Seorang gadis begitu sibuk dengan berbagai pekerjaan di depannya hingga tanpa dia sadari seseorang tengah memperhatikannya. Tidak ada yang tahu siapa gadis cantik yang begitu sederhana memilih menjadi seorang pelayan di salah satu tokoh buku ternama di ibukota selain bekerja dia juga seorang mahasiswa walau satu bulan lagi melepas mahasiswa dalam dirinya. Gadis cantik dengan kerudung menutupi kepalanya salah satu mahasiswa universitas ternama dengan nilai terbaik.Satu bulan lagi gelar mahasiswa tidak lagi ada padanya tetapi hal itu tidak membuat seorang yang kini tengah bergulat dengan waktu pulang kerja bersantai atau bahkan merayakan seperti teman-teman yang lain menikmati kebebasan setelah bergulat dengan skripsi.Kesederhanaannya lah yang membuatnya tidak kesulitan mencari teman, namun sebaliknya ia sulit untuk mendapatkan cinta dari seorang pria.Memiliki sahabat pria sejak lama namun kedekatan mereka sulit untuk di gambarkan antara perhatian seorang sahabat atau perhatian dari
Husna yang mendengar kabar tentang putrinya di lamar seorang pria hanya bisa diam. Mendengarkan curhatan Zelena baru membuatnya tersadar jika anak yang dulu selalu berlarian kini telah menjadi seorang gadis."Menurut kamu gimana mas? Zelena di lamar tapi dia ingin identitas keluarganya tetap di sembunyikan. Aku mau pernikahan Zelena meriah mas, ini momen yang aku tunggu sebagai seorang ibu." Ucap Husna gelisah.Tidak habis pikir dengan putrinya yang tetap menyembunyikan siapa orang tuanya."Putri kecilku memiliki alasan sayang. Kita sebagai orang tua hanya bisa mendukung jika suatu saat ada hal yang ganjal baru kita yang maju. Aku percaya putriku memiliki alasan yang tepat untuk ini." "Tapi mas–""Kita bicarakan dengan Andaru, walau bagaimanapun dia ayahnya. Dia yang akan menjadi walinya nanti, kamu setuju untuk bertemu mereka?" "Ya mas, walau bagaimana pun mas Andaru ayahnya dan dia juga sudah berubah. Nanti aku hubungi Indri." Hasta memberikan ketenangan pada Husna yang terlihat be
Persiapan pernikahan yang terlihat di kediaman sederhana Andaru dari tenda seadanya dan kursi yang berjejer bukanlah kursi mahal atau pun sofa tetapi kursi plastik dan itu pinjaman dari RT setempat yang biasa di pakai oleh warga. Bahkan pak RT turut menjadi saksi pernikahan Zelena dan Kayan.Jam sepuluh adalah waktu yang seharusnya mereka menikah tetapi sampai jam sebelas rombongan pengantin pria tidak kunjung datang hingga pukul dua belas siang mereka tidak menampakkan hidungnya."Sayang kamu sudah coba hubungi mereka?" Andaru merasa kecolongan dengan kelakuan Kayan yang tidak menepati janjinya."Sudah yah, tapi ponsel mereka tidak ada yang aktif. Apa mungkin terjadi sesuatu?" Zelena yang merasa khawatir dengan keadaan keluarga calon suaminya tidak hentinya menghubungi mereka. Meski hasilnya akan tetap sama nihil. Tidak ada keraguan atau pun berfikir buruk pada mereka yang ada hati Zelena begitu cemas memikirkan calon suami dan keluarganya.Para tetangga yang sebenarnya sudah tahu si
Kayan terkejut dengan suara Zelena yang tiba-tiba sudah duduk menatap kearahnya."Zel kamu bangun? Sejak kapan? Apa yang kamu dengar?" Kayan duduk berhadapan dengan Zelena. Wajah terkejutnya tidak mampu di sembunyikan olehnya."Hehe, Kay kamu ini yang kenapa? Aku baru bangun aku cuma denger suara tapi sayangnya aku nggak jelas dengernya, makanya aku tanya sama kamu. Ada apa?" Zelena melepaskan kerudungnya menambah kecantikannya dengan rambut panjang hitamnya."Nggak, nggak ada. Ya sudah tidur lagi gih! Masih malam kamu mau begadang? Zel malam ini kita tidak –""Ya kamu jangan khawatir. Sekarang ganti baju kamu istirahatlah juga, aku tahu kamu pasti lelah, oh, ya Kay. Pria yang sama kamu itu siapa?" "P– pria yang mana?""Yang datang sama kamu. Aku nggak liat lagi apa dia –""Oh, itu cuma supir sewaan udah pulang waktu kita di hotel." Kayan bernapas lega Zelena tidak lagi bertanya lebih lanjut tentang pria yang bersamanya.**Suara adzan subuh berkumandang Zelena yang terbiasa bangun
Hari-hari di lalui seperti biasa setalah libur dua hari Zelena kembali bekerja di toko buku. Meski ia akan pindah di salah satu perusahaan milik orang tuanya tetapi di urungkan."Mas boleh aku minta sesuatu?" Zelena bertanya dengan lirih saat mereka berada di dalam kamar."Minta apa? Jangan yang aneh-aneh, aku belum siap melakukannya sekarang." Ujarnya tanpa menoleh kearah Zelena."Mas, aku mau kita buat pesta ya. Tapi di gedung," ujarnya lirih."Zel, kamu tahu aku banyak kerjaan. Jangankan untuk pesta malam pertama kita aja sampai sekarang belum terlaksana. Aku sibuk banget Zel." Kayan berusaha untuk menghindar tatapan Zelena."Setidaknya buat orang tuaku bahagia mas. Kamu tahu kan kalau aku pernah bilang kita akan mengadakan resepsi pernikahan kita di gedung. Aku mau undang keluargaku ke sini nanti." Zelena begitu antusias jika hal itu terjadi maka semua akan terungkap.Lain dengan Zelena, Kayan begitu geram dengan permintaan Zelena. Baginya tidak ada pesta atau apapun namanya. Sela
"Tapi ma, apa itu harus?" Kayan mencoba untuk negoisasi dengan ibunya mana mungkin dia bisa mengurung Zelena di dalam gudang yang gelap dan pengap."Kenapa tidak. Jangan bilang kalau kamu benar-benar jatuh cinta pada wanita kampungan seperti dia." Gaina menatap tidak suka pada putranya."Siapa yang jatuh cinta padanya? Tujuan kita adalah harta jabatan dan nama pasar kita sudah mendapatkannya meskipun harus menunggu dua bulan lagi tapi aku tidak tahan satu atap bersamanya. Tapi mengingat jika dia mengetahui apa yang kita lakukan pada wanita ini tentu dia akan marah pada kita Aku hanya takut jika semua fasilitas yang diberikan dia pada kita akan diambil lagi olehnya." Ujar Kayan gelisah."Kamu tidak perlu khawatir Mama sudah menyiapkan rencana lain, pokoknya wanita ini harus kita kurung di gudang beri dia pelajaran Karena dia sudah lancang membuka kamar pribadi kamu." Gaina menyeret tubuh Zelena yang tidak berdaya."Hei, bangun kamu jangan keenakan tidur sekalipun ini cuma gudang tapi s
Bukan hanya Husna dan Hasta tetapi juga Andaru dan Indri mereka benar-benar mengkhawatirkan kondisi Zelena yang tidak ada kabar. Namun satu hal yang tidak diketahui oleh mereka yakni Cavin pria remaja yang berstatus sebagai adik Zelena ternyata sudah memiliki firasat yang berbeda terhadap pria yang mengaku sebagai kekasih kakaknya.Di dalam kamar Cavin tidak hentinya mencari tahu keberadaan sang kakak bahkan dia rela meminta pada seseorang untuk mencari keberadaan Kayan."Aku sendiri yang akan melenyapkan kamu jika saja menyentuh kulit kakak 'ku." Ujar Cavin mengepalkan tangannya.Cavin yang kini telah menginjak remaja begitu menjaga sang kakak walau Zelena jauh dari pandangannya tetapi Cavin tidak lepas memperhatikan dan menjaganya dan kali ini untuk pertama kalinya gagal. Meski tetap bergerak tanpa sepengetahuan orang tua dan kakaknya tetapi sama halnya dengan yang lain ia pun kehilangan jejak Zelena. Cavin tidak tinggal diam seperti sekarang tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya
Zelena menghentikan suapannya kali ini ia menatap wajah wanita di depannya wanita yang ia ketahui adalah ibu mertuanya."Maksud Mama?" "Panggil aku ibu jangan Mama. Aku tidak suka itu, cukup anak-anakku yang memanggilku Mama tidak dengan kamu."Zelena mengangguk kembali melanjutkan makannya. "Seperti yang tadi Mama bilang sama kamu, Mama bebaskan kamu dari gudang tapi ada syaratnya. Kalau kamu bisa memenuhi syarat dari mama kamu bisa bebas di rumah ini. Tanpa harus menderita di dalam gudang tentunya kamu bisa menikmati fasilitas rumah ini yaitu tidur di dalam kamar mewah. Mama yakin ini baru pertama kalinya kamu tidur di kasur empuk.""Bebas seperti apa? Dan kenapa Mama lagi? Bukankah mama tidak ingin aku menyebut mama melainkan ibu?" Zelena tidak ingin menanggapi ucapan ibu mertuanya. Jangankan kasur yang empuk bahkan tidur di hotel berbintang dan kamar VVIP sudah di rasakan oleh Zelena. Tentu Zelena tidak menceritakan pada ibu mertuanya kalau dirinya memiliki rumah yang lebih mew