Setelah mendapat semprotan dari iblis MelMel, dengan cepat Kaila langsung mematikan teleponnya secara sepihak. Bodoh amat kalau MelMel ngamuk, lagian kepo banget dengan urusan Kaila.
“Siapa yang telepon?” tanya Cris heran saat melihat wajah Kaila mendadak pucat.
“Ah, biasa iblis yang telepon.” Kaila tetap menampilkan senyum cerianya meski hatinya saat ini sedang sangat dagdigdug seperti bom panci yang akan meledak.
“Hah? Iblis?” tanya Cris tidak paham dengan jawaban dari Kaila.
“Iya, iblis Meli,” balas Kaila sambil terkekeh.
Cris baru paham, ternyata tuan Melvin dijuluki oleh istrinya sendiri iblis. Wah gila sih, parah banget Kaila ini. Masa suami sendiri dikata iblis. Kocak banget dah.
“Sudah, Cris, nggak usah dipikirkan. Lagian dia lagi di kantor nggak mungkin ke sini.”
Cris mengangguk meng-iyakan. Lagian jarak kantor tuan Melvin dengan mansion madam Margaret juga jau
Dengan gerakan yang sangat cepat Kaila menyingkirkan kepalanya ke samping hingga mau nggak mau wajah Melviano kepentok lantai keramik.Dug.“Aduh,” teriak Melviano saat jidadnya terbentur lantai dengan sangat sempurna.“Hahahah, mamam tuh lantai keramik apa marmer, mang enak,” ucap Kaila meledek Melviano. Tau dah ini yang dipasang apaan? keramik apa marmer. Ya intinya nemplok di lantai dah.Saat ini Melviano sedang menatap tajam ke arah Kaila. Ia melihat Kaila sedang tertawa terbahak-bahak seperti tidak punya dosa saja. Padahal kalau dihitung, dosa dia banyak banget.“Seneng lihat aku menderita?” tanya Melviano sinis.Kaila masih saja menahan tawanya. Sumpah ucul banget tadi. Terus jidad si MelMel juga benjud begitu.“Ngapain kamu lihat-lihat sambil mesam-mesem segala.” Melviano langsung berusaha berdiri. Ia mengusap jidadnya yang terasa nyeri kalau dipegang.Kaila mas
Melviano mendengar namanya dipanggil dari arah ruang kerjanya. Siapa lagi kalau bukan istrinya yang suaranya cetar membahenol eh membahana.Dengan langkah lebar dan tegap Melviano membuka pintu ruang kerja. Ia sudah melihat Kaila yang sedang bertolak pinggang seperti orang banyak duit aja.“Ada apa?” tanya Melviano menatap Kaila bingung.“Maling.”Dahi Melviano mengerut bingung, emang ada maling? Mana? Kok nggak ada barang yang hilang sih!“Mana.”“Itu.” Kaila menunjuk ke arah Melviano dengan dagunya.Melviano langsung menengok ke belakang ngeri ada malingnya yakan. Pas menengok, tidak ada siapa pun. Lah malingnya siapa? Pikir Melviano bingung.“Mana? Nggak ada orang lain di sini.” Melviano masih tetap bingung.“Masih nggak nyadar kamu?!” teriak Kaila sambil berjalan ke arah Melviano dengan gaya sengak.“Nyadar apa sih?”&ld
Setelah mengeringkan tubuhnya. Kaila merasa tubuhnya makin lemas juga pusing. Kaila menempelkan tangannya di dahi yang terasa sangat panas itu. Kaila melihat pergelangan tangan yang sangat membiru akibat cengkeraman Sawyer juga MelMel iblis.Kaila terus menangis dalam diam. Rasanya Kaila nggak kuat berumah tangga dengan iblis! Kaila ingin bercerai rasanya, detik ini juga. Nggak rugi juga dia masih perawan. Hanya rugi status saja yang janda. Tak apa lah janda rasa perawan.Kaila merasa kedinginan, ia segera menaikan selimutnya sampai leher. Kaila mulai memejamkan matanya yang terasa panas akibat menangis dan diguyur air oleh MelMel.Keadaan masih sore, terpaksa Melviano pergi menuju apartemen Addison teman bangsulnya. Melviano akan mengajak Addison untuk bersenang-senang malam ini.“Wah brengsek, main nyelonong aja,” ucap Addison saat Melviano sudah masuk apartemennya.Mereka bertiga sudah saling kenal dan tahu password apartemen masing-
Kaila sudah tidak mempedulikan lagi gengsinya saat ini. Ia pasrah saja, tubuhnya juga lemas ngelawan.Melviano sendiri sudah melepaskan pakaiannya saat ini, ia mulai membantu untuk melepaskan kancing piyama milik Kaila. Melviano merasa degdegan saat ini, padahal hal seperti ini sudah biasa di mata Melviano tapi kenapa ini rasanya beda sekali, ya. Seperti ada kembang api yang meletup-letup dalam hatinya.Melviano menelan ludahnya susah payah saat melihat beehaa warna hitam yang Kaila kenakan, ia harus membuang pikiran nakalnya saat ini. Brengsek banget ini otaknya!“Sudah,” ucap Melviano yang langsung membuang baju Kaila sembarangan. Ia justru memilih menuntun Kaila masuk selimut dengan dirinya juga. Melviano mulai memeluk Kaila dalam keadaan setengah naked. Sial, bangun-bangun dah ini si dedek kecil! Kampret!Kaila makin menelungkupkan wajahnya ke dalam dada bidang Melviano, Kaila akan menikmati momen ini. Bodoh amat lah soal nanti, pura
Lagi-lagi Melviano mengerjakan dokumen sambil melirik ke sofa. Di mana Kaila masih tiduran anteng.Tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu dan membukanya, menampilkan sosok Mike membawa makanan juga obat memar.“Ini, Tuan,” ucap Mike meletakan makanan juga cream memar.“Terima kasih, Mike.”Mike menunduk, dan melihat ke arah wanita yang sedang tiduran sambil bermain tablet. Kemudian Mike izin keluar kembali.“Ini makanan, ayo cepat dimakan. Katanya lapar,” ucap Melviano agar Kaila berhenti main tablet. Lagian Kaila serius banget sih nonton film begitu.“Iya, nanti bentar lagi.”“Nonton apa sih?” tanya Melviano penasaran.“Drakor, sedih banget sumpah. Ji Chang Wook kissing, aku patah hati, Mel,” adu Kaila sendu, namun matanya menatap makanan yang sudah terletak di meja.“Itu film yang cowoknya suka pakai bedak sama lisptik, y
Setelah menerima telepon dari Addison. Dada Melviano langsung bergemuruh sangat hebat. Perasaannya seperti dicabik-cabik. Ia takut kalau nanti Addison bertemu dengan Kaila kembali.“Kaila, kita pulang sekarang,” ajak Melviano yang mengajak Kaila pulang ke mansion. Karena di sana lebih aman dari pada membiarkan Kaila ikut ke kantornya.“Kenapa? Ini belum waktunya pulang, ini masih jam dua belas siang, Mel.”“Iya, aku ada rapat penting habis ini. Jadi aku nggak bisa membiarkan kamu sendirian di kantor.”“Tak apa, aku tunggu kamu di sini, Mel.” Kaila tetap keukeh dengan pendiriannya.“Tapi aku rapatnya lama sampai malam.”Dengan sangat terpaksa Kaila menurut untuk pulang ke mansion. Melviano langsung menggandeng tangan istri kecilnya dengan posesif. Kali ini Melviano melingkarkan tangan kekarnya di pinggang ramping istrinya.“Nanti pergelangan tangannya diobati
Kaila merasa kalau teriakannya tidak mempan saat ini. MelMel benar-benar punya penyakit budeg deh. Kaila akan mencoba teriak sekali lagi.“Mel-mel ....” teriak Kaila panjang namun tetap tidak ada yang nongol ke arah kamar. Etdah benar-benar harus periksa ke tht deh.“Meli ....” teriak Kaila sekali lagi.“Iblis,” panggil Kaila pelan. Ia sudah merasa habis tenaganya. Kerongkongannya juga merasa kering.“Apa?!” tanya Melviano sambil menatap tajam ke arah Kaila.Eh buset! Dipanggil nama nggak nongol. Giliran ngomong iblis nongol. Benar-benar iblis.“Tanggung jawab,” ucap Kaila sambil bertolak pinggang.“Tanggung jawab apa sih? emang aku hamilin kamu?” tanya Melviano berdecak sebal.“Enak aja, aku nggak mau hamil. Masih muda, masih mau hore-hore dulu,” jawab Kaila dengan tegas. Lagian Kaila juga belum siap kalau hamil sekarang.“Ap
“Annabele, sudah,” ucap Melviano sambil menyingkirkan tangan Annabele yang mulai bergerilya ke dada Melviano.“Kenapa? Biasanya kamu suka kalau aku beginiin,” sungut Annabele merasa kecewa karena laki-laki yang disukainya seperti selalu menghindar.“Kamu tahu sendiri Annabele, dia tidak akan mau menidurimu lagi. Cukup sekali dengan wanita yang sama,” sambar Addison melihat Annabele yang masih berusaha mendapatkan hati Melviano.Annabele merasa sakit hati dengan ucapan Addison. Meski ia tahu kalau Melviano begitu, tapi apa salahnya usaha biar hati Melviano ini luluh.Annabele ini teman kuliah tiga laki-laki bastard, ia sangat terobsesi dengan Melviano sejak dulu. Hingga ia rela menyerahkan tubuhnya meski sebelumnya Annabele pernah melakukannya dengan laki-laki lain pas usia 18 tahun. Tapi tetap saja beda rasanya. Melviano ini jago bikin melayang-layang ke udara, dia itu good banget membuat wanita meleleh dalam ranj
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud