Beranda / Fiksi Remaja / Benang Merah Rigel dan Nada / Semuanya Telah Terbongkar

Share

Semuanya Telah Terbongkar

Penulis: Elgranada
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Nada! Rigel! Kalian….”

“Bi-bita! A-aku bisa jelaskan semua ini.” Nada terkejut ketika Bita mendapati dirinya sedang menikmati pemandangan malam berdua dengan Rigel.

Bita terdiam di tempatnya, masih mencerna semua yang ia lihat. Rigel yang sedang merangkul pundak Nada dengan posesif, membuatnya langsung berpikir bahwa mereka memiliki hubungan yang serius. Nada menggamit tangan Bita untuk duduk di sebuah kursi yang berada di rooftop itu.

“Bita, aku bisa jelaskan semuanya, tetapi aku mohon jangan katakan hal ini pada siapa pun.” Nada memohon dengan mata berkaca-kaca. Bita mengangguk luluh karena tatapan memohon dari Nada.

Nada menjelaskan hubungannya dengan Rigel yang sudah berjalan selama lebih dari satu tahun. Hubungan itu  sudah mereka jalani selama lima belas bulan, dimulai dari semester kedua kelas tujuh hingga saat ini.

Nada dan Rigel terpaksa menutupi hubungan mereka karena tidak mau memperburuk citra mereka sebagai siswa teladan dan berprestasi. Nada mengaku salah, tetapi ia tak bisa memutuskan hubungannya dengan Rigel.

“Bita, aku sudah jujur padamu. Tolong jangan katakan hal ini pada siapa pun.” Nada menggenggam tangan Bita.

Bita menghela napas panjang. “Tenanglah! Rahasia kalian aman di tanganku. Aku hanya terkejut, bagaimana ceritanya langit dan bumi seperti kalian bisa bersatu dalam suatu ikatan romansa?” Bita tertawa untuk mencairkan suasana.

“Sebenarnya kami tidak benar-benar saling membenci satu sama lain, hanya saja kondisi sekitar yang membuat kami terlihat seperti musuh bebuyutan,” sahut Rigel dan Nada menyetujuinya.

“Nada, aku minta maaf. Aku sengaja mengikutimu karena aku khawatir jika kau pergi sendirian malam-malam seperti ini, tetapi aku malah membongkar rahasia kalian,” ucap Bita sendu.

“Kau tak salah, mungkin sudah waktunya kau mengetahuinya,” balas Nada.

Eum … aku akan kembali ke kamar, apa kalian masih mau berkencan di sini?” tanya Bita.

“Sepertinya aku akan kembali ke kamar bersamamu. Tak apa kan, Rigel?” sahut Nada.

“Tentu saja! Kita harus segera beristirahat.” Rigel mengusap lembut kepala Nada.

Ah … kenapa kalian melakukan hal itu di depanku?” Bita berpura-pura merajuk.

Nada tertawa melihat wajah Bita yang terlihat lucu saat merajuk. “Sudah …  sudah …, ayo kembali!” Rigel mengajak keduanya untuk kembali ke kamar masing-masing.

***

“Nada! Bangun! Katanya mau ke pantai.” Mitta menusuk-nusuk pipi tembam milik Nada.

Ah … iya.” Nada mengusap wajah untuk mengembalikan kesadarannya.

“Bersiaplah! Aku sudah selesai mandi, Bita juga sedang bersiap-siap.”

“Kenapa tidak membangunkanku sejak tadi?”

“Maaf, aku tidak tega. Sepertinya kau sangat lelah.”

“Baiklah, terima kasih, Mitta. Aku akan mandi terlebih dahulu.”

Sesuai dengan rencana, pagi ini mereka akan pergi ke pantai bersama. Rigel, Fito, Revan, Daren dan mister Dandi sudah menunggu di lobi hotel untuk pergi ke pantai. Rigel terus memandangi lift, menunggu sang pujaan hati yang tak kunjung datang.

Akhirnya, di pembukaan pintu lift yang kesebelas, tiga gadis remaja itu menampakkan diri mereka. Nada, Bita dan Mitta meminta maaf karena keterlambatan mereka. Mereka pergi bersama ke pantai dengan berjalan kaki.

Setelah puas bermain di pantai, mereka kembali ke hotel untuk berkemas dan berganti baju. Mereka kembali ke gedung tempat perlombaan untuk mendengarkan pengumuman hasil olimpiade. Acara pengumuman juara akan segera berlangsung, seluruh peserta dari Cordova Junior High School sudah duduk berjajar di bagian depan. Rigel dan Nada berhasil duduk bersebelahan karena ulah Bita yang meminta bertukar posisi dengan Nada.

“Nada, aku mau duduk di sebelah Mitta. Kita tukar posisi, ya?” Bita menarik-narik lengan Nada untuk duduk di kursi yang ia tempati sekarang. Tanpa berucap apa pun, Nada berpindah posisi dengan menduduki kursi milik Bita.

“Mengapa kau membuat Nada duduk di sebelah Rigel?” ucap Mitta berbisik.

“Apa salahnya? Aku hanya ingin duduk di sini.” Jawab Bita.

“Tidak salah sih … tapi⸺”

“Sudah! Ayo fokus, acaranya akan segera dimulai.” Bita memotong ucapan Mitta yang membuat Mitta terdiam dan kembali fokus memperhatikan acara.

Mitta, Fito dan Revan berhasil menjadi juara kedua lomba debat bahasa indonesia, Daren  mendapat juara kedua untuk olimpiade IPS, Bita mendapat juara tiga pidato bahasa inggris, sedangkan Nada dan Rigel masih menunggu hasil. Bita dan Mitta sedang menggenggam erat tangan Nada yang mulai berkeringat, Revan dan Fito juga melakukan hal yang sama pada Rigel.

“Baiklah, kita memasuki pengumuman terakhir yaitu juara 1 olimpiade IPA dan Matematika,” ucap pembawa acara.

“Peraih juara 1 olimpiade nasional mata pelajaran IPA diraih oleh⸺” Suasana nampak semakin tegang karena sorak-sorai peserta sudah tak terdengar. “Daisy Elgranada Elm, dari Cordova Junior High School.” Nada menutup mulutnya karena terkejut dengan apa yang ia dengar, hal tersebut juga membuat semua teman-temannya berseru heboh, sehingga tanpa sengaja tangan Nada dan Rigel saling bertautan.

Rigel yang ditatap aneh oleh Revan, Fito dan Daren mulai menyadari sikapnya. “Ma-maaf, aku hanya terlalu senang.” Rigel mengusap tengkuknya. Ketiga temannya hanya menggeleng, sedangkan Bita dan Mitta tidak peduli akan hal tersebut karena terlalu senang dengan pencapaian Nada.

“Selanjutnya, peraih juara 1 olimpiade nasional mata pelajaran matematika diraih oleh⸺” Suasana kembali tegang karena peserta yang mulai terdiam. “Rigel Seville Algieba, dari Cordova Junior High School.” Kali ini suara teriakan jauh lebih riuh, karena banyak anak perempuan dari sekolah lain yang terkagum-kagum dengan paras tampan Rigel.

Nada dan Rigel berdiri berdampingan di atas podium. Mereka menerima sebuah medali emas dan hamper yang berisi buku motivasi. Ini adalah medali emas kelima yang diraih oleh Nada selama bersekolah di Cordova Junior High School dan medali emas ketujuh yang diraih oleh Rigel.

Mister Dandi sangat bangga atas pencapaian siswa-siswinya. Mereka pulang dengan membawa banyak prestasi yang cukup membanggakan. Benar, angkatan ke-13 membawa Cordova Junior High School  semakin menuju puncak popularitas di bidang prestasi.

***

Olimpiade sains 3 bulan yang lalu adalah kompetisi besar terakhir yang diikuti oleh Nada, Rigel dan anggota olympic club angkatan ke-13. Olimpiade itu menjadi sejarah karena pertama kalinya Cordova Junior High School meraih medali emas lebih dari satu.

Nada dan Rigel semakin dielu-elukan sebagai siswa teladan dan berprestasi. Namun, hal tersebut membuat Nada dan Rigel semakin khawatir jika suatu saat nanti rahasia mereka terbongkar.

Hari ini adalah hari pertama jeda semester genap di mulai. Nada berjalan melewati lorong yang sudah dipenuhi oleh siswa-siswi Cordova Junior High School. Nada menyapa beberapa kakak kelas yang sedang berkumpul di depan kelas. “Selamat pagi, Kak.”

Bukan mendapat balasan atas sapaan yang ia lontarkan, Nada justru memeproleh tatapan risih dan benci. “Lebih baik dikenal sebagai siswa nakal dari pada menjadi siswa yang hanya mencari muka di depan guru, padahal di belakang sama nakalnya. Dasar munafik!” ucap seorang siswi dari kelas 9.

Nada sungguh tidak mengerti, apa yang salah dari dirinya. Tatapan tak bersahabat dari seluruh siswa-siswi Cordova semakin menghunus ke dalam hati Nada.

Nada sudah hampir menangis sesaat sebelum memasuki kelas, ia berharap bahwa ia bisa merasa aman di dalam kelas. Namun, dugaannya salah, teman sekelasnya juga menatap dengan tatapan yang sama seperti siswa-siswi lain, tak terkecuali Mitta⸺sahabatnya.

“Masih punya muka untuk pergi ke sekolah, huh?” tanya Arda⸺salah satu anggota kedisiplinan sekolah⸺sambil bersedekap di depan Nada.

“A-ada apa ini?” tanya Nada dengan suara bergetar.

“Jangan munafik! Bagaimana rasanya melanggar peraturan sekolah kemudian berlindung di balik topeng siswa teladan?” Arda kembali bertanya.

Nada tak mampu menjawab pertanyaan Arda, mungkin dugaannya benar. Rahasia besarnya telah terbongkar. Ia hanya bisa berdiri mematung di depan kelas, mencoba mencerna apa yang terjadi saat ini.

“Nada … Bukan aku pelakunya.” Bita mendekati Nada dengan mata berkaca-kaca.

Nada menatap Bita dengan alis mengernyit. “A-ada apa?” Pertanyaan itu kembali muncul dari bibir Nada.

Bita membuka ponselnya dan menunjukkan foto Nada dan Rigel yang sedang berangkulan di rooftop hotel pada saat olimpiade sains 3 bulan yang lalu. Foto itu telah disebarkan oleh seseorang ke seluruh grup siswa dan guru Cordova Junior High School dengan caption yang cukup menyakitkan. Nada tak dapat menahan air matanya, ia langsung terduduk dan menangis sambil menutup wajahnya.

“Nada … demi Tuhan! Bukan aku yang menyebarkan foto ini.” Bita mencoba membela dirinya sambil memeluk tubuh Nada yang bergetar. Nada tak membalas apa pun, logikanya menolak percaya pada pernyataan Bita, karena pada saat itu, Bita adalah  satu-satunya orang yang ada di lokasi kejadian.

Nada masih menangis tersedu dan sesekali terdengar hujatan yang dilontarkan oleh teman sekelasnya. Nada merasa sangat malu dengan apa yang terjadi pagi ini, semua orang mengolok-oloknya. Riuh di kelas Nada tiba-tiba sirna setelah mendengar suara ketukan pintu.

“Permisi, Kak. Kak Nadanya ada?” ucap seseorang yang mengetuk pintu tadi, ternyata ia adalah Sabrina⸺wakil ketua olympic club angkatan ke-14.

“Dicari adik kesayangan, tuh!” ucap Arda.

“Kak Nada, di⸺” ucapan Sabrina terhenti ketika menatap wajah Nada yang penuh dengan air mata. “Ka-kakak diminta untuk segera menuju ke ruang kesiswaan oleh miss Sintya,” lanjutnya.

Nada langsung menyeka air matanya dan bangkit menuju ke luar kelas. Nada menjadi pusat perhatian ketika melewati lorong menuju lobi. Air matanya masih terus menetes walau ia sudah menyekanya berkali-kali. 

Sesampainya di ruang kesiswaan, Nada mulai menetralkan napasnya dan mencoba menghalau air mata yang terus mengalir. Nada membuka pintu ruang kesiswaan dan pemandangan pertama yang ia lihat adalah Rigel yang sedang menunduk berhadapan dengan miss Sintya dan mister Dandi. Saat itu juga, kedua iris yang sama-sama terluka saling menatap dalam.

“Nada! Silakan masuk dan duduk di sini!” perintah mister Dandi tak bersahabat.

“Kalian tunggu di sini, sampai orang tua kalian datang!” ucapan miss Sintya membuat keduanya terkejut, Nada dan Rigel tak menyangka kasus ini langsung sampai ke telinga orang tua mereka.

Bab terkait

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Mengapa Harus Seperti Ini?

    “Sudah berapa lama?” Suara mister Dandi memecah keheningan yang terjadi.“Satu tahun lebih lima bulan, Mister,” jawab Rigel tanpa ragu.“Wah … sandiwara kalian benar-benar hebat. Haruskah miss memberi dua jempol untuk pengkhianatan yang kalian lakukan?” ucap miss Sintya kepada Rigel dan Nada.Nada kembali meneteskan air matanya, isakannya pun mulai samar terdengar. Terdengar sangat menyesakkan karena ia harus menahan isak tangisnya. Rigel hanya mampu menundukkan kepala sambil menahan sakit di hatinya karena mendengar isakan pilu yang tertahan dari Nada.Mister Dandi dan Miss Sintya juga ikut merasakan sakit yang sama, Rigel dan Nada adalah anak emas kesayangan mereka sejak pertama kali keduanya menginjakkan kaki di Cordova Junior High School.Tatapan iba tak bisa dilunturkan dari wajah keduanya. Namun, pelanggaran yang telah mere

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Apakah Ini Hukumannya?

    “Rigel! Kau sedang apa?” Nada mendekati Rigel yang sedang berdiri di tepi pantai.“Nada … a-ku ingin berbicara denganmu.”“Ada apa?”“Apakah kau akan percaya, jika aku selalu mencintaimu dalam keadaan apa pun?”“Mengapa kau bertanya seperti itu?”“Jawab saja, Nada.”“Aku akan selalu mencoba untuk percaya, karena aku juga akan melakukan hal yang sama.”“Syukurlah, aku senang mendengarnya.” Rigel tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Nada dengan lembut. Nada tersenyum setelah mendapat perlakuan manis dari Rigel.Ketika mereka masih larut untuk menyelami manik masing-masing, tanpa mereka sadari ada sebuah ombak besar datang dari tengah pantai.Ombak itu datang menghempas Rigel ke tepian dan menyeret Nada ke arah pantai. Nada berteriak sekuat tenaga memanggil nama Rigel yang sedang berusaha berlari ke tengah pa

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Nada Mulai Berubah

    “Astaga, Sayang! Kamu kenapa?” Sarah berteriak histeris setelah melihat kondisi putrinya yang baru saja memasuki pintu rumah.“Aku baik-baik saja, Bunda.” Nada tersenyum simpul ke arah bundanya.“Apanya yang baik-baik saja?” Sarah sedikit meninggikan suaranya, bagaimana bisa Nada menyebut bahwa ia baik-baik saja dengan kondisi wajah pucat penuh dengan peluh tak lupa seragam putihnya yang terkena noda darah.“Hanya mimisan biasa, Bunda. Tak perlu khawatir. Nada ke atas dulu ya.” Nada memilih untuk segera pergi ke kamarnya karena tubuhnya terasa semakin lemas.Sesampainya di kamar, Nada segera membersihkan dirinya dan berganti baju. Ia berbaring di tempat tidurnya dan mulai memejamkan mata. Ia berharap semua hal berat ini segera berlalu dan ia bisa hidup normal seperti sedia kala.Nada terbangun pukul tujuh malam dan hampir melewatkan jam makan malamnya. Ia sudah merasa lebih segar dan memutuskan untuk

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Rahasia Rigel dan Nada

    Dua orang remaja berbeda jenis kelamin sedang berlarian di gang-gang sempit perumahan sekitar taman kota. Mereka memutuskan untuk bersembunyi di belakang bak sampah ujung jalan perumahan tersebut. Suara napas mereka saling bersahut tak beraturan, keringat juga mulai membanjiri tubuh masing-masing.“Apakah mereka masih mengejar kita?” tanya remaja perempuan dengan sedikit berbisik dan napas terengah-engah.“Kurasa tidak, aku akan melihatnya sebentar.” Remaja laki-laki bergerak sedikit mendekati ujung bak sampah.“Aman, ayo kita keluar.” Remaja laki-laki itu menggamit lengan remaja perempuan.Mereka keluar dari persembunyian dan kembali berjalan ke jalan raya dengan melewati jalan yang berbeda dari sebelumnya. Mereka bersyukur orang-orang yang mengejar tadi tidak berhasil menemukan mereka berdua, sehingga rahasia besar mereka masih aman terjaga. Kedua remaja itu sudah bisa berjalan dengan santai karena suasana sekitar cuk

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Masih Mau Berjuang, Kan?

    “Nada! Bagaimana?” Dua orang gadis berlari tergopoh-gopoh menghampiri Nada yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. Nada hanya terdiam dan menunduk, hal tersebut membuat kedua gadis itu khawatir. “Nada, katakan sesuatu jangan membuatku khawatir,” ucap salah satu di antara mereka. Nada tiba-tiba mengangkat kepalanya dan tersenyum manis ke arah kedua gadis tersebut. “Tenang saja, kita tunggu pengumumannya dua jam lagi.” Kedua gadis itu akhirnya dapat bernapas sedikit lega. Mereka adalah Tsabita Maura Anindya yang biasa dipanggil Bita dan Sellameitta Rhiyadina Safitri yang biasa dipanggil Mitta. Keduanya adalah sahabat baik Nada sejak pertama kali mereka menginjakkan kaki di Cordova Junior High Schooll. Saat ini, Nada beserta tujuh siswa Cordova Junior High School sedang mengikuti festival perlombaan terbesar tingkat sekolah menengah pertama. Mereka adalah Nada, Rigel, Bitta, Mitta, Revan, Fito dan Daren yang mengikuti lomba sesuai dengan keahlian masi

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Kisah Romansa saat Lomba

    Hari ini adalah hari terakhir masa karantina para peserta lomba. Mereka mendapat pembimbingan khusus selama dua minggu penuh.Mereka benar-benar disibukkan dengan belajar, sehingga tidak ada waktu untuk bersenang-senang. Namun, khusus di hari terakhir, mereka hanya diwajibkan untuk mengerjakan atau melakukan tes kemampuan. Setelah itu, mereka akan dibebaskan untuk bermain keliling vila.“Akhirnya! Soal-soal ini benar-benar membuatku gila,” gerutu Nada setelah mengerjakan seratus soal fisika dan biologi. Nada memutuskan untuk keluar dari kamar, kemudian menuju ruang berlatih debat dan pidato.“Bita dan Mitta masih sibuk berlatih, aku jalan-jalan sendiri saja kalau begitu. Pikiranku butuh yang segar-segar.” Nada bermonolog, kemudian ia berjalan menuju ke bagian samping vila tersebut. “Wah … ada sungai di sana, ini sangat menyegarkan mata,” ucap Nada setelah melihat sungai dan sawah yang berada di sekeliling vila.

Bab terbaru

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Nada Mulai Berubah

    “Astaga, Sayang! Kamu kenapa?” Sarah berteriak histeris setelah melihat kondisi putrinya yang baru saja memasuki pintu rumah.“Aku baik-baik saja, Bunda.” Nada tersenyum simpul ke arah bundanya.“Apanya yang baik-baik saja?” Sarah sedikit meninggikan suaranya, bagaimana bisa Nada menyebut bahwa ia baik-baik saja dengan kondisi wajah pucat penuh dengan peluh tak lupa seragam putihnya yang terkena noda darah.“Hanya mimisan biasa, Bunda. Tak perlu khawatir. Nada ke atas dulu ya.” Nada memilih untuk segera pergi ke kamarnya karena tubuhnya terasa semakin lemas.Sesampainya di kamar, Nada segera membersihkan dirinya dan berganti baju. Ia berbaring di tempat tidurnya dan mulai memejamkan mata. Ia berharap semua hal berat ini segera berlalu dan ia bisa hidup normal seperti sedia kala.Nada terbangun pukul tujuh malam dan hampir melewatkan jam makan malamnya. Ia sudah merasa lebih segar dan memutuskan untuk

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Apakah Ini Hukumannya?

    “Rigel! Kau sedang apa?” Nada mendekati Rigel yang sedang berdiri di tepi pantai.“Nada … a-ku ingin berbicara denganmu.”“Ada apa?”“Apakah kau akan percaya, jika aku selalu mencintaimu dalam keadaan apa pun?”“Mengapa kau bertanya seperti itu?”“Jawab saja, Nada.”“Aku akan selalu mencoba untuk percaya, karena aku juga akan melakukan hal yang sama.”“Syukurlah, aku senang mendengarnya.” Rigel tersenyum sambil mengusap pucuk kepala Nada dengan lembut. Nada tersenyum setelah mendapat perlakuan manis dari Rigel.Ketika mereka masih larut untuk menyelami manik masing-masing, tanpa mereka sadari ada sebuah ombak besar datang dari tengah pantai.Ombak itu datang menghempas Rigel ke tepian dan menyeret Nada ke arah pantai. Nada berteriak sekuat tenaga memanggil nama Rigel yang sedang berusaha berlari ke tengah pa

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Mengapa Harus Seperti Ini?

    “Sudah berapa lama?” Suara mister Dandi memecah keheningan yang terjadi.“Satu tahun lebih lima bulan, Mister,” jawab Rigel tanpa ragu.“Wah … sandiwara kalian benar-benar hebat. Haruskah miss memberi dua jempol untuk pengkhianatan yang kalian lakukan?” ucap miss Sintya kepada Rigel dan Nada.Nada kembali meneteskan air matanya, isakannya pun mulai samar terdengar. Terdengar sangat menyesakkan karena ia harus menahan isak tangisnya. Rigel hanya mampu menundukkan kepala sambil menahan sakit di hatinya karena mendengar isakan pilu yang tertahan dari Nada.Mister Dandi dan Miss Sintya juga ikut merasakan sakit yang sama, Rigel dan Nada adalah anak emas kesayangan mereka sejak pertama kali keduanya menginjakkan kaki di Cordova Junior High School.Tatapan iba tak bisa dilunturkan dari wajah keduanya. Namun, pelanggaran yang telah mere

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Semuanya Telah Terbongkar

    “Nada! Rigel! Kalian….”“Bi-bita! A-aku bisa jelaskan semua ini.” Nada terkejut ketika Bita mendapati dirinya sedang menikmati pemandangan malam berdua dengan Rigel.Bita terdiam di tempatnya, masih mencerna semua yang ia lihat. Rigel yang sedang merangkul pundak Nada dengan posesif, membuatnya langsung berpikir bahwa mereka memiliki hubungan yang serius. Nada menggamit tangan Bita untuk duduk di sebuah kursi yang berada di rooftop itu.“Bita, aku bisa jelaskan semuanya, tetapi aku mohon jangan katakan hal ini pada siapa pun.” Nada memohon dengan mata berkaca-kaca. Bita mengangguk luluh karena tatapan memohon dari Nada.Nada menjelaskan hubungannya dengan Rigel yang sudah berjalan selama lebih dari satu tahun. Hubungan itu sudah mereka jalani selama lima belas bulan, dimulai dari semester kedua kelas tujuh hingga saat ini.Nada dan Rigel terpaksa menutupi hubungan mereka karena tidak mau memperburuk

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Kisah Romansa saat Lomba

    Hari ini adalah hari terakhir masa karantina para peserta lomba. Mereka mendapat pembimbingan khusus selama dua minggu penuh.Mereka benar-benar disibukkan dengan belajar, sehingga tidak ada waktu untuk bersenang-senang. Namun, khusus di hari terakhir, mereka hanya diwajibkan untuk mengerjakan atau melakukan tes kemampuan. Setelah itu, mereka akan dibebaskan untuk bermain keliling vila.“Akhirnya! Soal-soal ini benar-benar membuatku gila,” gerutu Nada setelah mengerjakan seratus soal fisika dan biologi. Nada memutuskan untuk keluar dari kamar, kemudian menuju ruang berlatih debat dan pidato.“Bita dan Mitta masih sibuk berlatih, aku jalan-jalan sendiri saja kalau begitu. Pikiranku butuh yang segar-segar.” Nada bermonolog, kemudian ia berjalan menuju ke bagian samping vila tersebut. “Wah … ada sungai di sana, ini sangat menyegarkan mata,” ucap Nada setelah melihat sungai dan sawah yang berada di sekeliling vila.

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Masih Mau Berjuang, Kan?

    “Nada! Bagaimana?” Dua orang gadis berlari tergopoh-gopoh menghampiri Nada yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. Nada hanya terdiam dan menunduk, hal tersebut membuat kedua gadis itu khawatir. “Nada, katakan sesuatu jangan membuatku khawatir,” ucap salah satu di antara mereka. Nada tiba-tiba mengangkat kepalanya dan tersenyum manis ke arah kedua gadis tersebut. “Tenang saja, kita tunggu pengumumannya dua jam lagi.” Kedua gadis itu akhirnya dapat bernapas sedikit lega. Mereka adalah Tsabita Maura Anindya yang biasa dipanggil Bita dan Sellameitta Rhiyadina Safitri yang biasa dipanggil Mitta. Keduanya adalah sahabat baik Nada sejak pertama kali mereka menginjakkan kaki di Cordova Junior High Schooll. Saat ini, Nada beserta tujuh siswa Cordova Junior High School sedang mengikuti festival perlombaan terbesar tingkat sekolah menengah pertama. Mereka adalah Nada, Rigel, Bitta, Mitta, Revan, Fito dan Daren yang mengikuti lomba sesuai dengan keahlian masi

  • Benang Merah Rigel dan Nada   Rahasia Rigel dan Nada

    Dua orang remaja berbeda jenis kelamin sedang berlarian di gang-gang sempit perumahan sekitar taman kota. Mereka memutuskan untuk bersembunyi di belakang bak sampah ujung jalan perumahan tersebut. Suara napas mereka saling bersahut tak beraturan, keringat juga mulai membanjiri tubuh masing-masing.“Apakah mereka masih mengejar kita?” tanya remaja perempuan dengan sedikit berbisik dan napas terengah-engah.“Kurasa tidak, aku akan melihatnya sebentar.” Remaja laki-laki bergerak sedikit mendekati ujung bak sampah.“Aman, ayo kita keluar.” Remaja laki-laki itu menggamit lengan remaja perempuan.Mereka keluar dari persembunyian dan kembali berjalan ke jalan raya dengan melewati jalan yang berbeda dari sebelumnya. Mereka bersyukur orang-orang yang mengejar tadi tidak berhasil menemukan mereka berdua, sehingga rahasia besar mereka masih aman terjaga. Kedua remaja itu sudah bisa berjalan dengan santai karena suasana sekitar cuk

DMCA.com Protection Status