Menjadi mantan lebih menyenangkan dari pada menjaga jodoh orang lain.
"Ada apaan sih?" Tanya Naya pada Fano yang saat ini sedang sibuk mengigit sedotan air mineral.
Fano mengeluarkan buku dari dalam tas dan di berikan nya kepada Naya. "Nih pr fisika buat mantan tersayang udah gue kerjain. Jadi Lo nggak usah seperti mereka yang rebutan buku gue untuk nyontek. Cukup merebut hati gue aja Nay."
Naya yang baru mengerti langsung tersenyum. Tau saja Fano kalau Naya akan merengek mintak di kerjain pr Nya. "Terimakasih mantan tak dianggap." Jawab Naya
"Iya, lain kali otak nya di jemur biar nggak beku terus nggak bodoh deh." Ucap Fano yang masih setia mengigit sedotan air mineral
"Jaga ya ucapan Lo, gue cuma bodoh dalam bidang ini dan Lo nggak bisa mengklaim gue bodoh karena gue pintar dalam bahasa Inggris!!"
"Oh iya, bicara bahasa Inggris gue kadang selalu mikir Lo itu kewarganegaraan apa sih Nay? Soal nya nilai bahasa Indonesia Lo selalu remedi."
"Bodoh ah Fan, pergi Lo. Gue lagi pengen sendiri nggak mau di ganggu dulu." Lanjut Naya langsung membaringkan kepalanya di atas meja
"Lo sakit ya Nay?" Tanya Fano
"Gue cuma lagi butuh sendiri aja Fan."
Tiba-tiba bel masuk berbunyi membuat semua siswa berhamburan menuju tempat masing-masing.
"Selamat pagi Ananda-ananda sekalian. Kembali lagi bertemu dengan saya dalam pelajaran mengenang sang mantan. Eh salah maksud saya sejarah." Ucap pak Harry.
Seluruh siswa tertawa mendengar sapaan pak Harry. Memang guru satu ini selalu saja ada bahan untuk membuat pelajaran nya di sukai oleh murid-murid.
"Baiklah Ananda-ananda ku sekalian buka buku kalian semua, kita akan masuk ke materi selanjutnya menyambung materi Minggu lalu. Saya akan menjelaskan dengan cepat karena saya hanya mempunyai waktu 1 jam saja. Ngerti atau tidak saya harap kalian mengerti dengan sendirinya seperti dia yang harus mengerti bahwa menjadi mantan lebih menyenangkan di bandingkan menjadi penjaga jodoh orang lain." Ucap pak Harry sambil menarik turun kan kacamata nya.
Semua siswa kembali tertawa. Ah entah lah, guru nya ini mungkin terlalu lama sendiri makanya semua hal yang ia ucapkan selalu jadi bahan untuk baperan.
"Nyatanya punya mantan rasa pacar itu lebih menyenangkan dari pada pacar rasa teman pak." Sambung Fano dari arah belakang.
Pak Harry yang ingin melanjutkan materi langsung menoleh ke arah Fano. "Oh iya, hari ini saya lupa untuk mengabsen hubungan kalian. masih mantan atau sudah berkembang menjadi balikan?" Tanya pak Harry dengan tampang mengejek
Iya, kandas nya hubungan percintaan antara Naya dan Fano tersebar luas sampai ke telinga guru. Kalian harus tau, sebegitu artis nya Fano disekolah sampai-sampai dari hubungan pacaran nya sampai sudah menjadi mantan tetap saja mereka jadi sorotan dan jadi bual-bualan.
Banyak komentar positif dan negatif nya dari berita mereka pacaran hingga berita mereka putus. Tapi itu semua tak di perduli kan mereka sama sekali.
"Masih otw menuju jodoh yang dirahmati Allah pak." Balas Fano yang sukses langsung dapat tatapan tajam dari Naya.
Naya sebelumnya tak terkenal, tak ada guru dan siswa lain yang mengenal nya. Tapi saat ia berhubungan dengan Fano namanya melonjak tinggi hingga satu sekolah. Sebegitu berpengaruh nya nama Fano bukan?
Tak jarang juga, setiap guru yang masuk selalu mengungkit tentang hubungan mereka yang sudah kandas itu. Entah di sengaja atau tidak dari pihak sekolah, Naya dan Fano selalu di pertemukan dalam 1 kelas selama tiga tahun berturut-turut.
Dan begitulah, setiap guru yang masuk akan selalu ada absen untuk hubungan mereka yang kapan akan berkembang menjadi balikan mengingat mereka yang seperti tak pernah terjadi apa-apa di masa lalu.
**
Fano melirik jam dinding dalam kelas nya. Sesekali ia juga melihat ke arah Naya yang sejak tadi pagi berdiam diri tanpa berniat untuk membagi nya kepada Fano.
Fano melangkah ke meja Naya ia sungguh tidak kuat lagi untuk menahan nya. Bodoh amat kalau bakalan di amuk oleh Naya.
"Nay." Panggil Fano saat sudah berada disamping Naya
"Hmmm." Gumam Naya
"Nay." Panggil Fano lagi
Naya menoleh ke arah Fano menunggu kata selanjutnya.
"Nay, gue lapar." Ucap Fano kemudian sambil memegang perutnya.
Naya mengangkat satu alis nya. "Terus?"
Fano mengulurkan sebelah tangannya, "Mintak uang dong, upah ngerjain pr fisika tadi." Ucapannya dengan tampang tak berdosa.
Naya mendengus kesal, seharusnya ia tau ini akan terjadi karena ini bukan hal baru lagi buat Fano mintak di upah Karena mengerjakan pr Naya.
Naya mengeluarkan uang lima ribu dari saku nya. "Nih, buat tahan sebulan ya Fan."
Fano melihat uang yang diberikan Naya tadi. "Lo sehat Nay? Lo ngasi nya lima ribu cuy, cukup beli nasi Urap doang tanpa ada air nya. Dan Lo nyuruh tahan sebulan?"
"Dengar ya Fan, jaman gue kecil dulu kalau gue ngeluarin uang monyet serasa gue adalah orang kaya karena dapat beli banyak jajan."
"Yah bocah di samain waktu dia kecil. Ini udah jaman nya semua serba mahal. Cabe aja di pasaran mahal, kecuali cabe-cabean sih."
"Ya udah deh kalau nggak mau balikin uang nya, repot amat sih Lo Fan." Ucap Naya sambil meminta kembali uang dari Fano
"Sorry Stroberi ya, barang yang sudah di tangan gue nggak bisa di kembalikan lagi."
"Bahasa Lo Fan, kaya note di market aja, barang yang sudah di beli tidak bisa di tukar atau di kembalikan. Harap periksa kembali barang belanjaan anda."
"Udah ah, gue mau ke kantin lapar banget sumpahku nungguin Lo sadar dari galau Lo itu, bahasa nya lagi pengen sendiri padahal bilang aja baru di putusin pacar." Ucap Fano dengan nada mengejek sambil berlalu meninggalkan Naya.
"Sok tau Lo pancang kayu." Teriak Naya dari dalam kelas tapi masih bisa di dengar oleh Fano yang sudah berada di luar kelas.
**
Naya sedang merebahkan tubuhnya di atas kasur nya. Jam menunjukkan pukul 22.32 tapi mata Naya tidak mau tertutup.Naya melihat notifikasi chat grup dari teman-temannya di grup kelas yang seperti nya sedang ramai. Entah lah apa yang sedang mereka bahas sampai selarut ini. Dari sekilas pandang Naya hanya menebak bahwa mereka sedang membahas pr besok.
Naya tak ingin ambil pusing masalah pr karena pasti tugasnya sudah di kerjakan oleh Fano. Dan besok ia harus merelakan kembali uang jajan nya melayang ke dalam saku Fano seperti biasanya.
Terlintas ide untuk mengerjakan Fano dari otak nya. Ia yakin makhluk satu itu pasti belum tidur terlihat saat dia beberapa kali membalas chat di grup kelas.
To: Fano_Arga
Fano
Tak menunggu lama ponsel Naya kembali berbunyi tanda ada pesan masuk. Naya segera melihat ponsel nya itu.
From: Fano_Arga
?
Naya mendengus kesal saat mendapati balasan dari Fano
To: Fano_Arga
Kok jadi nya ngesalin ya gue chat Lo cuma di balas tanda tanya doang.
Tak lama setelah pesan yang di kirimkan Naya tadi, ponsel Naya kembali berbunyi menanda ada pesan masuk lagi.
From: Fano_Arga
Apa?
Naya sedikit tersenyum karena balasan Fano tak seperti tadi. Jari-jari nya langsung menari bebas di atas keyboard ponselnya.
To: Fano_Arga
PR kimia gue sama biologi jangan lupa di kerjain?
From: Fano_Arga
Y
Naya lagi-lagi mendengus kesal karena mendapat kan balasan yang super irit. Sumpah ya, lebih baik Fano nggak usah beli Kouta kalau balas chat cuma satu huruf doang.
Rasa kesalnya kepada Fano membuat ia enggan untuk membalas. Naya langsung menarik selimut dan tidur, melupakan niat awal nya yang ingin mengerjai Fano. Naya sudah tak ingin memikirkan si Fano yg pengiritan itu.
**
"Kusut amat sih tuh muka? Nggak sempat setrika ya?" Tanya Fano saat melihat ekspresi muka Naya
"Nggak!! Dari jemuran langsung di pakai." Ketus Naya
Fano tertawa terbahak-bahak saat mendengar ucapan Naya. Ia sungguh yakin ini akibat balasan chat tadi malam.
"Santai aja lagi Nay kayak baru kenal gue aja deh Lo nya. Gue gitu kalau di chat biar nampak kesan misterius gitu." Ucap Fano sambil menarik turun kan alis nya
"Sok misterius!! Tau ah, bete gue sama Lo dasar gila, nggak waras, sinting, autis. Ahhhhhh!! semua lah yang sejenisnya Fan." Kesal Naya
Bukannya marah, Fano malah tertawa. Naya mempunyai ciri khas tersendiri untuk Fano. Entah lah, Fano pun tidak mengetahui nya yang jelas ia ingin Naya tetap menjadi tempat ternyaman baginya.
"Udah deh Nay nggak usah sok-sok mau marah gitu deh. Buruan naik kita bisa telat nih." Titah Fano
Naya langsung menuruti perkataan Fano. Gadis itu kini sudah duduk cantik di belakang.
"Udah belom?" Tanya Fano yang sudah siap untuk melaju kan motor nya.
"Belom Fan." Jawab Naya
"Ya Allah Nay, duduk tinggal duduk doang kok ribet banget kayak monyet mau lebaran sih?" Ucap Fano yang sudah kesal karena dari tadi cewek di belakang nya belum juga siap.
Fano menoleh kebelakang melihat Naya yang sedang memainkan kuku-kuku nya dengan santai seperti di pantai.
"Yang mana nya yang belum siap Nay? Lo udah duduk rapi kayak gini Lo bilang nya masih belum siap? Sumpah nggak ngerti gue sama jalan pikiran Lo." Fano menggeleng-geleng kan kepalanya melihat tingkah Naya
Naya menyengir kuda memasang wajah tak bersalah nya. "Fan, datang telat yuk. Lagi bosen gue mau datang cepat. Lagi pula udah lama juga nggak ngerasa manjat gerbang terus di hukum."
Fano menatap Naya tak percaya. Apa yang telah merasuki Naya hari ini? Apa ini efek karena chat nya di balas cuek tadi malam?
Entah lah, setiap hari selalu ada aja tingkah Naya di luar akal pintar nya itu.
Menghukum mantan itu sama kayak menghukum diri sendiri .Naya dan Fano kini sedang berdiri di depan gerbang sekolah. Memandangi tinggi panggar didepan nya. Suasana sudah sepi mengingat bel masuk kelas sudah berbunyi 20 menit yang lalu. Harus nya mereka telat 10 menit tapi karena perdebatan kecil yang terjadi antara Fano dan Naya yang tak ada mau mengalah membuat mereka harus telat 20 menit."Coba deh Nay kasi tau gue, motif Lo buat telat itu apa sih? Lo nggak tau ya hari ini siapa yang ngajar di jam pertama?" Tanya FanoNaya hanya tersenyum memandangi pagar di depannya. "Tau kok, nyantai aja lagi Fan. Bukan nya telat udah langganan kita ya di sekolah ini?"Fano menarik rambut nya frustasi menghadapi Naya. "Iya, tapi nggak di hari ini juga kali Nay. Wakil kesiswaan loh yang ngajar jam pertama." Peringat Fano"Jadi Lo takut?" Tantang Naya dengan muka mengejekFano men
Terkadang kamu lucu saat tiba-tiba mampir di ingatan ku. Kadang-kadang pula kamu menyebalkan saat bertatap muka langsungHujan kembali menguyur kota malam ini. Naya menatap lurus kedepan melihat rintik hujan yang turun. Memang benar kalau hujan selalu membuat kita terkenang akan masa lalu. Tak ingin merasa sendiri, Naya memutar laguuntuk menemani malam nya itu.Hembusan angin yang sejuk menusuk kulit hingga ke tulang. Rambut ikal nya seperti di belai lembut oleh angin yang terus menerus bertiup. Lagu kesukaannya terus mengalun seperti mengajak nya untuk bernostalgia sebentar pada masa lalu."KITA PUTUS." Ucap FanoNaya hanya tersenyum merespon ucapan Fano tanpa ingin berkomentar sedikit pun dari pernyataan Fano itu."Ya elah, nggak usah senyum gue nggak bisa liat senyum Lo." Ucap Fano dengan ketusNaya hanya mengangguk kan kepala tanda mengerti.Fano men
Kita mungkin salah mengakhiri hubungan ini tanpa kompromi dengan takdir namun aku percaya bahwa takdir yang akan mengurus sisanya nanti. Percayalah!"Selamat pagi mantan kesayangan babang Fano." Sapa Fano saat melihat Naya sedang duduk di sebuah kursi panjang di depan kelasnya.Naya menoleh sebentar ke arah Fano tanpa menjawab nya, Naya kembali memusatkan pandangan pada cowok yang berada di lapangan tengah ngobrol santai dengan seorang wanita.Kesal karena tak mendapatkan jawaban atau perlawanan dari Naya, Fano mengikii arah pandang Naya yang sedang menatap seseorang di lapangan sana."Cemburu?" Tanya Fano ketusNaya menaikkan sebelah alisnya tak mengerti dengan apa yang baru saja di ucapkan oleh Fano itu. "Maksudnya?""Lo cemburu lihat Galih dekat dengan Siska.""Cemburu?" Tanya Naya, "Gue? Sama si siska?" Lanjutnya
Nanti, akan kembali gue jelaskan tentang lo dihati gue dengan rumus sains.Hari ini sekolah ada acara seni. Oleh karena itu, semua siswa sibuk dan proses belajar mengajar diliburkan sementara.Acara seni ini adalah acara dimana masing-masing ekskul menunjukan keterampilan nya dalam kategori seni. Acara ini akan dimulai nanti malam. Untuk saat ini mereka sedang mendirikan tenda untuk perkumpulan masing-masing ekskul. Tak lupa juga bazar yang akan diadakan dari masing-masing ekskul. Di penghujung acara akan ada pengumuman pemenang.Biasanya acara ini dinamakan hari siswa dimana siswa memiliki hak penuh dalam menentukan apa yang ia mau tanpa campur tangan guru atau pembina.Kebetulan sekali Naya dan Fano berada dalam satu ekskul. Dan sampai detik ini juga belum ada keputusan apa pun dari ekskul mereka."Ketua, apa yang akan kita tampilkan nanti malam?" tanya Gilang masih dengan aktivitasnya
Aku atau kamu semoga tidak pernah menjadi cerita di bagian mana pun itu. Cukup menjadi cerita di bagian kita saja.Malam sudah tiba, lampu dari berbagai tenda ekskul sudah mulai menyala dilengkapi dengan pernak-pernik yang menghiasi tenda masing-masing guna menarik orang untuk datang ke tenda mereka.Acara sudah mulai sejak tadi. Ekskul yang pertama tampil adalah teater. Dalam cabut undi tadi, ekskul sains berada pada undian terakhir."Undian kita nomor berapa ketua?" tanya Gilang yang sedang menyaksikan ekskul yang sedang menampilkan seni mereka."Kita kebagian nomor terakhir." jawab Reno memelas.Gilang melihat arlojinya yang sudah menunjukan jam 20.02, "Bisa kalah kita ketua. Mana ada yang mau menyaksikan acara sampai selesai. Pasti udah pada pulang lah mereka.""Gue juga mikirnya gitu sih Lang." Reno tediam sejenak, "Oh iya,
Dulu sekali, kita pernah berada di fase Yang tidak mengenakan sebelum berada di posisi senyaman ini.Hujan kembali turun membasahi bumi hari ini bersamaan dengan suara petir Yang menyambar-nyambar dengan lantang. Di depan kelas, Fano sedang duduk sendiri melihat air hujan Yang turun tanpa sedikit pun takut dengan bunyi alam Yang terus bergema saling bersahutan.Kebetulan sekali, hari ini guru bahasa Indonesia tidak masuk karena ada urusan Yang tidak bisa di tunda.Naya mengedarkan pandangan nya keseluruh kelas mencari sosok Fano. Matanya berhenti pada sosok Riko Dan Aldi Yang sedang fokus memain kan game online mereka. Tanpa membuat hatinya lebih penasaran Naya melangkah mendekati Riko Dan Aldi."Ada Yang liat Fano?" Tanya Naya langsung pada maksud kedatangan nya.Aldi dan Riko menoleh sebentar kearah Naya setelah itu kembali fokus pada game nya. "Noh di depan, cari aja
Lo milik gue dan itu keputusan mutlak yang nggak bisa diganggu gugat oleh pengadilan manapun.Suara riuh dengan keadaan kelas Yang bisa di bilang berantakkan sepertinya sudah cukup mengambarkan kelas XII.IPA Yang sedang menunggu kedatangan guru mata pelajaran pagi ini. Bel sudah berbunyi sejak 10 menit Yang lalu namun belum ada tanda-tanda guru Biologi akan datang.Diseberang ada Naya Yang sedang melemparkan tatapan sinis kearah Fano Yang di balas dengan kekehan kecil oleh Fano."Jadi benaran tu anak ngibarin bendera perang sama Lo Fan?" Tanya Aldi dari kursi belakang Yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua.Riko Yang tadi sibuk dengan game online nya ikut masuk ke dalam obrolan Yang ia yakini tak Ada kesudahan nya itu. Namun karena menjunjung tinggi nama sahabat maka ia tak pernah permasalahkan akhir nya."Seperti Yang kal
Mungkin emang takdir gue yang harus selalu sabar menghadapi sifat nggak peka lo itu.Di atas motor yang sedang melaju dengan kencang, Naya memejamkan matanya sesekali menahan deru napas serta bunyi detak jantung yang sudah tidak pada keadaan normal. Tiba-tiba saja motor yang dikendarai oleh Fano mengerem mendadak hingga membuat tangan Naya refleks melingkar di pinggang Fano menahan diri agar tidak jatuh."Ngerem itu bilang-bilang dong." Ucap Naya yang langsung menarik tangannya di pinggang Fano. Sejak tadi itu adalah obrolan pertama mereka, mungkin Fano masih marah padanya tentang kejadian di sekolah itu.Fano membuka kaca helm full face nya, "Salahin lampu merahnya lah kenapa datang tiba-tiba kayak hantu." Ketus Fano.Naya mengangkat kepalanya dan melihat lampu merah yang membuat banyak orang terhenti dari perjalanannya."Sebenarnya untuk apa sih kita nungguin lampu merah Fan?"
"Kalian." Gumam Fano."Ih seriusan ini Fano Loh." Ucap Tania yang mulai mendekati Fano diikuti dengan Aldi dan juga Riko dibelakangnya.Mereka bertiga benar-benar terkejut saat melihat sosok Fano yang sudah sangat lama tak pernah terlihat sama sekali sejak hari itu."Apa kabar Fan?" Tanya Riko, terasa sedikit canggung namun tetap ia sapa sosok yang dulu selalu ia susahkan itu."Baik, kalian apa kabar?" Tanya Fano dengan sangat hati-hati sekali.Ia takut jika ia masih seperti dulu lagi maka teman-teman nya itu akan berpikir aneh. Toh mereka sudah lulus begitu lama dan juga ia yakin bahwa saat ini mereka semua sudah bergelut pada dunia kerja yang menuntut keseriusan.Tania menulis nama mereka bertiga di daftar tamu yang hadir dan kemudian langsung menyerahkan undangan biru muda itu kepada petugas."Woi, ayo masuk. Ngapain sih lama bnget dis
Fano sampai pada parkiran mobil, di hadapannya saat ini berdiri sebuah bangunan dimana ia pernah menimba ilmu dulunya.Ia masih bingung antara masuk atau tidak, entahlah terasa begitu gugup sekali saat ini.Pikirannya saat ini hanya satu saja, bagaimana ia akan menjawab pertanyaan demi pertanyaan semua orang nantinya.Jika nnati orang bertanya tentang Syasa, apa yang harus ia jawab?Sudahkah dirinya ini siap untuk masuk dan bertemu dengan banyak orang dari masa lalu nya itu?Beberapa pertanyaan terus memenuhi isi kepalanya saat ini hingga membuat ia tak tahu harus bagaimana.Apakah ia harus pulang saja? Jika iya, maka kedatangan nya kesini itu untuk apa? Hanya untuk melihat bangunan yang pernah ia tempati dulu yang mempunyai banyak sekali kenangan antara dirinya dan juga Naya?Lama sekali Fano terdiam di dalam mobil, matanya terus saja me
Gerbang yang menjulang tinggi itu dihiasi lampu warna-warni disana. Tak lupa juga balon warna warni juga ikut turut serta meramaikan keindahan dekorasi yang dibuat oleh sekolah melalui anak-anak OSIS yang bergerak sesuai bidangnya.Sekolah sudah begitu ramai sekali yang datang, reunian kali ini benar-benar terasa begitu berbeda dari reunian yang dilakukan setiap tahunnya.Jika tiap-tiap tahun yang datang mengisi acara hanya sedikit maka kali ini para alumni yang datang benar-benar di luar dugaan sehingga bagian konsumsi harus bergerak cepat untuk menambah makanan dan jamuan untuk para hadirin yang datang.Benar-benar merupakan reunian yang paling berbeda dari biasanya. Seluruh anak OSIS kesana sini menyiapkan banyak kekurangan itu. Tak Mereka sangka bahwa alumni yang hadir akan benar-benar ramai melewati batas target mereka."Buset dah, tumben banget reunian kali ini Ramai. Biasanya tiap tahun sepi,
Beberapa hal datang tanpa kita tahu maksud sebenarnya tapi kita tahu ada sesuatu yang harus kita temukan dari semua itu.Fano berada dalam ruangannya, sejak tadi ia mencoba untuk fokus pada kerjaannya itu melupakan semuanya, namun entah kenapa bayangan wajah Naina terus saja menghantui nya.Anak nya itu seperti sedang melakukan pemberontak dengan cara sangat halus sekali.Tapi ia juga tidak tahu apa sebabnya, seingatnya ia dan Naina tidak terlibat dalam perdebatan apapun itu. Jika pun mereka terlibat perdebatan, Naina akan mengunci diri di dalam kamar dan tak akan bicara apapun padanya.Tapi tadi, Naina masih memanggil nya dengan panggilan papa dan masih menggenggam tangan Fano dengan begitu erat. Tak ada tanda-tanda Naina marah padanya tapi kenapa rasanya itu ada yang berbeda dengan anak yang sudah ia besarkan bertahun-tahun lamanya?Fano mengingat apa saja kegiatan yang telah m
Dari banyak hal, membenci mu setelah menoreh luka adalah hal yang tak bisa gue lakukan sampai saat ini.Naina terdiam menatap sarapan yang ada di atas meja. Kata-kata yang diucapkan oleh nenek nya tadi malam begitu memukul dirinya sampai ke dasar hati yang paling terdalam.Rasanya ia sungguh ingin tertawa saja sekarang, menertawakan kebodohan nya selama ini."Sayang kamu kenapa? Sakit ya?" Ucap Fano yang langsung membawa Naina kembali pada kesadaran nya semula.Naina menatap papanya di hadapannya itu, ia juga tidak tahu harus menunjukkan ekspresi dan bersikap seperti apa di hadapan papa nya saat ini.Tak mendapat kan jawaban apapun dari Naina, Fano bergerak menghampiri Naina yang duduk tak jauh
"Kemari sayang," ucap ibu Fano pada Naina sambil menepuk kasur empuk disampingnya itu.Naina melangkah untuk mendekat ke arah nenek nya dengan perasaan yang bercampur aduk. Mimik wajah dari sang nenek yang terasa beda dari biasanya membuat Naina merasa bingung. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dan tak ia ketahui sama sekali.Senyum wanita yang sudah tua itu begitu manis. Jarang sekali ia melihat neneknya bisa tersenyum seperti saat ini. Bukan jarang malah lebih tepatnya tidak pernah. Namun saat hanya dengan menyebut nama wanita itu, sisi lain nenek nya dan sang papa yang tak pernah ia ketahui muncul begitu saja."Berapa umurmu sekarang sayang?" Tanya ibu Fano saat Naina sudah duduk disampingnya."Hampir delapan tahun nek." Jawab Naina.Kembali wanita itu mengembang senyumnya hingga menampakkan bentuk keriput di matanya."Kau sudah sangat besar ternyata, tap
Rasa penasaran dan teka-teki entah kenapa berjalan beriringan dalam hidup gue saat ini. Tentang kamu, dia dan kita yang telah berlalu.Sejak pulang ke rumahnya Naya tak sedikitpun Bergerak dari tempat tidurnya. Ia terus saja memikirkan pertemuan nya bersama dengan Fano tadi.Beberapa pertanyaan terus saja berputar di otaknya saat ini mengingat dengan jelas ucapan gadis kecil yang memanggil Fano dengan panggilan papa."Apakah itu anak Syasa? Apakah mereka sudah menikah dan dikaruniai seorang anak? Ah, pasti nya hidup mereka telah bahagia selama beberapa tahun ini."Naya menggeleng kan kepalanya cepat menghapus setiap dugaan yang muncul. Bagaimanapun ia tak ingin terlalu cepat menyimpulkan semua yang terjadi hari ini. Tapi bayangan wajah Naina yang begitu mirip dengan Syasa begitu menghantui dirinya sendiri."Ck! Mengapa gue harus repot-repot memikirkan semua itu? Ast
Ketika takdir dan waktu berkerja sama dalam menghancurkan diriku, disaat itulah kamu harus tahu bahwa hancurnya diriku itu karena kamuSesampainya dirumah, Fano langsung menuju lantai dua dimana kamarnya berada tanpa mengucapkan apapun pada Naina. Naina menaikkan alisnya karena merasa bingung dengan keadaan papa nya itu yang tiba-tiba saja berubah. Padahal tadi saat mereka pergi dan belanja di mall papanya itu masih baik-baik saja. Lalu apa yang sebenarnya sedang terjadi?Ibu Fano yang melihat Naina kebingungan langsung menghampiri cucu nya itu."Ada apa sayang?" Tanya Ibu Fano sambil mengusap lembut puncak kepala Naina."Nggak tau sih Nek, papa tiba-tiba aneh.""Aneh? Aneh kenapa hm?" Tanya ibu Fano, sebenarnya ia melihat semuanya saat mereka baru saja turun dari mobil. Ibu Fano melihat wajah Fano yang berbeda."Nggak tau Papa itu kenapa setelah bertemu sama
Entah apa jadinya pada hati ini saat mengetahui kebenaran dari semuanya saat kita kembali bertemuTapi tanpa di duga sebelumnya, langkah kaki Naya berhenti. Naya diam membeku ditempat nya itu. Bahkan matanya juga tidak berkedip sama sekali saat berpas-pasan dengan seseorang yang selalu menganggu nya selama ini. Orang itu juga sama, sama-sama terkejut dan tak percaya apa yang sedang di lihat oleh Mata nya sendiri.Kedua nya larut bersamaan tatap mata yang sama sekali tidak berkedip itu, seolah-olah sedang berbicara tanpa perantara mulut."Fan-o." Ucap Naya terbata-bata. Lidah nya tiba-tiba saja kelu menyebutkan nama Fano itu."Naya." Kini giliran Fano pula yang bersuara. Berbanding terbalik dengan Naya yang nampak sedikit shock itu. Fano malah nampak begitu bahagia saat ini.Baru selangkah Fano berjalan untuk mendekati Naya tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat mata nya menangka