Share

33. Rindu Seorang Ibu

Penulis: Queeny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-20 17:16:07
Lima tahun kemudian.

Tiara duduk di sudut kamar mewah tempat dia bekerja. Matanya lelah menatap Nyonya Ling yang terbaring tak berdaya di ranjang.

Nyonya Ling telah dirawat Tiara selama hampir lima tahun, sejak serangan stroke yang melumpuhkan sebagian tubuhnya. Namun, hari ini kondisinya tampak lebih buruk daripada sebelumnya.

"Nenek, ayo makan sedikit. Saya sudah buatkan bubur kesukaan Nenek."

Tiara menyuapkan bubur itu dengan lembut. Namun, Nyonya Ling hanya memalingkan wajah. Bibirnya mengerut, menolak makanan seperti yang sering dilakukannya saat merasa tak nyaman.

Tiara masih sabar membujuk, ketika pintu kamar Nyonya Ling terbuka. Salah satu anaknya masuk untuk melihat kondisi kesehatan ibu mereka.

"Selamat sore, Tuan. Nona," sapa Tiara ramah.

"Sore, Tiara."

Tiara memberi kode agar anak Nyonya Ling mendekat ke arah tempat tidur ibu mereka.

"Tiara, bagaimana hari ini? Apa kondisi ibu makin parah?"

Anak tertua Nyonya Ling, seorang lelaki berusia empat puluhan, bertanya dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   34. Lelaki Tampan di Bandara

    Bandara Internasional Taoyuan Taiwan.Suasana ramai tapi teratur. Tiara duduk di area tunggu kelas bisnis, sesekali menatap layar ponselnya sambil menghela napas. Setelah bertahun-tahun hidup di luar negeri, akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Ada banyak hal yang harus dihadapi Tiara, terutama terkait masa lalunya dengan Arya dan keluarganya. Namun, ia sudah siap. Ia menatap paspornya sejenak, membayangkan bagaimana kehidupannya akan berubah lagi setelah kembali ke tanah air.Di sebelahnya, seorang lelaki muda mengenakan kemeja putih duduk sambil meminum kopi. Wajahnya tampan, dengan postur yang tegap. Tiara tak sengaja melirik ke arah lelaki itu dan mereka saling bertatapan. Lelaki itu tersenyum sopan, lalu meletakkan cangkir kopinya di atas meja.“Penerbangan ke Indonesia juga?” tanya pria itu ramah, memulai percakapan.Tiara tersenyum kecil, mengangguk. “Iya, Jakarta.”Pria itu mengulurkan tangan, memperkenalkan diri. “Nama saya Reyhan, kebetulan saya juga menuju Ja

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   35. Melepas Rindu yang Terpendam

    Tiara memasuki mobil sewaan yang menunggunya di bandara. Hati dan pikirannya tak henti-hentinya memikirkan Shara, putrinya yang kini tinggal di panti asuhan. Tiara merindukan Shara dengan sangat. Meskipun mereka sering terhubung dengan video call, rasanya tak sebanding dengan pertemuan langsung. Tiara menatap cermin, memastikan cadarnya terpasang rapi. Ia tak ingin ada yang mengenali sebelum waktunya tepat.“Ke Panti Asuhan Bunga Harapan, ya, Pak,” ucap Tiara pada sopir.Sopir mengangguk sopan. “Siap, Bu.”Sepanjang perjalanan, Tiara hanya bisa memandangi jalanan Jakarta yang ramai. Jantungnya berdegup tak karuan. Rasa khawatir dan harapan bercampur menjadi satu. Sudah lama Amara tak bertemu Shara secara langsung, meskipun komunikasi mereka tetap terjaga. Tiara tak bisa menyingkirkan kekhawatiran bahwa putrinya mungkin merasa asing.Setelah beberapa waktu, mobil mulai memasuki jalan kecil menuju panti. Tiara menghirup napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya. Begitu tiba, ia

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   36. Menyusun Rencana

    Tiara melangkah anggun memasuki ballroom hotel, tempat acara gala berlangsung malam itu. Gaun panjang berwarna merah marun yang ia kenakan memeluk tubuhnya dengan sempurna. Sementara rambut cokelatnya dibiarkan terurai.Tiara sengaja menggunakan kacamata berwarna. Wajahnya kini tampak dewasa dan berkarisma, berbeda jauh dari sosok Tiara lima tahun lalu. Kehidupan yang keras di luar negeri telah mengajari Tiara banyak hal. Dan malam ini, dia kembali ke Indonesia dengan rencana yang matang."Hai, Cantik."Tiara menoleh dan mendapati orang yamg mengundangnya ke acara ini, sedang berdiri di belakang.Reyhan."Hai.""Kamu datang juga," ucap Reyhan senang. Tiara sedikit canggung tetapi mencoba percaya diri. Sekalipun saat ini kondisi ekonominya membaik, tetapi tetap saja dia awam tentang bisnis.Untunglah Tiara sering mengikuti acara pesta majikannya di Tiawan, walau tugasnya menjaga Nyonya Ling selama acara berlangsung. Sehingga dia bisa meniru cara mereka makan dan berbincang. "Pasti. A

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   37. Semakin Penasaran Semakin Senang

    Arya menatap wanita itu dari kejauhan. Matanya tak bisa lepas sejak pertama kali mereka bertemu di acara gala semalam. Ada sesuatu yang berbeda dari sosok wanita itu—sikapnya yang tenang tetapi penuh misteri. Auranya yang terasa asing tetapi begitu akrab. Arya tak bisa mengenyahkan perasaan bahwa dia pernah bertemu dengan wanita itu sebelumnya. Namun, kapan dan di mana, dia tak tahu pasti.Hari ini, Arya kembali melihat wanita itu, duduk sendirian di sudut kafe. Memandangi secangkir kopi dengan tenang. Pakaian simpel tetapi elegan, semakin menambah pesona wanita tersebut. Arya memutuskan bahwa kali ini, ia harus mendekatinya.Dengan langkah percaya diri, Arya menghampirinya. “Boleh saya duduk di sini?”Tiara, mengangkat pandangannya perlahan. Di balik kacamata hitam, wanita itu mengamati Arya sejenak sebelum mengangguk singkat. “Silakan.”Arya tersenyum dan duduk di hadapannya. “Hai, Sofia. Kita ketemu lagi.”Tiara mengangkat alis sedikit, tapi tetap mempertahankan sikap tenang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   38. Kubawa Kau Melayang Tinggi

    Tiara berdiri di depan cermin, menatap sosoknya yang terpantul di sana. Dia menarik napas dalam-dalam dan berusaha menguatkan hati. Semuanya harus berjalan sempurna. Rencana untuk membalas dendam terhadap Arya kini dimulai. Tiara tahu bahwa untuk melakukannya, dia harus merancang langkah-langkah dengan sangat hati-hati.“Tiara, kamu siap?” sahabatnya, Rina, masuk ke dalam kamar dan menghampirinya. “Kamu terlihat cemas.”“Aku harus membuat Arya jatuh cinta padaku,” jawab Tiara gugup. Rina mengerutkan dahi. “Jatuh cinta? Tapi kamu bukan orang yang seperti itu. Kenapa harus jatuh cinta? Bukankah tujuan kamu adalah membalas dendam?”Tiara tersenyum tipis. “Aku tahu. Tapi untuk membalas dendam, aku harus membuatnya merasakan rasa sakit yang dalam. Dan cara terbaik adalah dengan memanipulasinya.”Rina mengangguk, mulai mengerti. “Jadi, kamu akan menggunakan perasaannya melawan dirinya sendiri?”“Persis,” Tiara menjawab dengan penuh keyakinan. “Aku akan menunjukkan padanya betapa menyedihk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   39. Menebar Jaring Di Mana Saja

    "Kalau begitu, pulanglah dan temui istrimu. Bukankah dia yang halal untukmu?"Bukankah aku juga istri dan halal untuknya? Aku dan Arya masih terikat pernikahan, walau hanya di bawah tangan. Tiara menggeleng dan menepis pikirannya. Betapa dia begitu berani menyentuh dan memancing hasrat Arya. Lalu, ketakutan ketika lelaki itu menanggapi dan menginginkannya."Jangan, Den. Sakit...."Lagi-lagi saat itu kembali terbayang. Saat dimana bau asam dari mulut Arya mencecap dirinya dengan rakus. Saat tubuh besar Arya menindihnya dan bergerak tanpa ampun.Tiara hanya anak berusia delapan belas tahun yang polos dan tak pernah mengenal lelaki. Namun, justru pengalaman pahit yang dia dapatkan. Dan itu dari suami sendiri. Tiara memegang lengannya secara bergantian. Lengan yang dulu diikat Arya agar dia tak bisa melawan. Lengan yang lelaki itu tarik agar dia lebih merapat, lalu benih-benih itu bertaburan di rahimnya. "Mengapa rasamu begini?"Arya bahkan merobeknya tanpa ampun, mengabaikan kesakitan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   40. Donatur yang Mencurigakan

    Tiara duduk di dalam mobil sewaan, mengenakan gamis dan cadar untuk menyembunyikan identitasnya. Hatinya berdebar saat mendekati panti asuhan tempat Shara tinggal.Sudah beberapa minggu sejak terakhir kali dia menjenguk Shara secara langsung. Meskipun mereka sering video call, rasanya tidak cukup untuk mengobati kerinduan sebagai seorang ibu.Sesampainya di panti, Tiara turun dari mobil dan berjalan menuju pintu masuk. Bu Dewi, segera menyambutnya dengan senyum hangat.“Assalamu'alaikum, Bu,” sapa Tiara dengan suara lembut.“Wa'alaikumussalam. Lama kamu gak datang?” Bu Dewi tersenyum, mengenali Tiara meski tertutup cadar.Tiara tersenyum kecil di balik cadarnya. “Alhamdulillah, baik. Saya kangen sekali sama Shara. Dia gimana?”“Shara baik-baik saja, tapi dia sering bertanya kapan mama datang lagi. Dia pasti kangen kamu,” jawab Bu Dewi sambil berjalan bersama Tiara ke ruang bermain.Saat memasuki ruangan, Tiara melihat Shara sedang bermain dengan mainan-mainan kecilnya di sudut ruangan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   41. Semakin Dekat, Semakin Intim

    Arya duduk di ruangan kantornya yang sepi untuk menunggu Tiara. Lelaki itu membeli sebuah ruko mewah di kota untuk memperlebar bisnisnya. Pabrik dan penggilingan padi diserahkan kepada beberapa paman. Namun, dia tetap mengontrol dengan rutin.Pertemuan mereka hari ini bukan sekadar pertemuan biasa. Arya telah memikirkan ide ini selama beberapa waktu. Hari ini Arya berencana menawarkan kerja sama bisnis, yang akan membuat mereka semakin dekat. Meskipun hubungannya dengan Tiara diawali dengan ketertarikan pribadi, Arya merasa ini adalah kesempatan untuk menjalin hubungan yang lebih erat di dunia bisnis.Tak lama kemudian, Tiara masuk dengan anggun, mengenakan blazer berwarna krem yang menambah pesonanya. Dia membawa aura percaya diri, seperti seorang wanita yang tahu apa yang diinginkan dan bagaimana mencapainya."Sudah lama menunggu?" Tiara menyapa dengan senyum tipis, lalu duduk di hadapan Arya."Ah, nggak terlalu lama kok," jawab Arya sambil tersenyum lebar. "Aku selalu senang menun

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24

Bab terbaru

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   82. Welcomeback Taiwan (Tamat)

    Malam di Taiwan itu begitu indah, langit dipenuhi bintang-bintang yang bersinar terang. Seakan memberikan cahaya pada perjalanan baru Tiara dan Reyhan sebagai pasangan suami istri. Suasana kota yang ramai di siang hari kini berubah menjadi tenang dan damai. Dengan suara langkah kaki mereka yang bergema pelan di sepanjang jalan.Di sebelah mereka, Shara berjalan dengan ceria, menggandeng tangan Tiara. Sementara Darsih, berjalan di samping mereka."Aku nggak percaya kita akhirnya bisa liburan bareng kayak begini," kata Tiara sambil tersenyum lebar ke arah Reyhan. "Ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan."Reyhan tersenyum dan merangkul bahu Tiara, "Aku juga merasa begitu. Kita sudah melewati banyak hal untuk sampai di titik ini, Tiara. Ini saat yang tepat untuk menikmati hidup."Mereka berjalan menyusuri jalanan yang dipenuhi dengan lampu-lampu warna-warni, menciptakan suasana yang romantis dan hangat.Shara terlihat sangat bahagia. Matanya berbinar-binar melihat lampu-lampu di sepa

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   81. Malam Syahdu

    Malam itu, suasana rumah Tiara begitu berbeda. Lampu-lampu kecil berbinar lembut di sepanjang taman belakang, memancarkan nuansa hangat dan romantis.Meja makan yang dihiasi lilin serta kelopak bunga mawar merah menjadi pusat perhatian. Reyhan telah merencanakan semuanya dengan sempurna.Ketika Tiara turun dari tangga, mengenakan gaun panjang berwarna biru lembut, Reyhan menatapnya tanpa berkedip. "Kamu cantik sekali malam ini," ucap Reyhan tulus, berdiri dan meraih tangan Tiara.Tiara tersenyum kecil, menyembunyikan kegugupannya. "Dan kamu selalu tampan," balasnya sambil tertawa pelan, mencoba mencairkan suasana.Reyhan menarik kursi untuk Tiara. “Silakan, istriku.”Tiara duduk dengan anggun. Reyhan mengisi gelas untuk mereka berdua. Hidangan makan malam pun dimulai dengan suasana hangat. Mereka menikmati makanan favorit Tiara. Ternyata Reyhan sendiri pesan secara khusus dari restoran ternama.“Ini terlalu sempurna,” ucap Tiara setelah menyantap hidangan utamanya.Mata Tiara berb

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   80. Intimate Wedding

    Tiara berdiri di depan cermin, mengenakan gaun putih sederhana namun elegan. Gaun itu tidak terlalu mencolok, tapi sangat pas dengan konsep intimate wedding yang mereka rencanakan. Di belakangnya, Shara berdiri memandangi sang mama dengan mata berbinar."Mama cantik sekali," ucap Shara penuh kekaguman.Tiara tersenyum, lalu membungkuk untuk memeluk Shara. "Makasih, Sayang. Kamu juga cantik dengan gaun kecilmu itu."Terdengar ketukan di pintu, lalu Reyhan masuk, mengenakan setelan jas abu-abu yang terlihat santai tapi tetap berkelas. "Apa aku boleh melihat calon istriku?" tanyanya sambil tersenyum.Tiara menoleh dan tersenyum lembut. "Kamu datang terlalu cepat. Kita belum mulai acaranya.""Kalau begitu, aku akan menunggu di luar. Tapi aku harus bilang, kamu terlihat sangat cantik hari ini, Tiara," Reyhan berkata sambil menatapnya penuh cinta.Saat Tiara hendak menjawab, salah satu panitia kecil mereka datang memanggil. "Semua sudah siap. Kita bisa mulai kapan saja."Tiara dan Reyha

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   79. Mengikat Janji

    Acara pertunangan Tiara dan Reyhan digelar sederhana namun penuh kehangatan di sebuah restoran yang disewa khusus. Dekorasi ruangan yang didominasi warna pastel dengan lampu gantung kecil menciptakan suasana romantis. Keluarga dan sahabat terdekat hadir, menyaksikan momen penting itu. Tiara, yang mengenakan dress anggun berwarna peach, tampak menawan. Sementara Reyhan tampil gagah dengan setelan jas abu-abu.Reyhan berdiri di depan semua tamu, mengambil mikrofon, dan mulai berbicara. “Selamat malam semuanya. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk hadir di acara yang sangat spesial ini. Hari ini, saya ingin mengungkapkan rasa syukur karena bisa berdiri di sini. Di samping wanita yang luar biasa, Tiara. Dia adalah alasan aku ingin menjadi pria yang lebih baik setiap hari.”Tiara tersipu, menundukkan wajahnya sambil tersenyum malu-malu. Tepuk tangan terdengar dari para tamu. Termasuk Shara yang duduk di meja depan bersama Darsih, ibu Arya.Setelah pidato singkat Reyhan, seorang pela

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   78. Surprise dan Lamaran

    Reyhan berdiri di tengah ruangan yang sudah dihias dengan indah untuk opening kedua usaha Tiara, yaitu monuman boba. Tempat itu dipenuhi dengan teman, keluarga, dan rekan bisnis yang datang untuk memberikan dukungan. Bu Dewi dan Rina juga datang. Bahkan anak-anak panti semua ikut serta dan diberikan seragam. Karena usaha yang ini letaknya di ruko dengan halaman luas, Tiara mengundang semua orang yang dikenalnya. Tiara mengenakan gaun simpel berwarna pastel yang membuatnya terlihat anggun. Ia sibuk menyambut tamu, mengobrol dengan beberapa mitra, dan memastikan semuanya berjalan lancar.Saat acara berjalan, Reyhan tampak lebih tenang dari biasanya, meski ada sesuatu yang mengganjal di wajahnya. Ia sering melirik Tiara, menunggu momen yang tepat."Reyhan, kenapa melamun? Semua sudah siap?" tanya Tiara saat menghampirinya dengan segelas minuman di tangan.Reyhan tersenyum. "Iya, semuanya sudah siap. Kamu tenang saja. Hari ini akan berjalan sempurna."Tiara mengangguk sambil membenahi r

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   77. Kasus Ditutup

    Arya duduk di kursi belakang mobil, menatap kosong ke luar jendela. Langit mendung seperti hatinya. Pikirannya dipenuhi kekacauan. Bayangan Tiara yang dingin, pelukan Shara yang erat, dan kenangan pahit masa lalu. Ia merasa seperti orang yang kehilangan arah.Arya bergumam pelan."Apa semua ini salahku? Kalau aku dulu tidak gegabah bersikap… mungkin Tiara masih di sisiku. Tapi apa? Aku malah menghancurkan semua."Supir, yang mendengar gumaman itu, bertanya hati-hati."Den Arya, apa Anda baik-baik saja? Perlu kita berhenti sebentar?"Arya menggeleng sambil memaksakan senyum kecil. "Lanjutkan saja, Pak. Kita harus cepat sampai."Tiba-tiba, ponsel Arya bergetar. Ia merogoh benda itu dari saku jas. Nama Raka, salah satu polisi yang menyrlidiki kasus bapaknya, tertera di layar. Dengan cepat, Arya menjawab."Halo, Pak. Ada apa?" tanya Arya sedikit cemas.Suara di ujung telepon terdengar serius. "Mas Arya, kami punya perkembangan penting soal kasus kematian Tuan Baskoro. Kalau memungkinka

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   76. Kerinduan dan Kasih Sayang

    Arya memberhentikan mobilnya di depan lokasi yang Tiara kirimkan melalui pesan singkat. Sebuah rumah sederhana tapi nyaman terlihat dari luar. Shara, yang duduk di kursi belakang, tampak murung. Arya mematikan mesin mobil lalu menoleh ke putrinya, dan tersenyum lembut.“Shara, ayo turun. Papa antar kamu ke Mama,” katanya dengan suara penuh kasih.Shara menggeleng pelan, matanya mulai berkaca-kaca. “Aku nggak mau, Papa. Aku masih mau sama Papa.”Arya menelan ludah, hatinya mencelos melihat ekspresi Shara. “Sayang, Papa nggak akan pergi jauh kok. Papa selalu ada buat kamu, meskipun kita nggak tinggal bareng.”Shara tetap terdiam, mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Arya mencoba membujuknya lagi. “Gimana kalau Papa janji nanti kita jalan-jalan lagi? Kamu suka, kan, jalan-jalan sama Papa?”Shara akhirnya mengangguk, meski wajahnya masih muram. Arya keluar dari mobil, lalu membukakan pintu untuk Shara. Sambil menggandeng tangan putrinya, lelaki itu melangkah ke pintu depan rumah.

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   75. Tamu Tak Diharapkan

    Opening usaha baru Tiara berlangsung meriah di dalam sebuah mall yang ramai pengunjung. Dekorasi minimalis dengan balon berwarna pastel menghiasi booth miliknya. Sementara staf berseragam rapi dan casual menyambut tamu-tamu yang datang. Tiara mengenakan seragam yang sama, berdiri di depan booth dengan Reyhan yang setia di sisinya. Mereka tersenyum pada setiap tamu yang datang memberikan ucapan selamat."Semangat, Cantik," ujar Reyhan sambil merapikan rambut Tiara yang sedikit terjatuh di wajahnya. "Ini adalah langkah besar untuk kita."Tiara mengangguk, mencoba menenangkan debaran jantungnya. Beberapa hari terkahir ini, Reyhan kerap menyentuhnya tanpa sungkan. "Semoga semuanya berjalan lancar. Aku sedikit gugup."Reyhan merangkul Tiara dengan lembut. "Kamu pasti bisa. Semua ini hasil kerja kerasmu."Namun, kegugupan Tiara bertambah ketika dia melihat Arya tiba-tiba berdiri di antara kerumunan tamu yang memadati area sekitar booth. Arya mengenakan kemeja putih polos dan celana jean

  • Belenggu Pernikahan Tuan Arya   74. Mencari Peluang Baru

    Tiara dan Reyhan duduk berseberangan di sebuah meja kafe kecil di pinggir jalan, katalog franchise berserakan di atas meja. Tiara mengambil salah satu brosur dan membaca dengan serius. "Rey, ini kelihatannya menarik," katanya sambil menunjukkan brosur tentang franchise makanan penutup premium. "Mereka punya banyak pilihan menu yang unik. Dan tren dessert seperti ini sedang naik daun."Reyhan mengangguk, mengambil brosur itu dan membacanya. "Memang bagus. Konsepnya modern, dan kalau kita bisa dapat lokasi strategis, pasti ramai. Tapi lihat ini," ujarnya sambil mengambil brosur lain. "Franchise minuman boba ini juga menarik. Brand-nya sudah terkenal. Dan mereka punya konsep drive-thru yang jarang ada di Indonesia."Tiara tertawa kecil, lalu menggeleng. "Aku suka, tapi aku lebih tertarik sama yang dessert. Lebih cocok sama gaya dan seleraku."Reyhan tersenyum, meletakkan brosur boba itu kembali di meja. "Oke, jadi kita shortlist dua ini ya? Dessert premium dan boba. Selanjutnya kit

DMCA.com Protection Status