Kaivan mondar-mandir di depan ruang unit gawat darurat. Saat ini Krystal dan Kenard tengah dalam pemeriksaan dokter. Krystal pingsan kala tadi menembak Jelita. Sedangkan Kenard sejak tadi belum membuka mata. Kaivan berkali-kali berusaha membangunkan Kenard tapi putra kecilnya itu tak kunjung membuka mata.Raut wajah Kaivan kini terlihat dilanda kecemasan. Dalam benaknya memikirkan bagaimana bisa Krystal ada di tempat itu. Padahal dia mengingat dengan jelas Krystal bersama dengan Felicia ada di kamar. Tapi kenapa istrinya itu bisa keluar? Dan bagaimana istrinya itu tahu dirinya pergi menemui penculik putranya?Seketika Kaivan terdiam kala tiba-tiba sesuatu muncul dalam benaknya. Ya, Kaivan sepertinya tahu siapa yang mengantarkan Krystal. Rasanya tidak mungkin Krystal pergi bersama dengan sopir. Pun selama ini Krystal tidak bisa mengendarai mobil.Felicia …Kaivan yakin kalau dalang dibalik Krystal ada di tempat kejadian adalah Felicia. Karena terakhir Krystal bersama dengan Felicia. Fe
“Nona Jelita enam bulan lalu pernah menjadi salah satu pasien rumah sakit jiwa. Dia hampir membunuh teman dekatnya hanya karena iri pada apa yang dimiliki temannya. Saya tidak tahu bagaimana caranya sampai Nona Jelita bisa melarikan diri ke Jakarta. Dia resign dari perusahaannya yang di Jepang kurang lebih sekitar delapan bulan lalu, Tuan. Dia memalsukan tanggal surat pengalaman terakhirnya bekerja.”Kaivan bergeming. Sepasang iris mata cokelat gelapnya menunjukan keterkejutan mendengar apa yang dikatakan oleh Doni. Ya, selama ini Kaivan tak pernah memeriksa lengkap tentang Riwayat pekerjaan Jelita terakhir. Kaivan hanya melihat dari CV dan profile LinkedIn Jelita. Pasalnya, Jelita adalah sepupu Krystal. Dan awalnya Kaivan pun tak pernah menyangka kalau Jelita memiliki niat buruk pada rumah tangganya dengan Krystal. Terlebih sekarang kenyataan di mana Jelita adalah mantan pasien rumah sakit jiwa membuatnya begitu terkejut. Bahkan Kaivan tidak menyangka selama ini dia berada didekat or
“Bagaimana keadaanmu? Apa tanganmu terluka parah?”Suara Aryan bertanya pada Hans yang tengah berada di ruang rawat. Ya, kini Aryan dan Felicia berada di ruang rawat Hans. Luka di lengan Hans cukup dalam. Terakhir Aryan pun turut membantu Hans membalut lukanya sementara menggunakan sapu tangan.“Aku baik-baik saja. Tadi hanya dijahit sepuluh jahitan saja,” jawab Hans yang terlihat biasa saja tanpa ada merintih sakit sedikit pun.“Sepuluh jahitan itu lumayan, Kak. Kenapa kamu terlihat biasa saja? Paling tidak kamu meringis kesakitan setelah tadi dijahit,” ujar Felicia yang mencemaskan Hans.Hans tersenyum samar. Lalu dia mengambil teh yang baru saja diantarkan oleh pelayannya, dan disesapnya perlahan. “Hanya terkena luka goresan pisau bukanlah masalah besar, Felicia. Lagi pula tadi lukaku juga sudah dijahit oleh dokter. Dan dokter mengatakan aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir.”Feicia mendesah pelan. “Yasudah, kalau butuh apa-apa beritahu aku, ya, Kak? Aku akan membantumu.”Hans
Krystal duduk di ranjang ruang rawatnya. Tatapan Krystal menatap lurus ke depan, dengan pikiran yang menerawang. Wajahnya masih memucat. Bayangan dalam benaknya memikirkan apa yang terjadi tadi malam. Hingga detik ini Krystal memang belum bertemu dengan putranya. Kaivan menginginkan Krystal untuk lebih banyak istirahat. Karena memang apa yang dialami Krystal sangatlah membuatnya merasakan trauma yang luar biasa. Ya, lepas dari apa yang terjadi, Krystal tidak menyangka akan Jelita yang berniat menghancurkan rumah tangganya. Selama ini bahkan dia selalu membantu sepupunya itu. Seperti pribahasa yang mengatakan air susu dibalas air tuba. Dan itulah yang sekarang telah dialami Krystal. Siapa yang menyangka orang terdekatnya adalah orang yang berniat merenggut kebahagiaannya? Tidak, Krystal tidak pernah mengira itu. Bahkan Jelita sampai tega ingin membunuh putranya.Sejenak Krystal mengatur napasnya. Berusaha melupakan bayang-bayang tentang penembakan tadi malam. Di benak Krystal yang terp
“Nyonya Felicia … Tuan Aryan …” Delima—asisten pribadi Felicia menghampiri Felicia dan Aryan yang baru saja keluar dari lift. Ya, Felicia dan Aryan baru saja kembali dari makan siang. Mereka sarapan di salah satu restoran yang terdekat dengan rumah sakit.Felicia dan Aryan menghentikan langkah mereka bersamaan kala melihat Delima menghampiri mereka. Tampak kening Felicia mengerut dalam. Lalu menatap lekat-lekat Delima seraya bertanya, “Ada apa, Delima?”“Nyonya … Tuan … saya hanya ingin memberitahu kalau Nona Maya sudah siuman,” jawab Delima yang sontak membuat raut wajah Felicia berubah.“Maya sudah siuman?” ulang Felicia memastikan.Delima menganggukan kepalanya. “Benar, Nyonya. Nona Maya sudah siuman. Tadi sebelumnya Tuan Hans sudah menjenguk Nona Maya. Maaf saya tidak langsung memberitahukan pada Anda, Nyonya. Karena tadi sebelum Anda pergi untuk sarapan, Anda tengah sibuk melihat Tuan Muda Kenard.”Senyuman samar di wajah Felicia terlukis karena mendengar Maya sudah siuman. Sungg
“Kai, tadi Kenard minum susunya banyak sekali, ya? Anak kita pintar sekali.” Krystal berucap dengan suara lembut, dan hangat kala Kaivan memasuki ruang rawatnya. Ya, baru saja Kaivan mengantarkan Kenard ke ruang rawat putra kecilnya itu ditemani dengan dua perawat. Kondisi Kenard sebenarnya sudah membaik tapi Kaivan masih belum mengizinkan Kenard untuk pulang. Pasalnya Kaivan takut terjadi sesuatu pada putranya itu. Dan tadi Kaivan sengaja mengantar Kenard pada Krystal karena dia tahu sang istri begitu merindukan putra mereka.Kaivan duduk di tepi ranjang sambil mengelus-elus pipi Krystal. “Iya, putra kita sangat pintar.”Krystal tersenyum hangat. Dalam hati Krystal bersyukur karena Kenard tetap minum susu banyak. Paling tidak sekarang Krystal tenang. Putranya itu sudah sehat seperti sedia kala.“Krys,” panggil Kaivan dengan nada yang serius.“Iya, Kai?” Krystal mengalihkan pandangannya, menatap Kaivan.“Hari ini Jelita akan dimakamkan. Dan pulang dari rumah sakit ini aku yang akan be
“Maya, apa kamu tidak mau memberitahukan orang tuamu kalau kamu berada di rumah sakit?”Suara Hans bertanya seraaya menatap Maya dengan tatapan lekat. Ya, sejak di mana Maya siuman; Hans memang sering sekali menjenguk Maya. Ditambah dokter pun belum mengizinkan Maya untuk pulang ke rumah. Itu yang membuat Hans sering datang ke ruang rawat Maya. Seperti pagi ini, dikala matahari sudah terbit; Hans datang ke ruang rawat Maya membawakan sandwich isi daging sapi. Dan tentu mereka menikmati sarapan bersama.“Tidak usah, Hans. Kalau orang tuaku tahu mereka pasti panik. Jadi lebih baik mereka tidak perlu tahu. Sekarang orang tuaku masih berada di Kuala Lumpur karena mengurus pekerjaan mereka. Aku tidak mau mereka panik. Padahal aku kan baik-baik saja. Lain halnya jika sampai aku koma. Baru kamu menyampaikan kondisiku pada orang tuaku. Asuransi jiwaku sangat banyak. Paling tidak kalau aku mati, aku bisa meninggalkan banyak harta untuk kedua orang tuaku.” Maya berujar dengan suara yang polos b
Sudah satu minggu Krystal berada di rumah sakit. Dan hari ini adalah hari yang telah dinanti-nantikan Krystal yaitu Kaivan mengizinkannya dan Kenard untuk pulang ke rumah. Sebenarnya sejak dua hari lalu sang dokter sudah memperbolehkan Krystal dan Kenard pulang, hanya saja Kaivan belum mengizinkan. Alasannya tentu Kaivan ingin memastikan istri dan anaknya dalam keadaan baik-baik saja. Ya, tak ada yang bisa Krystal lakukan selain menuruti perintah dari suaminya itu. Dan dari semua masalah yang terjadi, ada hal yang Krystal bisa petik yaitu pada akhirnya kejahatan akan tetap kalah dan akan mendapatkan balasannya. Tepatnya beberapa hari lalu, Jelita telah dimakamkan tepat di samping bibinya. Tak banyak yang menghadiri proses pemakaman Jelita. Hanya orang-orang kepercayaa Kaivan, dan juga pihak kepolisian yang menghadiri. Pun Krystal sempat melihat proses pemakaman Jelita. Meski Jelita pernah berbuat jahat padanya tapi Krystal tetap mendoakan Jelita agar bisa berkumpul lagi dengan bibiny