Mikaila langsung menoleh menatap Melviano sambil tersenyum lebar, seperti ciri khas seorang Mikaila Azekiel yang suka tersenyum ramah itu.
“Maaf,” ujar Melviano yang mengusap kepala atas Mikaila.
Mendapat perlakuan itu membuat Mikaila tak tahan ingin menangis kembali. Ia langsung teringat masa kecilnya yang selalu bersama kakaknya ini. Ayahnya yang sibuk bekerja serta ibunya yang sibuk dengan teman-teman sosialitanya.
Mikaila ingat betul saat kedua orang tuanya memutuskan bercerai karena ibunya yang tak betah tinggal di Indonesia. Hingga saat itu, ibunya membawa Melviano untuk tinggal bersama. Sedangkan Mikaila diurus dan dibesarkan oleh Ayahnya saja.
“Maaf, bukan berarti membentak kamu tadi. Aku tadi sedikit emosi saja,” kata Melviano menarik kursi makan dekat Mikaila.
Sraaakkkkk.
Melviano duduk, ia menatap Kika kecil yang sudah tumbuh dewasa bahkan sudah bisa pergi kelab malam sampai mabuk.
“Kenapa mint
UNIVERSITAS OTIS COLLEGE OF ART AND DESIGN.Melviano masih sangat syok mendengar permintaan dari Kaila. Emang sih, sekarang Kaila sudah berani terang-terangan kalau pengin apa-apa."Kamu yakin?" tanya Melviano memastikan."Hu'um," jawab Kaila mengangguk dengan yakin.Melviano langsung memajukan kepalanya untuk menggapai bibir ranum nan merekah milik Kaila.Melviano menciium secara singkat, kemudian ia menempelkan kembali bibirnya untuk lebih bisa melumat, manghisap bibir Kaila. Mereka berdua saling mencecap dengan lembut.Mengingat Kaila akan melakukan ujian saat ini, membuat Melviano langsung melepaskan ciiumannya itu."Sudah, ya. Gampang dilanjut kalau sudah selesai ujian," kata Melviano sembari mengelap bibir Kaila dengan ibu jarinya. Melviano langsung membetulkan rambut Kaila yang masih sedikit acak-acakan.Kaila tersenyum diperlakukan manis seperti ini. Kaila langsung mengecup singkat pipi Melviano.Cup.
Baik Kaila dan Melviano sama-sama menengok ke arah sumber suara. Matanya membulat sempurna melihat kedatangan orang yang tak disangkanya.“Lho, Cris,” ucap Kaila tak percaya akan bertemu Cris di tempat seperti ini.Cris menunduk hormat di hadapan Melviano, ia kembali menatap Kaila sambil tersenyum. Semua gerak-geriknya justru membuat rahang Melviano mengetat keras.“Ehem,” deham Melviano dengan sengaja.Merasa mendapat teguran dengan dehaman oleh Tuan muda Melvin. Membuat Cris tidak enak sendiri.“Maaf, Tuan,” kata Cris menunduk kembali.“Kamu sedang apa Cris?” tanya Melviano menatap tajam ke arah Cris, sopir yang menjadi teman Kaila selama ini.“Ini Tuan, saya sedang menjemput Tuan John,” adu Cris memberitahukan kalau majikannya sedang melakukan meeting di restoran yang sama dengan Melviano.“Oh, begitu. Ya sudah sana kamu tunggu Bosmu,” usir Mel
Melviano memahami suara siapa yang menelepon saat ini. Melviano merasa kesal dengan sahabatnya Damian yang bernama setan Annabele.“Ada apa Annabele?” tanya Melviano sembari memejamkan matanya.“Kamu kenapa tidak pernah ke kelab malam lagi sih?” tanya Annabele dengan nada manjanya.“Aku tidak ada waktu buat ke acara seperti itu.”“Semenjak menikah kau berubah sekali Melvin,” komentar Annabele yang mengenai sikap Melviano yang berubah drastis.“Jelas aku harus berubah, karena ada istriku yang harus aku jaga di mansion. Yang selalu menunggu dan menantikan aku pulang bekerja,” tukas Melviano yang justru meladeni telepon dari Annabele.“Padahal aku rindu momen-momen kamu seperti dulu lagi, Melvin,” kata Annabele.“Cih,” decih Melviano. “Apa ada hal penting lain yang akan kamu katakan?” tanya Melviano sebelum menutup sambungan teleponnya.
Mendapat bentakan seperti itu membuat Kaila makin ciut saja. Ia tak berani menatap ke arah Melviano. Hingga sebuah tangan mendarat memegang pipi Kaila untuk menolehkan ke arah Melviano.“Hadap sini,” kata Melviano pelan. Ia menyesal sudah membentak Kaila barusan.Air mata Kaila terus mengalir tiada henti, Melviano yang melihat menjadi tidak tega sendiri. Dengan sangat lembut Melviano mengusap air mata yang berjatuhan membasahi pipi mulus Kaila.“Maaf,” kata Melviano dengan sangat lirih.Kaila masih saja terus terisak, ia mencoba menghentikan tangisannya itu namun sulit sekali diberhentikan.“Hustt,” Melviano mulai memajukan wajahnya untuk menciium bibir Kaila yang masih saja bergetar. Ia mengusap kembali sisa buliran air mata Kaila.Melviano menarik kepala Kaila ke dada bidangnya, ia mengusap naik turun punggung Kaila dengan sangat lembut. Melviano tak bermaksud untuk membentak Kaila barusan, ia hanya kele
Pagi ini Melviano menjalani rutinitas seperti biasanya sebelum benar-benar berlibur ke Barcelona. Kaila pun menghabiskan waktu hanya dengan menonton televisi, bermain dengan Ciripa juga bergosip dengan Mikaila. Namun, hari ini Mikaila sudah akan menempati apartemen barunya yang sudah dibelikan oleh Melviano.“Kika seriusan mau tinggal di apartemen aja?” tanya Kaila sedih melihat kepergian Mikaila.“Iya, Kai. Nyari yang dekat kampus soalnya.”“Sedih banget ih, aku jadi nggak ada teman buat ngobrol lagi,” kata Kaila sendu.“Kamu bisa main-main nanti ke apartemen sama Kak Melvin. Kalau dia nggak mau anterin kamu tenang saja ada Sawyer, kalau dia nggak mau juga. Nanti aku jemput atau kamu kabur pakai taksi biar dia kelimpungan nyari kamu,” tukas Mikaila sambil tersenyum.“Oke.”Kedua saling tersenyum sebelum mendapat intruksi dari Sawyer.“Nona Kika, mobil sudah siap,&rdquo
Pagi-pagi Melviano dan Kaila sudah bersiap-siap untuk menuju ke bandara internasional Los Angeles. Sepasang suami istri ini keduanya kompak menggunakan kaca mata hitam kali ini.“Aku nggak sabar pengin lihat Messi sama Neymar tanding,” ceplos Kaila sambil memandangi jalanan kota Los Angeles ini.“Neymar sudah tidak di Barcelona lagi,” sahut Melviano.“Hah, seriusan kamu?” tanya Kaila menurunkan kaca mata hitamnya.“Hmm. Dia sudah pindah ke PSG,” jawab Melviano memberitahukan.“Yah, sedih deh. Nggak bisa ketemu sama Babang Neymar.” Kaila langsung merasa lemas mengetahui kalau Neymar tidak bergabung lagi dengan Barcelona.“Kamu ini suka Messi atau Neymar sih?” tanya Melviano.“Dua-duanya lah, berhubung Neymar pindah. Aku hanya bisa lihat Messi doang,” jawab Kaila sedikit kecewa juga sedih.“Ya sudah itu mendinga ketemu salah satu idola, dari
Kaila merasakan tubuhnya sakit, juga berat. Ia mulai membuka matanya secara perlahan-lahan. Pantas saja perutnya berat sekali, ternyata kepala si MelMel tiduran di perut langsingnya ini.“Mel, bangun ih. Berat banget lho ini,” kata Kaila sambil mencubit-cubit pipi Melviano dengan gemas.Melviano bukannya terbangun tapi semakin mendusel ke arah perut Kaila lagi. Melviano juga mengusap-usap perut istrinya itu.Lha, buset. Disuruh bangun malahan makin tambah seperti kerbau. Gembel banget nih orang ya, dikira tuh perut bantal permadani, dumel Kaila dalam hatinya.“Mel, bangun. Perutku sakit pengen pup,” kata Kaila sambil meringis seperti orang mulas.Mendengar kata ‘pup’ membuat Melviano langsung terbangun dan terduduk sambil menatap nanar ke arah Kaila.“Ya sudah cepetan sana,” usir Melviano yang takut nanti Kaila pup di celana.“Hahaha, bohongan,” balas Kaila sambil menjulurkan
“Obat apa?” Melviano mengulang pertanyaan barusan. Memangnya Kaila sakit apa sampai harus minum obat segala.“Itu lho, Mel. Obat buat pencegah kehami—“ Kaila langsung berlari merasa perutnya seperti dikoyak-koyak hingga membuat mual akan muntah.Kaila langsung terduduk di depan kloset kamar mandi, ia mengeluarkan seluruh cairan bening yang membuat perutnya melilit dan kerongkongan terasa kering juga sangat panas. Hatinya merasa sangat berdebar-debar seperti orang jatuh cinta. Padahal itu semua karena pengaruh sebuah alkohol yang diminum Kaila. Daya tahan tubuh Kaila tak kuat menerima sebuah alkohol, apalagi dalam dosis yang lumayan banyak seperti tadi. Benar-benar sangat nekad bocah satu itu.Melviano yang merasa khawatir akan keadaan istrinya itu, ia langsung mengejar Kaila menuju ke arah kamar mandi. Melviano memijat bahu serta tengkuk Kaila secara perlahan-lahan hingga membuat Kaila ingin memuntahkan kembali apa yang ada di dalam