Dari banyak hal, membenci mu setelah menoreh luka adalah hal yang tak bisa gue lakukan sampai saat ini.
Naina terdiam menatap sarapan yang ada di atas meja. Kata-kata yang diucapkan oleh nenek nya tadi malam begitu memukul dirinya sampai ke dasar hati yang paling terdalam.
Rasanya ia sungguh ingin tertawa saja sekarang, menertawakan kebodohan nya selama ini.
"Sayang kamu kenapa? Sakit ya?" Ucap Fano yang langsung membawa Naina kembali pada kesadaran nya semula.
Naina menatap papanya di hadapannya itu, ia juga tidak tahu harus menunjukkan ekspresi dan bersikap seperti apa di hadapan papa nya saat ini.
Tak mendapat kan jawaban apapun dari Naina, Fano bergerak menghampiri Naina yang duduk tak jauh
Beberapa hal datang tanpa kita tahu maksud sebenarnya tapi kita tahu ada sesuatu yang harus kita temukan dari semua itu.Fano berada dalam ruangannya, sejak tadi ia mencoba untuk fokus pada kerjaannya itu melupakan semuanya, namun entah kenapa bayangan wajah Naina terus saja menghantui nya.Anak nya itu seperti sedang melakukan pemberontak dengan cara sangat halus sekali.Tapi ia juga tidak tahu apa sebabnya, seingatnya ia dan Naina tidak terlibat dalam perdebatan apapun itu. Jika pun mereka terlibat perdebatan, Naina akan mengunci diri di dalam kamar dan tak akan bicara apapun padanya.Tapi tadi, Naina masih memanggil nya dengan panggilan papa dan masih menggenggam tangan Fano dengan begitu erat. Tak ada tanda-tanda Naina marah padanya tapi kenapa rasanya itu ada yang berbeda dengan anak yang sudah ia besarkan bertahun-tahun lamanya?Fano mengingat apa saja kegiatan yang telah m
Gerbang yang menjulang tinggi itu dihiasi lampu warna-warni disana. Tak lupa juga balon warna warni juga ikut turut serta meramaikan keindahan dekorasi yang dibuat oleh sekolah melalui anak-anak OSIS yang bergerak sesuai bidangnya.Sekolah sudah begitu ramai sekali yang datang, reunian kali ini benar-benar terasa begitu berbeda dari reunian yang dilakukan setiap tahunnya.Jika tiap-tiap tahun yang datang mengisi acara hanya sedikit maka kali ini para alumni yang datang benar-benar di luar dugaan sehingga bagian konsumsi harus bergerak cepat untuk menambah makanan dan jamuan untuk para hadirin yang datang.Benar-benar merupakan reunian yang paling berbeda dari biasanya. Seluruh anak OSIS kesana sini menyiapkan banyak kekurangan itu. Tak Mereka sangka bahwa alumni yang hadir akan benar-benar ramai melewati batas target mereka."Buset dah, tumben banget reunian kali ini Ramai. Biasanya tiap tahun sepi,
Fano sampai pada parkiran mobil, di hadapannya saat ini berdiri sebuah bangunan dimana ia pernah menimba ilmu dulunya.Ia masih bingung antara masuk atau tidak, entahlah terasa begitu gugup sekali saat ini.Pikirannya saat ini hanya satu saja, bagaimana ia akan menjawab pertanyaan demi pertanyaan semua orang nantinya.Jika nnati orang bertanya tentang Syasa, apa yang harus ia jawab?Sudahkah dirinya ini siap untuk masuk dan bertemu dengan banyak orang dari masa lalu nya itu?Beberapa pertanyaan terus memenuhi isi kepalanya saat ini hingga membuat ia tak tahu harus bagaimana.Apakah ia harus pulang saja? Jika iya, maka kedatangan nya kesini itu untuk apa? Hanya untuk melihat bangunan yang pernah ia tempati dulu yang mempunyai banyak sekali kenangan antara dirinya dan juga Naya?Lama sekali Fano terdiam di dalam mobil, matanya terus saja me
"Kalian." Gumam Fano."Ih seriusan ini Fano Loh." Ucap Tania yang mulai mendekati Fano diikuti dengan Aldi dan juga Riko dibelakangnya.Mereka bertiga benar-benar terkejut saat melihat sosok Fano yang sudah sangat lama tak pernah terlihat sama sekali sejak hari itu."Apa kabar Fan?" Tanya Riko, terasa sedikit canggung namun tetap ia sapa sosok yang dulu selalu ia susahkan itu."Baik, kalian apa kabar?" Tanya Fano dengan sangat hati-hati sekali.Ia takut jika ia masih seperti dulu lagi maka teman-teman nya itu akan berpikir aneh. Toh mereka sudah lulus begitu lama dan juga ia yakin bahwa saat ini mereka semua sudah bergelut pada dunia kerja yang menuntut keseriusan.Tania menulis nama mereka bertiga di daftar tamu yang hadir dan kemudian langsung menyerahkan undangan biru muda itu kepada petugas."Woi, ayo masuk. Ngapain sih lama bnget dis
Jika kita memang sepaket pasti kita akan sepakat terus walau udah beda status."Eh biji kuaci nggak usah bersuara, berisik gue mau tidur!!" Ucap seorang cowok dengan suara Ngantuk nya.Naya menghentikan aksi nyanyi nya dan memutar mata nya dengan malas. "Bodoh!! Nggak peduli gue.""Ayolah mantan, beri gue waktu untuk tidur sebentar aja. Gue nggak ada tidur dari tadi malam.""Seriusan Lo?" Naya menarik kursi nya untuk lebih dekat dengan Fano. "Kok bisa Lo nggak ada tidur? Ngapain aja Lo Fan?" Tanya Naya dengan muka penasaran.Fano menempelkan jari telunjuk nya di bibir Naya."Ssstttt, anak TK nggak boleh tau urusan orang dewasa.""Kurang ajar Lo banci!! Lagi serius juga gue." Ucap Naya yang sudah emosi meladeni ucapan Fano.
Entah lah, tanpa mengusik ketenangan mu membuat ada yang kurang dalam daftar aktivitas harian ku."Sekali lagi saya bertanya siapa yang nyuruh kalian untuk pulang tanpa arahan dari sekolah?" Ucap pak Kepala sekolah yang kini sudah tak bisa menahan rasa kesal nya pada murid yang tidak bertanggungjawab.Kini satu sekolah sedang berdiri di lapangan mendengar ocehan dari kepala sekolah yang sedang mencari pelaku. Sudah hampir satu jam mereka di jemur di lapangan karena belum ada yang mengakui kesalahannya."Baiklah, jika kalian tidak ada yang mau mengaku maka hari ini kalian semuanya saya jemur sampai jam sekolah berakhir dan tidak ada yang boleh keluar dari barisan." Ucap kepala sekolah kemudian dengan rasa kesal nya karena sampai satu jam berlalu belum ada yang mau mengaku.Terdengar suara keluhan dari para siswa dan siswi dari semua kelas. Termasuk kelas XII IPA 1. Fano masih asik bermain game di ponsel nya sedari ta
Entah kutukan apa yang dikirim kan tuhan pada ku lewat kamu yang terlalu menguji kesabaran ku setiap hari.Naya melihat keluar jendela, memandangi setiap tetes air hujan yang turun. Kebetulan hari ini guru mata pelajaran sedang tidak masuk jadi saat ini sedang berlangsung jam kosong.Naya mengalihkan pandangannya pada sosok cowok yang saat ini sedang berada dalam mimpi. Hawa dingin dari hujan yang turun saat ini mampu menghantarkan Fano Arga Tara pada tidur yang sangat nyenyak.Ia menarik bibirnya membentuk senyum ketika bayangan masa lalu mereka tiba-tiba melintas. Tak ingin tertangkap basah karena menatap Fano secara diam-diam, Naya kembali mengalihkan pandangannya ke jendela melanjutkan aktivitasnya tadi.Memang benar bahwa hujan selalu mengingat kan kita pada kenangan."Hujan turun aja di liatin, ya elah Nay sejak kapan Lo jadi alay?" Ucap seseorang yang ntah sejak kapan sudah berada disamping n
Menjadi mantan lebih menyenangkan dari pada menjaga jodoh orang lain.Kelas XII IPA 1 seperti pasar saat mengetahui ada PR fisika. Masing-masing pada berhamburan mencari contekan. Naya yang baru tiba terasa aneh melihat teman-teman nya yang sibuk merebut buku."Ada apaan sih?" Tanya Naya pada Fano yang saat ini sedang sibuk mengigit sedotan air mineral.Fano mengeluarkan buku dari dalam tas dan di berikan nya kepada Naya. "Nih pr fisika buat mantan tersayang udah gue kerjain. Jadi Lo nggak usah seperti mereka yang rebutan buku gue untuk nyontek. Cukup merebut hati gue aja Nay."Naya yang baru mengerti langsung tersenyum. Tau saja Fano kalau Naya akan merengek mintak di kerjain pr Nya.
"Kalian." Gumam Fano."Ih seriusan ini Fano Loh." Ucap Tania yang mulai mendekati Fano diikuti dengan Aldi dan juga Riko dibelakangnya.Mereka bertiga benar-benar terkejut saat melihat sosok Fano yang sudah sangat lama tak pernah terlihat sama sekali sejak hari itu."Apa kabar Fan?" Tanya Riko, terasa sedikit canggung namun tetap ia sapa sosok yang dulu selalu ia susahkan itu."Baik, kalian apa kabar?" Tanya Fano dengan sangat hati-hati sekali.Ia takut jika ia masih seperti dulu lagi maka teman-teman nya itu akan berpikir aneh. Toh mereka sudah lulus begitu lama dan juga ia yakin bahwa saat ini mereka semua sudah bergelut pada dunia kerja yang menuntut keseriusan.Tania menulis nama mereka bertiga di daftar tamu yang hadir dan kemudian langsung menyerahkan undangan biru muda itu kepada petugas."Woi, ayo masuk. Ngapain sih lama bnget dis
Fano sampai pada parkiran mobil, di hadapannya saat ini berdiri sebuah bangunan dimana ia pernah menimba ilmu dulunya.Ia masih bingung antara masuk atau tidak, entahlah terasa begitu gugup sekali saat ini.Pikirannya saat ini hanya satu saja, bagaimana ia akan menjawab pertanyaan demi pertanyaan semua orang nantinya.Jika nnati orang bertanya tentang Syasa, apa yang harus ia jawab?Sudahkah dirinya ini siap untuk masuk dan bertemu dengan banyak orang dari masa lalu nya itu?Beberapa pertanyaan terus memenuhi isi kepalanya saat ini hingga membuat ia tak tahu harus bagaimana.Apakah ia harus pulang saja? Jika iya, maka kedatangan nya kesini itu untuk apa? Hanya untuk melihat bangunan yang pernah ia tempati dulu yang mempunyai banyak sekali kenangan antara dirinya dan juga Naya?Lama sekali Fano terdiam di dalam mobil, matanya terus saja me
Gerbang yang menjulang tinggi itu dihiasi lampu warna-warni disana. Tak lupa juga balon warna warni juga ikut turut serta meramaikan keindahan dekorasi yang dibuat oleh sekolah melalui anak-anak OSIS yang bergerak sesuai bidangnya.Sekolah sudah begitu ramai sekali yang datang, reunian kali ini benar-benar terasa begitu berbeda dari reunian yang dilakukan setiap tahunnya.Jika tiap-tiap tahun yang datang mengisi acara hanya sedikit maka kali ini para alumni yang datang benar-benar di luar dugaan sehingga bagian konsumsi harus bergerak cepat untuk menambah makanan dan jamuan untuk para hadirin yang datang.Benar-benar merupakan reunian yang paling berbeda dari biasanya. Seluruh anak OSIS kesana sini menyiapkan banyak kekurangan itu. Tak Mereka sangka bahwa alumni yang hadir akan benar-benar ramai melewati batas target mereka."Buset dah, tumben banget reunian kali ini Ramai. Biasanya tiap tahun sepi,
Beberapa hal datang tanpa kita tahu maksud sebenarnya tapi kita tahu ada sesuatu yang harus kita temukan dari semua itu.Fano berada dalam ruangannya, sejak tadi ia mencoba untuk fokus pada kerjaannya itu melupakan semuanya, namun entah kenapa bayangan wajah Naina terus saja menghantui nya.Anak nya itu seperti sedang melakukan pemberontak dengan cara sangat halus sekali.Tapi ia juga tidak tahu apa sebabnya, seingatnya ia dan Naina tidak terlibat dalam perdebatan apapun itu. Jika pun mereka terlibat perdebatan, Naina akan mengunci diri di dalam kamar dan tak akan bicara apapun padanya.Tapi tadi, Naina masih memanggil nya dengan panggilan papa dan masih menggenggam tangan Fano dengan begitu erat. Tak ada tanda-tanda Naina marah padanya tapi kenapa rasanya itu ada yang berbeda dengan anak yang sudah ia besarkan bertahun-tahun lamanya?Fano mengingat apa saja kegiatan yang telah m
Dari banyak hal, membenci mu setelah menoreh luka adalah hal yang tak bisa gue lakukan sampai saat ini.Naina terdiam menatap sarapan yang ada di atas meja. Kata-kata yang diucapkan oleh nenek nya tadi malam begitu memukul dirinya sampai ke dasar hati yang paling terdalam.Rasanya ia sungguh ingin tertawa saja sekarang, menertawakan kebodohan nya selama ini."Sayang kamu kenapa? Sakit ya?" Ucap Fano yang langsung membawa Naina kembali pada kesadaran nya semula.Naina menatap papanya di hadapannya itu, ia juga tidak tahu harus menunjukkan ekspresi dan bersikap seperti apa di hadapan papa nya saat ini.Tak mendapat kan jawaban apapun dari Naina, Fano bergerak menghampiri Naina yang duduk tak jauh
"Kemari sayang," ucap ibu Fano pada Naina sambil menepuk kasur empuk disampingnya itu.Naina melangkah untuk mendekat ke arah nenek nya dengan perasaan yang bercampur aduk. Mimik wajah dari sang nenek yang terasa beda dari biasanya membuat Naina merasa bingung. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dan tak ia ketahui sama sekali.Senyum wanita yang sudah tua itu begitu manis. Jarang sekali ia melihat neneknya bisa tersenyum seperti saat ini. Bukan jarang malah lebih tepatnya tidak pernah. Namun saat hanya dengan menyebut nama wanita itu, sisi lain nenek nya dan sang papa yang tak pernah ia ketahui muncul begitu saja."Berapa umurmu sekarang sayang?" Tanya ibu Fano saat Naina sudah duduk disampingnya."Hampir delapan tahun nek." Jawab Naina.Kembali wanita itu mengembang senyumnya hingga menampakkan bentuk keriput di matanya."Kau sudah sangat besar ternyata, tap
Rasa penasaran dan teka-teki entah kenapa berjalan beriringan dalam hidup gue saat ini. Tentang kamu, dia dan kita yang telah berlalu.Sejak pulang ke rumahnya Naya tak sedikitpun Bergerak dari tempat tidurnya. Ia terus saja memikirkan pertemuan nya bersama dengan Fano tadi.Beberapa pertanyaan terus saja berputar di otaknya saat ini mengingat dengan jelas ucapan gadis kecil yang memanggil Fano dengan panggilan papa."Apakah itu anak Syasa? Apakah mereka sudah menikah dan dikaruniai seorang anak? Ah, pasti nya hidup mereka telah bahagia selama beberapa tahun ini."Naya menggeleng kan kepalanya cepat menghapus setiap dugaan yang muncul. Bagaimanapun ia tak ingin terlalu cepat menyimpulkan semua yang terjadi hari ini. Tapi bayangan wajah Naina yang begitu mirip dengan Syasa begitu menghantui dirinya sendiri."Ck! Mengapa gue harus repot-repot memikirkan semua itu? Ast
Ketika takdir dan waktu berkerja sama dalam menghancurkan diriku, disaat itulah kamu harus tahu bahwa hancurnya diriku itu karena kamuSesampainya dirumah, Fano langsung menuju lantai dua dimana kamarnya berada tanpa mengucapkan apapun pada Naina. Naina menaikkan alisnya karena merasa bingung dengan keadaan papa nya itu yang tiba-tiba saja berubah. Padahal tadi saat mereka pergi dan belanja di mall papanya itu masih baik-baik saja. Lalu apa yang sebenarnya sedang terjadi?Ibu Fano yang melihat Naina kebingungan langsung menghampiri cucu nya itu."Ada apa sayang?" Tanya Ibu Fano sambil mengusap lembut puncak kepala Naina."Nggak tau sih Nek, papa tiba-tiba aneh.""Aneh? Aneh kenapa hm?" Tanya ibu Fano, sebenarnya ia melihat semuanya saat mereka baru saja turun dari mobil. Ibu Fano melihat wajah Fano yang berbeda."Nggak tau Papa itu kenapa setelah bertemu sama
Entah apa jadinya pada hati ini saat mengetahui kebenaran dari semuanya saat kita kembali bertemuTapi tanpa di duga sebelumnya, langkah kaki Naya berhenti. Naya diam membeku ditempat nya itu. Bahkan matanya juga tidak berkedip sama sekali saat berpas-pasan dengan seseorang yang selalu menganggu nya selama ini. Orang itu juga sama, sama-sama terkejut dan tak percaya apa yang sedang di lihat oleh Mata nya sendiri.Kedua nya larut bersamaan tatap mata yang sama sekali tidak berkedip itu, seolah-olah sedang berbicara tanpa perantara mulut."Fan-o." Ucap Naya terbata-bata. Lidah nya tiba-tiba saja kelu menyebutkan nama Fano itu."Naya." Kini giliran Fano pula yang bersuara. Berbanding terbalik dengan Naya yang nampak sedikit shock itu. Fano malah nampak begitu bahagia saat ini.Baru selangkah Fano berjalan untuk mendekati Naya tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat mata nya menangka