Beranda / Pernikahan / Belenggu Pernikahan Tuan Arya / 53. Dendam Itu Masih Menyala

Share

53. Dendam Itu Masih Menyala

Penulis: Queeny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-02 22:00:22

"Kalau kamu menganggap ibuku adalah mertua, maka layani aku sebagai suami."

Setelah mengucapkan itu, Arya meraup apa yang tersembunyi di balik gaun merah itu. Dan bermain sesuka hatinya.

Tiara mencoba meronta, tetapi jika berteriak maka semua orang akan tahu dimana keberadaan mereka.

"Kenapa kau diam?" tanya Arya serak.

"Apa kau mau aku berteriak sehingga semua orang tau?"

Arya mengumpat, lalu melepaskan diri. Lelaki itu adalah sosok yang kuat dan kejam. Namun, dia lemah saat berhadapan dengan wanita ini.

"Kau--"

Arya memandang Tiara dengan mata berkilat, menahan kesal. Semakin hari, sikap Tiara semakin tidak bisa diprediksi.

Tiara bukan lagi sosok lemah yang ia kenal bertahun-tahun lalu. Namun wanita itu berubah menjadi seseorang yang tampaknya ingin membalas semua perlakuannya dulu.

Di hadapannya, Tiara hanya tersenyum tipis, seolah menikmati kebingungan dan kemarahan yang jelas terpancar di wajah Arya.

"Dimana, Shara?" tanya Arya. Lelaki itu mencoba mengalihkan pembicaraan untuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   54. Fakta Baru

    "Arya, aku tahu ini berat, tapi kita harus tetap fokus." Rama, pengacara memulai percakapan dengan nada hati-hati. Lelaki itu menatap Arya yang tampak lelah dan tegang. "Ada fakta-fakta baru yang kita temukan. Dan ini mungkin akan membuka sesuatu yang belum pernah kita duga sebelumnya."Arya menghela napas panjang, pandangannya kosong menatap meja di depannya. "Dulu, aku sudah mencoba mengikhlaskan kepergian Bapak.Tapi sekarang, muncul fakta-fakta baru yang membuatku ragu. Apakah selama ini aku hanya dibohongi?""Ketika penyelidik membuka kembali kasus ini, banyak hal yang muncul ke permukaan," ujar Rama dengan hati-hati. "Apa itu?""Darsih nggak bersalah.”Arya menatap pengacaranya dengan mata tajam, penuh harap."Kamu yakin?"Rama mengangguk pelan. “Dari semua bukti yang sudah kami kumpulkan, bukan Darsih pelakunya. Ada pihak lain yang sengaja menjadikannya kambing hitam.”Arya mengepalkan tangannya. “Selama ini aku menuduhnya tanpa pikir panjang. Hanya karena statusnya, hanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   55. Sejuta Penyesalan

    Di ruang kunjungan penjara, Arya duduk di belakang sekat kaca, menatap sosok Darsih di seberang. Wajah wanita paruh baya itu tampak letih dan pucat, tetapi tatapan matanya tajam dan penuh luka. Di samping Arya, Rama, pengacaranya, duduk diam, membiarkan Arya berbicara."Saya datang ke sini dengan niat baik," ucap Arya tebata-bata. Meminta maaf kepada orang yang statusnya lebih rendah merupakan satu hal yang tabu bagi keluarganya. Namun, kali ini Arya melanggar itu. "Saya tahu… semua yang kami lakukan kepada ibu selama ini tidak bisa dimaafkan."Arya menoleh ke arah Rama, merasa ragu-ragu akan ucapannya. "Kami terlalu dibutakan amarah, terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa mempertimbangkan kebenaran yang sebenarnya."Darsih hanya menatap Arya dengan ekspresi datar. Ia tidak berkata apa-apa, hanya senyum pahit yang tersungging di bibirnya, seolah perkataan Arya tidak berarti banyak baginya."Saya benar-benar menyesal," lanjut Arya, suara penuh getaran."Saya menuduh ibu tanpa bukt

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   56. Penangkapan Pelaku Utama

    Arya duduk di ruang tunggu kantor polisi dengan tangan yang mengepal kuat. Sudah beberapa hari ini ia terus berada di sini. Arya ingin memastikan bahwa semua proses penyidikan berjalan lancar. Di depannya, Rama, pengacaranya, tengah berbicara dengan seorang penyidik.“Jadi, ada perkembangan baru, Pak?” tanya Rama, serius menatap penyidik yang duduk di seberangnya.Penyidik mengangguk sambil menunjukkan beberapa berkas di tangannya. “Iya, setelah penyelidikan mendalam dan informasi yang kami dapat dari Mas Arya serta bukti-bukti yang muncul, kami menangkap Karjo.”Mendengar nama itu, Arya tersentak. “Jadi, benar Karjo terlibat dalam kematian Bapak saya?”Penyidik mengangguk pelan. “Iya, berdasarkan keterangan beberapa saksi yang berada di tempat kejadian perkara. Karjo terlihat membantu Darsih membawa nampan berisi kopi dan gorengan dari dapur. Setelah itu, ia langsung menyajikannya ke Tuan Baskoro.”Rama menatap Arya dengan wajah serius. “Ini berarti kemungkinan besar Karjo tahu a

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-05
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   57. Api Semakin Berkobar

    “Apa Anda bisa memberikan ciri-ciri orang yang memerintahkan Anda?”Karjo menggigit bibir, tampak berpikir keras. “Yang Mulia, orang itu memang selalu memakai masker dan kacamata hitam, tapi... suaranya berat, mungkin berusia sekitar empat puluhan. Dia memiliki cara bicara yang berwibawa. Seperti orang yang biasa memerintah. Dia selalu memberikan perintah dengan sangat jelas.”Di barisan pengunjung, Tiara dan pengacaranya saling pandang. Mereka menyadari bahwa konspirasi ini jauh lebih dalam dari sekadar dendam biasa.Tiara membisik pada pengacaranya.“Sepertinya kita berurusan dengan seseorang yang memiliki kedudukan dan pengaruh. Ini bukan hanya tentang balas dendam pribadi.”Pengacaranya mengangguk, berpikir keras.“Mungkin ada lebih banyak orang di belakang semua ini. Ini bukan hanya tentang Darsih atau Karjo, tapi tentang kekuasaan dan pengaruh.”Arya yang mendengar setiap perkataan Karjo menatapnya dengan penuh kebencian dan kekecewaan.“Setelah semua yang kau lakukan, Karjo… se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-06
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   58. Sidang Kedua

    Di ruang sidang yang penuh sesak, Darsih duduk di kursi saksi dengan tangan yang sedikit bergetar. Di depannya, hakim bersiap untuk memulai sidang kedua kasus kematian Tuan Baskoro. Para pengunjung yang hadir memperhatikan dengan seksama. Termasuk Tiara, yang membawa putrinya, Shara, ke persidangan. Tiara terlihat tegar. Sementara Shara tampak kebingungan di tengah suasana yang tegang.Hakim menatap Darsih dengan tatapan serius. "Darsih, silakan ceritakan kronologi kejadian yang menimpa Tuan Baskoro. Ceritakan sedetail mungkin apa yang terjadi malam itu."Darsih menarik napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara, mencoba mengumpulkan ketenangannya. "Malam itu, saya sedang bekerja di dapur warung saya, seperti biasa. Tuan Baskoro datang agak larut dan meminta secangkir kopi dan beberapa gorengan."Darsih menarik napas panjang. Wanita itu merasa lelah dengan semua ini. Dia sudah ikhlas menjalani hukuman walau tak bersalah. Namun, justru sekarang kasusnya dibuka kembali. "Saya menyiap

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   59. Titik Terang

    Raka menatap Arya dengan ekspresi serius sambil meletakkan dokumen di meja. Suaranya tenang tetapi tegas. "Arya, aku sudah menyelidiki lebih dalam dan menemukan sesuatu yang mencurigakan. Kau mungkin harus mendengarkan ini dengan tenang."Arya mengerutkan kening, terlihat kebingungan. "Apa yang kau temukan, Raka? Apa lagi yang belum aku ketahui tentang kasus ini?" tanyanya dengan nada cemas."Setelah kematian Tuan Baskoro, tender yang dimenangkan perusahaan bapakmu untuk ekspor pakaian ke luar negeri justru dialihkan ke pengusaha lain."Rama menjelaskan sambil menyerahkan beberapa dokumen yang berisi daftar transaksi dan kontrak bisnis."Dan pengusaha yang memenangkan tender itu adalah seseorang yang pernah kalah tender dari bapakmu. Orang itu memiliki riwayat persaingan bisnis dengan perusahaan keluarga kalian."Arya mengambil dokumen tersebut dan memeriksanya dengan teliti, wajahnya tampak semakin serius. "Maksudmu... pengusaha ini merasa dendam sama Bapak karena kalah dalam tende

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   60. Kebebasan Darsih

    Di ruang sidang yang penuh sesak, suasana terasa tegang. Sidang ketiga akhirnya dimulai. Darsih duduk di kursi terdakwa, menunduk dalam diam. Di sekelilingnya, mata-mata penuh harapan menanti keputusan hakim. Tiara duduk tak jauh dari sana, menggenggam tangan Shara dengan penuh harapan.Hakim membuka persidangan dengan suara lantang, "Sidang ini kembali digelar untuk mendengarkan pembacaan keputusan terkait terdakwa, Darsih, yang dituduh terlibat dalam kematian Tuan Baskoro."Darsih mengangkat kepalanya, menatap hakim dengan mata yang berkaca-kaca. Pengacaranya berdiri di sisinya, memberi senyuman tipis penuh dukungan."Setelah meninjau ulang semua bukti yang diajukan, serta mempertimbangkan kesaksian saksi-saksi tambahan, kami telah menemukan bukti baru yang mengindikasikan bahwa terdakwa, Darsih, tidak terlibat dalam tindakan kriminal ini," lanjut hakim dengan nada tegas.Darsih tak kuasa menahan air mata, tapi ia tetap menahan diri. Sementara itu, Tiara menutup mulutnya, terharu d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   61. Menuntut Hak Suami

    "Bu, nanti kalau ibu tau yang sebenarnya, Ibu juga pasti akan bersikap yang sama denganku.""Apa maksudnya?" tanya Darsih kebingungan."Sebaiknya kita bicarakan ini di tempat lain, Bu. Rasanya nggak etis kalau di sini. Apalagi banyak orang," saran Arya."Tapi ibuku baru saja bebas. Kenapa harus mendengarkan semua ocehanmu?" tanya Tiara kesal."Bu Darsih harus tau semuanya, Tiara."Arya melirik Rama untuk meminta dukungan. Lelaki itu masih mengingat bahwa dia harus mengambilnhati Darsih untuk menaklukan Tiara. "Bu, ayo kita pulang!" desak Tiara. Darsih menatap mereka secara bergantian. Lalu, matanya tertuju pada Shara. Wanita paruh baya itu tersentak saat melihat ada kemiripan wajah antara Arya dan cucunya."Ibu harus beristirahat."Tiara hendak menarik tangan ibunya ketika Darsih mengatakan sesuatu yang membuatnya tersentak. "Ibu setuju dengan Nak Arya. Jadi, mari kita dengarkan penjelasannya."***Di sebuah tempat makan yang tenang, Darsih duduk bersama Arya, Tiara, dan Shara. Ar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10

Bab terbaru

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   82. Welcomeback Taiwan (Tamat)

    Malam di Taiwan itu begitu indah, langit dipenuhi bintang-bintang yang bersinar terang. Seakan memberikan cahaya pada perjalanan baru Tiara dan Reyhan sebagai pasangan suami istri. Suasana kota yang ramai di siang hari kini berubah menjadi tenang dan damai. Dengan suara langkah kaki mereka yang bergema pelan di sepanjang jalan.Di sebelah mereka, Shara berjalan dengan ceria, menggandeng tangan Tiara. Sementara Darsih, berjalan di samping mereka."Aku nggak percaya kita akhirnya bisa liburan bareng kayak begini," kata Tiara sambil tersenyum lebar ke arah Reyhan. "Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan."Reyhan tersenyum dan merangkul bahu Tiara, "Aku juga merasa begitu. Kita sudah melewati banyak hal untuk sampai di titik ini, Tiara. Ini saat yang tepat untuk menikmati hidup."Mereka berjalan menyusuri jalanan yang dipenuhi dengan lampu-lampu warna-warni, menciptakan suasana yang romantis dan hangat.Shara terlihat sangat bahagia. Matanya berbinar-binar melihat lampu-lampu di sepa

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   81. Malam Syahdu

    Malam itu, suasana rumah Tiara begitu berbeda. Lampu-lampu kecil berbinar lembut di sepanjang taman belakang, memancarkan nuansa hangat dan romantis.Meja makan yang dihiasi lilin serta kelopak bunga mawar merah menjadi pusat perhatian. Reyhan telah merencanakan semuanya dengan sempurna.Ketika Tiara turun dari tangga, mengenakan gaun panjang berwarna biru lembut, Reyhan menatapnya tanpa berkedip. "Kamu cantik sekali malam ini," ucap Reyhan tulus, berdiri dan meraih tangan Tiara.Tiara tersenyum kecil, menyembunyikan kegugupannya. "Dan kamu selalu tampan," balasnya sambil tertawa pelan, mencoba mencairkan suasana.Reyhan menarik kursi untuk Tiara. “Silakan, istriku.”Tiara duduk dengan anggun. Reyhan mengisi gelas untuk mereka berdua. Hidangan makan malam pun dimulai dengan suasana hangat. Mereka menikmati makanan favorit Tiara. Ternyata Reyhan sendiri pesan secara khusus dari restoran ternama.“Ini terlalu sempurna,” ucap Tiara setelah menyantap hidangan utamanya.Mata Tiara berb

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   80. Intimate Wedding

    Tiara berdiri di depan cermin, mengenakan gaun putih sederhana namun elegan. Gaun itu tidak terlalu mencolok, tapi sangat pas dengan konsep intimate wedding yang mereka rencanakan. Di belakangnya, Shara berdiri memandangi sang mama dengan mata berbinar."Mama cantik sekali," ucap Shara penuh kekaguman.Tiara tersenyum, lalu membungkuk untuk memeluk Shara. "Makasih, Sayang. Kamu juga cantik dengan gaun kecilmu itu."Terdengar ketukan di pintu, lalu Reyhan masuk, mengenakan setelan jas abu-abu yang terlihat santai tapi tetap berkelas. "Apa aku boleh melihat calon istriku?" tanyanya sambil tersenyum.Tiara menoleh dan tersenyum lembut. "Kamu datang terlalu cepat. Kita belum mulai acaranya.""Kalau begitu, aku akan menunggu di luar. Tapi aku harus bilang, kamu terlihat sangat cantik hari ini, Tiara," Reyhan berkata sambil menatapnya penuh cinta.Saat Tiara hendak menjawab, salah satu panitia kecil mereka datang memanggil. "Semua sudah siap. Kita bisa mulai kapan saja."Tiara dan Reyha

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   79. Mengikat Janji

    Acara pertunangan Tiara dan Reyhan digelar sederhana namun penuh kehangatan di sebuah restoran yang disewa khusus. Dekorasi ruangan yang didominasi warna pastel dengan lampu gantung kecil menciptakan suasana romantis. Keluarga dan sahabat terdekat hadir, menyaksikan momen penting itu. Tiara, yang mengenakan dress anggun berwarna peach, tampak menawan. Sementara Reyhan tampil gagah dengan setelan jas abu-abu.Reyhan berdiri di depan semua tamu, mengambil mikrofon, dan mulai berbicara. “Selamat malam semuanya. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk hadir di acara yang sangat spesial ini. Hari ini, saya ingin mengungkapkan rasa syukur karena bisa berdiri di sini. Di samping wanita yang luar biasa, Tiara. Dia adalah alasan aku ingin menjadi pria yang lebih baik setiap hari.”Tiara tersipu, menundukkan wajahnya sambil tersenyum malu-malu. Tepuk tangan terdengar dari para tamu. Termasuk Shara yang duduk di meja depan bersama Darsih, ibu Arya.Setelah pidato singkat Reyhan, seorang pela

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   78. Surprise dan Lamaran

    Reyhan berdiri di tengah ruangan yang sudah dihias dengan indah untuk opening kedua usaha Tiara, yaitu monuman boba. Tempat itu dipenuhi dengan teman, keluarga, dan rekan bisnis yang datang untuk memberikan dukungan. Bu Dewi dan Rina juga datang. Bahkan anak-anak panti semua ikut serta dan diberikan seragam. Karena usaha yang ini letaknya di ruko dengan halaman luas, Tiara mengundang semua orang yang dikenalnya. Tiara mengenakan gaun simpel berwarna pastel yang membuatnya terlihat anggun. Ia sibuk menyambut tamu, mengobrol dengan beberapa mitra, dan memastikan semuanya berjalan lancar.Saat acara berjalan, Reyhan tampak lebih tenang dari biasanya, meski ada sesuatu yang mengganjal di wajahnya. Ia sering melirik Tiara, menunggu momen yang tepat."Reyhan, kenapa melamun? Semua sudah siap?" tanya Tiara saat menghampirinya dengan segelas minuman di tangan.Reyhan tersenyum. "Iya, semuanya sudah siap. Kamu tenang saja. Hari ini akan berjalan sempurna."Tiara mengangguk sambil membenahi r

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   77. Kasus Ditutup

    Arya duduk di kursi belakang mobil, menatap kosong ke luar jendela. Langit mendung seperti hatinya. Pikirannya dipenuhi kekacauan. Bayangan Tiara yang dingin, pelukan Shara yang erat, dan kenangan pahit masa lalu. Ia merasa seperti orang yang kehilangan arah.Arya bergumam pelan."Apa semua ini salahku? Kalau aku dulu tidak gegabah bersikap… mungkin Tiara masih di sisiku. Tapi apa? Aku malah menghancurkan semua."Supir, yang mendengar gumaman itu, bertanya hati-hati."Den Arya, apa Anda baik-baik saja? Perlu kita berhenti sebentar?"Arya menggeleng sambil memaksakan senyum kecil. "Lanjutkan saja, Pak. Kita harus cepat sampai."Tiba-tiba, ponsel Arya bergetar. Ia merogoh benda itu dari saku jas. Nama Raka, salah satu polisi yang menyrlidiki kasus bapaknya, tertera di layar. Dengan cepat, Arya menjawab."Halo, Pak. Ada apa?" tanya Arya sedikit cemas.Suara di ujung telepon terdengar serius. "Mas Arya, kami punya perkembangan penting soal kasus kematian Tuan Baskoro. Kalau memungkinka

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   76. Kerinduan dan Kasih Sayang

    Arya memberhentikan mobilnya di depan lokasi yang Tiara kirimkan melalui pesan singkat. Sebuah rumah sederhana tapi nyaman terlihat dari luar. Shara, yang duduk di kursi belakang, tampak murung. Arya mematikan mesin mobil lalu menoleh ke putrinya, dan tersenyum lembut.“Shara, ayo turun. Papa antar kamu ke Mama,” katanya dengan suara penuh kasih.Shara menggeleng pelan, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku nggak mau, Papa. Aku masih mau sama Papa.”Arya menelan ludah, hatinya mencelos melihat ekspresi Shara. “Sayang, Papa nggak akan pergi jauh kok. Papa selalu ada buat kamu, meskipun kita nggak tinggal bareng.”Shara tetap terdiam, mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Arya mencoba membujuknya lagi. “Gimana kalau Papa janji nanti kita jalan-jalan lagi? Kamu suka, kan, jalan-jalan sama Papa?”Shara akhirnya mengangguk, meski wajahnya masih muram. Arya keluar dari mobil, lalu membukakan pintu untuk Shara. Sambil menggandeng tangan putrinya, lelaki itu melangkah ke pintu depan rumah.

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   75. Tamu Tak Diharapkan

    Opening usaha baru Tiara berlangsung meriah di dalam sebuah mall yang ramai pengunjung. Dekorasi minimalis dengan balon berwarna pastel menghiasi booth miliknya. Sementara staf berseragam rapi dan casual menyambut tamu-tamu yang datang. Tiara mengenakan seragam yang sama, berdiri di depan booth dengan Reyhan yang setia di sisinya. Mereka tersenyum pada setiap tamu yang datang memberikan ucapan selamat."Semangat, Cantik," ujar Reyhan sambil merapikan rambut Tiara yang sedikit terjatuh di wajahnya. "Ini adalah langkah besar untuk kita."Tiara mengangguk, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Beberapa hari terkahir ini, Reyhan kerap menyentuhnya tanpa sungkan. "Semoga semuanya berjalan lancar. Aku sedikit gugup."Reyhan merangkul Tiara dengan lembut. "Kamu pasti bisa. Semua ini hasil kerja kerasmu."Namun, kegugupan Tiara bertambah ketika dia melihat Arya tiba-tiba berdiri di antara kerumunan tamu yang memadati area sekitar booth. Arya mengenakan kemeja putih polos dan celana jean

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   74. Mencari Peluang Baru

    Tiara dan Reyhan duduk berseberangan di sebuah meja kafe kecil di pinggir jalan, katalog franchise berserakan di atas meja. Tiara mengambil salah satu brosur dan membaca dengan serius. "Rey, ini kelihatannya menarik," katanya sambil menunjukkan brosur tentang franchise makanan penutup premium. "Mereka punya banyak pilihan menu yang unik. Dan tren dessert seperti ini sedang naik daun."Reyhan mengangguk, mengambil brosur itu dan membacanya. "Memang bagus. Konsepnya modern, dan kalau kita bisa dapat lokasi strategis, pasti ramai. Tapi lihat ini," ujarnya sambil mengambil brosur lain. "Franchise minuman boba ini juga menarik. Brand-nya sudah terkenal. Dan mereka punya konsep drive-thru yang jarang ada di Indonesia."Tiara tertawa kecil, lalu menggeleng. "Aku suka, tapi aku lebih tertarik sama yang dessert. Lebih cocok sama gaya dan seleraku."Reyhan tersenyum, meletakkan brosur boba itu kembali di meja. "Oke, jadi kita shortlist dua ini ya? Dessert premium dan boba. Selanjutnya kit

DMCA.com Protection Status