Melviano sedang memijat pelipisnya sambil memandangi dokumen yang akan dikerjakan hari ini. Ia sudah memprediksikan kalau hari ini emang benar-benar akan lembur. Apalagi dua minggu lagi ia sudah berencana akan mengajak Kaila untuk terbang ke Barcelona.
“Mike, sebaiknya ini kau perbaiki dulu.” Melviano menyerahkan setumpuk map kepada Mike. Sedangkan ia langsung memandangi laptopnya.
“Baik, Tuan.”
“Kamu kerjakan semua dengan baik, karena dua minggu lagi saya akan pergi ke Barcelona,” kata Melviano memberitahukan kalau ia akan berlibur kembali.
“Baik, Tuan. Tapi ... apakah akan lama atau sebentar?” tanya Mike hati-hati.
“Tergantung Kaila. katanya dia pengin nonton pertandingan sepak bola di sana,” jawab Melviano yang masih teringat keinginan istrinya yang ingin bertemu Lionel Messi.
“Nyonya Kaila ternyata ngefans sama Lionel Messi, emang keren sih permainan sepak bolanya,&r
Kaila langsung lari terburu-buru untuk menghampiri Mikaila yang sedang mabuk parah.“Kika,” teriak Kaila melihat jalan Mikaila yang sempoyongan.“Dia, mabuk parah,” kata Damian sambil memapah Mikaila agar tidak terjatuh oleng.Kaila sambil merasa gugup langsung mengarahkan Damian agar membawa Mikaila masuk ke kamar lantai bawah.“Kita istirahatkan Mikaila saja di sini,” ujar Kaila sambil membuka pintu kamar yang dulu bekas one night stand suaminya itu. Pikiran itu harus Kaila hapus agar hatinya tidak sakit terus menerus jika mengingatnya.Damian langsung menidurkan Mikaila secara perlahan-lahan di atas kasur. Kaila masih merasa deg-degan akibat dobrakan pintu yang kuat barusan. Ternyata orang itu Mikaila dan Damian, lebih tepatnya Damian memapah Mikaila mabuk.“Kenapa bisa sampai dia mabuk?” tanya Kaila menatap wajah Mikaila yang sedang tersenyum-senyum sendiri.“Dia minum terlalu
“Ayo katakan, Kaila,” tekan Melviano agar Kaila mau mengatakan kenapa Damian bisa berada di mansion.“Katakan apa sih,” kelit Kaila sambil memutarkan bola matanya jengah.“Kenapa Damian bisa ada di mansion. Mana tengah malam pula, oh bahkan dini hari begini,” kata Melviano sedikit kesal.“Dia tuh tolongin Kika,” teriak Kaila ikut merasa kesal.“Maksudnya?” tanya Melviano dengan kening berkerut.“Iya, Kika mabuk terus Damian tolongin Kika buat pulang ke mansion ini. Kalau kamu nggak percaya coba aja sana lihat Kika di dalam kamar yang biasa kamu buat ONS,” kata Kaila sambil menahan amarahnya.Glek.Mendengar kata ONS membuat Melviano menjadi salah tingkah dan merasa sangat bersalah. Ia teringat kejadian ONS yang membuatnya berujung pada pertengkaran yang mengakibatkan perceraian. Untung saja tidak jadi, semoga kejadian seperti itu tidak terjadi lagi. Semoga dirinya
“Mel,” tegur Kaila merasa kalau suaminya akhir-akhir ini sering bengong. Kaila sangat takut kalau nanti Melviano bisa kesambet setan.“Iya, Kai,” sahut Melviano pelan.“Kamu kenapa sih? kenapa lihatin aku begitu? Kamu nggak sedang kesambet kan?” tanya Kaila mulai khawatir.“Enggak lah, lagian kesambet apaan,” elak Melviano yang berdiri menuju ke arah dapur. Kaila mengikuti langkah lebar suaminya yang menuju ke arah dapur. Ternyata, Melviano mengambil air dingin. Ia langsung meminum hingga tandas.“Mel, Kika mana?” tanya Kaila yang tidak melihat Mikaila.“Di gazebo,” balas Melviano singkat.“Oh,” jawab Kaila hanya ber-oh ria.Kaila langsung berjalan ke ruang makan, ia merasa sangat lapar. Lagian ia belum mengisi perutnya sejak bangun tidur.Kaila duduk yang sendirian, Melviano justru pergi ke lantai atas untuk mandi. “Aku mandi
Kaila menaik turunkan alisnya, ia langsung berdiri di tengah-tengah antara kakak beradik itu sambil bertolak pinggang.“Jadi gimana? setuju kan?” tanya Kaila sambil tersenyum semringah.“Tapi kita nggak punya monopoli,” balas Mikaila sambil tersenyum tipis.“Tenang aja, zaman sudah semakin canggih. Sekarang kita download aja di hape. Kita main di sana, lebih ringkas dan gampang.” Kaila memberikan usulan dengan senyum yang merekah bahkan begitu merekah.“Aku oke sih, lagian sudah lama nggak main game begituan,” ujar Mikaila menyetujui permainan monopoli.“Kalau gitu tinggal kamu, Mel. Gimana? kalau nggak mau tandanya kamu cemen sama kita-kita yang wanita,” kata Kaila ikut mengkompori.“Enak aja dikatain cemen, kalau gitu aku oke juga. Siapa takut,” balas Melviano tersenyum miring. Mereka nggak tahu saja kalau Melviano ini jago main casino, jadi main monopoli itu bagaikan
“Shiiiiiiiiitt!!” umpat Melviano melihat kekalahannya itu. Bisa-bisanya ia kalah dengan Mikaila.“Hahahaha, terima saja nasibmu itu,” kata Mikaila tersenyum mengejek.“Hahahaha, halo calon asisten rumah tangga baru,” sapa Kaila begitu mengejek.Mata Melviano hanya menatap dengan nanar nasibnya yang menjadi asisten rumah tangga nanti. Pasti Mikaila akan membuatnya sangat menderita. Secara, Mikaila itu anaknya jahil super tingkat dewa.“Berhubung aku menang, jadi kalian berdua harus menuruti semua keinginanku,” kata Mikaila tersenyum miring. Mikaila sedang memikirkan hukuman apa yang akan ia berikan untuk dua sejoli di depannya ini.Melviano sedang mencari alasan yang tepat jika Mikaila akan menyuruh dengan hal-hal yang aneh dan tidak berguna.“Hukuman pertama aku mau kalian berdua renang saat ini juga, berdua ya,” kata Mikaila memerintah.“Hah,” jawab Kaila m
Melviano langsung menatap Kaila dengan sedikit gusar. Entah kenapa ia bisa keceplosan begitu.“Kamu lagi main game apa sih? Sampai senang banget begitu kalau menang?” tanya Kaila merasa penasaran.“Tidak main apa-apa kok, hanya sedang merasa memang tender aja,” kata Melviano berbohong.“Oh.” Kaila langsung kembali fokus menatap ke layar komputernya. Ia tidak mempedulikan suaminya lagi.Melviano menghela napasnya lega, akhirnya Kaila percaya dengan ucapan kebohongan yang sudah ia ciptakan itu. Dengan secepat mungkin Melviano langsung menutup dan mengunci hapenya.Melviano berjalan menuju ke arah Kaila yang masih sibuk belajar design yang ditemani dengan setia oleh Ciripa. Tangan Melviano langsung menelusuri tangan Kaila yang sedang memegang mouse.“Apaan sih, Mel,” kata Kaila merasa bulu kuduknya meremang.“Ciripa pengen punya adik tuh, iyakan Ciripa?” Melviano terus men
“Shit!” umpat Melviano yang langsung menyibak selimut untuk turun dari ranjang. Ia berjalan ke arah pintu dengan rasa malas sekaligus kesal.Lagian siapa sih, yang berani gedor-gedor pintu pagi-pagi begini, dumel Melviano dalam hatinya.Ceklek.“Taaaaraaaaaa,” sapa Mikaila dengan sangat semringah.“Ck,” decak Melviano sebal. “Ada apa?” tanya Melviano kesal.“Jangan pura-pura amnesia deh, ingatkan hari ini kalian harus ngapain?” Mikaila menaik-turunkan alisnya sambil tersenyum begitu lebar.Mengingat hari ini ia dan Kaila akan menjadi seorang asisten rumah tangga membuat Melviano berdecak sebal sekaligus mengumpat dalam hati.“Ya, ya, lagian ini masih pagi, Kika,” geram Melviano menahan kesalnya.“Justru masih pagi, agar bisa totalitas menjadi seorang ART, cepat bangun, sekaligus bangunkan itu Kaila agar siap-siap menerima tugas secepatnya,&rdquo
“Kok Kika lari sih?” tanya Kaila yang melihat Mikaila lari terbirit-birit.Melviano hanya mengangkat kedua bahunya saja. Ia kembali meneruskan untuk membilas baju adik laknatnya itu.Kaila dan Melviano terus bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan ini, sudah beberapa kali Kaila selalu mengeluh dan misuh-misuh tidak jelas akibat sekujur tubuhnya basah semua seperti habis terkena kebanjiran. Benar apa kata Mikaila, ini seperti bukan habis nyuci tapi seperti kena korban banjir.Melviano langsung menjemur pakaian Mikaila dengan asal-asalan tanpa diperas terlebih dulu. Ia tak paham dengan pekerjaan para maid ini. Melviano sudah muak mencuci baju. Lagian ini merupakan hal baru bagi Melviano.“Diperas dong Mel,” teriak Kaila saat duduk memandangi suaminya yang bekerja.“Tidak usah kelamaan, langsung jemur saja,” balas Melviano ikut berteriak.“Cih,” decih Kaila sebal. Tapi ia tersenyum