Melviano langsung mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Ia langsung menatap wajah Addison yang masih saja terlihat nelangsa sekali.
Melviano rasanya ingin sekali mencekik Addison saat ini juga.
“Fuck!” umpat Melviano.
“Melvin,” panggil Addison lirih.
“Apa,” jawab Melviano ketus.
“Aku lemas sekali,” adu Addison lirih.
“Bodoh amat!” balas Melviano yang langsung pergi meninggalkan Addison. Lagian semua gara-gara mulut comelnya yang tidak bisa direm. Benar-benar lemes banget mulutnya Addison.
Melviano langsung mengejar Kaila keluar arah restoran. Nggak mungkin Kaila pulang terlebih dulu, dia tidak tahu alamat lengkap mansion terus uang pun ia tidak pegang.
Melviano mendesah lega saat melihat Kaila sedang bersandar di mobil sambil misuh-misuh tidak jelas. Ia langsung berjalan dengan cepat, saat akan memeluk, ia langsung mendapat bogem oleh Kaila.
“Dasar buajin
Mikaila langsung tersenyum lebar saat melihat Kaila membuka pintu dengan wajah yang sama-sama kusut. Lebih tepatnya, wajah Kaila sangat berantakan make upnya karena banyak buliran air mata yang masih menetes.“Kamu mau curhat apa?” tanya Kaila yang masih di dalam kamar.“Emm ... banyak banget sih, Kai,” jawab Mikaila sambil berfikir. Ia melirik Kakaknya yang sedang berjalan pelan-pelan menuju ke arah kamar.Mikaila memberikan kode untuk Melviano tetap diam dulu sampai Kaila mau keluar kamar.“Bisa ke kamar aku nggak?” kata Mikaila sedikit memohon.Kaila yang menatap Mikaila penuh dengan permohonan jadi tidak tega sendiri. Meski perasaan dan hatinya juga sedang kalut, tapi ... sepertinya Mikaila lebih membutuhkan teman curhat.Kaila langsung keluar kamar, namun saat berjalan keluar ia dikejutkan dengan kedatangan Melviano dengan rambut acak-acakan sekali. Mungkin kalau buat bikin peternakan kecoa cocok tuh.
Melviano masih menatap mata netra Kaila. Ia masih ingin berusaha agar istrinya percaya kalau ia nggak selingkuh. Masa iya sih selingkuh sama makhluk jadi-jadian.“Kai, please ... maafkan aku,” kata Melviano lirih.Kaila masih saja mengambek, ia masih kesal dengan MelMel yang suka sekali khilaf. Untung aja tuh yang dikhilafin makhluk jadi-jadian. Tapi, kalau diingat-ingat lucu juga sih. Kaila terkikik dalam hati membayangkan ekspresi MelMel mengetahui kalau yang disukainya itu banci. Pasti wajahnya sangat kecewa sekali.“Kai,” panggil Melviano yang melihat kalau Kaila itu sedang mencoba menyembunyikan senyumnya.“Apa,” jawab Kaila masih dengan nada juteknya.“Kalau mau senyum jangan disembunyiin. Keluarin aja sih,” kata Melviano sedikit berharap kalau hati Kaila mulai luluh.“Siapa juga yang mau senyum, jangan pede deh kamu,” balas Kaila dengan jutek, ia langsung berdiri
Melviano yang merasa tidak enak dengan hukuman yang diberikan Kaila saat ini hanya pasrah saja. Lagian ia sudah kehabisan kata-kata untuk meminta maaf.“Jadi bagaimana?” tanya Melviano memastikan.“Hukumannya?” Kaila justru balik tanya.“Iya, tapi ... kamu maafin aku kan?” tanya Melviano memastikan dulu.“Aku mau maafin kamu asal ....” Kaila tersenyum sinis menatap ke arah Melviano.“Asal apa emangnya?”“Asal kamu mau berjoged blackpink lagu boombayah,” kata Kaila.Glek.“Hah, joged lagu itu lagi? Apa tidak ada hukuman lain? Aku tidak bisa kalau berjoged, Kai.” Melviano sedikit memohon keringanan kepada Kaila. Ia ingin melakukan apapun misal membelika tas, baju, jam tangan yang mahal gitu atau jalan-jalan ke luar negeri atau apalah. Tapi, kalau joged kenapa jadi lemes begini ya.“Ya sudah, mau apa tidak?” tanya Kaila dengan na
Melviano masih menunggu syarat yang akan diberikan oleh Kaila. Semoga saja syaratnya bisa dimengerti.“Apa lagi syaratnya, Kai?” tanya Melviano sedikit lemas.“Kamu ganti dulu sana, aku geli lihat kamu pakai begitu. Nggak cocok sama badan kamu yang kekar berotot gitu,” kata Kaila menilai penampilan Melviano.Melviano rasanya ingin menggetok kepala Kaila detik ini juga. Lagian yang menyuruh untuk berpakain seperti ini juga dia sendiri kenapa jadi menyalahkan dirinya sendiri. Memang betul sekali pepatah yang mengatakan kalau kaum adam diciptakan hanya untuk disalahkan dan serba mengalah. Ah sialan!“Oke, kalau begitu aku mau ganti dulu,” ujar Melviano pamit.Kaila hanya mengangguk saja. Ia langsung membuka aplikasi hapenya dan membuka bermain onet. Sambil menunggu Melviano selesai berganti, Kaila bermain onet sendirian terlebih dulu.Tak lama Melviano sudah kembali, ia mendekat ke arah Kaila.&l
Melviano makin gencar menyerang Kaila terus menerus. Ia tak memberikan untuk Kaila memprotes dengan serangan panasnya.“Keluarkan terus suara indahmu sayang,” kata Melviano memberikan arahan kepada Kaila.Kaila tak menjawab melainkan sedang berperang sendiri dengan tubuhnya yang sangat-sangat merasakan berdesir sekali. Kaila semakin memajukan dirinya kepada Melviano, ia ingin kalau Melviano lebih dalam lagi untuk menyentuhnya.“Mel, lebih kasar lagi,” titah Kaila sambil mengatur napasnya yang merasa tercekat-cekat.“Mau yang kasar, hmm?” tanya Melviano yang sudah tidak tahan untuk menghujam milik istrinya yang begitu membuat ketagihan sekali.Kaila mengangguk cepat. “Iya, cepetan Mel. Jangan lama-lama,” kata Kaila yang sudah tidak kuat menahan gairahnya itu.Dengan sangat gesit, Melviano langsung meloloskan kaosnya melalui kepala dan menurunkan boxer dengan membuang secara kasar. Tangan Melvian
“Kai, kamu tidak kesambet kan?” tanya Melviano memastikan.“Kesambet apa emangnya?” tanya Kaila balik. Ia justru tak menjawab pertanyaan dari Melviano.“Itu, kamu minta bercinta pagi ini,” jawab Melviano sedikit merasa serak suaranya.“Ini sudah siang sayang, dan aku memang lagi kepengin banget. Emang tidak boleh kalau istri minta duluan?” ujar Kaila yang merasa kalau seorang istri minta duluan itu wajar saja. Kalau yang bilang tidak kepengin dan sebagainya itu hanya golongan manusia-manusia munafik. Secara garis besar kita sama-sama diberi hawa nafsuu dan hormon seperti halnya seorang laki-laki.“Tapi kamu seriusan mau melakukan di atas wastafel?” tanya Melviano memastikan.“Iya, seperti seru,” kata Kaila sudah tersenyum-senyum sendiri saat ini.“Tapi, sepertinya aku tidak bisa Kai,” tolak Melviano yang merasa aneh jika Kaila meminta duluan. Bukan gimana sih
Kaila mengembuskan napasnya secara kasar. Kini ia hanya memandangi makanannya yang tidak habis.Kaila langsung berdiri untuk kembali ke kamar. Namun, saat berjalan menuju ke arah anak tangga, ia melihat Mikaila sedang bermain-main dengan Ciripa. Merasa tak enak karena suaminya membuat mengambek Kaila langsung menghampiri Mikaila.“Kika,” panggil Kaila.Mikaila langsung menengok dan tersenyum tipis. “Sudah selesai makannya?”“Udah, kamu lagi apa?” tanya Kaila merasa sangat bodoh bertanya seperti ini, jelas-jelas Mikaila sedang bermain dengan Ciripa.“Lagi mainan sama Ciripa. Dia ajak jalan ke mal yuk, Kai,” ajak Mikaila dengan semangat.“Tapi aku mau latihan design.”“Oh, iya lupa. Yaudah kamu latihan aja gih, biar nanti Ciripa aku yang ajak main-main.”“Ciripa semenjak ada kamu jadi sering keluar kandang, dulu sering banget dikandang terus,” tut
Melviano sedang memijat pelipisnya sambil memandangi dokumen yang akan dikerjakan hari ini. Ia sudah memprediksikan kalau hari ini emang benar-benar akan lembur. Apalagi dua minggu lagi ia sudah berencana akan mengajak Kaila untuk terbang ke Barcelona.“Mike, sebaiknya ini kau perbaiki dulu.” Melviano menyerahkan setumpuk map kepada Mike. Sedangkan ia langsung memandangi laptopnya.“Baik, Tuan.”“Kamu kerjakan semua dengan baik, karena dua minggu lagi saya akan pergi ke Barcelona,” kata Melviano memberitahukan kalau ia akan berlibur kembali.“Baik, Tuan. Tapi ... apakah akan lama atau sebentar?” tanya Mike hati-hati.“Tergantung Kaila. katanya dia pengin nonton pertandingan sepak bola di sana,” jawab Melviano yang masih teringat keinginan istrinya yang ingin bertemu Lionel Messi.“Nyonya Kaila ternyata ngefans sama Lionel Messi, emang keren sih permainan sepak bolanya,&r
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud