“Mel,” tegur Kaila merasa kalau suaminya akhir-akhir ini sering bengong. Kaila sangat takut kalau nanti Melviano bisa kesambet setan.
“Iya, Kai,” sahut Melviano pelan.
“Kamu kenapa sih? kenapa lihatin aku begitu? Kamu nggak sedang kesambet kan?” tanya Kaila mulai khawatir.
“Enggak lah, lagian kesambet apaan,” elak Melviano yang berdiri menuju ke arah dapur. Kaila mengikuti langkah lebar suaminya yang menuju ke arah dapur. Ternyata, Melviano mengambil air dingin. Ia langsung meminum hingga tandas.
“Mel, Kika mana?” tanya Kaila yang tidak melihat Mikaila.
“Di gazebo,” balas Melviano singkat.
“Oh,” jawab Kaila hanya ber-oh ria.
Kaila langsung berjalan ke ruang makan, ia merasa sangat lapar. Lagian ia belum mengisi perutnya sejak bangun tidur.
Kaila duduk yang sendirian, Melviano justru pergi ke lantai atas untuk mandi. “Aku mandi
Kaila menaik turunkan alisnya, ia langsung berdiri di tengah-tengah antara kakak beradik itu sambil bertolak pinggang.“Jadi gimana? setuju kan?” tanya Kaila sambil tersenyum semringah.“Tapi kita nggak punya monopoli,” balas Mikaila sambil tersenyum tipis.“Tenang aja, zaman sudah semakin canggih. Sekarang kita download aja di hape. Kita main di sana, lebih ringkas dan gampang.” Kaila memberikan usulan dengan senyum yang merekah bahkan begitu merekah.“Aku oke sih, lagian sudah lama nggak main game begituan,” ujar Mikaila menyetujui permainan monopoli.“Kalau gitu tinggal kamu, Mel. Gimana? kalau nggak mau tandanya kamu cemen sama kita-kita yang wanita,” kata Kaila ikut mengkompori.“Enak aja dikatain cemen, kalau gitu aku oke juga. Siapa takut,” balas Melviano tersenyum miring. Mereka nggak tahu saja kalau Melviano ini jago main casino, jadi main monopoli itu bagaikan
“Shiiiiiiiiitt!!” umpat Melviano melihat kekalahannya itu. Bisa-bisanya ia kalah dengan Mikaila.“Hahahaha, terima saja nasibmu itu,” kata Mikaila tersenyum mengejek.“Hahahaha, halo calon asisten rumah tangga baru,” sapa Kaila begitu mengejek.Mata Melviano hanya menatap dengan nanar nasibnya yang menjadi asisten rumah tangga nanti. Pasti Mikaila akan membuatnya sangat menderita. Secara, Mikaila itu anaknya jahil super tingkat dewa.“Berhubung aku menang, jadi kalian berdua harus menuruti semua keinginanku,” kata Mikaila tersenyum miring. Mikaila sedang memikirkan hukuman apa yang akan ia berikan untuk dua sejoli di depannya ini.Melviano sedang mencari alasan yang tepat jika Mikaila akan menyuruh dengan hal-hal yang aneh dan tidak berguna.“Hukuman pertama aku mau kalian berdua renang saat ini juga, berdua ya,” kata Mikaila memerintah.“Hah,” jawab Kaila m
Melviano langsung menatap Kaila dengan sedikit gusar. Entah kenapa ia bisa keceplosan begitu.“Kamu lagi main game apa sih? Sampai senang banget begitu kalau menang?” tanya Kaila merasa penasaran.“Tidak main apa-apa kok, hanya sedang merasa memang tender aja,” kata Melviano berbohong.“Oh.” Kaila langsung kembali fokus menatap ke layar komputernya. Ia tidak mempedulikan suaminya lagi.Melviano menghela napasnya lega, akhirnya Kaila percaya dengan ucapan kebohongan yang sudah ia ciptakan itu. Dengan secepat mungkin Melviano langsung menutup dan mengunci hapenya.Melviano berjalan menuju ke arah Kaila yang masih sibuk belajar design yang ditemani dengan setia oleh Ciripa. Tangan Melviano langsung menelusuri tangan Kaila yang sedang memegang mouse.“Apaan sih, Mel,” kata Kaila merasa bulu kuduknya meremang.“Ciripa pengen punya adik tuh, iyakan Ciripa?” Melviano terus men
“Shit!” umpat Melviano yang langsung menyibak selimut untuk turun dari ranjang. Ia berjalan ke arah pintu dengan rasa malas sekaligus kesal.Lagian siapa sih, yang berani gedor-gedor pintu pagi-pagi begini, dumel Melviano dalam hatinya.Ceklek.“Taaaaraaaaaa,” sapa Mikaila dengan sangat semringah.“Ck,” decak Melviano sebal. “Ada apa?” tanya Melviano kesal.“Jangan pura-pura amnesia deh, ingatkan hari ini kalian harus ngapain?” Mikaila menaik-turunkan alisnya sambil tersenyum begitu lebar.Mengingat hari ini ia dan Kaila akan menjadi seorang asisten rumah tangga membuat Melviano berdecak sebal sekaligus mengumpat dalam hati.“Ya, ya, lagian ini masih pagi, Kika,” geram Melviano menahan kesalnya.“Justru masih pagi, agar bisa totalitas menjadi seorang ART, cepat bangun, sekaligus bangunkan itu Kaila agar siap-siap menerima tugas secepatnya,&rdquo
“Kok Kika lari sih?” tanya Kaila yang melihat Mikaila lari terbirit-birit.Melviano hanya mengangkat kedua bahunya saja. Ia kembali meneruskan untuk membilas baju adik laknatnya itu.Kaila dan Melviano terus bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan ini, sudah beberapa kali Kaila selalu mengeluh dan misuh-misuh tidak jelas akibat sekujur tubuhnya basah semua seperti habis terkena kebanjiran. Benar apa kata Mikaila, ini seperti bukan habis nyuci tapi seperti kena korban banjir.Melviano langsung menjemur pakaian Mikaila dengan asal-asalan tanpa diperas terlebih dulu. Ia tak paham dengan pekerjaan para maid ini. Melviano sudah muak mencuci baju. Lagian ini merupakan hal baru bagi Melviano.“Diperas dong Mel,” teriak Kaila saat duduk memandangi suaminya yang bekerja.“Tidak usah kelamaan, langsung jemur saja,” balas Melviano ikut berteriak.“Cih,” decih Kaila sebal. Tapi ia tersenyum
Mikaila langsung menoleh menatap Melviano sambil tersenyum lebar, seperti ciri khas seorang Mikaila Azekiel yang suka tersenyum ramah itu.“Maaf,” ujar Melviano yang mengusap kepala atas Mikaila.Mendapat perlakuan itu membuat Mikaila tak tahan ingin menangis kembali. Ia langsung teringat masa kecilnya yang selalu bersama kakaknya ini. Ayahnya yang sibuk bekerja serta ibunya yang sibuk dengan teman-teman sosialitanya.Mikaila ingat betul saat kedua orang tuanya memutuskan bercerai karena ibunya yang tak betah tinggal di Indonesia. Hingga saat itu, ibunya membawa Melviano untuk tinggal bersama. Sedangkan Mikaila diurus dan dibesarkan oleh Ayahnya saja.“Maaf, bukan berarti membentak kamu tadi. Aku tadi sedikit emosi saja,” kata Melviano menarik kursi makan dekat Mikaila.Sraaakkkkk.Melviano duduk, ia menatap Kika kecil yang sudah tumbuh dewasa bahkan sudah bisa pergi kelab malam sampai mabuk.“Kenapa mint
UNIVERSITAS OTIS COLLEGE OF ART AND DESIGN.Melviano masih sangat syok mendengar permintaan dari Kaila. Emang sih, sekarang Kaila sudah berani terang-terangan kalau pengin apa-apa."Kamu yakin?" tanya Melviano memastikan."Hu'um," jawab Kaila mengangguk dengan yakin.Melviano langsung memajukan kepalanya untuk menggapai bibir ranum nan merekah milik Kaila.Melviano menciium secara singkat, kemudian ia menempelkan kembali bibirnya untuk lebih bisa melumat, manghisap bibir Kaila. Mereka berdua saling mencecap dengan lembut.Mengingat Kaila akan melakukan ujian saat ini, membuat Melviano langsung melepaskan ciiumannya itu."Sudah, ya. Gampang dilanjut kalau sudah selesai ujian," kata Melviano sembari mengelap bibir Kaila dengan ibu jarinya. Melviano langsung membetulkan rambut Kaila yang masih sedikit acak-acakan.Kaila tersenyum diperlakukan manis seperti ini. Kaila langsung mengecup singkat pipi Melviano.Cup.
Baik Kaila dan Melviano sama-sama menengok ke arah sumber suara. Matanya membulat sempurna melihat kedatangan orang yang tak disangkanya.“Lho, Cris,” ucap Kaila tak percaya akan bertemu Cris di tempat seperti ini.Cris menunduk hormat di hadapan Melviano, ia kembali menatap Kaila sambil tersenyum. Semua gerak-geriknya justru membuat rahang Melviano mengetat keras.“Ehem,” deham Melviano dengan sengaja.Merasa mendapat teguran dengan dehaman oleh Tuan muda Melvin. Membuat Cris tidak enak sendiri.“Maaf, Tuan,” kata Cris menunduk kembali.“Kamu sedang apa Cris?” tanya Melviano menatap tajam ke arah Cris, sopir yang menjadi teman Kaila selama ini.“Ini Tuan, saya sedang menjemput Tuan John,” adu Cris memberitahukan kalau majikannya sedang melakukan meeting di restoran yang sama dengan Melviano.“Oh, begitu. Ya sudah sana kamu tunggu Bosmu,” usir Mel
Setelah mendengar kabar bahagia dari sang istri. Kini Melviano memutuskan untuk tak jadi berangkat ke kantor. Ia memilih untuk menemani sang istri di mansion. Menghabiskan bersama dengan keluarga kecil mereka.Matheo pun sudah terbangun dari tidurnya, kini mereka bertiga memutuskan untuk menghabiskan untuk berenang bersama. Melviano benar-benar sangat bahagia sekali. Apalagi ini kehamilan Kaila kedua, kehamilan yang tak meliputi permasalahan di dalamnya. Benar-benar kehamilan yang Melviano sambut suka cita sejak awal. Meski Matheo pun sama, tapi kehamilan Matheo penuh dengan ujian dan cobaan yang begitu berat. Bahkan jika mengingatnya saja Melviano rasanya malu bahkan ikut nyesak.“Dadadadada,” oceh Matheo.“Mamat, ciluk ba,” seru Kaila yang mengajak Matheo bermain.Melviano sendiri mengajarkan Matheo berenang meski masih dipegangi dirinya. Momen kecil seperti ini sangat membuat hati Melviano sangat senang. Ternyata bahagia i
Pagi-pagi sekali Kaila sengaja sudah bangun terlebih dulu. Ia sangat penasaran dengan sikap suaminya itu. Apalagi kata orang tuh, ada suami yang ngidam jika istrinya hamil. Kaila ingin memastikan kata orang.Kaila menunggu hasilnya saat ini. Untung saja kemarin ia sudah membeli tespack di apotek. Apalagi ia juga sudah tidak mendapatkan tamu hampir dua bulan. Kaila merasa wajar jika tamu bulanannya tak lancar. Apalagi sehabis melahirkan sering terjadi seperti itu.“Huft,” Kaila menghela napasnya. Ia mengangkat tespack dengan matanya yang terpejam. Perlahan-lahan Kaila membuka matanya dan mengintip hasil pada Tespack tersebut.“Garis satu,” ujar Kaila sedikit rasa kecewa. Dengan cepat matanya terbuka lebar hingga menatap dengan jelas dua garis merah yang tertera pada tes kehamilan. Mulut Kaila menganga dengan lebar. Ia tak menyangka. Kaila menepuk-nepuk pipinya sendiri.“Gila, ini seriusan?” tanya Kaila bermonolog.
Melviano kini sedang meeting dengan klien yang sangat penting. Ia merasa tak nyaman dengan perutnya. Perasaan ia belum makan apa-apa pagi ini, ia hanya minum teh mint saja tadi.Selesai dengan pertemuan meeting, Melviano segera berjalan cepat menuju ke arah toilet yang berada di kantor dari klien yang baru saja ia temui.“Lho, Tuan.”Melviano melambaikan tangan agar Mike setop bertanya. Ia langsung memuntahkan semua yang mengganjal perutnya. Rasanya tak enak sekali.“Tuan.” Mike tetap saja masuk ke toilet, ia melihat bosnya seperti orang kurang sehat. Apalagi wajah Melviano sangatlah pucat sekali.“Tidak apa-apa, sepertinya saya akan langsung pulang. Kau bisa kembali ke kantor sendirian kan?”“Bisa, tapi seriusan kalau Tuan tidak masalah jika pulang sendirian? Atau saya bantu sampai mansion baru saya kembali ke kantor?”“Tidak usah, sepertinya saya kelelahan akibat pesta ulang tahu
DUA BULAN KEMUDIAN.Hari ini tepat ulang tahun seorang Matheo Demonte Azekiel yang satu tahun. Matheo pun saat ini sudah bisa berjalan dengan lancar. Matheo juga sudah bisa memanggil Mommy juga Daddy meski kata-kata lainnya masih sedikit tidak jelas.“Happy birtday, Matheo,” ucap Mom Margaret yang tengah mengucapkan sekaligus membawa sebuah kado mobil-mobilan yang menggunakan aki.“Thank you, Oma,” kata Kaila mengajarkan Matheo agar bisa selalu mengucapkan terima kasih kepada siapa pun yang memberikan sesuatu kepadanya.“Selamat ulang tahun, Matheo. Semoga kelak menjadi pribadi yang baik jangan seperti Daddymu. Jangan lupakan Aunty, oke?” Mikaila menaik turunkan alisnya di depan Matheo.“Apa-apaan sih, aku sudah tobat.” Melviano merasa tak terima jika masa lalunya yang kelam diungkit kembali. Bukan kelam sih, lebih tepatnya bangsul lah.“Happy birtday keponakan uncle, nanti ki
Setelah melakukan hompimpa gambreng ternyata nasib naas jatuh kepada Addison. Kini seorang Addison tengah menahan rasa tak sedap pada hidungnya. Apalagi ia sekarang sendirian di toilet untuk membersihkan bocah bayi ini.“Kalau saja tidak ingat dengan Daddymu yang laknat itu sudah aku jeburkan kau,” gerutu Addison. Addison terpaksa menatap tangan mulusnya menjadi korban. Sedangkan Matheo hanya tersenyam senyum saja tanpa merasa bersalah dan berdosa sedikitpun.“Akhirnya selesai juga, huuuuftt.”Addison membawa Matheo kembali ke ruangan Melviano. Ia melihat dua sahabatnya yang sama-sama sok sibuk. Ia langsung melangkahkan kakinya sambil mendengkus kesal.“Dam, sekarang kau pakaikan Matheo pampers, bajuku basah.”“Kau itu sekalian mandi atau bagaimana sih?” tanya Melviano menatap penampilan Addison yang cukup mengenaskan.“Ck, sudahlah. Ini semua juga ulah anakmu. Kau yang menanam benih aku
Cafe Katulistiwa, Los Angeles."Hahahha, nggak menyangka sekarang kau sudah suami takut istri," ledek Addison yang sangat tertawa ngakak sekaligus seperti mengejek."Shit, bukan seperti itu. Tapi kalian tahu lah kalau tidak dituruti pasti Kaila selalu mengancam tidak akan menjatahku.""Sewa jalang saja, susah banget."Damian langsung menimpiling kepala Addison, sebab sahabat satunya ini jika berbicara sangat asal-asalan. Tapi ada betulnya juga sih mulut lemes Addison.Melviano menggeleng kuat. "Tidak akan.""Kenapa?" tanya Addison menyeruput kopinya."Aku sudah melihat perjuangan dia saat melahirkan Matheo. Itu sangat luar biasa sekali, lagipula aku sudah berjanji pada diriku untuk menua bersama Kaila. Meski sering bikin darah tinggi juga sih.""Hahaha, kau maklum saja lah. Istrimu kan manusia langka. Jadi begitu kelakuan dia, pasti lain dari pada wanita lainnya.""Hmmm."Kini semuanya langsung menyeruput kopi mer
Kerja kali ini sedikit membuat Melviano tidak konsentrasi. Sedikit-sedikit ia menengok ke arah Matheo. Ia mengecek berkas-berkas sembari mengawasi putranya yang sedang asyik bermain sendiri di atas lantai yang sudah dilapisi karpet berbulu."Benar-benar keren anak Daddy," gumam Melviano melihat Matheo tengah mengacak-acak mainan."Nananana Dadadadaa Mmamamam."Melviano mendengar anaknya yang sedang mengoceh pun langsung menatap ke arah Matheo. Ia langsung meninggalkan kursi kebesarannya."Matheo ingin makan, huh?"Melviano segera mengeluarkan camilan khusus Matheo. Yang pasti camilan akan gizi tinggi tanpa banyak msg ataupun micin."Nih, dimakan dulu. Daddy temanin deh.""Eheheh, Dadadada."Matheo menerima camilan itu dan tersenyum senang. Ia langsung memasukan camilan ke mulutnya. Matheo memakan camilan itu hingga mulutnya belepotan dengan makanan."Anak Daddy pintar sekali," puji Melviano mengusapi kepala anaknya.
"Good morning baby boy," sapa Melviano melihat putranya sudah terbangun. Saat ini, Matheo tidurnya bersama Mommy juga Daddynya. Setiap akan ditaruh di box bayi atau kamar tersendiri selalu menangis."Momomomomom.""Pengin sama Mommy, ya? Ayo kita bangunkan Mommy bersama-sama."Melviano melihat istrinya yang masih terlelap tidur bisa sangat maklum. Ya kalian tahu dong kalau semalam habis proses pembuatan adik untuk Matheo. Apalagi Melviano menghajarnya berkali-kali sampai Kaila merasa tak sanggup."Mommy, bangun sayang." Melviano langsung mengecupi pipi Kaila."Eugh ... ngantuk Daddy," sahut Kaila sedikit merancau, matanya masih terpejam."Capek, huh? Matheo ingin menyusuu.""Menyusuu saja denganmu.""Mana bisa, nggak keluar.""Bikinin formula aja.""Lebih bagus Asi kalau pagi, apalagi jatahnya harus satu-satu sama Daddynya." Melviano terkekeh geli. Sudah pasti habis ini Kaila akan bangun dengan mata melototn
Los Angeles, California.Saat ini kediaman mansion Melviano tengah ramai. Apalagi mereka mendengar kabar bahwa Kaila juga Melviano telah kembali dari Indonesia. Tentu saja tujuan mereka bukanlah mereka berdua, melainkan seorang Matheo Demonte Azekiel."Halo, Matheo, cakep banget sih. Aunty kan jadi pengin punya anak juga."Melviano langsung menimpiling kepala Mikaila yang berbicara seperti itu. "Nikah dulu.""Ck, nggak usah nikah langsung buat aja," dengkus Mikaila kesal."Sama aku ya, Kika," sambar Addison langsung."Tidak akan aku beri restu kalian berdua jika melakukan di luar nikah." Melviano kini tengah posesif dengan Matheo."Dih, siapa juga sih yang mau bikin anak sama dia. Seperti tidak ada laki-laki lain saja," sungut Mikaila langsung."Kika, kau melukai hatiku." Addison langsung menempelkan kedua telapak tangan di depan dada menandakan kalau ia sangat terluka dan sakit hati.Berbeda dengan Kaila yang tengah dud