“Kaivan.”Suara lembut, dan hangat Jelita memanggil Kaivan yang menuruni tangga. Tampak senyuman di wajah Jelita terlukis begitu merekah manis melihat Kaivan di hadapannya. Wanita itu memberikan sebuah senyuman hangat yang menunjukan jelas ketulusannya. Namun tentu semua itu demi menarik perhatian Kaivan.Kaivan menatap dingin Jelita yang memanggilnya itu. Sepasang sorot mata Kaivan begitu tegas, pada aura wajah yang seperti tak memedulikan orang sekitar.“Ada apa?” tanya Kaivan datar, dan acuh.“Kaivan … aku minta maaf untuk kejadian kemarin. Sungguh, Kaivan … aku tidak bermaksud buruk. Kamu adalah suami dari sepupuku sendiri. Aku tidak mungkin bernait merusak rumah tanggamu, dan Krystal. Tadi malam aku terlalu lelah sampai ketiduran di mobil. Kalau ada yang aku lakukan padamu, itu pastu semuanya dalam bentuk ketidaksengajaan, Kaivan. Maafkan aku,” ujar Jelita yang terdengar seakan-akan tulus. Dia menatap Kaivan dengan tatapan penuh harap agar Kaivan mau memaafkannya.“Lupakan,” ucap
“Kak Hans? Kamu Kak Hans kan?”Felicia menatap tak percaya pria yang ada di hadapannya itu. Pasalnya yang Felicia tahu Hans berada di Barcelona. Tapi kenapa sekarang Hans ada di hadapannya? Sungguh, Felicia dilanda kebingungan. Selama ini sudah lama sekali Felicia tak bertemu dengan Hans. Bahkan yang Felicia ketahui Hans begitu sibuk dengan pekerjaannya sampai-sampai belum bisa kembali ke Jakarta.“Apa wajahku sudah berubah sekarang, Felicia? Sampai-sampai kamu masih bertanya aku Hans atau bukan?” Hans membuka kaca mata hitam, dan meletakan ke kemejanya.Senyum di wajah Felicia terlukis kala tahu pria tampan yang ada di hadapannya ini adalah Hans. Kini Felicia langsung menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Hans.“Lama tidak bertemu, Kak. Kamu bahkan tidak hadir di pernikahanku. Jahat sekali,” seru Felicia yang mengeratkan pelukannya pada Hans.Hans tersenyum samar. Dia pun membalas pelukan Felicia. “Maaf, saat pernikahanmu aku berada dipedalaman Afrika. Dan aku baru tahu kamu menika
“Krys, kenapa Kenard menangis terus? Apa dia sakit?”Suara Kaivan bertanya dengan nada yang cemas. Sudah sejak tadi, putra kecilnya itu tak henti-hentinya menangis. Bahkan meski Krystal sudah menyusuinya tetap saja putra kecilnya itu menangis. Ya, pagi ini Kaivan yang harusnya berangkat lebih awal memutuskan untuk berangkat terlambat. Kaivan tidak bisa meninggalkan Krystal yang terlihat bingung Kenard tidak henti-hentinya menangis.“Aku tidak tahu, Kai. Mungkin Kenard sedang rewel saja. Badannya tidak panas.” Krystal menimang-nimang tubuh putra kecilnya sembari memberikan kecupan di pipi bulat Kenard. Entah kenapa putra kecilnya itu tak henti menangis. Padahal dia sudah berusaha memberikan ASI secara langsung tetapi Kenard tetap menangis.“Berikan padaku. Biar aku yang menggendongnya,” ucap Kaivan seraya mengulurkan kedua tangannya mengambil alih Kenard dari dalam pelukan Krystal. Pun Krystal segera memberikan Kenard yang ada digendongannya itu pada sang suami.Kaivan menggendong Kena
Suara tangis bayi begitu nyaring menggema memenuhi kamar megah itu. Ya, kini Krystal tengah menggendong Kenard. Putra kecilnya itu terus menangis. Di malam yang sudah larut seperti ini biasanya jika Kenard menangis maka Krystal bisa dengan mudah mendiamkannya hanya dengan memberikan ASI. Namun, sayangnya kali ini Kenard terus menangis sampai membuat Krystal panik, dan kewalahan. Pun kedua pengasuh Kenard tak ada yang bisa mendiamkan putra kecilnya itu.“Sayang … kenapa kamu menangis terus, Nak? Papa masih bekerja. Nanti pasti Papa pulang.” Krystal berucap dengan lembut. Berusaha putra kecilnya untuk diam, dan tidak lagi menangis. Akan tetapi Kenard tetap tak kunjung berhenti menangis.Krystal memilih membaringkan tubuh putra kecilnya di ranjang. Kemudian dia kembali berusaha memberikan ASI untuk putranya itu. Detik selanjutnya, Kenard yang tadinya menangis mulai mau meminum susu. Krystal mendesah lega melihat akhirnya Kenard mau menyusu. Seharian ini Krystal panik Kenard begitu rewel.
“Bagaimana keadaan putra kami, Dok? Putra kami baik-baik saja kan, Dok?”Suara Krystal bertanya dengan nada yang cemas dpada sang dokter yang tengah memeriksakan keadaan Kenard. Ya, pagi ini Kaivan sudah memanggil dokter untuk memeriksakan keadaan putranya. Kemarin, satu harian penuh Kenard terus rewel. Itu yang membuat Kaivan dan Krystal mencemaskan putra mereka.“Tuan Kaivan … Nyonya Krystal … putra kalian baik-baik saja. Bayi kalian menangis mungkin karena putra kalian jenuh minum dengan ASI lewat botol. Saya sarankan kalau memang ingin menggunakan botol bisa diganti dengan botol yang baru. Tapi untuk beberapa hari ini, saya harap Nyonya Krystal menyusui Kenard secara langsung saja. Jangan memompa ASI dulu.” Sang dokter berujar memberi saran.“Baik, Dok. Terima kasih atas sarannya.” Krystal mendesah lega mendengar putranya baik-baik saja. Paling tidak kini Krystal tahu, beberapa hari ini lebih baik dirinya menyusi Kenard langsung. Sungguh, kemarin Kenard terus menangis membuat Krys
“Jelita Indira?”Suara Hans memanggil Jelita dengan sorot mata yang tampak terkejut. Pun Kaivan dan Krystal sedikit terkejut kala Hans mengenali Jelita. Sedangkan Jelita hanya membeku menatap pria di hadapannya itu. Ya, sejak tadi Jelita sebenarnya dilanda wajah yang menunjukan kepanikan. Akan tetapi wanita itu pandai menutupi ekspresi wajahnya.“Hans … kamu mengenal Jelita?” tanya Krystal dengan tatapan bingung.Kaivan menyorotkan matanya menatap Hans dengan tatapan menunggu penjelasan dari Hans. Pasalnya Kaivan tak pernah menyangka Hans mengenal Jelita.Hans berdeham. Pria itu menatap Kaivan, dan Krystal bergantian. Detik selanjutnya, Hans melihat Jelita yang tampak terlihat sedikit panik. “Aku mengenal Jelita Indira di Jepang. Dia bekerja di perusahaan milik temanku,” jawab Hans memberitahu dengan nada datar.“Ah, benarkah? Kebetulan sekali.” Krystal melukiskan senyuman di wajahnya kala mendengar ucapan Hans. “Kalau begitu aku sekalian saja aku perkenalkan Jelita padamu, Hans.” K
“Hans, sepertinya Kenard menyukaimu. Lihatlah dia terus tersenyum melihat wajahmu.”Suara Krystal berucap dengan lembut, menatap Kenard yang kini ada digendongan Hans. Ya, kini Kenard berada di gendongan Hans. Sebelum Hans pulang, Krystal menunjukan putra kecilnya pada Hans. Dan tak disangka-sangka Kenarad tersenyum ketika Hans menggendongnya. Pun Kiavan dan Krystal ikut tersenyum kala melihat putra kecil mereka ternyata menyukai Hans. Padahal ini pertama kali Kenard digendong oleh Hans.“Wajah Kenard mirip sekali denganmu, Kaivan,” ucap Hans seraya menatap Kenard yang tersenyum padanya.“Kenard putraku, tentu dia harus mirip denganku,” jawab Kaivan dengan nada dingin, dan raut wajah tanpa ekspresi.Krystal tersenyum hangat. “Kapan kamu menikah, Hans?”Hans mengalihkan pandangannya, menatap Krystal. Sesaat Hans terdiam mendengar apa yang diucapkan oleh Krystal. Tatapan Hans menatap Krystal dengan tatapan penuh arti.“Aku akan menikah kalau kamu dan Kaivan bercerai, Krys,” ucap Hans de
Keheningan menyelimuti ruang makan yang megah itu. Ya, kini Kaivan, Krystal bersama dengan Jelita dan Galen tengah menikmati sarapan mereka. Saat pagi menyapa, Krystal sudah memasak untuk sang suami. Beruntung hari ini Kenard tidaklah rewel kala dipegang pengasuh. Itu kenapa tadi pagi Krystal sempat memasak membuatkan omelet isi daging dan sayuran untuk Kaivan. Sedangkan yang lainnya memilih sarapan dengan pancake dengan sirup maple.“Kak Kaivan … Kak Krystal … Kak Jelita sepertinya aku harus berangkat sekarang. Aku ingin tiba di bandara lebih awal.” Galen melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Hari ini Galen harus kembali ke Amerika. Sudah terlalu lama pemuda itu berada di Indonesia. Pun dia ingin segera berangkat karena Jalanan di Jakarta sangat macet. “Galen, sarapanmu belum habis. Habiskan dulu sarapanmu, Galen,” ucap Krystal menegur adik laki-lakinya itu. Meski terburu-buru tapi Krystal tidak mau sampai adiknya itu sakit.“Kak, aku sudah kenyang. Nanti di pesaw