu saat ini bukan waktunya untuk mementingkan egonya. Wanita itu menggigit bibir dalamnya, kedua matanya berkaca-kaca menahan tangis. Siapapun yang melihat ini akan terbuai dalam. Tubuhnya masih berusaha berdiri tegak menatap Malini meskipun bahunya terlihat gemetar. "Maafkan aku jika menurut ibu aku gagal menjadi menantu Wajendra. Tetapi ada yang perlu ibu ketahui, aku tidak pernah berbuat keji seperti merebut sesuatu. Saya mencintai Zafir dan melayani Wajendra dengan tulus. Jika tahu ternyata di mata ibu saya akan gagal, saya tidak akan berani men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 133. Panggilan Misterius Untuk Evelyn

    Suara dentingan sendok garpu dan piring terdengar jelas di ruang makan Wajendra yang sepi. Zafir menatap kosong makanannya sambil terus mengunyah, sementara Evelyn memperhatikan pria itu terus menerus. "Zafir, kamu baik-baik saja?" tanya Evelyn dengan nada yang hati-hati. Zafir mengangkat tatapannya, hanya mengangguk singkat tanpa jawaban. "Bagaimana rasa kue yang aku buatkan tadi pagi?" tanya Evelyn, berusaha menghibur Zafir meskipun ini karena kelicikannya sendiri. "Enak," jawab Zafir tanpa melihat Evelyn. Evelyn mengangguk kecil, lalu mengambil satu potong daging di piringnya dan meletakkannya di piring Zafir. "Apa?" tanya Zafir bingung, kali ini ia menatap Evelyn. "Bukankah kamu menyukai daging yang dimarinasi dengan bumbu barbecue? Makan lah," jawab Evelyn, bibirnya tersenyum lembut. Zafir akhirnya tersenyum tipis meskipun terlihat hambar. Pria itu memakan daging pemberian Evelyn dengan tenang. "Terima kasih," ucapnya saat berhasil menelan. "Aku sangat mengerti perasaa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 212. Menyusun Rencana

    Ruang kerja Arjuna penuh dengan manusia-manusia berkepala panas. Damian, Aimee, Helena, dan pria misterius dari Phantom.Tak ada satupun dari mereka yang menduga bahwa Althaf berani muncul ke permukaan dengan cara yang sangat kasar seperti itu. Tetapi di antara semuanya, Helena lah yang memiliki raut wajah paling buruk. Bagaimana tidak? Ternyata suami 'bodohnya' tidak hanya berulah sampai kabur dari tanggungjawab saja, tetapi juga membuat anak haram tanpa sepengetahuannya. Entah beban seperti apa yang ingin pria itu tinggalkan untuk anak mereka, Helena benar-benar murka sekarang. "Cepat atau lambat Althaf akan merangsek ke posisi yang tidak bisa digantikan," ucap Aimee sambil terus menatap kosong ke arah lantai, kedua sudut alisnya menyatu erat. "Phantom selalu bergerak tanpa diduga, kita harus menemukan celah lain," timpal Damian yang juga menatap kosong ke lantai dengan lipatan kening serius. Pria misterius yang dipanggil 'Bee' itu pun menatap Arjuna datar. "Apa yang ingin An

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 211. Keputusan Renjana

    Keputusan resmi terbaru dari Renjana cukup kuat untuk mengguncang media lokal maupun internasional. Althaf dinyatakan resmi sebagai adik berbeda ibu Arjuna, namanya pun kini memiliki 'Renjana' di belakangnya. Setelah ketuk palu dengan para tetua serta jajaran tinggi Renjana lainnya, Althaf mutlak menjadi 'pemimpin sementara' menggantikan Arjuna yang dianggap mulai 'melemah'. Begitu seluruh peserta rapat meninggalkan ruangan, tersisa Althaf dan Arjuna yang duduk saling berhadapan dengan raut wajah berbeda. Arjuna menatap Althaf dengan datar dan keras, sementara Althaf hanya tersenyum seolah meledek nasib yang menimpa pria itu. "Tuan--"Kamu bisa keluar lebih dulu." Potong Arjuna pada Damian tanpa menoleh atau melirik. Damian mengepalkan kedua tangannya, menurutnya meninggalkan Arjuna di ruangan yang sama dengan Althaf sangat berbahaya. Tidak ada yang tahu ide gila apa yang pria itu miliki untuk menghapus Arjuna. Tetapi dari nadanya, perintah Arjuna tidak bisa dibantah. Damian m

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 210. Cinta Atau Kebebasan

    Naura berbaring di ranjang besarnya dengan kaki dan tangan yang dirantai. Matanya menatap kosong ke arah jendela kamar, dia benar-benar seperti setengah mati. Tak lama pintu kamarnya dibuka, Naura tetap tidak menunjukkan reaksi apa pun. Dia tetap berbaring memunggungi pintu. Suara langkah kaki pria terdengar, tanpa menoleh pun Naura tahu siapa yang datang. Althaf. Hanya pria itu yang dapat dengan mudah masuk dan keluar tanpa mengetuk pintu. "Kamu belum bangun?" Pria itu berbisik di telinga Naura, tangannya mengusap lembut bahu Naura. Naura memejamkan matanya erat, tidak berkenan menjawab. Napas lembut pria itu menabrak telinga serta kulit leher Naura, membuat lipatan ringan terbentuk di dahinya. "Sudah dua hari kamu tidak bicara, mau sampai kapan seperti ini?" tanya Althaf sambil mencium helaian rambut Naura. "Kamu tahu, aku tidak akan menyakitimu, tetapi justru melindungimu. Apa yang kamu pikirkan, Naura? Mengapa kamu tidak mau menerima kemuliaan ini dengan patuh?" sambung

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 209. Pergeseran Kursi

    Dua hari setelah kejadian besar, yaitu hilangnya sang nyonya besar Tirta secara misterius, kini gelombang baru kembali muncul. Saham perusahaan raksasa Renjana, hari ini resmi menurun dengan sangat tajam. Total kerugian mereka tak terhitung jumlahnya, membuat jajaran dan investor besar kepalang gila. Rapat besar diadakan secara mendadak, tidak ada yang tahu hari sial seperti ini akan menimpa Renjana. Tidak hanya dalam satu jenis bisnis, tetapi hampir seluruh bisnis yang dinaungi Renjana mengalami kerugian besar.Semua berdiri begitu Arjuna memasuki ruang rapat, tidak ada yang berani duduk sebelum sang pemimpin besar itu duduk. Rapat dimulai begitu Arjuna melirik Damian untuk membuka topik yang akan mereka bahas. Damian mengangguk cepat, lalu tangannya gesit menggerakkan kursor laptop untuk menjelaskan data yang baru saja ia buat. "Sesuai angka saham hari ini, titik terendah perusahaan dipegang oleh 'Renjana Oil', ia berada di angka lima ribu rupiah per lot dari lima belas ribu r

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 208. Obsesi dan Penjara

    Naura menatap tajam Althaf, meskipun raut wajahnya nampak tenang, kini kedua tangannya diam-diam gemetar. Althaf menyadari ketakutan Naura. Matanya berubah menjadi sangat berbeda, seperti hewan buas, tak jauh berbeda dengan apa yang dia rasakan dari orang-orang sekitar sebelumnya. Pria itu menatap tangan Naura yang gemetar, lalu semakin menyeringai tipis. "Kamu takut?" tanya Althaf. "Bajingan," balas Naura tajam, membuat Althaf mengerutkan keningnya. "Harus aku akui, kamu hebat karena hampir membuatku tertipu," ucap Althaf lalu melirik pecahan tajam vas bunga, dia masih berada di atas tubuh Naura untuk menahan gerakan wanita itu. "Menjijikkan," ucap Naura, matanya memerah penuh kebencian. Althaf terkekeh, lalu melepaskan pecahan vas itu dengan sangat hati-hati dari genggaman tangan Naura. "Apa ada yang terluka karena ini?" tanya Althaf sambil terus memastikan tidak ada luka di tangan Naura meskipun tangannya sendiri telah berdarah-darah. Naura menarik tangannya cepat, napasny

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 207. Cerdik Atau Licik?

    "Nyonya sempat keluar berkeliling, tetapi kemudian ia kembali ke dalam kamar dengan patuh." Dua pria penjaga di depan pintu melaporkan kegiatan Naura begitu Althaf kembali. Althaf hanya mengangguk singkat, lalu membuka pintu bilik Naura. Bibirnya kembali tersenyum lembut, tatapan mati dan dinginnya berubah menjadi hangat. "Naura?" Suaranya lembut seperti malaikat. Sosok Naura yang tengah berdiri di dekat jendela besar menatap pemandangan kosong di luar pun segera menoleh. "Kamu sudah kembali?" tanya Naura, lalu tersenyum tipis ke arah Althaf. Althaf mengangguk. "Maaf jika aku terlalu lama, pihak dapur tidak menyiapkannya dengan baik tadi." Kemudian dia memberi kode di belakangnya untuk segera masuk. Pelayan datang dengan troli makanan, lalu meletakkan satu persatu piring dan gelas di atas meja. Sepergian pelayan, Althaf pun melangkah menghampiri Naura. "Ada apa? Kamu tidak nyaman?" tanya Althaf. Naura menggeleng. "Tidak, aku hanya merindukan ibu dan Kate. Kapan mereka akan m

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 206. Tatapan Buas

    Naura melangkah menuju pintu kamarnya, ia kemudian menempelkan kupingnya untuk memeriksa suara di luar sana. Sepi. Tidak ada suara kegiatan atau percakapan apa pun kecuali langkah kaki yang berat dan sibuk. Tempat apa ini? Mengapa Althaf membawanya ke tempat seperti ini?Penjualan manusia? Memilih seorang nyonya keluarga berkuasa adalah pilihan ceroboh, Althaf tidak mungkin sebodoh itu. Saat tangan Naura iseng menarik gagang pintu, dia sedikit terkejut karena ternyata pintunya tidak terkunci. Meskipun ragu, Naura memberanikan dirinya untuk membuka pintu tersebut dan langsung mendapati dua sosok pria asing yang berjaga di depannya. Mata Naura menatap dingin ke arah keduanya, dua pria itu memperhatikannya sangat intens. Tetapi hal yang lebih mengejutkan terjadi begitu keduanya tiba-tiba membungkuk ke arah Naura. Naura menatap mereka heran, kenapa mereka membungkuk ke arahnya? Ada apa?"Siapa kalian?" tanya Naura, nada bicaranya penuh dengan kewaspadaan. "Apa ada sesuatu yang And

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 205. Tenang

    Naura membuka matanya cepat begitu mendapatkan kesadaran. Tubuhnya seolah tersentak kaget, keringat dingin membasahi pelipisnya. "Kamu baik-baik saja?" Suara Althaf yang lembut dan hangat terdengar, membuat Naura menoleh cepat dan mendapati sosok pria itu yang bersandar di jendela ruangan. Angin lembut menerpa wajahnya, membuat rambut hitam pria itu menari indah. Matanya yang cokelat pun selalu berhasil menyalurkan kehangatan. Naura tidak menjawab, matanya langsung sibuk memperhatikan sekelilingnya. Ini di mana? Jelas sekali bukan bagian dari Mansion Tirta. Tatapannya bergeser pada cermin, Naura tertegun saat melihat dirinya kini sudah memakai dress putih polos. Pakaian yang ia gunakan sebelum sadarkan diri di sini adalah kemeja kerja, namun entah bagaimana sekarang berubah?Banyak sekali pikiran kasar yang menumpuk di kepala Naura. Dia masih belum bisa mencerna, terakhir kali mengingat bahwa dirinya sadar adalah setelah mengangkat panggilan Kate. Berikutnya dia memakan cheesec

  • Bercerailah, Nyonya! Tuan Sudah Menunggu   Bab 204. Kekuatan Phantom

    "Sebenarnya ini... Ada apa? Naura menghilang?" Suara Mela yang khawatir terdengar, membuat semuanya menoleh ke ambang pintu. Kate dengan cepat menghampiri Mela. "Nyonya, Anda--""Naura...." gumam Mela sambil meletakkan tangan kanannya di atas dada sebagai bentuk takut dan khawatir. "Aku akan mencarinya, ibu." Arjuna berusaha menenangkan Mela. Kedua mata Mela mulai berkaca-kaca, matanya menatap Arjuna. "Putriku... Putriku dalam bahaya...." Lalu perlahan tubuhnya mulai berdiri tidak stabil. Kate dengan sigap menahan tubuh Mela bersama pelayan pribadinya. "Cepat, bawa nyonya besar ke kamar."Begitu Mela pergi, mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke Mansion Renjana. Arjuna tetap menjalankan mobil dengan kecepatan yang sama, matanya menatap tajam ke sekitar. Phantom. Dia tidak akan mengizinkan mereka mengambil wanitanya.Kali ini Arjuna tidak akan menahan diri, karena mereka sendirilah yang telah melanggar perjanjian. Mereka berjanji tidak akan menyentuh Naura jika A

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status