Share

Belenggu Adat dalam Cinta
Belenggu Adat dalam Cinta
Author: Nismara_

Nikah Yuk!

Author: Nismara_
last update Last Updated: 2021-12-23 09:34:40

Di bawah langit senja, seorang lelaki bernama Reyhan Mahendra nampak menunggu kehadiran seseorang di taman kota Bandung. Lelaki itu memakai jas warna hitam rapi dengan jam warna silver di tangan kirinya. Wajah karismatiknya makin kentara dengan aksesoris  kaca mata hitam yang ia kenakan. Kulit putih bersih dengan gaya rambut undercut berhasil membuat beberapa wanita berdecak kagum.

Sembari duduk menunggu, sesekali Reyhan mengedarkan matanya. Ia agak sedikit kesal. Pasalanya, sudah 10 menit ia berada di sini. Taman kota Bandung ini pun nampak semakin ramai dari pertama kali ia datang.

"Maaf. Saya terlambat," ucap seorang gadis berbalut rok plisket putih dan kemeja biru laut. Jilbab putih menutup dada yang ia kenakan terlihat makin memperindah penampilannya.

Reyhan tersenyum tipis. Ia melepas kaca mata hitamnya, menatap orang yang telah dinantikannya. Gina Agustya Mahanani, gadis yang ditunggunya sedari tadi.

Melihat Reyhan yang tersenyum, membuat Gina sedikit salah tingkah. Ia ikut tersenyum sambil sedikit tertawa, merutuki keterlambatannya. Senyumannya manis, berpadu sempurna dengan kulit sawo matang dan lesung pipi yang ia miliki.

"Tidak masalah. Silakan duduk." Reyhan mempersilakan Gina duduk di sampingnya. Gina pun menurut. Namun, ia sedikit mengambil jarak.

Setelah mendudukkan diri, Gina pun bertanya "Ada hal penting apa yang ingin anda sampaikan, pak?" Tanpa basa-basi dan pembukaan apapun, Gina langsung to the point. Begitulah Gina, sangat tak suka membuang waktu. Terlebih meski taman kota cukup ramai, Gina tak terlalu senang berbincang hanya berdua dengan seorang lelaki, meskipun laki-laki itu bosnya.

"Sebelumnya, aku sudah memberi tau kan? Jika kita tidak berada di kantor, jangan panggil aku pak," ucap Reyhan agak kesal. Gina yang melihat itu hanya cengar cengir saja.

Reyhan adalah CEO muda dari sebuah perusahaan ternama di Bandung, sementara Gina adalah sekertarisnya. Meski terlihat agak tidak masuk akal karena Gina berpakaian syar'i, Reyhan tak mempermasalahkan. Dari awal, cara Gina bekerja sangat baik. Itulah sebabnya, Reyhan mempekerjakannya sebagai sekertaris.

"Oke, oke. Jadi apa yang ingin kau katakan, Rey?" Gina membenahi ucapannya, agak sedikit kikuk.

"Ih kok gitu. Mas Reyhan dong. Kamu kan orang Jawa, kalau manggil laki-laki yang lebih tua harusnya pakek mas! Umurku 28 tahun. Aku 3 tahun lebih tua dari kamu loh! Cepetan, ulangi perkataan kamu," koreksi Reyhan. Sepertinya, ia memang suka menggoda Gina. Dari tadi, ia nampak menahan tawa.

Gina tertawa dan memperbaiki lagi perkataanya. "Baiklah. Mas Reyhan?" kata Gina.

Reyhan tersenyum manis dan berkata "Nah. Gitu dong!"

"Ga mending dipanggil kang aja sekalian? Kan kamu orang Sunda?" Gina menaikkan sebelah alisnya. Setahunya, orang Sunda akan memanggil kang untuk lelaki yang lebih tua.

"Dipanggil kang juga ga papa. Emmm, kang mas aja gimana, hehe."  Reyhan terkekeh geli dengan perkataannya sendiri.

"Idih! Alay banget!" Gina tertawa lepas, namun dengan etika. Ia menutup mulutnya dengan tangan kiri. Namun, ia segera menghentikan tawanya itu saat mengetahui Reyhan tengah menatapnya.

Mata Reyhan dan Gina bertemu pandang. Cukup lama, sampai akhirnya Reyhan mengatakan sesuatu yang mengejutkan.

"Ayo kita menikah."

"Apa?!" Ekspresi terkejut memenuhi wajah Gina. Ia yakin, ia tak salah dengar.

Melihat ekspresi Gina, Reyhan malah tertawa. Kini ekspresi gadis itu berubah cemberut.

"Aku serius. Aku ingin mengajakmu menikah," kata Reyhan. Lelaki 28 tahun itu pun menoleh ke arah Gina. Menabrakkan pandangannya dengan tatapan heran gadis itu.

"Nikah?!" pekik Gina heboh.

Reyhan tersenyum dan mengangguk.

"Aku menyukaimu. Sangat," ucap Reyhan. Matanya tak berpaling dari Gina. Sementara itu, Gina malah salting dan tidak tau harus berkata apa. Gadis berusia 25 tahun itu masih tak bisa menelan perkataan Reyhan dengan baik.

"Aku tidak tau sejak kapan aku menyukaimu. Tapi, aku benar-benar sangat menyukaimu," Reyhan tersenyum dengan tulusnya. Nada bicaranya melunak, tanda ia sedang tak main-main dengan ucapannya.

"Apa kau serius dengan ucapanmu?"  Reyhan mengangguk mantap. Seketika itu juga, Gina diam tanpa ekspresi. Sepertinya, gadis itu agak terkejut karena tak menyangka bos nya sendiri tengah melamarnya.

Beberapa saat terdiam, sebutir air mata keluar dari mata Gina. Gadis itu menangis.

Reyhan terkejut melihat air mata turun dari pelupuk mata Gina. Ia hampir saja reflek ingin menghapusnya, sebelum Gina menutup wajah dengan kedua tangannya. Hampir saja Reyhan menyentuh Gina yang notabenenya bukan mahramnya.

"Apa ada yang salah dengan ucapanku?" kata Reyhan dengan paniknya. Gina menggeleng. Namun, tangisannya makin menjadi-jadi. Reyhan sungguh bingung harus melakukan apa. Di sisi lain, beberapa pengunjung taman nampak memperhatikan mereka. Sungguh suasana yang tak mengenakkan bagi Reyhan.

Reyhan beranjak dari duduknya. Kini, ia bertekuk lutut di depan Gina. "Jangan begini. Ku mohon jangan menangis. Aku minta maaf," pintanya.

Gina mengusap air matanya kasar. Ia menatap Reyhan dan berkata "Kenapa minta maaf, kau tidak salah. Aku hanya. Hanya.... Aku tidak tau apa yang harus ku lakukan. Itu sebabnya aku menangis."

"Jadi.... Bagaimana?" tanya Reyhan ragu. Tak bisa dipungkiri jantung Reyhan sedang berdetak tak karuan. Ia harap-harap cemas menantikan jawaban dari lamarannya pada Gina.

"Aku...," ucap Gina terpotong. Gadis itu menatap Reyhan yang tengah bertekuk lutut di hadapannya. Ia memandangi Reyhan beberapa saat, sebelum ia mengalihkan pandangan lagi.

Tiba-tiba, Gina tersenyum dan tertawa. Reyhan yang melihat itu pun heran.

"Jangan membuatku malu, Gin!" Reyhan berusaha menahan wajahnya yang mulai merah. Ia kesal, ia berpikir Gina tengah mengejeknya karena telah melamarnya.

"Baiklah. Ayo menikah. Aku juga menyukaimu. Pak Reyhan Mahendra," Gina tersenyum manis. Mendengar perkataan itu pun Reyhan ikut tersenyum. Ketegangan lelaki itu kini berubah menjadi rasa lega yang luar biasa. Beban di benaknya seakan terangkat begitu saja.

Beberapa saat kemudian, Reyhan dan Gina masih duduk di tempat yang sama, taman kota Bandung. Mereka masih senyum-senyum dan entah kenapa, suasana semakin canggung. Namun, tiba-tiba Gina membuka suara.

"Sebenarnya. Ada hal yang aku khawatirkan," kata Gina memecah kesunyian yang ada.

"Apa?" jawab Reyhan cepat.

Gina memberi jeda sebentar sebelum ia melanjutkan perkataannya. "Aku orang Jawa dan kamu orang Sunda. Apakah kita mungkin?"

Reyhan menghela nafas. Ia tau, persoalan ini tak bisa dihindari. Larangan pernikahan antara suku Jawa dan Sunda begitu kuat. Kebencian orang Sunda pada orang Jawa bermula dari perang bubat di masa lampau. Sementara orang Jawa pun punya perspektif negatif pada orang Sunda. Semua pandangan itu masih melekat kuat hingga zaman modern.

"Sebelum merantau ke Bandung 2 tahun lalu, ayahku pernah memperingatkan masalah ini. Orang Jawa dan Sunda dilarang menikah. 2 bulan lalu saat aku pulang ke Surabaya pun, ayah masih memperingatkanku akan larangan itu," jelas Gina.

"Aku akan meyakinkan ayahmu. Jangan khawatir."

"Bagaimana dengan keluargamu?" tanya Gina cepat.

Ekspresi Reyhan sedikit berubah murung. "Mitos larangan orang Jawa dan Sunda menikah sangat populer, bahkan sampai sekarang. Tapi, tidak mustahil mematahkan mitos itu jika kita berjuang bersama. Keluargaku sudah mengenalmu dengan baik karena kau adalah sekertarisku. Mungkin mereka akan mengerti," Reyhan mencoba meyakinkan Gina.

Gina hanya mengangguk dan tersenyum. Ia berharap, Reyhan serius dengan kata-katanya. Ia harap, kedua keluarga mereka akan merestui.

"Tapi, kenapa aku?" tanya Gina. Ia bermaksud menanyakan kenapa Reyhan berniat menikahinya.

"Saat di stasiun kereta, tepatnya saat kau pertama kali ke Bandung. Entah kenapa, aku sudah menyukaimu. Itu adalah pertemuan pertama kita, kan?"

Gina mengangguk-anggkuk, mencoba mengingat kejadian 2 tahun silam. "Stasiun kereta, ya?"

Bersambung....

Related chapters

  • Belenggu Adat dalam Cinta   Stasiun Kereta

    ***(2 tahun yang lalu....)Butiran air hujan masih menempel di jendela kereta. Tanah di luar masih terlihat basah, begitu pula mata seorang gadis yang bernama Gina Agustya Mahanani. Mata gadis itu masih sembab karena tangisan beberapa saat yang lalu. Dadanya pun sesak, tak rela meninggalkan kota masa kecilnya ini, Surabaya. Hujan baru saja reda sesaat setelah Gina naik ke dalam kereta. Rasanya kota ini pun menangis melepas kepergiannya ke Bandung. Lebih daripada itu, orang tua dan dua adiknya lah yang sedih keterlaluan. Mereka mengiring Gina merantau dengan air mata membuat gadis itu makin merana. Sudah pasti ia akan menghadapi hari pertama yang berat di perantauan sebab rasa tak rela pergi.15 menit sudah kereta ini berjalan tetapi Gina masih enggan membuka mata. Pedih nan perih terasa pada m

    Last Updated : 2021-12-23
  • Belenggu Adat dalam Cinta   Wanita Jalang

    "Besok bapak hanya ada satu rapat dengan klien, jam 9 pagi," kata Gina. Saat ini ia sedang berada di kantor. Tepatnya di ruangan Reyhan, CEO perusahaan tempatnya bekerja. Mereka hanya berdua di ruangan ini, menjalani posisi bos dan sekertarisnya. Mereka tetap bekerja secara profesional meski faktanya Reyhan telah melamar Gina."Apa tidak bisa dibatalkan?" tanya Reyhan."Maaf pak sebelumnya. Tapi, ada kepentingan apa hingga harus diundur?""Aku ingin membawamu ke rumah. Aku ingin mengatakan pada keluargaku jika aku berniat menikahimu," kata Reyhan dengan nada bicara lembut. Sorot matanya pun memancarkan ketulusan.Pipi Gina memanas. Ia menahan senyum bahagianya. "Aku senang sekali. Tapi pak Rey, klien kita besok adalah klien penting.""Sekertaris Gina, aku adalah bosmu. Aku yang berhak memutuskan. Ganti saja rapatnya lusa, segera hubungi klien kita itu.""Ba-baiklah," cicit

    Last Updated : 2021-12-26
  • Belenggu Adat dalam Cinta   Restui Kami!

    Langit hari ini nampak seperti kanvas biru tanpa coretan apapun. Matahari bersinar terik dengan leluasa. Karenanya, beberapa orang mengeluh akan gerahnya suasana meski baru jam 10 pagi.1 jam yang lalu, seharusnya Reyhan dan Gina sudah meninggalkan kantor. Namun, kerjaan yang menumpuk membuat mereka mengurungkan niat. Penampilan Gina yang rapi semenjak pagi pun perlahan mulai agak kusut karena lelah. Ia harus menyelesaikan semua kerjaannya secepat mungkin."Apa belum selesai?" tanya Reyhan. CEO itu dengan santainya masuk ke ruangan Gina tanpa permisi.Gina menggeleng. Ia sangat kesal dengan tumpukan dokumen di mejanya ini. Ia sekilas melihat Reyhan dan melanjutkan menatap laptop di depannya."Sudahlah. Tinggalkan saja. Aku akan suruh orang lain mengerjakannya. Jika tidak seperti itu, kau tidak akan selesai hari ini," Reyhan menutup laptop Gina. Membuat gadis itu agak kaget. Pasalnya, wajah Reyhan kini juga

    Last Updated : 2022-01-05
  • Belenggu Adat dalam Cinta   Santet

    Gina sudah berada di kos-kosan. Ia kacau sekali setelah dimarahi habis-habisan oleh bu Dian. Matanya pun masih sembab dan merah.Meringkuk di atas kasur, itulah yang dilakukannya dari tadi. Hari ini berat, membuat kepalanya cenat-cenut. Seperti dugaannya, keluarga Reyhan sangat menentang hubungan mereka. Apa yang ditakutkannya sungguh terjadi."Kenapa adat dan cintaku tak selaras?" gumamnya. Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering. Namun, Gina sama sekali tak berniat mengangkatnya. Bahkan, ia tak melirik ponselnya yang bersenandung berkali-kali. Entah siapa yang menelfon. Tetapi, yang jelas orang itu menelfon di saat yang tidak tepat.Allahuakbar...Allahuakbar....Gina tersentak dan langsung beranjak duduk. Tanpa sadar, sudah berjam-jam ia berbaring di atas kasur. Masih agak linglung, Gina mendengarkan azan asar sambil menjawabnya lirih.Selesai adzan Gina berdiri dan berjalan menuju m

    Last Updated : 2022-01-21
  • Belenggu Adat dalam Cinta   Nindy kembali

    Hari ini, Gina terlihat lebih sibuk dari biasanya. Banyak dokumen menumpuk di meja. Matanya pun tak berpaling dari komputer. Sesekali, ia memainkan pena karena agak pusing.Cuaca di luar sedang buruk. Banyak awan abu-abu yang sepertinya tengah bersiap menjatuhkan air mata. Entah apa yang sebenarnya sedang terjadi. Namun, Gina memiliki firasat buruk. Ia agak sedikit gelisah dan sulit berkonsentrasi."Gina...," panggilan lembut terdengar dari luar. Suara ketukan pintu tiga kali beruntun menyusul setelahnya."Silakan masuk," sahut Gina. Kini sorot matanya beralih pada seseorang yang tengah membuka pintu perlahan.Reyhan, ia menghampiri Gina. Wajahnya juga terlihat lesu. Sudah seminggu sejak kejadian penolakan orang tuanya terhadap hubungannya dengan Gina.Belum sempat Reyhan bicara, sebuah guntur menggelegar dengan kerasnya membuat Gina bergidik takut. Ia langsung berdiri karena kaget. Spontan saja, ia menutup tirai jendela ruangannya.

    Last Updated : 2022-01-28
  • Belenggu Adat dalam Cinta   Pulang

    Beberapa hari setelah Gina dibawa ke rumah sakit, kondisinya tak bisa dikatakan membaik. Gina terlihat makin kusut dan lesu meskipun dokter bilang jika ia hanya kelelahan dan kurang istirahat. Kondisi ini cukup membingungkan karena sudah 3 hari Gina dirawat tanpa ada tanda-tanda kondisinya membaik.Reyhan selalu setia menemani Gina meski tidak bisa 24 jam karena urusan kantor. Namun, pria itu pasti menjenguk Gina setiap hari. Lebih dari rasa sakit Gina, mungkin Reyhan merasakan hal yang lebih karena mencemaskan gadis yang dicintainya itu.Selain Reyhan, Nindy juga sering datang menjenguk. Kadang, ia datang bersama Reyhan. Kondisi seperti itu sebenarnya tidak Gina sukai. Tapi ia yakin pada Reyhan. Meski Nindy akan menggoda pak bosnya itu seperti biasa. Di sisi lain Nindy saingannya dan di sisi lain Nindy tetap temannya. Melihat Nindy masih perduli padanya saja sudah membuat Gina bahagia. Saat ini, ia tak ingin berpikir negatif."Gina. Kondisi kamu gimana?" tanya

    Last Updated : 2022-02-01
  • Belenggu Adat dalam Cinta   Surabaya

    Pesawat melaju konstan setelah lepas landas beberapa menit yang lalu. Nampak dari jendela pesawat lautan awan putih tipis dan sinar hangat matahari."Sampai jumpa lagi, Bandung."Gina menatap malas semua hal yang ada di sekitarnya. Sesekali, ia menengok jendela. Sesekali pula, ia menoleh ke arah Nindy yang tidur di sampingnya serta Reyhan yang duduk di kursi depannya. Gina akan pulang, bersama Reyhan dan Nindy. Gina akan pulang ke Surabaya."Andai aku nggak sakit, mereka berdua nggak akan repot-repot seperti ini," batin Gina. Namun, tak ia pungkiri bahwa ia cukup senang dengan fakta bahwa Nindy masih perduli padanya.Tiba-tiba, Reyhan menoleh ke belakang. Ia menatap Gina yang duduk lemas karena masih sakit. Wajah gadis itu pucat. "Lagi mikirin apa?" tanya Reyhan lembut.Gina menggeleng dan memilih melempar pandangannya ke jendela pesawat. Ia memandang hamparan tipis awan dan rumah-rumah ya

    Last Updated : 2022-02-04
  • Belenggu Adat dalam Cinta   Pak Ustad

    Malamnya, tepatnya kisaran pukul 19.30 banyak tetangga yang berdatangan. Mereka datang untuk menjenguk Gina. Kabar pulangnya Gina dalam kondisi sakit menyebar dengan cepat di antara tetangga.Kebanyakan dari para tetangga yang menjenguk membawa buah tangan. Entah itu buah, roti, atau pun yang lainnya. Sudah jadi kebiasaan melakukan itu. Rasanya, menjenguk orang yang tengah sakit tanpa membawa apapun itu rasanya kurang baik.Semua berkumpul di ruang tamu. Mereka semua mengobrol dengan topik utama adalah Gina. Tentu saja, karena gadis itulah para tetangga berbondong-bondong menjenguk.Rumah kediaman pak Broto ini terasa ramai. Tetangga yang datang cukup banyak. Mereka saling peduli satu sama lain. Tak hanya ibu-ibu tentunya yang datang. Melainkan ada pula beberapa bapak-bapak dan anak kecil yang diajak menjenguk. Selain itu, Reyhan, Nindy, pak Broto dan Satria juga menyambut tamu dengan baik.Di saat ruang t

    Last Updated : 2022-02-05

Latest chapter

  • Belenggu Adat dalam Cinta   LELAKI BAJINGAN

    "Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Tapi—" lagi-lagi perkataan Fathah terpotong."Tapi apa?! Kau tidak paham perasaanku!" Reyhan menyeka air matanya yang mengalir."Kau tau, pernikahan terjadi bukan karena cinta saja. Jika orang tua mu menentang sampai menyantet Gina, tidakkah menurutmu melepas Gina adalah cara aman untuk membuatnya baik-baik saja? Caramu memperjuangkan Gina, itu sungguhan cinta atau hanya keegoisanmu saja?" kata Fathah mencoba memojokkan Reyhan."Lalu apa? Kau akan menikahinya begitu? Kau memang licik!" Reyhan pergi meninggalkan Fathah. Ia pergi membawa amarah yang meledak-ledak di dalam dadanya. Melihat itu pun membuat Fathah menghembuskan napas berat. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kemudian, ia pun memutuskan kembali ke dalam rumah pak Broto."Apa aku memang licik?" Fathah bermonolog seraya berjalan masuk rumah. Di dalam, ia mendapati suasana suram yang mengerikan.Fathah tidak menemukan Gina. Sepertinya, ia telah kembali ke dalam kamar. Fathah mengerti, se

  • Belenggu Adat dalam Cinta   Lelaki Bajingan

    "Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Tapi—" lagi-lagi perkataan Fathah terpotong."Tapi apa?! Kau tidak paham perasaanku!" Reyhan menyeka air matanya yang mengalir."Kau tau, pernikahan terjadi bukan karena cinta saja. Jika orang tua mu menentang sampai menyantet Gina, tidakkah menurutmu melepas Gina adalah cara aman untuk membuatnya baik-baik saja? Caramu memperjuangkan Gina, itu sungguhan cinta atau hanya keegoisanmu saja?" kata Fathah mencoba memojokkan Reyhan."Lalu apa? Kau akan menikahinya begitu? Kau memang licik!" Reyhan pergi meninggalkan Fathah. Ia pergi membawa amarah yang meledak-ledak di dalam dadanya. Melihat itu pun membuat Fathah menghembuskan napas berat. Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kemudian, ia pun memutuskan kembali ke dalam rumah pak Broto."Apa aku memang licik?" Fathah bermonolog seraya berjalan masuk rumah. Di dalam, ia mendapati suasana suram yang mengerikan.Fathah tidak menemukan Gina. Sepertinya, ia telah kembali ke dalam kamar. Fathah mengerti, se

  • Belenggu Adat dalam Cinta   Reyhan

    Ketika tiba di kediaman Gina, Reyhan sedikit terkejut karena ada beberapa mobil terparkir di halaman rumah. Matanya memandang ke kanan dan ke kiri, mencoba menganalisa apa yang mungkin terjadi. Ia memegangi dagunya dan berkata "Apa ada acara? Tapi kemarin Gina tidak mengatakan apapun tentang ini."Reyhan melanjutkan langkahnya kembali. Samar-samar, ia mendengar percakapan beberapa orang. "Aduh, bagaimana ini? Apa aku datang di situasi yang salah?" Reyhan nampak gelisah. Ia memelankan langkahnya supaya bisa mendengar dengan jelas suara-suara percakapan itu."Aku hanya mendengar obrolan basa-basi. Apa mungkin ini hanya kunjungan teman-teman pak Broto saja ya?" pikir Reyhan. Ia menghentikan langkahnya karena takut mengganggu. Kini posisinya sekitar 5 meter dari pintu.Reyhan sedikit mengintip situasi di dalam. Memang ada banyak orang tang tak ia kenal. Namun, entah kenapa perasaannya tidak enak. Perlahan, ia kembali mengendap-endap mendekati pintu.Sem

  • Belenggu Adat dalam Cinta   Fathah

    Beberapa menit sudah berlalu sejak kedatangan Fathah dan keluarganya ke kediaman pak Broto. Kendati demikian, seseorang yang dinanti dalam kunjungannya itu tak kunjung muncul. Bu Yati, Satria dan pak Broto mulai agak gelisah karenanya."Saya pamit sebentar ya. Saya akan bawa Gina kemari," ucap bu Yati dengan sedikit canggung. Semua orang di sana pun mengiyakan.Berangkatlah bu Yati menuju kamar Gina yang ada di lantai 2. Dari kejauhan, terdengar percekcokan antara Gina dan Santi. Bu Yati yang mendengar itu pun makin mempercepat langkahnya.Setelah tiba di depan pintu, bu Yati berhenti sejenak. Ia sedang mendengarkan dengan seksama apa yang sedang diperdebatkan kakak dan adik itu. Sedikit samar, namu suara mereka masih bisa terdengar."Ga! Gila apa?! Apa-apaan semua ini?! Aku ga bakalan turun ke bawah. Aku ga mau nikah sama mas Fathah!"Begitulah perkataan yang bu Yati dengar. Ia yakin itu adalah suara Gina. Bu Yati sedikit menghela napas berat kare

  • Belenggu Adat dalam Cinta   Lamaran

    Seminggu sudah berlalu. Keadaan Gina pun membaik, ia sudah pulih dari santet. Namun, Gina mendapati hal yang aneh. Ia dilarang pergi ke Bandung. Padahal, keluarganya tau bahwa ia masih pegawai kantor meski sudah cuti beberapa minggu.Gina tak diberi tahu alasan mengapa ia tidak boleh bekerja ke Bandung lagi. Bahkan, keluarganya meminta dirinya untuk segera mengundurkan diri dari perusahaan Reyhan. Mereka ingin Gina melepaskan pekerjaannya sebagai sekertaris."Apa alasannya? Kenapa kalian memintaku untuk mengundurkan diri tiba-tiba begini?" tanya Gina pada ayah dan ibunya. Mereka bertiga tengah berbincang-bincang sore di teras rumah.Tentunya, pak Broto dan bu Yati enggan mengatakan alasan yang sebenarnya pada Gina mengapa ia tak boleh lagi berangkat ke Bandung. Bagaimana tidak? Mereka tidak mungkin mengatakan bahwa itu adalah persyaratan Nindy agar Gina terbebas sepenuhnya dari santet. Melarang Gina bekerja

  • Belenggu Adat dalam Cinta   Dalang

    Surabaya, tepatnya sesaat setelah Gina pulang bersama Nindy dan Reyhan 2 minggu yang lalu...."Baiklah, sekarang sudah beres!" ucap Nindy sambil membersihkan tangannya dari tanah. Ia baru saja mengubur sesuatu di belakang rumah pak Broto.Nindy segera mengecek ponselnya dan menelfon seseorang yang tak lain adalah Zidan."Apa kau sudah selesai?" tanya Zidan tanpa berbasa-basi. Ia membuka pembicaraan dengan langsung bertanya."Tentu saja. Aku sudah mengubur buhul santet itu. Sekarang kita tinggal mengikuti arus," ucap Nindy. Ia tersenyum miring, menandakan kebengisannya."Bagaimana dengan 2 buhul santet yang lainnya? Kau sudah mengurusnya?" kini Nindy yang bertanya."Apa maksudmu? Santet itu sudah bekerja kan? Tentu saja 2 buhul yang lain sudah aku bereskan!" kata Zidan jengkel."Aku hanya ingin memastikan. Baiklah, aku tutup telfonnya," ucap Nindy. Ia langsung memutus panggilan dan berlari ke dalam rumah. Keadaan gelap karena sud

  • Belenggu Adat dalam Cinta   Kejutan

    Esok hari datang juga. Saat-saat yang telah ditunggu Satria dan Santi sejak kemarin. Sore ini, mereka akan mengeksekusi rencana untuk mengikuti pak Broto.Jam menunjukkan pukul 16.30 yang berarti pertemuan pak Broto dan orang misterius yang mengirim surat kemarin akan segera terjadi. Perjanjian mereka jam 5 sore di alun-alun dan pak Broto sudah siap dengan motornya."Ayah mau kemana?" tanya Santi berbasa-basi ketika pak Broto hendak melaju."Ada urusan sebentar. Ga lama kok," kata pak Broto. Ia langsung melajukan motornya tanpa mau meneruskan basa-basi.Melihat ayahnya makin menjauh, Santi tersenyum sinis. Rencananya dengan Satria untuk membuntuti pak Broto sepertinya akan berjalan lancar. Tak ada tanda-tanda kecurigaan pak Broto pada meski tadi malam mereka sempat mencuri surat misterius itu.Tak lam setelah itu, Santi menelpon seseorang yang tidak lain adalah kakak kembarnya, Satria. Ia menanyakan tentang berjalannya rencana sor

  • Belenggu Adat dalam Cinta   Surat Misterius

    Reyhan bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia masih bertanya-tanya, apa benar buhul santet Gina benar-benar lebih dari satu. Memikirkan semua itu membuatnya tak nafsu makan.Sudah 3 hari, kabarnya Gina masih belum pulih dari sihir keji ini. Meski sudah diruqyah, buhul santet tetap harus ditemukan dan dihancurkan. Itu adalah cara terbaik untuk terbebas dari sihir.Baru-baru ini, sebenarnya Reyhan juga menemukan buhul santet di dalam kosan Gina. Ini agak mengejutkan memang, tapi semua seakan tak berguna. Gina masih belum pulih setelah buhul santet kedua itu dihancurkan."Sebenarnya apa yang diinginkan pelakunya? Apa dua buhul santet itu palsu? Tapi untuk apa memalsukan barang seperti itu?" pikir Reyhan. Kini ia sedang berada di kantor, tepatnya di ruangannya sendiri.***Surabaya...."2 buhul santet sudah dihancurkan. Kenapa Gina belum juga pulih?" pak Broto memegangi kepalanya yang terasa berat. Ia tak mengerti dengan segala keanehan yang ter

  • Belenggu Adat dalam Cinta   Buhul Santet

    Reyhan sudah tiba di kantor. Ia berlari mencari Zidan dengan bersemangat. Rupanya, Zidan masih ada di ruangan Gina, dengan buhul santet berada di atas meja ruangan itu.Di atas meja, Reyhan melihat bungkusan kain kecil yang entah apa isinya. Bahkan, di sana juga ada foto Gina. Semua itu membuat Reyhan melotot seketika."Sepertinya ini adalah buhul santet yang menyerang sekertaris Gina," ucap Zidan. "Tapi bagaimana mungkin, Zidan? Jika benda itu ada di sini, berarti pelakunya adalah orang kantor?" Reyhan membekap mulut. Baru saja ia mengalami perdebatan hebat dengan orang tuanya. Ia tak menyangka ternyata prasangkanya salah besar. Ia merasa sangat bersalah karena telah mencurigai orang tuanya sebagai pelaku."Benar sekali pak. Tidak mungkin ada yang bisa keluar masuk ruangan sekertaris Gina jika bukan orang kantor ini," kata Zidan membenarkan.Setelah penemuan buhul itu, Reyhan langsung menghubungi pak Broto. Ia merasa sedikit lega karena tel

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status