Jelita tersenyum melihat artikel yang dia baca dari laptop. Ya, kini di depan Jelita adalah artikel mengenai kehidupan Kaivan dan Krystal. Jelita harus bersusah payah menemukan artikel ini. Pasalnya beberapa situs telah diblokir yang memberitakan hal-hal buruk tentang Kaivan Bastian Mahendra. Meski bukan dari kalangan artis tapi rupanya banyak orang yang mengenal sosok pewaris dari Mahendra Group—yang mana menjadi salah satu perusahaan terbesar di Asia. Hal yang banyak menyita perhatian publik adalah skandal Kaivan yang menikah lagi padahal pria itu masih memiliki seorang istri.Di artikel yang Jelita baca saat ini adalah Krystal yang merupakan orang ketiga di rumah tangga Kaivan dan Livia. Pun di artikel itu juga membahas tentang perselingkuhan Livia dengan seorang pengusaha ternama bernama Liam Baskara. Rumah tangga Kaivan dan Livia begitu rumit. Perselingkuhan, skandal, pernikahan bisnis. Tiga hal yang menyelimuti kehidupan rumah tangga Kaivan dan Livia.Senyuman di wajah Jelita pu
Dengan raut wajah dingin, dan menahan kesal—Kaivan melangkah masuk ke dalam kamar. Sejenak, Kaivan terdiam kala melihat Krystal yang tertidur pulas di ranjang. Pun Kenard tertidur pulas di samping istrinya itu. Rasa kesal dalam dirinya menyurut melihat istri dan anaknya. Pemandangan di depan Kaivan saat ini sangat indah. Kaivan mendekat, dan langsung memberikan kecupan di kening Krysral. Detik selanjutnya, Kaivan memutuskan untuk segera membersihkan tubuhnya sebelum membaringkan tubuh di samping istri, dan anaknya itu.Saat Kaivan sudah berada di dalam kamar mandi, suara tangis Kenard terdengar. Krystal yang tadinya tengah tertidur pulas langsung terbangun karena suara tangis putranya itu.“Sayang…” Krystal buru-buru membuka kancing piyama, dan menyusui putra kecilnya itu. Hingga perlahan tangis Kenard pun sudah mereda. Pun Krystal hendak kembali memejamkan mata. Namun, tiba-tiba Krystal mendengar ada suara gemericik air dari dalam kamar mandi.“Kai sudah pulang,” gumam Krystal dengan
“Kaivan.”Suara lembut, dan hangat Jelita memanggil Kaivan yang menuruni tangga. Tampak senyuman di wajah Jelita terlukis begitu merekah manis melihat Kaivan di hadapannya. Wanita itu memberikan sebuah senyuman hangat yang menunjukan jelas ketulusannya. Namun tentu semua itu demi menarik perhatian Kaivan.Kaivan menatap dingin Jelita yang memanggilnya itu. Sepasang sorot mata Kaivan begitu tegas, pada aura wajah yang seperti tak memedulikan orang sekitar.“Ada apa?” tanya Kaivan datar, dan acuh.“Kaivan … aku minta maaf untuk kejadian kemarin. Sungguh, Kaivan … aku tidak bermaksud buruk. Kamu adalah suami dari sepupuku sendiri. Aku tidak mungkin bernait merusak rumah tanggamu, dan Krystal. Tadi malam aku terlalu lelah sampai ketiduran di mobil. Kalau ada yang aku lakukan padamu, itu pastu semuanya dalam bentuk ketidaksengajaan, Kaivan. Maafkan aku,” ujar Jelita yang terdengar seakan-akan tulus. Dia menatap Kaivan dengan tatapan penuh harap agar Kaivan mau memaafkannya.“Lupakan,” ucap
“Kak Hans? Kamu Kak Hans kan?”Felicia menatap tak percaya pria yang ada di hadapannya itu. Pasalnya yang Felicia tahu Hans berada di Barcelona. Tapi kenapa sekarang Hans ada di hadapannya? Sungguh, Felicia dilanda kebingungan. Selama ini sudah lama sekali Felicia tak bertemu dengan Hans. Bahkan yang Felicia ketahui Hans begitu sibuk dengan pekerjaannya sampai-sampai belum bisa kembali ke Jakarta.“Apa wajahku sudah berubah sekarang, Felicia? Sampai-sampai kamu masih bertanya aku Hans atau bukan?” Hans membuka kaca mata hitam, dan meletakan ke kemejanya.Senyum di wajah Felicia terlukis kala tahu pria tampan yang ada di hadapannya ini adalah Hans. Kini Felicia langsung menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Hans.“Lama tidak bertemu, Kak. Kamu bahkan tidak hadir di pernikahanku. Jahat sekali,” seru Felicia yang mengeratkan pelukannya pada Hans.Hans tersenyum samar. Dia pun membalas pelukan Felicia. “Maaf, saat pernikahanmu aku berada dipedalaman Afrika. Dan aku baru tahu kamu menika
“Krys, kenapa Kenard menangis terus? Apa dia sakit?”Suara Kaivan bertanya dengan nada yang cemas. Sudah sejak tadi, putra kecilnya itu tak henti-hentinya menangis. Bahkan meski Krystal sudah menyusuinya tetap saja putra kecilnya itu menangis. Ya, pagi ini Kaivan yang harusnya berangkat lebih awal memutuskan untuk berangkat terlambat. Kaivan tidak bisa meninggalkan Krystal yang terlihat bingung Kenard tidak henti-hentinya menangis.“Aku tidak tahu, Kai. Mungkin Kenard sedang rewel saja. Badannya tidak panas.” Krystal menimang-nimang tubuh putra kecilnya sembari memberikan kecupan di pipi bulat Kenard. Entah kenapa putra kecilnya itu tak henti menangis. Padahal dia sudah berusaha memberikan ASI secara langsung tetapi Kenard tetap menangis.“Berikan padaku. Biar aku yang menggendongnya,” ucap Kaivan seraya mengulurkan kedua tangannya mengambil alih Kenard dari dalam pelukan Krystal. Pun Krystal segera memberikan Kenard yang ada digendongannya itu pada sang suami.Kaivan menggendong Kena
Suara tangis bayi begitu nyaring menggema memenuhi kamar megah itu. Ya, kini Krystal tengah menggendong Kenard. Putra kecilnya itu terus menangis. Di malam yang sudah larut seperti ini biasanya jika Kenard menangis maka Krystal bisa dengan mudah mendiamkannya hanya dengan memberikan ASI. Namun, sayangnya kali ini Kenard terus menangis sampai membuat Krystal panik, dan kewalahan. Pun kedua pengasuh Kenard tak ada yang bisa mendiamkan putra kecilnya itu.“Sayang … kenapa kamu menangis terus, Nak? Papa masih bekerja. Nanti pasti Papa pulang.” Krystal berucap dengan lembut. Berusaha putra kecilnya untuk diam, dan tidak lagi menangis. Akan tetapi Kenard tetap tak kunjung berhenti menangis.Krystal memilih membaringkan tubuh putra kecilnya di ranjang. Kemudian dia kembali berusaha memberikan ASI untuk putranya itu. Detik selanjutnya, Kenard yang tadinya menangis mulai mau meminum susu. Krystal mendesah lega melihat akhirnya Kenard mau menyusu. Seharian ini Krystal panik Kenard begitu rewel.
“Bagaimana keadaan putra kami, Dok? Putra kami baik-baik saja kan, Dok?”Suara Krystal bertanya dengan nada yang cemas dpada sang dokter yang tengah memeriksakan keadaan Kenard. Ya, pagi ini Kaivan sudah memanggil dokter untuk memeriksakan keadaan putranya. Kemarin, satu harian penuh Kenard terus rewel. Itu yang membuat Kaivan dan Krystal mencemaskan putra mereka.“Tuan Kaivan … Nyonya Krystal … putra kalian baik-baik saja. Bayi kalian menangis mungkin karena putra kalian jenuh minum dengan ASI lewat botol. Saya sarankan kalau memang ingin menggunakan botol bisa diganti dengan botol yang baru. Tapi untuk beberapa hari ini, saya harap Nyonya Krystal menyusui Kenard secara langsung saja. Jangan memompa ASI dulu.” Sang dokter berujar memberi saran.“Baik, Dok. Terima kasih atas sarannya.” Krystal mendesah lega mendengar putranya baik-baik saja. Paling tidak kini Krystal tahu, beberapa hari ini lebih baik dirinya menyusi Kenard langsung. Sungguh, kemarin Kenard terus menangis membuat Krys
“Jelita Indira?”Suara Hans memanggil Jelita dengan sorot mata yang tampak terkejut. Pun Kaivan dan Krystal sedikit terkejut kala Hans mengenali Jelita. Sedangkan Jelita hanya membeku menatap pria di hadapannya itu. Ya, sejak tadi Jelita sebenarnya dilanda wajah yang menunjukan kepanikan. Akan tetapi wanita itu pandai menutupi ekspresi wajahnya.“Hans … kamu mengenal Jelita?” tanya Krystal dengan tatapan bingung.Kaivan menyorotkan matanya menatap Hans dengan tatapan menunggu penjelasan dari Hans. Pasalnya Kaivan tak pernah menyangka Hans mengenal Jelita.Hans berdeham. Pria itu menatap Kaivan, dan Krystal bergantian. Detik selanjutnya, Hans melihat Jelita yang tampak terlihat sedikit panik. “Aku mengenal Jelita Indira di Jepang. Dia bekerja di perusahaan milik temanku,” jawab Hans memberitahu dengan nada datar.“Ah, benarkah? Kebetulan sekali.” Krystal melukiskan senyuman di wajahnya kala mendengar ucapan Hans. “Kalau begitu aku sekalian saja aku perkenalkan Jelita padamu, Hans.” K