“Dooorrr ...”
“Kolor ... kolor ...,” teriak Rania sambil memegangi dadanya yang terasa sangat terkejut dengan suara lantang yang membuat dirinya kaget.
Kaila justru tertawa sangat ngakak melihat Mamahnya sangat begitu latah jika dikejutkan. Lagian, sejak kapan sih Mamahnya jadi wanita latah.
Rania langsung menoleh ke arah sumber suara, ia menatap sosok putri bungsunya yang tengah tertawa begitu renyah.
“Lho, kamu Kaila kan?” tunjuk Rania yang masih tidak percaya kalau Kaila berada di sini.
“Iya dong, Mah. Emang ini siapa lagi kalau bukan Kaila?”
“Seriusan?”
“Serius Mamah.”
“Bukan dedemit?”
“Astaga Mamah, ih.” Kaila merasa kesal dikatain dedemit oleh Mamahnya sendiri.
Rania berjalan mendekat ke arah Kaila, ia memegang tangan Kaila dan melihat kaki Kaila yang ternyata napak di lantai.
“Ini beneran anak Mamah,
Nasya sedikit ragu awalnya untuk memperlihatkan foto dari Rezvan. Dengan sedikit keberanian yang ada, Nasya ke kamar untuk mengambil ponselnya.“Nih,” sodor Nasya memperlihatkan foto Rezvan.Kaila menerima ponsel Nasya, matanya membulat sempurna melihat dokter Rezvan yang menjadi gebetannya dulu. Hati Kaila sedikit merasakan nyeri, entah kenapa terasa ditusuk jarum.“Maaf, Kai. Kakak nggak bermaksud buat rebut laki-laki yang kamu suka. Kakak tahunya juga dari Debi kalau kamu suka sama Rezvan, Kakak—““Sssst ... gapapa kok, semuanya emang sudah diatur sama Tuhan kan? mungkin emang Kak Rezvan dijodohkan untuk Kak Nasya, Kak Nasya wanita yang sangat baik jadi pantas mendapatkan Kak Rezvan yang laki-laki baik juga,” potong Kaila cepat. Bagaimanapun ia sudah menikah dengan MelMel, lagian Rezvan hanya masa lalu saja. Jikapun sekarang dirinya menjadi saudara, mungkin memang ini yang terbaik.“Tapi—&ldq
Setelah semalam menghabiskan waktu bersama keluarga, pagi ini Kaila mendadak menjadi baby sitter dadakan. Kini, Kaila sedang menggendong Shaqu sembari menjemur. Nasya sendiri sedang sibuk untuk hal pernikahannya.“Shaqu mau punya Papah baru, ya,” goda Kaila kepada bayi mungil yang tengah berada digendongannya.Shaqu hanya memejamkan matanya saja, terkadang terbuka sambil mengemut jemarinya sendiri. Kaila yang melihat itu menjadi gemas sendiri, entah kenapa hati Kaila menjadi sedikit tersentuh dengan sesosok Shaqu.“Apa akan sebahagia ini menjadi seorang Ibu? Baru gendong Shaqu aja aku senang banget gini, senang lihat polahnya yang lucu, menggemaskan. Mungkin ini yang membuat MelMel ingin cepat memiliki anak, ternyata bayi itu lucu,” gumam Kaila pada dirinya sendiri.Shaqu tersenyum sendiri, kemudian menguap. Matanya terpejam—terbuka. Benar-benar menggemaskan.“Ih, anakku senyum-senyum, uluuuuu,” ujar Kaila
“Kenapa lo, Donat?” tanya Kaila yang melihat ekspresi Doni yang tidak menyenangkan.“Gara-gara lo nih, Debi jadi cuekin gue,” jawab Doni kesal.“Lha, kenapa sekarang lo jadi ngambek? Wajar dong, Debi cuekin lo. Habis gue lebih penting dari pada lo,” kata Kaila yang membuat emosi Doni terpancing.“SETAN LO! Datang-datang bikin emosi aja, mending di luar negeri aja sono lo, hidup gue ayem nggak ada lo,” cibir Doni menatap ke arah Kaila. Tatapan sebagai sinyal mengajak perang.“Hahaha, ngambekan lo. Udah tua juga,” ejek Kaila sambil tertawa gurih.Debi yang melihat sahabat dan pacarnya selalu berdebat hanya bisa diam sambil memegang kepalanya sendiri. Dari zaman purba sampai sekarang, mereka berdua masih berdebat aja.“Kalian berdua kapan akurnya sih?” tanya Debi yang heran.“Ogah,” seru Kaila dan Doni secara bersamaan.Debi menepuk kepalanya sendi
Kini Debi hanya bisa menatap nanar sahabatnya yang tengah makan dengan rakusnya, seperti orang yang tak pernah makan setahun.“Lo, kayak nggak makan setahun anjir,” komentar Debi.“Bodoh amat.”Kaila masih terus menghabiskan menu yang dipesannya itu. Hingga tanpa sadar akhirnya seluruh menu yang Kaila pesan habis tak tersisa.“Nggak sekalian piringnya dimakan?” ledek Debi.“Sialan lo.”Kaila kini memegangi perutnya yang sangat terasa kenyang, rasanya seperti akan meledak.“Kenapa kalau habis makan itu kenyang sih?”“Pertanyaan bego, jelas habis makan kenyang, mana ada habis makan tambah lapar, oon lo Kai.”“Hahaha, ya gue tahu. Lagi mancing lo aja sih, masih sabar ngadepin gue apa enggak.”“Sialan lo, kampret! Gue udah kebal dengan sikap dan sifat absurd lo itu.”“Syukur deh kalau lo masih kebal
BEBERAPA HARI KEMUDIAN.Kini tiba di mana acara pernikahan mewah Nasya dan Rezvan digelar begitu sangat mewah sekali. Kaila sendiri saat ini berada di hotel Mulia Jakarta untuk acara nanti malam pesta resepsi setelah tadi menggelar acara di rumah.Kaila berjalan menuju ke arah kamar hotel Mikaila, ia akan bertemu dengan adik iparnya itu.Ting nong.KLEK.“Kika, ya ampun.”“Hehehe. Akhirnya kita di Indonesia,” balas Mikaila langsung memeluk Kaila.“Bete banget nih,” ujar Kaila.“Anak Nasya mana? Mending ambil aja gih buat hiburan kita di kamar,” kata Mikaila memberikan idenya.“Nggak enak aku sama Kak Rezvan, mereka pasti kan lagi ... emm ... ya gitu deh.” Kaila merasa bingung sendiri ingin menjelaskan bagaimana. Lagian mereka menikah karena sama-sama saling mencintai, berbeda dengan dirinya juga Melviano. Korban perjodohan paksa yang tidak kenal dan saling menci
Kaila dan Mikaila lebih memilih menghabiskan waktunya di dalam kamar hotel hingga acara selesai. Kini ponsel Kaila bergetar dengan tak sabaran.Drrt ... drrt ... drrt.“Ya, halo Mah,” jawab Nasya sedikit malas.“Kamu kemana?”“Di kamar.”“Cepet turun ke ballroom, belum makan kan?”“Belum, Mah.”“Yaudah sini turun, kita makan bersama.”“Acaranya sudah selesai?”“Udah, palingan tinggal orang-orang terdekat aja yang masih betah.”“Yaudah, Kaila turun ke ballroom.”“Jangan pakai lama.”“Hmmm.”Kaila kini mematikan sambungan telepon Mamahnya. Apalagi kata Mamahnya seluruh tamu sudah pulang, eh bukan seluruh sih tapi masih ada tamu Cuma yang dekat-dekat saja, ya begitulah pokoknya.Kaila menatap Mikaila yang tengah tiduran di samping Shaqu.“Kika.&rd
Jam lima pagi, kamar Kaila sudah digedor-gedor oleh seseorang. Dengan sangat terpaksa, Kaila bangun meski bawaannya masih sangat ngantuk karena tidur sangat larut ditambah menjaga Shaqu yang harus menyusu.KLEK.“Mah, ada apa?” tanya Kaila bingung melihat Mamahnya yang sudah membawa koper kecil.“Mamah sama Papah mau pulang,” jawab Rania yang mendorong pintu agar bisa masuk disusul dengan Hendrik.“Subuh-subuh begini mau pulang?” tanya Kaila sembari menguap.“Iya, lagian Papah kan kerja hari ini.”“Kenapa nggak cuti aja sih, Pah?” tanya Kaila menatap ke arah Hendrik.“Nggak enak kebanyakan cuti.” Hendrik menatap Kaila dan mengusap rambut Kaila yang acak-acakan.“Tapikan sama besan sendiri.”“Justru itu Kai, mentang-mentang sama besan terus jadi seenaknya gitu? Papah bukan manusia seperti itu.”Rania menatap Shaqu yang m
MAL SENAYAN CITY, JAKARTA.Kini Kaila dan Mikaila sudah berada disalah satu mal Jakarta. Mereka kali ini akan pergi menonton sekaligus membeli kado untuk Nasya.“Kamu emang mau beli apa sih, Kai?” tanya Mikaila yang bingung dengan sikap Kaila yang misterius.Mikaila melongo saat Kaila masuk ke dalam toko pakaian dalam wanita. Maksudnya, Kaila mau beli pakaian dalam gitu?“Kamu mau beli underware?” tanya Mikaila kembali.“Tidak, aku mau beli baju saringan tahu buat Kak Nasya.” Kaila sedang memilih-milih warna yang cocok untuk Kakaknya itu.“Hah, emang kamu belum belikan dia kado?”“Belum, nggak sempat belanja. Emm ... lebih tepatnya lupa sih,” kata Kaila terkekeh geli.“Hmmm.” Mikaila hanya bergumam saja.Kaila kini sedang memilih warna dan model yang begitu seksi untuk Kak Nasya. Kaila membayangkan menjadi terkikik sendiri.“Sebenarnya a