Kaila rasanya ingin menyumpal mulut Grace yang ember. Kaila merasa tidak enak dengan Hero. Dalam jam pelajaran, Kaila tidak pernah fokus sama sekali.
Kini jam pelajaran usai, semua mahasiswa langsung bersiap-siap untuk pulang atau sekedar pergi bersama teman. Berbeda dengan Kaila yang saat ini ingin berbicara dengan Hero, Kaila takut kalau ucapan Grace dikira betulan.
“Hero,” panggil Kaila. Kaila mengabaikan tatapan mahasiswa lainnya, Kaila akan bersikap masa bodoh saja.
Hero hanya diam membisu, ia memasukkan semua barang-barangnya dan kini menatap ke arah Kaila.
“Apa?”
“Ehem,” deham Grace yang menghampiri Kaila juga Hero.
Kaila hanya melirik saja ke arah Grace, ia tidak peduli dengan ledekan Grace. Saat ini yang terpenting Hero yang tidak salah paham.
“Kalau begitu aku keluar dulu, takut ganggu kalian,” ledek Grace yang langsung menarik lengan Daren agar ikut keluar. Padahal mimi
Kini pesawat yang ditumpangi Kaila sudah mendarat di bandara Soekarno-Hatta. Kaila menyeret kopernya untuk mencari taksi. Senyum Kaila terus mengembang saat ia bisa melihat kota macet ini."Welcome back Jakarta," pekik Kaila menaikkan kaca mata hitam ke atas kepalanya.Bibir Kaila terus melengkung lebar, ia terus menyeret koper hingga sampai di depan taksi."Bang, Pondok labu, ya," ujar Kaila saat menaikki taksi berwarna biru."Siap," balas sopir taksi.Kaila menatap jalanan yang semakin padat saja, tapi emang dari dulu padat sih. Kaila tersenyum melihat pedagang kaki lima, apalagi Kaila melihat penjual gorengan."Rasanya kangen banget pengen makan cireng, bakso," gumam Kaila."Habis liburan ke bali, ya, Mbak?" tanya sopir taksi mencoba membuka percakapan.Hah, Bali? Duh, kayaknya kurang jauh deh."Hahaha, aku tuh dari Los Angeles, California, Amerika Serikat tahu nggak?""Hehehe, tahunya kaliciliwung, Mbak.
“Dooorrr ...”“Kolor ... kolor ...,” teriak Rania sambil memegangi dadanya yang terasa sangat terkejut dengan suara lantang yang membuat dirinya kaget.Kaila justru tertawa sangat ngakak melihat Mamahnya sangat begitu latah jika dikejutkan. Lagian, sejak kapan sih Mamahnya jadi wanita latah.Rania langsung menoleh ke arah sumber suara, ia menatap sosok putri bungsunya yang tengah tertawa begitu renyah.“Lho, kamu Kaila kan?” tunjuk Rania yang masih tidak percaya kalau Kaila berada di sini.“Iya dong, Mah. Emang ini siapa lagi kalau bukan Kaila?”“Seriusan?”“Serius Mamah.”“Bukan dedemit?”“Astaga Mamah, ih.” Kaila merasa kesal dikatain dedemit oleh Mamahnya sendiri.Rania berjalan mendekat ke arah Kaila, ia memegang tangan Kaila dan melihat kaki Kaila yang ternyata napak di lantai.“Ini beneran anak Mamah,
Nasya sedikit ragu awalnya untuk memperlihatkan foto dari Rezvan. Dengan sedikit keberanian yang ada, Nasya ke kamar untuk mengambil ponselnya.“Nih,” sodor Nasya memperlihatkan foto Rezvan.Kaila menerima ponsel Nasya, matanya membulat sempurna melihat dokter Rezvan yang menjadi gebetannya dulu. Hati Kaila sedikit merasakan nyeri, entah kenapa terasa ditusuk jarum.“Maaf, Kai. Kakak nggak bermaksud buat rebut laki-laki yang kamu suka. Kakak tahunya juga dari Debi kalau kamu suka sama Rezvan, Kakak—““Sssst ... gapapa kok, semuanya emang sudah diatur sama Tuhan kan? mungkin emang Kak Rezvan dijodohkan untuk Kak Nasya, Kak Nasya wanita yang sangat baik jadi pantas mendapatkan Kak Rezvan yang laki-laki baik juga,” potong Kaila cepat. Bagaimanapun ia sudah menikah dengan MelMel, lagian Rezvan hanya masa lalu saja. Jikapun sekarang dirinya menjadi saudara, mungkin memang ini yang terbaik.“Tapi—&ldq
Setelah semalam menghabiskan waktu bersama keluarga, pagi ini Kaila mendadak menjadi baby sitter dadakan. Kini, Kaila sedang menggendong Shaqu sembari menjemur. Nasya sendiri sedang sibuk untuk hal pernikahannya.“Shaqu mau punya Papah baru, ya,” goda Kaila kepada bayi mungil yang tengah berada digendongannya.Shaqu hanya memejamkan matanya saja, terkadang terbuka sambil mengemut jemarinya sendiri. Kaila yang melihat itu menjadi gemas sendiri, entah kenapa hati Kaila menjadi sedikit tersentuh dengan sesosok Shaqu.“Apa akan sebahagia ini menjadi seorang Ibu? Baru gendong Shaqu aja aku senang banget gini, senang lihat polahnya yang lucu, menggemaskan. Mungkin ini yang membuat MelMel ingin cepat memiliki anak, ternyata bayi itu lucu,” gumam Kaila pada dirinya sendiri.Shaqu tersenyum sendiri, kemudian menguap. Matanya terpejam—terbuka. Benar-benar menggemaskan.“Ih, anakku senyum-senyum, uluuuuu,” ujar Kaila
“Kenapa lo, Donat?” tanya Kaila yang melihat ekspresi Doni yang tidak menyenangkan.“Gara-gara lo nih, Debi jadi cuekin gue,” jawab Doni kesal.“Lha, kenapa sekarang lo jadi ngambek? Wajar dong, Debi cuekin lo. Habis gue lebih penting dari pada lo,” kata Kaila yang membuat emosi Doni terpancing.“SETAN LO! Datang-datang bikin emosi aja, mending di luar negeri aja sono lo, hidup gue ayem nggak ada lo,” cibir Doni menatap ke arah Kaila. Tatapan sebagai sinyal mengajak perang.“Hahaha, ngambekan lo. Udah tua juga,” ejek Kaila sambil tertawa gurih.Debi yang melihat sahabat dan pacarnya selalu berdebat hanya bisa diam sambil memegang kepalanya sendiri. Dari zaman purba sampai sekarang, mereka berdua masih berdebat aja.“Kalian berdua kapan akurnya sih?” tanya Debi yang heran.“Ogah,” seru Kaila dan Doni secara bersamaan.Debi menepuk kepalanya sendi
Kini Debi hanya bisa menatap nanar sahabatnya yang tengah makan dengan rakusnya, seperti orang yang tak pernah makan setahun.“Lo, kayak nggak makan setahun anjir,” komentar Debi.“Bodoh amat.”Kaila masih terus menghabiskan menu yang dipesannya itu. Hingga tanpa sadar akhirnya seluruh menu yang Kaila pesan habis tak tersisa.“Nggak sekalian piringnya dimakan?” ledek Debi.“Sialan lo.”Kaila kini memegangi perutnya yang sangat terasa kenyang, rasanya seperti akan meledak.“Kenapa kalau habis makan itu kenyang sih?”“Pertanyaan bego, jelas habis makan kenyang, mana ada habis makan tambah lapar, oon lo Kai.”“Hahaha, ya gue tahu. Lagi mancing lo aja sih, masih sabar ngadepin gue apa enggak.”“Sialan lo, kampret! Gue udah kebal dengan sikap dan sifat absurd lo itu.”“Syukur deh kalau lo masih kebal
BEBERAPA HARI KEMUDIAN.Kini tiba di mana acara pernikahan mewah Nasya dan Rezvan digelar begitu sangat mewah sekali. Kaila sendiri saat ini berada di hotel Mulia Jakarta untuk acara nanti malam pesta resepsi setelah tadi menggelar acara di rumah.Kaila berjalan menuju ke arah kamar hotel Mikaila, ia akan bertemu dengan adik iparnya itu.Ting nong.KLEK.“Kika, ya ampun.”“Hehehe. Akhirnya kita di Indonesia,” balas Mikaila langsung memeluk Kaila.“Bete banget nih,” ujar Kaila.“Anak Nasya mana? Mending ambil aja gih buat hiburan kita di kamar,” kata Mikaila memberikan idenya.“Nggak enak aku sama Kak Rezvan, mereka pasti kan lagi ... emm ... ya gitu deh.” Kaila merasa bingung sendiri ingin menjelaskan bagaimana. Lagian mereka menikah karena sama-sama saling mencintai, berbeda dengan dirinya juga Melviano. Korban perjodohan paksa yang tidak kenal dan saling menci
Kaila dan Mikaila lebih memilih menghabiskan waktunya di dalam kamar hotel hingga acara selesai. Kini ponsel Kaila bergetar dengan tak sabaran.Drrt ... drrt ... drrt.“Ya, halo Mah,” jawab Nasya sedikit malas.“Kamu kemana?”“Di kamar.”“Cepet turun ke ballroom, belum makan kan?”“Belum, Mah.”“Yaudah sini turun, kita makan bersama.”“Acaranya sudah selesai?”“Udah, palingan tinggal orang-orang terdekat aja yang masih betah.”“Yaudah, Kaila turun ke ballroom.”“Jangan pakai lama.”“Hmmm.”Kaila kini mematikan sambungan telepon Mamahnya. Apalagi kata Mamahnya seluruh tamu sudah pulang, eh bukan seluruh sih tapi masih ada tamu Cuma yang dekat-dekat saja, ya begitulah pokoknya.Kaila menatap Mikaila yang tengah tiduran di samping Shaqu.“Kika.&rd
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud