Mereka beriringan ke arah restoran yang berada tidak jauh dari butik yang dituju oleh Husna dan benar saja yang dikatakan Vlora restoran itu adalah restoran seafood.Setelah memesan makan siang untuk mereka, dan memilih tempat duduk yang tidak terlalu ramai karena jam istirahat pun sudah habis. Sehingga nyaman untuk mereka.Menikmati makan siang dan diselingi dengan perbincangan dengan mereka hingga pada akhirnya Vlora pergi lebih dulu dengan alasan bahwa ia harus kembali bekerja karena dia hanya meminta izin beberapa jam untuk keluar dari kantor."Sampai ketemu lagi, Husna. nanti aku akan berkunjung setelah jagoan kamu lahir. Tapi jika boleh memberikan tawaran akhir pekan aku akan berkunjung ke rumah kamu, aku ingin mengajak kamu ke taman yang tidak jauh dari tempat tinggal kamu. Entah kenapa aku penasaran sekali dengan jajanan di sana aku harap kamu bersedia menemaniku ke sana ayo kita jalan santai di sana,""Ayok aja aku, kamu datang saja ke rumah aku pasti akan mengantarmu ke sana
"Kamu memiliki hati yang luar biasa, Husna bagaimana jika kita ke sana?" Vlora menunjuk salah satu pedagang yang berada di seberang jalan Husna mengerutkan keningnya ajakan Vlora sebelumnya adalah penjual yang di pinggir taman namun tiba-tiba, berubah sungguh di luar perkiraan Husna karena deretan penjual yang tidak jauh dari taman tidak sedikitpun yang menggoda Vlora melainkan penjual di seberang jalan yang tiba-tiba menggugah seleranya."Kamu tadi menginginkan makanan yang di sini?" tanya Husna."Bukan, aku tidak ingin tapi aku penasaran dengan penjualnya di sebelah sana ayolah kamu yang tahu tempat ini, lagi pula makanan yang enak dan tidak tentu kamu yang tahu daripada aku. Kalau terlalu lama antri taunya makanannya tidak enak bukankah itu mubasir?Lebih baik kamu ikut aku, supaya kamu bisa pastikan makanan mana yang menurut kamu enak tapi yang penting bukan dari sini karena aku tidak ingin," rengek Vlora, membuat Husna menurutinya."Ya sudah kita ke sana sekarang, kebetulan mereka
"Mama, Zelena, bibi Imas. Husna dan anakku selamat, sayang kamu sudah menjadi kakak. Mama juga menambah cucu lagi," kebahagiaan terlihat begitu jelas di wajah mereka, air mata dan kecemasan telah hilang raib entah kemana. Berganti dengan air kata kebahagiaan.Dengan sabar Hasta menunggu di ruang tunggu, tidak ada yang berencana untuk meninggalkan rumah sakit. Bahkan Hasta telah memilih ruang perawatan VVIP hanya untuk anak dan istrinya nyaman terlebih Zelena yang membutuhkan istirahat, karena mereka tidak ada yang ingin meninggalkan rumah sakit.Setelah menunggu akhirnya waktunya tiba, brankar di dorong keluar dari ruang IGD dengan di bantu oleh perawat dan satu dokter."Pak Hasta, kami tinggal dulu. Saya akan kembali setiap dua jam sekali, jika pasien mengalami sesuatu segera hubungi kami di sini ada tombol yang terhubung langsung dengan ruangan kami sehingga anda tidak perlu untuk mencari saya ke sana." Ujar Dokter kini perhatiannya pada Zelena yang masih tersedu."Halo cantik, lihat
"Mereka bersembunyi di salah satu villa yang ada di luar kota. Tapi untuk putrinya sampai detik ini tidak ada kabarnya dan kami pun kehilangan jejak." Rusdi menjelaskan bagaimana kinerjanya yang sedang mengikuti Candra dan Della dan lagi-lagi Hasta pun harus menelan kekecewaan setelah hilang tanpa jejak dan Candra yang berada di luar kota."Yudi dan Joni jangan meninggalkan ruang perawatan apapun yang terjadi. Jika salah satu antara mereka ingin atau membutuhkan apapun jangan dua-duanya pergi, karena aku tidak mau mengambil resiko Della ada di sekitar rumah sakit." Ucap tegas Hasta."Tentu pak mereka bekerja dengan baik selama ini. Lagi pula saya sudah menempatkan dua orang lagi sebagai penjual dekat rumah sakit untuk memantau jika ada yang mencurigakan dan orang saya yang lain sedang mencari keberadaan Della,""Baiklah kita langsung ke luar kota." Hasta tidak ingin membuang waktu setelah melihat keadaan Husna dan CCTV yang ia letakkan di ujung tanpa sepengetahuan mereka sehingga Hast
Dengan sikapnya yang tenang Hasta memasuki villa yang begitu luas dengan sosok pria yang berdiri tidak jauh darinya dengan negatif beberapa pengawal yang tentunya sudah diduga oleh Hasta."Terima kasih karena sudah menyambut kedatanganku dengan baik sepertinya ini adalah waktu yang paling tepat." Hasta berhenti saat dua orang pria tiba-tiba berdiri menghalangi langkahnya."Angkat tangan." Hasta mengikuti perintah dua orang yang bersenjata mengangkat tangannya. Mereka memeriksa tubuh Hasta dari ujung kaki hingga ujung kepala setelah mereka tidak berhasil menemukan sesuatu yang berbahaya mereka pun akhirnya membiarkan Hasta memasuki villa. "Wah. Pak Hasta, maafkan mereka yang menyambutnya anda dengan tidak terhormat. Tetapi mereka bekerja dengan baik sesuai tugas mereka."Hasta tidak menanggapi ucapan Candra. Langkahnya begitu tenang hingga Candra pun sulit menebak apa yang ada dalam pikiran Hasta saat ini terlebih Hasta mengetahui villa pribadinya yang bahkan tidak ada satu orang pun
Hasta tersenyum miring Ia pun berdiri meninggalkan Candra namun empat pengawal mengelilinginya dengan senjata di tangan mereka."Kau pikir akan bisa keluar dari sini setelah memberikan ancaman padaku mengenai putriku? Sepertinya kau harus mati di sini jika kau tetap hidup dan bisa keluar disini maka Aku pastikan istrimu dan anakmu sudah mati di tanganku." Candra tersenyum meremehkan kali ini ia akan menghabisi istri dan anak Hasta. Bukan hanya putrinya yang berada di rumah sakit tapi beberapa pengawal yang sudah menyamar sebagai orang yang bekerja di rumah sakit sehingga memudahkan Candra untuk bergerak."Lakukan jika kamu bisa," Hasta mendekati Chandra namun keempat pria yang mengelilingi Hasta dengan cepat menarik pelatuknya namun saat akan di lepaskan Candra menahannya."Kamu tidak akan pernah bisa menyentuh ku, Hasta bahkan aku tidak peduli jika anakku berhasil membunuh anak dan istrimu, benar apa yang dikatakan anakku. Jika dia tidak bisa mendapatkan kamu maka tidak ada satu orang
"Hum, apa yang kamu pikirkan tidak mungkin dia melakukannya sendiri tanpa ada bantuan orang lain, walaupun dia menginginkan harta milikmu tapi dia tidak berani jika harus bergerak sendiri tentu ada orang lain yang berada di balik semua ini." "Kamu tahu siapa orangnya?""Sudah malam sebaiknya istirahat kita bisa bicarakan besok aku nggak mau kalau sesuatu terjadi sama kamu dan putra kita lihat dia tidur pulas bersama kakaknya," Hasta menunjukkan pada Husna di mana tangan Zelena yang tidak lepas dari tempat tidur bayi di sampingnya.Zelena belum lama tidur, sejak tadi dia membicarakan kamu dan juga adiknya. Semoga kita akan selalu bersama aku takut jaga sesuatu terjadi padaku dan juga padamu mas bagaimana dengan anak-anak kita," lirih Husna."Ssttt, kamu ini bicara apa? Tidak akan ada yang terjadi pada kamu dan juga padaku kita akan bahagia merawat anak-anak kita sampai dewasa nanti dan kita akan menjaga cucu kita sampai kita menua nanti aku, kamu dan anak kita tidak akan terpisahkan. M
"Wa'alaikumsalam, Mama, mereka ada di belakang ma, kalau begini kita bisa apa ma. Mereka tidak bisa di ganggu." Ujar Husna menghela napasnya, setelah kelahiran Cavin maka dunia mereka hanya bertiga. Hal yang selalu didengar oleh Widya curhatan sang menantu padanya.Seakan Husna hanya melihat saja, hal itu yang membuat Widya tertawa melihat raut wajah Husna yang terabaikan anak dan suaminya."Sabar ada waktunya mereka membutuhkan kita. Ya, sudah kita ngeteh aja di sini Mama yakin mereka akan datang mencari kamu, percayalah sama Mama." Husna mengangguk ingin tahu apa yang akan di lakukan oleh Hasta dan dua anaknya. Karena dia tidak kunjung mengantar makanan untuk mereka.Satu jam kemudian benar saja mereka datang menemui Husna dan Widya. Terlihat mereka mengerucutkan bibirnya."Sayang, kenapa tidak menyusul ke taman? Kami nungguin lho," Hasta duduk di samping Husna begitu juga Zelena dan Cavin yang berada dalam gendongan Hasta."Kalian masih membutuhkan Mama?" "Tentu saja, Zelena sayan
"Kapan kamu kenal aku? Sejak lama aku menyembunyikan siapa aku. Tapi kamu menuduh aku sengaja melakukan ini padamu? Bahkan saat aku masih sekolah aku sudah menyembunyikan semuanya, kamu ingat saat aku meminta untuk resepsi pernikahan kita? Hari itu adalah hari spesial di mana aku ingin mengatakan padamu yang sebenarnya aku ingin memberikan kekuatan itu padamu tapi nyatanya aku yang di berikan kejutan ini darimu. Sudahlah Kay, kita tidak perlu lagi membahas yang tidak penting jalani hidup kita." "Tidak bisa Zel, aku cinta sama kamu. Aku akan mempertahankan pernikahan kita apapun itu,""Dan aku akan menceraikan kamu Kay. Seberapa kuat kamu mempertahankan, sekuat itu pula aku akan pisah dari kamu.""Tidak akan. Jika aku tidak bisa mendapatkan kamu maka tidak ada satu orang pun yang bisa memiliki kamu."Kayan menari kasar pergelangan tangan Zelena namun tiba-tiba dari arah samping seseorang mencekal tangan Kayan yang ingin menyentuh wajah Zelena.Bugh!!"Brengsek dia wanita! Lawan aku j
"Anda jangan becanda pak Hasta. Zelena hanya anak kampung bahkan saya sendiri yang menikahinya. Lelucon Anda kurang kreatif pak Hasta." Ujar Kayan tertawa bahkan ibu dan istrinya turut tertawa tetapi tidak dengan Iva dan Denta mereka saling pandang dan menarik kerudung yang di pakai oleh Zelena."Aku tidak bercanda dengan orang asing. Aku lebih suka bercanda dengan keluarga." "Tapi tidak mungkin kalau Zelena anak pak Hasta, karena waktu itu saya menikahinya–""Dengan dia?" Hasta menunjuk kearah Andaru dan Indri mereka mendekati terkejut dengan sikap orang tua dan saudara Kayan pada Zelena."Sayang kamu kenapa nak? Jadi ini yang membuat kamu tidak ingin menghubungi dan minta pada kami untuk diam? Ini yang kata kamu akan menyelesaikan semuanya seorang diri? Lihat bahkan di hadapan kami dan banyak orang mereka tidak menghargai kamu sayang," Husna dan Indri saling melepaskan tangan Denta dan Iva yang berbuat kasar pada Zelena."Ini lelucon,"Hasta meminta mereka untuk pergi begitu juga p
Setelah malam itu Zelena tidak lagi memperdulikan kebutuhan keluarga Kayan. Waktunya ia habiskan untuk bekerja dan bekerja menyelesaikan tugas rumah dan menikmati harinya tanpa mengikuti perintah dari anggota keluarga Kayan untuk memasak makanan yang mereka sukai.Hanya menghitung jam lagi maka semuanya akan terungkap dan Zelena pun tidak ingin terlalu lama menundanya lagi.Terdengar suara teriakan dari luar terdengar dengan jelas jika itu adalah suara Gaina dan menantu kesayangannya."Zelena. Kamu ngapain aja di dalam kamar hah? Kamu udah tau pagi-pagi harus menyiapkan apa dulu sebelum berangkat bekerja, apa harus aku ingatkan setiap hari setiap saat dan setiap detik? Jadi orang pemalas minta ampun." Gaina menggedor kamar Zelena dibantu oleh menantu kesayangannya. Namun pada saat mereka mendorong pintu bersamaan dengan Zelena yang membuka pintu sehingga tubuh mereka tersungkur ke depan beruntung Zelena membantu Shella sehingga tidak sampai terjatuh karena akan sangat membahayakan ka
Zelena menoleh kearah pria di sampingnya sosok yang tidak di kenalinya menatapnya dengan tatapan sulit di artikan."Hapus air mata kamu." Ucapnya tegas."Terima kasih," Zelena meraih sapu tangan yang di sodorkan pria di sampingnya."Tidak perlu terima kasih, sudah seharusnya aku lakukan itu. Hum, Zelena bisa kita bicara sebentar?" Tristan berusaha untuk bicara dengan Zelena meminta maaf atas apa yang sudah terjadi dalam hidupnya. Tidak di pungkiri kesakitan yang di alami oleh Zelena karena ulahnya yang turut adil dalam taruhan itu."Maaf sepertinya saya harus pulang sekarang." Zelena berlaku meninggalkan Tristan. Tidak bermaksud untuk menghindar tetapi getar di ponselnya yang membawanya pergi dari hadapan Tristan."Zelena tunggu!""Kamu tidak ingin mendengar aku bicara? Setidaknya izinkan aku mengatakan sekarang,""Mengatakan sekarang?""Ya, aku minta maaf. Karena aku, kamu jadi seperti ini, kenalkan aku Tristan dan aku adalah –""Kenapa tidak di lanjutkan?""Aku adalah orang yang te
Setelah perdebatan panjang Zelena berhasil pergi untuk memulai dengan mencari informasi perusahaan yang ingin ia datangi. Sesuai arahan sang adik tentunya Zelena mendatangi kantor di mana Kayan sebagai direktur."Selamat pagi mbak bisa saya bantu?" sapa resepsionis."Pagi mbak, begini saya datang sesuai informasi yang saya dapatkan dari pak Kayan jika perusahaan ini sedang membutuhkan karyawan. Saya di minta, "Pak Kayan? Kamu siapanya?" "Saya,""Saya apa cepetan!""Saya temannya dan kebetulan saya,""Tunggu dulu, saya kasih kabar pak Kayan dulu." Zelena mengangguk memilih menunggu sampai wanita di depannya selesai menghubungi seseorang yang mungkin saja adalah Kayan."Mbak langsung aja naik ke atas. Pak Kayan sudah menunggu katanya." Ujarnya acuh tanpa melihat kearah Zelena."Terima kasih Mbak, selamat bekerja. Jangan lupa tersenyum," Zelena berbalik melanjutkan langkahnya menuju lift.Sampai di lantai yang di maksud Zelena di kejutkan dengan kehadiran Kayan yang ada di depan lift.
Kayan melempar semua barang yang ada di kamar mengingat kata-kata yang diucapkan oleh Tristan mengenai Shella kekasihnya meski mereka sudah menikah secara siri namun Kayan berusaha untuk menyembunyikannya dan selalu menganggap bahwa Shella adalah kekasihnya bukan istri."Kay Ada apa sih kamu buang barang sampai hancur gini? Ada apa? Bukannya kamu siap-siap mengajak kita untuk makan di luar tapi kamu cuma marah-marah di kamar seperti ini. Apa kamu tidak jadi menerima jabatan sebagai direktur?" Gaina mendatangi kamar pribadi milik Kayan yang tidak seperti biasanya pulang kerja memilih berdiam diri di dalam kamar utama."Mama kalau aku memilih mempertahankan Zelena apakah mama bersedia menerima sebagai menantu?" Kayan bertanya dengan hati-hati.Gemuruh dalam hatinya mengingat jika Zelena yang sebenarnya telah lama menempati hatinya kini harus menjadi jalan untuk mendapatkan harta yang di inginkannya."Maksud kamu apa? Jangan bilang kamu akan memilih Zelena dan mengembalikan semua harta y
Zelena menghentikan suapannya kali ini ia menatap wajah wanita di depannya wanita yang ia ketahui adalah ibu mertuanya."Maksud Mama?" "Panggil aku ibu jangan Mama. Aku tidak suka itu, cukup anak-anakku yang memanggilku Mama tidak dengan kamu."Zelena mengangguk kembali melanjutkan makannya. "Seperti yang tadi Mama bilang sama kamu, Mama bebaskan kamu dari gudang tapi ada syaratnya. Kalau kamu bisa memenuhi syarat dari mama kamu bisa bebas di rumah ini. Tanpa harus menderita di dalam gudang tentunya kamu bisa menikmati fasilitas rumah ini yaitu tidur di dalam kamar mewah. Mama yakin ini baru pertama kalinya kamu tidur di kasur empuk.""Bebas seperti apa? Dan kenapa Mama lagi? Bukankah mama tidak ingin aku menyebut mama melainkan ibu?" Zelena tidak ingin menanggapi ucapan ibu mertuanya. Jangankan kasur yang empuk bahkan tidur di hotel berbintang dan kamar VVIP sudah di rasakan oleh Zelena. Tentu Zelena tidak menceritakan pada ibu mertuanya kalau dirinya memiliki rumah yang lebih mew
Bukan hanya Husna dan Hasta tetapi juga Andaru dan Indri mereka benar-benar mengkhawatirkan kondisi Zelena yang tidak ada kabar. Namun satu hal yang tidak diketahui oleh mereka yakni Cavin pria remaja yang berstatus sebagai adik Zelena ternyata sudah memiliki firasat yang berbeda terhadap pria yang mengaku sebagai kekasih kakaknya.Di dalam kamar Cavin tidak hentinya mencari tahu keberadaan sang kakak bahkan dia rela meminta pada seseorang untuk mencari keberadaan Kayan."Aku sendiri yang akan melenyapkan kamu jika saja menyentuh kulit kakak 'ku." Ujar Cavin mengepalkan tangannya.Cavin yang kini telah menginjak remaja begitu menjaga sang kakak walau Zelena jauh dari pandangannya tetapi Cavin tidak lepas memperhatikan dan menjaganya dan kali ini untuk pertama kalinya gagal. Meski tetap bergerak tanpa sepengetahuan orang tua dan kakaknya tetapi sama halnya dengan yang lain ia pun kehilangan jejak Zelena. Cavin tidak tinggal diam seperti sekarang tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya
"Tapi ma, apa itu harus?" Kayan mencoba untuk negoisasi dengan ibunya mana mungkin dia bisa mengurung Zelena di dalam gudang yang gelap dan pengap."Kenapa tidak. Jangan bilang kalau kamu benar-benar jatuh cinta pada wanita kampungan seperti dia." Gaina menatap tidak suka pada putranya."Siapa yang jatuh cinta padanya? Tujuan kita adalah harta jabatan dan nama pasar kita sudah mendapatkannya meskipun harus menunggu dua bulan lagi tapi aku tidak tahan satu atap bersamanya. Tapi mengingat jika dia mengetahui apa yang kita lakukan pada wanita ini tentu dia akan marah pada kita Aku hanya takut jika semua fasilitas yang diberikan dia pada kita akan diambil lagi olehnya." Ujar Kayan gelisah."Kamu tidak perlu khawatir Mama sudah menyiapkan rencana lain, pokoknya wanita ini harus kita kurung di gudang beri dia pelajaran Karena dia sudah lancang membuka kamar pribadi kamu." Gaina menyeret tubuh Zelena yang tidak berdaya."Hei, bangun kamu jangan keenakan tidur sekalipun ini cuma gudang tapi s