Krystal duduk di ranjang ruang rawatnya. Tatapan Krystal menatap lurus ke depan, dengan pikiran yang menerawang. Wajahnya masih memucat. Bayangan dalam benaknya memikirkan apa yang terjadi tadi malam. Hingga detik ini Krystal memang belum bertemu dengan putranya. Kaivan menginginkan Krystal untuk lebih banyak istirahat. Karena memang apa yang dialami Krystal sangatlah membuatnya merasakan trauma yang luar biasa. Ya, lepas dari apa yang terjadi, Krystal tidak menyangka akan Jelita yang berniat menghancurkan rumah tangganya. Selama ini bahkan dia selalu membantu sepupunya itu. Seperti pribahasa yang mengatakan air susu dibalas air tuba. Dan itulah yang sekarang telah dialami Krystal. Siapa yang menyangka orang terdekatnya adalah orang yang berniat merenggut kebahagiaannya? Tidak, Krystal tidak pernah mengira itu. Bahkan Jelita sampai tega ingin membunuh putranya.Sejenak Krystal mengatur napasnya. Berusaha melupakan bayang-bayang tentang penembakan tadi malam. Di benak Krystal yang terp
“Nyonya Felicia … Tuan Aryan …” Delima—asisten pribadi Felicia menghampiri Felicia dan Aryan yang baru saja keluar dari lift. Ya, Felicia dan Aryan baru saja kembali dari makan siang. Mereka sarapan di salah satu restoran yang terdekat dengan rumah sakit.Felicia dan Aryan menghentikan langkah mereka bersamaan kala melihat Delima menghampiri mereka. Tampak kening Felicia mengerut dalam. Lalu menatap lekat-lekat Delima seraya bertanya, “Ada apa, Delima?”“Nyonya … Tuan … saya hanya ingin memberitahu kalau Nona Maya sudah siuman,” jawab Delima yang sontak membuat raut wajah Felicia berubah.“Maya sudah siuman?” ulang Felicia memastikan.Delima menganggukan kepalanya. “Benar, Nyonya. Nona Maya sudah siuman. Tadi sebelumnya Tuan Hans sudah menjenguk Nona Maya. Maaf saya tidak langsung memberitahukan pada Anda, Nyonya. Karena tadi sebelum Anda pergi untuk sarapan, Anda tengah sibuk melihat Tuan Muda Kenard.”Senyuman samar di wajah Felicia terlukis karena mendengar Maya sudah siuman. Sungg
“Kai, tadi Kenard minum susunya banyak sekali, ya? Anak kita pintar sekali.” Krystal berucap dengan suara lembut, dan hangat kala Kaivan memasuki ruang rawatnya. Ya, baru saja Kaivan mengantarkan Kenard ke ruang rawat putra kecilnya itu ditemani dengan dua perawat. Kondisi Kenard sebenarnya sudah membaik tapi Kaivan masih belum mengizinkan Kenard untuk pulang. Pasalnya Kaivan takut terjadi sesuatu pada putranya itu. Dan tadi Kaivan sengaja mengantar Kenard pada Krystal karena dia tahu sang istri begitu merindukan putra mereka.Kaivan duduk di tepi ranjang sambil mengelus-elus pipi Krystal. “Iya, putra kita sangat pintar.”Krystal tersenyum hangat. Dalam hati Krystal bersyukur karena Kenard tetap minum susu banyak. Paling tidak sekarang Krystal tenang. Putranya itu sudah sehat seperti sedia kala.“Krys,” panggil Kaivan dengan nada yang serius.“Iya, Kai?” Krystal mengalihkan pandangannya, menatap Kaivan.“Hari ini Jelita akan dimakamkan. Dan pulang dari rumah sakit ini aku yang akan be
“Maya, apa kamu tidak mau memberitahukan orang tuamu kalau kamu berada di rumah sakit?”Suara Hans bertanya seraaya menatap Maya dengan tatapan lekat. Ya, sejak di mana Maya siuman; Hans memang sering sekali menjenguk Maya. Ditambah dokter pun belum mengizinkan Maya untuk pulang ke rumah. Itu yang membuat Hans sering datang ke ruang rawat Maya. Seperti pagi ini, dikala matahari sudah terbit; Hans datang ke ruang rawat Maya membawakan sandwich isi daging sapi. Dan tentu mereka menikmati sarapan bersama.“Tidak usah, Hans. Kalau orang tuaku tahu mereka pasti panik. Jadi lebih baik mereka tidak perlu tahu. Sekarang orang tuaku masih berada di Kuala Lumpur karena mengurus pekerjaan mereka. Aku tidak mau mereka panik. Padahal aku kan baik-baik saja. Lain halnya jika sampai aku koma. Baru kamu menyampaikan kondisiku pada orang tuaku. Asuransi jiwaku sangat banyak. Paling tidak kalau aku mati, aku bisa meninggalkan banyak harta untuk kedua orang tuaku.” Maya berujar dengan suara yang polos b
Sudah satu minggu Krystal berada di rumah sakit. Dan hari ini adalah hari yang telah dinanti-nantikan Krystal yaitu Kaivan mengizinkannya dan Kenard untuk pulang ke rumah. Sebenarnya sejak dua hari lalu sang dokter sudah memperbolehkan Krystal dan Kenard pulang, hanya saja Kaivan belum mengizinkan. Alasannya tentu Kaivan ingin memastikan istri dan anaknya dalam keadaan baik-baik saja. Ya, tak ada yang bisa Krystal lakukan selain menuruti perintah dari suaminya itu. Dan dari semua masalah yang terjadi, ada hal yang Krystal bisa petik yaitu pada akhirnya kejahatan akan tetap kalah dan akan mendapatkan balasannya. Tepatnya beberapa hari lalu, Jelita telah dimakamkan tepat di samping bibinya. Tak banyak yang menghadiri proses pemakaman Jelita. Hanya orang-orang kepercayaa Kaivan, dan juga pihak kepolisian yang menghadiri. Pun Krystal sempat melihat proses pemakaman Jelita. Meski Jelita pernah berbuat jahat padanya tapi Krystal tetap mendoakan Jelita agar bisa berkumpul lagi dengan bibiny
“Hans? Aku sudah bisa pulang sekarang kan?”Suara Maya bertanya dengan antusias kala melihat Hans masuk ke dalam ruang rawatnya. Ya, Hans baru saja menemui dokter. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Maya. Di mana hari ini Maya sudah diperbolehkan untuk pulang. Jadi wajar saja kalau wanita itu tampak antusias. Wanita itu sudah sangat jenuh berada di rumah sakit.Senyum di wajah Hans terlukis melihat Maya yang tampak antuasias. Kini Hans melangkah mendekat pada Maya dan berkata, “Iya, dokter sudah mengizinkanmu untuk pulang.”“Akhirnya aku pulang juga. Aku sudah bosan sekali tinggal di rumah sakit,” seru Maya dengan nada yang begitu riang. Dia sudah bosan di rumah sakit. Dan sekarang dirinya sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Tentu saja dia sangat riang, dan bahagia.Hans kembali tersenyum. “Kamu jadi mau makan nasi padang?” tanyanya memastikan.Maya mengangguk antusias. “Aku tidak mungkin tidak jadi. Nasi padang pakai rendang dan kikil sangat enak. Ayo kita berangkat seka
“Maya? Kamu di sini?”Suara bariton menyapa Maya dengan nada yang begitu hangat, dan tersirat merindukan. Tetapi pria itu tak bisa melakukan lebih karena saat ini ada sosok wanita yang tengah bersama dengannya, dan memeluk lengannya dengan erat.Maya bergeming. Tatapannya menatap pria di hadapannya dengan tatapan penuh kerapuhan. Ya, mereka saling bertatapan. Jika pria di depannya menatap Maya penuh kerinduan lain halnya dengan Maya yang menatap pria itu dengan tatapan kehancuran. Bagaikan piring yang pecah. Semua tak akan bisa kembali sama. Di depan Maya ada Dicky—mantan kekasihnya yang menorehkan luka di hatinya. Berbagai cara Maya bisa keluar dari luka itu. Bahkan hingga detik ini luka itu masih ada. Hanya saja luka itu tak sebesar yang seperti dia rasakan dulu.“Iya, aku di sini.” Maya menjawab pertanyaan Dicky dengan suara tenang, dan raut wajah dingin. Tampak alis Hans bertautan melihat ekspresi wajah Maya berubah. Ditambah sepertinya Maya begitu mengenal sosok pria yang ada d
“Apa putraku tadi menangis?”Suara Krystal bertanya pada pengasuh yang tengah menjaga Kenard di dalam kamar putranya itu. Ya, sekitar dua jam lalu Krystal membaringkan tubuh Kenard di ranjang setelah putranya itu tertidur pulas ketika sudah selesai menyusu. Sejak kejadian putranya itu diculik, Krystal tidak pernah bisa tenang. Dia terus saja beberapa kali memeriksa Kenard. Meski Kenard dijaga oleh dua pengasuh sekalipun, Krystal tidak bisa tenang. Mungkin lebih tepatnya Krystal masih trauma. Terlebih ini menyangkut keselamatan putranya.“Tidak, Nyonya. Tuan Muda Kenard tidak menangis. Tuan Muda Kenard sejak tadi tidur tenang, Nyonya. Anda tidak perlu khawatir,” jawab sang pengasuh menenangkan Krystal agar tak cemas.Krystal mendesah pelan. “Tolong nanti panggilkan aku kalau Kenard menangis, ya?”Sang pengasuh menganggukan kepalanya. “Baik, Nyonya.”“Yasudah, aku ingin ke taman sebentar. Aku mau melihat tukang kebun yang sedang menata tamanku. Tolong jaga putraku dengan baik,” kata Kry