Hati Della menghangat beban di pundaknya seakan lepas. Meski ada beban yang begitu menggelayut seakan menekannya untuk segera melepaskan tetapi, ada hal yang sulit untuk di lakukan oleh Della agar secepatnya untuk menemuinya."Sekarang kita nyari kerjaan Rin. Kita tidak mungkin seperti ini terus." "Sudah berapa kali kamu melamar kerjaan, Del?" Rini bertanya keseriusan Della mencari pekerjaan. Mengingat latar belakang orang tua dan pendidiknya seharusnya mudah bagi Della mencari pekerjaan tetapi hal itu sepertinya ada hal yang membuatnya kesulitan untuk melangkah."Sudah. Bahkan hari ini aku sudah mencarinya, aku lelah Rin," keluh kesah Della di hadapan Rini. Meski kehidupannya jauh lebih baik dari wanita di depannya. Tetapi ini keadaannya jauh lebih menyedihkan karena harus terbebani dengan kesalahan yang dulu terus membayanginya di setiap langkahnya."Rin, rencana kamu apa setelah ini? Apa ada yang perlu kita lakukan? Maksudku, siapa tau kamu punya rencana yang lebih baik jadi kita b
Setelah hari itu persiapan demi persiapan dilakukan oleh Bagas dan juga Linda. Husna sebagai sahabat sekaligus satu-satunya yang sudah dianggap sebagai keluarga oleh Linda pun mempersiapkan segalanya.Waktu begitu cepat membuat Husna dan Hasta kembali dengan kesibukan pernikahan Linda dan juga Bagas dua orang kepercayaan sekaligus sahabat dari mereka berdua.Suara sah bergemuruh diiringi dengan tepuk tangan itu adalah acara di mana Linda sudah sah menjadi istri Bagas tanpa ada pesta mewah karena Linda tidak ingin melakukannya. Sehingga setelah acara pernikahan mereka yang diadakan di villa hanya mengundang para sahabat namun acara tetap meriah."Linda, Bagas. Ambil ini sebagai hadiah untuk kalian berdua. Berlibur lah aku berikan waktu kalian satu bulan untuk honeymoon." Hasta memberikan amplop coklat pada Bagas."Ini apaan bro?""Itu hadiah dari kami berdua. Pergilah dan kembali bahwa kabar membahagiakan untuk kami, bukankah kalian sudah menganggap kami saudara?""Aku tidak bisa mener
Seorang gadis begitu sibuk dengan berbagai pekerjaan di depannya hingga tanpa dia sadari seseorang tengah memperhatikannya. Tidak ada yang tahu siapa gadis cantik yang begitu sederhana memilih menjadi seorang pelayan di salah satu tokoh buku ternama di ibukota selain bekerja dia juga seorang mahasiswa walau satu bulan lagi melepas mahasiswa dalam dirinya. Gadis cantik dengan kerudung menutupi kepalanya salah satu mahasiswa universitas ternama dengan nilai terbaik.Satu bulan lagi gelar mahasiswa tidak lagi ada padanya tetapi hal itu tidak membuat seorang yang kini tengah bergulat dengan waktu pulang kerja bersantai atau bahkan merayakan seperti teman-teman yang lain menikmati kebebasan setelah bergulat dengan skripsi.Kesederhanaannya lah yang membuatnya tidak kesulitan mencari teman, namun sebaliknya ia sulit untuk mendapatkan cinta dari seorang pria.Memiliki sahabat pria sejak lama namun kedekatan mereka sulit untuk di gambarkan antara perhatian seorang sahabat atau perhatian dari
Husna yang mendengar kabar tentang putrinya di lamar seorang pria hanya bisa diam. Mendengarkan curhatan Zelena baru membuatnya tersadar jika anak yang dulu selalu berlarian kini telah menjadi seorang gadis."Menurut kamu gimana mas? Zelena di lamar tapi dia ingin identitas keluarganya tetap di sembunyikan. Aku mau pernikahan Zelena meriah mas, ini momen yang aku tunggu sebagai seorang ibu." Ucap Husna gelisah.Tidak habis pikir dengan putrinya yang tetap menyembunyikan siapa orang tuanya."Putri kecilku memiliki alasan sayang. Kita sebagai orang tua hanya bisa mendukung jika suatu saat ada hal yang ganjal baru kita yang maju. Aku percaya putriku memiliki alasan yang tepat untuk ini." "Tapi mas–""Kita bicarakan dengan Andaru, walau bagaimanapun dia ayahnya. Dia yang akan menjadi walinya nanti, kamu setuju untuk bertemu mereka?" "Ya mas, walau bagaimana pun mas Andaru ayahnya dan dia juga sudah berubah. Nanti aku hubungi Indri." Hasta memberikan ketenangan pada Husna yang terlihat be
Persiapan pernikahan yang terlihat di kediaman sederhana Andaru dari tenda seadanya dan kursi yang berjejer bukanlah kursi mahal atau pun sofa tetapi kursi plastik dan itu pinjaman dari RT setempat yang biasa di pakai oleh warga. Bahkan pak RT turut menjadi saksi pernikahan Zelena dan Kayan.Jam sepuluh adalah waktu yang seharusnya mereka menikah tetapi sampai jam sebelas rombongan pengantin pria tidak kunjung datang hingga pukul dua belas siang mereka tidak menampakkan hidungnya."Sayang kamu sudah coba hubungi mereka?" Andaru merasa kecolongan dengan kelakuan Kayan yang tidak menepati janjinya."Sudah yah, tapi ponsel mereka tidak ada yang aktif. Apa mungkin terjadi sesuatu?" Zelena yang merasa khawatir dengan keadaan keluarga calon suaminya tidak hentinya menghubungi mereka. Meski hasilnya akan tetap sama nihil. Tidak ada keraguan atau pun berfikir buruk pada mereka yang ada hati Zelena begitu cemas memikirkan calon suami dan keluarganya.Para tetangga yang sebenarnya sudah tahu si
Kayan terkejut dengan suara Zelena yang tiba-tiba sudah duduk menatap kearahnya."Zel kamu bangun? Sejak kapan? Apa yang kamu dengar?" Kayan duduk berhadapan dengan Zelena. Wajah terkejutnya tidak mampu di sembunyikan olehnya."Hehe, Kay kamu ini yang kenapa? Aku baru bangun aku cuma denger suara tapi sayangnya aku nggak jelas dengernya, makanya aku tanya sama kamu. Ada apa?" Zelena melepaskan kerudungnya menambah kecantikannya dengan rambut panjang hitamnya."Nggak, nggak ada. Ya sudah tidur lagi gih! Masih malam kamu mau begadang? Zel malam ini kita tidak –""Ya kamu jangan khawatir. Sekarang ganti baju kamu istirahatlah juga, aku tahu kamu pasti lelah, oh, ya Kay. Pria yang sama kamu itu siapa?" "P– pria yang mana?""Yang datang sama kamu. Aku nggak liat lagi apa dia –""Oh, itu cuma supir sewaan udah pulang waktu kita di hotel." Kayan bernapas lega Zelena tidak lagi bertanya lebih lanjut tentang pria yang bersamanya.**Suara adzan subuh berkumandang Zelena yang terbiasa bangun
Hari-hari di lalui seperti biasa setalah libur dua hari Zelena kembali bekerja di toko buku. Meski ia akan pindah di salah satu perusahaan milik orang tuanya tetapi di urungkan."Mas boleh aku minta sesuatu?" Zelena bertanya dengan lirih saat mereka berada di dalam kamar."Minta apa? Jangan yang aneh-aneh, aku belum siap melakukannya sekarang." Ujarnya tanpa menoleh kearah Zelena."Mas, aku mau kita buat pesta ya. Tapi di gedung," ujarnya lirih."Zel, kamu tahu aku banyak kerjaan. Jangankan untuk pesta malam pertama kita aja sampai sekarang belum terlaksana. Aku sibuk banget Zel." Kayan berusaha untuk menghindar tatapan Zelena."Setidaknya buat orang tuaku bahagia mas. Kamu tahu kan kalau aku pernah bilang kita akan mengadakan resepsi pernikahan kita di gedung. Aku mau undang keluargaku ke sini nanti." Zelena begitu antusias jika hal itu terjadi maka semua akan terungkap.Lain dengan Zelena, Kayan begitu geram dengan permintaan Zelena. Baginya tidak ada pesta atau apapun namanya. Sela
"Tapi ma, apa itu harus?" Kayan mencoba untuk negoisasi dengan ibunya mana mungkin dia bisa mengurung Zelena di dalam gudang yang gelap dan pengap."Kenapa tidak. Jangan bilang kalau kamu benar-benar jatuh cinta pada wanita kampungan seperti dia." Gaina menatap tidak suka pada putranya."Siapa yang jatuh cinta padanya? Tujuan kita adalah harta jabatan dan nama pasar kita sudah mendapatkannya meskipun harus menunggu dua bulan lagi tapi aku tidak tahan satu atap bersamanya. Tapi mengingat jika dia mengetahui apa yang kita lakukan pada wanita ini tentu dia akan marah pada kita Aku hanya takut jika semua fasilitas yang diberikan dia pada kita akan diambil lagi olehnya." Ujar Kayan gelisah."Kamu tidak perlu khawatir Mama sudah menyiapkan rencana lain, pokoknya wanita ini harus kita kurung di gudang beri dia pelajaran Karena dia sudah lancang membuka kamar pribadi kamu." Gaina menyeret tubuh Zelena yang tidak berdaya."Hei, bangun kamu jangan keenakan tidur sekalipun ini cuma gudang tapi s