Suara tangis bayi begitu kencang membuat kedua pria yang berada di sebuah rumah tua jauh dari pusat kota itu mengumpati bayi yang tak henti-hentinya menangis. Berkali-kali mereka mencoba memberikan susu formula pada bayi itu tapi kenyataannya bayi mungil itu tak kunjungi berhenti menangis. Membuat kedua pria itu nyaris ingin membating bayi mungil itu. Andai saja bayi yang ada di hadapannya ini tidak menguntungkan kedua pria itu, sudah dipastikan mereka akan melenyapkan bayi itu.“Edi! Kenapa bayi ini tidak juga berhenti menangis. Kepalaku pecah mendengar bayi ini tidak henti-hentinya menangis!” seru pria bertubuh besar pada salah satu temannya yang bernama Edi.“Aku tidak tahu! Biasanya bayi-bayi yang kita culik tidak seberisik bayi ini!” jawab Edi seraya menatap pria yang bernama Bhanu.Edi mengusap wajahnya kasar, dan memijat pelipisnya. Kepanya nyaris meledak mendengar tangis bayi ini tak kunjung mereda. “Bagaimana cara menyumpal mulutnya? Menyusahkan sekali.” Bhanu berdecak tak
“Krystal, ayo makan … kamu belum makan malam, Krys. Aku tidak mau kalau kamu sampai sakit.”Suara Felicia dengan nada pelan, dan tersirat mencemaskan keadaan Krystal. Ya, kini Felicia tengah menemani Krystal. Felicia tidak tega meninggalkan Krystal yang tampak begitu kacau. Sebenarnya Felicia juga tak tega meninggalkan Maya yang berada di rumah sakit, tapi tidak ada pilihan lain; Felicia tidak bisa meninggalkan Krystal yang begitu rapuh seperti ini. Namun, meski demikian Felicia telah mengirimkan orang kepercayaannya untuk menjaga Maya.“Fel … di mana putraku saat ini? Aku tidak bisa tenang, Fel. Putraku pasti kelaparan. Kenard tidak pernah minum susu formula. Aku takut terjadi sesuatu pada Kenard.”Air mata Krystal kembali berlinang. Bayang-bayang hal buruk selalu melekat dalam benaknya. Krystal terlalu takut jika sampai terjadi sesuatu pada putra kecilnya itu. Ditambah selama ini Kenard tidak pernah minum susu formula. Kenard pasti menangis jauh darinya.Felicia mengembuskan napas p
“Doni, kamu yakin ini tempatnya?” Suara Kaivan bertanya seraya mengendarkan pandangan ke sekitar. Ada beberapa kapal yang masih berlabuh. Hanya saja malam ini seperti tidak ada orang yang datang. Kini Kaivan bersama dengan Doni, Hans, dan Aryan menuju ke tempat di mana dua orang yang menculik Kenard melakukan transaksi penjualan anak. Terakhir Kaivan mendengar dari asistennta biasanya transaksi diadakan di atas kapal. Demi tidak mencurigai oleh banyak orang.“Benar, Tuan. Mereka biasa bertransaksi di sini. Lebih baik kita bersembunyi lebih dulu, Tuan. Kita tidak bisa langsung maju karena kemungkinan besar bisa saja mereka melarikan diri.” Doni berujar dengan nada yang begitu serius.Kaivan menghunuskan tatapan dingin, dan tajam pada Doni. “Kalau kita bersembunyi bisa saja mereka membawa putraku, Sialan!” serunya dengan geraman kemarahan.“Kaivan, tenangkan dirimu. Masalah tidak akan selesai kalau kamu menggunakan emosimu. Ingat, Kaivan. Kita bukan hanya menghadapi dua penculik Kenard.
“Langkahi dulu mayatku kalau kalian ingin membawa putraku!”Suara Kaivan berseru dengan keras, dan menggelegar membuat semua orang di sana tampak begitu terkejut. Dan … seketika tubuh Jelita menegang melihat Kaivan berdiri di hadapannya. Tampak raut wajah Jelita memucat. Wanita itu kini dilanda kepanikan hebat.“K-Kaivan?” Jelita segera melangkah mundur ketika Kaivan, Hans, Aryan, dan Doni mendekat.“Who are you.” Ovid menghunuskan tatapan tajamnya pada Kaivan. Seluruh anak buahnya pun menatap tajam Kaivan, Hans, Aryan, dan Doni.“Jangan mengajukan pertanyaan bodoh padaku. Aku adalah ayah dari bayi yang diculik wanita sialan itu. Aku memberikan kalian pilihan untuk melarikan diri dan memberikan anakku. Jika kalian masih berada di sini maka aku mastikan akan melenyapkan kalian semua,” desis Kaivan tajam, dan sorot mata dingin pada pria yang ada di hadapannya itu.Ovid menyeringai mendengar ucapan Kaivan. Pria itu memiliki postur tubuh yang tinggi seperti Kaivan. Hanya saja otot yang di
Kaivan mondar-mandir di depan ruang unit gawat darurat. Saat ini Krystal dan Kenard tengah dalam pemeriksaan dokter. Krystal pingsan kala tadi menembak Jelita. Sedangkan Kenard sejak tadi belum membuka mata. Kaivan berkali-kali berusaha membangunkan Kenard tapi putra kecilnya itu tak kunjung membuka mata.Raut wajah Kaivan kini terlihat dilanda kecemasan. Dalam benaknya memikirkan bagaimana bisa Krystal ada di tempat itu. Padahal dia mengingat dengan jelas Krystal bersama dengan Felicia ada di kamar. Tapi kenapa istrinya itu bisa keluar? Dan bagaimana istrinya itu tahu dirinya pergi menemui penculik putranya?Seketika Kaivan terdiam kala tiba-tiba sesuatu muncul dalam benaknya. Ya, Kaivan sepertinya tahu siapa yang mengantarkan Krystal. Rasanya tidak mungkin Krystal pergi bersama dengan sopir. Pun selama ini Krystal tidak bisa mengendarai mobil.Felicia …Kaivan yakin kalau dalang dibalik Krystal ada di tempat kejadian adalah Felicia. Karena terakhir Krystal bersama dengan Felicia. Fe
“Nona Jelita enam bulan lalu pernah menjadi salah satu pasien rumah sakit jiwa. Dia hampir membunuh teman dekatnya hanya karena iri pada apa yang dimiliki temannya. Saya tidak tahu bagaimana caranya sampai Nona Jelita bisa melarikan diri ke Jakarta. Dia resign dari perusahaannya yang di Jepang kurang lebih sekitar delapan bulan lalu, Tuan. Dia memalsukan tanggal surat pengalaman terakhirnya bekerja.”Kaivan bergeming. Sepasang iris mata cokelat gelapnya menunjukan keterkejutan mendengar apa yang dikatakan oleh Doni. Ya, selama ini Kaivan tak pernah memeriksa lengkap tentang Riwayat pekerjaan Jelita terakhir. Kaivan hanya melihat dari CV dan profile LinkedIn Jelita. Pasalnya, Jelita adalah sepupu Krystal. Dan awalnya Kaivan pun tak pernah menyangka kalau Jelita memiliki niat buruk pada rumah tangganya dengan Krystal. Terlebih sekarang kenyataan di mana Jelita adalah mantan pasien rumah sakit jiwa membuatnya begitu terkejut. Bahkan Kaivan tidak menyangka selama ini dia berada didekat or
“Bagaimana keadaanmu? Apa tanganmu terluka parah?”Suara Aryan bertanya pada Hans yang tengah berada di ruang rawat. Ya, kini Aryan dan Felicia berada di ruang rawat Hans. Luka di lengan Hans cukup dalam. Terakhir Aryan pun turut membantu Hans membalut lukanya sementara menggunakan sapu tangan.“Aku baik-baik saja. Tadi hanya dijahit sepuluh jahitan saja,” jawab Hans yang terlihat biasa saja tanpa ada merintih sakit sedikit pun.“Sepuluh jahitan itu lumayan, Kak. Kenapa kamu terlihat biasa saja? Paling tidak kamu meringis kesakitan setelah tadi dijahit,” ujar Felicia yang mencemaskan Hans.Hans tersenyum samar. Lalu dia mengambil teh yang baru saja diantarkan oleh pelayannya, dan disesapnya perlahan. “Hanya terkena luka goresan pisau bukanlah masalah besar, Felicia. Lagi pula tadi lukaku juga sudah dijahit oleh dokter. Dan dokter mengatakan aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir.”Feicia mendesah pelan. “Yasudah, kalau butuh apa-apa beritahu aku, ya, Kak? Aku akan membantumu.”Hans
Krystal duduk di ranjang ruang rawatnya. Tatapan Krystal menatap lurus ke depan, dengan pikiran yang menerawang. Wajahnya masih memucat. Bayangan dalam benaknya memikirkan apa yang terjadi tadi malam. Hingga detik ini Krystal memang belum bertemu dengan putranya. Kaivan menginginkan Krystal untuk lebih banyak istirahat. Karena memang apa yang dialami Krystal sangatlah membuatnya merasakan trauma yang luar biasa. Ya, lepas dari apa yang terjadi, Krystal tidak menyangka akan Jelita yang berniat menghancurkan rumah tangganya. Selama ini bahkan dia selalu membantu sepupunya itu. Seperti pribahasa yang mengatakan air susu dibalas air tuba. Dan itulah yang sekarang telah dialami Krystal. Siapa yang menyangka orang terdekatnya adalah orang yang berniat merenggut kebahagiaannya? Tidak, Krystal tidak pernah mengira itu. Bahkan Jelita sampai tega ingin membunuh putranya.Sejenak Krystal mengatur napasnya. Berusaha melupakan bayang-bayang tentang penembakan tadi malam. Di benak Krystal yang terp