Beranda / Pernikahan / Belaian Hangat Om Bastian / 3. Cantik Nian Anak Pacarku!

Share

3. Cantik Nian Anak Pacarku!

Penulis: Caramelodrama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-09 11:35:32

"Len, aku duluan ya!" Naira berjalan membuntuti Bastian. 

Dia terlihat kesal.

"Om, emangnya Mami ke mana?" tanya Naira pada akhirnya. 

"Dia masih banyak kerjaan. Cepetan! Di luar masih hujan. Kamu punya payung?" Mau tak mau, Bastian berhenti menunggu Naira mensejajarinya.

"Nggak," jawab Naira singkat. 

Bastian mendengus dingin. "Kok bisa cewek nggak punya payung?" 

“Harus, gitu?” ketus Naira sambil melirik enggan ke Bastian di sampingnya.

Tidak ingin berdebat dengan anak kekasihnya, Bastian memilih untuk menyudahi topik tak penting itu.

Dia justru memberi ide, “Kita lari aja ke mobil! Kamu nggak lemah ama hujan, kan?” tanyanya sambil memberikan tatapan remeh ke Naira.

Mendengar pertanyaan yang bernada seperti menantang dan tatapan meremehkan, Naira mana mungkin membiarkan kekasih maminya bisa seenaknya menjatuhkan penilaian rendah terhadap dirinya?

“Huh! Baru ujan air doang, belum ujan batu, kan?” Naira menggunakan nada ketus menjawab Bastian.

Sesudah menjawab, Naira bergegas berlari dengan tas ditaruh di atas kepala sebagai pengganti payung karena hujan masih cukup deras mengguyur bumi Scarlet. Di belakangnya, Bastian ikut berlari, menyusul Naira.

Lekas mengeluarkan kunci untuk mengaktifkan lock mobil, Bastian buru-buru membukakan pintu kabin navigasi untuk Naira sebelum dia masuk ke kabin pengemudi.

“Sial, basah!” Bastian sedikit bersungut-sungut sambil menoleh singkat ke Naira di sampingnya.

Naira sibuk menepis sisa air yang menempel di baju kuliahnya. Setelah itu, dia mencoba merapikan rambut basahnya.

“Sorry, kamu jadi basah.” Bastian tak ingin Naira salah paham mengira dia tak peduli.

Bastian melepas jas basah yang tadi menjadi pelindungnya dari hujan, melemparkannya ke jok belakang, dan membiarkan dirinya hanya memakai kemeja biru muda yang masih kering. Terima kasih pada jas mahalnya yang tebal.

Glek! Bastian tak bisa menahan saliva yang tertelan ketika dia menatap penampilan basah Naira. Jakunnya naik-turun ketika melihat kemeja tipis gadis itu berwarna dasar putih dengan garis-garis merah muda dan ungu, sehingga menempel ketat di kulit Naira, memperlihatkan lekuk dadanya. 

"Nggak masalah, hal sepele." Naira menimpali dengan gaya cuek. "Kenapa, Om?"

Sekarang, Naira menyadari bahwa dirinya tengah ditatap Bastian.

"Nggak apa-apa." Bastian beralasan. “Nih!”

Bastian menyodorkan kotak tisu ke Naira.

Naira mencabut tisu dari kotaknya dan menggunakannya untuk mengelap pipi, rambut dan bagian basah lainnya.

“Kita jalan!” Bastian tak menemukan topik lainnya. Dia bukan jenis orang yang pandai beramah-tamah dengan orang asing, apalagi yang tidak memberi keuntungan bagi perusahannya.

Setelah itu, mobil dilajukan, keluar dari area Universitas Goldera, dan berbaur dengan kendaraan lain di jalan raya.

"Kita mampir beli cokelat hangat dulu." Bastian membuat keputusan sambil menoleh singkat ke Naira. "Tak masalah, kan?"

Entah kenapa, rasanya dia masih belum rela jika terlalu singkat berduaan begini dengan Naira.

"Ya udah, terserah, sih!" Naira mengangkat kedua bahu, acuh tak acuh.

Menganggap usul Bastian masuk akal, Naira setuju saja dan membiarkan mobil melaju ke salah satu drive thru restoran fastfood ternama dari negara Raven.

Sembari menunggu Bastian memesan menu melalui drive thru, Naira mengambil ponselnya dan berharap gadget itu tidak basah di saku depan tasnya.

"Ini." Bastian menyodorkan segelas cokelat hangat ke Naira.

Menerima gelas dari Bastian, Naira akhirnya menaruh ponselnya kembali ke dalam tas. Dia sesap pelan-pelan minuman hangatnya sembari Bastian melajukan mobil.

Namun, ternyata Bastian memarkirkan mobil di restoran tersebut. Kening Naira berkerut heran. Untuk apa mereka berhenti? Kenapa tidak langsung ke rumah saja?

"Minum dulu di sini." Bastian memberi alasan seraya mematikan mesin mobil.

Naira tidak keberatan dan kembali meneguk pelan cokelat hangatnya. Dia tak tahu Bastian terus meliriknya, berulang kali mencuri pandang dari samping dengan mata melekat ke wajah dan dadanya.

‘Aduhai, kenapa cantik nian anak pacarku? Kalo gini aku jadi dilema, kepingin ibunya apa anaknya?’ Bastian malah sibuk membatin.

Sebagai pria, meski dianggap dingin dan arogan oleh banyak orang di sekitarnya, tapi Bastian tetap lelaki normal yang mengerti mana wanita cantik dan menarik.

‘Ibunya atau anaknya?’ Pikiran Bastian bergulat dengan itu sambil menyesap cokelat hangatnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nathan Ryuu
hayoloh om, oi :"D
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Belaian Hangat Om Bastian   4. Pelukan Paksa

    ‘Sialan, baru kali ini aku bingung gara-gara nentuin mana yang lebih menarik!’ batin Bastian sambil menertawakan dirinya sendiri. Sekali lagi dia melirik Naira.Hati Bastian bergejolak, hasratnya menggelegak ketika melirik dada membusung Naira yang terlihat provokatif dari balik kemeja basah, sampai tercetak jelas bra merah yang dipakai gadis itu. Berulang kali dia meneguk salivanya gara-gara terpukau dan otaknya mulai memproses pikiran gila.Tapi tak boleh! Dia tak bisa bersikap sembarangan ke anak kekasihnya. Maka, dia mengalihkan pandangan ke depan saja.Sementara itu, Naira yang kini memandangi Bastian secara diam-diam. ‘Kenapa mami milih cowok yang lebih muda gini, sih? Aneh! Apalagi dia bosnya mami di kantor. Apa nggak digosipin ama karyawan lainnya?’Sambil menyesap cokelat hangatnya, mata Naira mulai memindai Bastian, sama seperti yang dia lakukan di rumah waktu Bastian datang.‘Ini cowok emang nggak jelek-jelek amat, sih! Mungkin ini yang bikin mami suka ama dia. Tapi cowok t

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Belaian Hangat Om Bastian   5. Terpikat oleh Ibu dan Anak

    ‘Hm … kenapa aku jadi makin penasaran ama kamu, Naira?’ Bastian membatin sambil menatap punggung Naira. “Kurasa otakku makin gila!” Bastian menggumam pelan seraya masuk kembali ke mobil dan melajukannya setelah Naira masuk ke rumah.Sepanjang semua kisah percintaan-nya, Bastian tidak pernah segila ini terpikat oleh ibu dan anak sekaligus. Ini adalah pertama kalinya Bastian sedilema ini.Sementara itu, di dalam kamarnya setelah malam menjelang, Naira gelisah berguling di tempat tidurnya. Dia masih belum bisa melupakan adegan tadi sore.‘Pelukan pacar mami … kencang juga. Apa dia biasa meluk mami kayak gitu, yah? Ah, sialan! Ngapain sih aku dari tadi rempong mikirin hal gak guna itu melulu!’ Naira malah berujung kesal sendiri dengan apa yang dia pikirkan.Namun, pikirannya berkhianat dan malah memutar adegan itu kembali.‘Bau om wangi. Ah! I—itu … itu pasti karena parfumnya mahal! Maklum, orang kaya!’ Menyadari dirinya masih saja memikirkan Bastian, Naira menyangkal dengan memikirkan top

    Terakhir Diperbarui : 2024-05-09
  • Belaian Hangat Om Bastian   6. Oke, Dia Ganteng

    Benar saja, Bastian memang berjalan ke arah kantin yang sedang dipakai Nora untuk bersantai menunggu jam kuliah berikutnya. Melihat kedatangan Bastian, Naira hanya memutar matanya. Malas sekaligus jengah dengan respon kawan-kawan perempuannya yang terlihat norak hanya karena ada bos ganteng dan sukses di umur 32 tahun."Teman-teman, perkenalkan, ini Pak Bastian dan timnya dari perusahaan Zilong E-First, hendak memberikan informasi kepada kalian." Salah satu staf kampus yang mendampingi Bastian pun berbicara di depan kantin yang sedang ramai penuh mahasiswa dan mahasiswi.Segera saja, semua mahasiswa dan mahasiswi di sana menoleh ke Bastian dan timnya. Terutama Bastian yang sangat menyita perhatian mata lawan jenis."Halo semuanya, saya Bastian Zilong, pendiri Zilong E-First. Izinkan saya dan tim saya menyampaikan sesuatu ke kalian." Setelah mengucapkan kalimat sapaan, Bastian menyuruh timnya untuk bicara mengenai maksud kedatangan mereka ke kampus.Dengan cermat, semua orang di kanti

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Belaian Hangat Om Bastian   7. Most Wanted Duda

    Banyak anak Goldera yang berharap bisa bekerja di E-First.“Lah, kerja aja belum udah ditanyain begituan, hahaha!” Naira tertawa santai.“Yah, ‘kan kamu sempat interview di sana!” Helena cemberut.Sambil mengulum senyum, akhirnya Naira menjelaskan. “Di sana kayak satu kompleks gitu, sih Len. Ada 4 gedung yang melingkar mengitari gedung utama. Semuanya terpisah-pisah yang terhubungnya ama koridor khusus satu sama lain. Dan gedung pusatnya yang berbentuk lingkaran ada di tengah-tengah, lebih gede dan tinggi, sekitar 7 lantai.”“Emangnya yang 4 gedung berapa lantai masing-masingnya?” tanya Helena.“Untuk 4 gedung yang mengelilingi gedung utama sih masing-masing ada 4 lantai,” jawab Naira sambil mengingat-ingat.Raut wajah Helena semakin memelas karena ingin merasakan bekerja di E-First, salah satu perusahaan startup paling berkembang di negara Scarlet. Dia tidak lolos seleksi awal dikarenakan kurangnya nilai akademik.Sejak itu, Naira menjadi pegawai magang di anak perusahaan milik Bast

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Belaian Hangat Om Bastian   8. Teguran dari Bos Dingin

    Yang lainnya tertawa. Naira tak banyak bersuara. Dia selesai membubuhkan lipgloss warna bibir yang tidak berlebihan."Iya, betul! Pak Bos Tian 'kan most wanted durenjir di kota Magnuma ini!" celetuk seseorang di dekat Naira yang baru saja membasuh muka untuk mengganti bedaknya."Apa itu durenjir?" Kawan di sampingnya bertanya sambil membenahi eyeshadows."Duda keren tajir! Hahaha!" Jawaban selengekan itu disahut tawa ceria yang lainnya di sana."Eh, tapi kasihan juga yah Pak Bos! Ditinggal mati istrinya yang melahirkan. Mana anaknya juga ikut mati." Mereka terus bergosip mengenai Bastian.Sebagai orang yang belum tahu banyak akan Bastian, Naira tentu saja asyik menyimak."Aku sih nggak kasihan. Karena siapa tahu aku bisa menjadi pelipur lara dan mengobati kesepiannya Pak Bos Tian, haha!" Ada yang cukup percaya diri mengatakan itu."Jadi kamu berharap bisa menggantikan istri Pak Bos, begitu?" Rekannya melirik dengan tatapan tak yakin."Kenapa enggak?" Yang dilirik hanya menjawab sambi

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Belaian Hangat Om Bastian   9. Semua Gara-gara Bos Sialan!

    Menahan dongkol di hati, Naira keluar dari ruangan Bastian.“Dih! Emangnya kenapa kalo aku pake celana kayak gini? Toh ini setelan kerja juga! Sepatu kets aku juga nggak yang buluk-buluk amat! Kinclong dan bersih, elaahh!” Naira mengeluhkan itu ke Helena ketika dia bertelepon di malam harinya.“Hahaha! Nurut aja apa kata Bos, napa sih? Atau kamu maunya dispesialkan karena mamimu dekat ama Bos?” Helena tertawa santai.Mendengar ucapan Helena seakan itu merupakan sebuah sindiran bagi Naira. Baiklah, dia akan mencoba menyesuaikan diri seperti yang lainnya agar tidak dikira anak spesial di sana.Esok harinya, Amy menyapa Naira yang lebih dulu tiba di ruangannya, “Pagi, Naira! Wah, tumben nih, pakai rok dan … sepatu high heels? Wow! Aku pikir kamu tomboy.”‘Iya emang tomboy, sih! Tapi gak jadi gara-gara Bos sialan itu!’ rutuk Naira di hatinya.Kemarin dia terpaksa berbelanja setelan ker

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Belaian Hangat Om Bastian   10. Tragedi Petai

    Maka, besoknya, Naira benar-benar memakai sepatu chunky heels. Meski jalannya masih kaku dan aneh, setidaknya dia tidak takut kakinya terkilir saat melangkah.Mengabaikan pandangan geli orang-orang ke dirinya, Naira pergi ke ruangan Amy.“Fyuh! Akhirnya nyampe juga!” Naira seakan-akan baru saja berjuang di medan perang gara-gara high heels-nya.Baru saja Naira menjejakkan pantat di kursi sambil menunggu kedatangan Amy, sudah ada dering telepon di meja Amy. Sebagai asisten, dia juga bisa menerima telepon tersebut.“Ya, Kantor Bu Amy di sini.” Naira menjawab setelah mengangkat telepon.“Ra, ke ruanganku, sekarang juga! Aku kasi waktu 5 menit!” Setelah mengucapkan itu, Bastian menutup telepon.Hah?! Naira melongo sejenak untuk memproses apa yang baru dia dengar.“Bos sialan!” gerutu Naira di menit berikutnya sambil menggeram dan segera melangkah keluar ruangan dengan penuh perjuangan membaw

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Belaian Hangat Om Bastian   11. Hamil Puisi

    Sesampainya di toilet gedung GoodRead, Naira langsung memuntahkan makan siangnya tadi di salah satu biliknya.“Ih! Siapa, sih itu?” Terdengar suara karyawati lainnya yang sedang berdandan di depan kaca besar. “Hamil, ya?”“Iya, hamil petai!” jawab Naira sebelum muntah lagi.Karyawati yang sedang memegang kuas mascara hanya bisa memberikan wajah melongo sambil bergumam lirih, "Emangnya petai bisa bikin hamil, yah? Ya ampun! Aku butuh banyak baca, emang nih!"***Di hari lainnya, Bastian memberi perintah absurd yang bisa membuat Naira tercengang.“Tulis puisi yang isinya memuji aku dan perusahaan ini!” Demikian perintah Bastian usai jam makan siang di ruangan pribadinya setelah Naira datang sesuai perintahnya.“Hah?” Naira tak habis pikir. Senarsis itukah Bosnya? Pria yang terlihat dingin dan kaku ini ... ternyata narsistik?“Jangan hah doang, buruan tulis! A

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15

Bab terbaru

  • Belaian Hangat Om Bastian   155. I Love You More

    Sebulan kemudian, Bastian berencana membawa Naira ke kantor E-First, tempat di mana mereka pernah bekerja bersama.“Ini beneran gak apa-apa, Tian?” tanya Naira untuk memastikan saja.Mereka sudah selesai berdandan rapi dan siap berangkat bersama ke kantor Bastian.“Tentu aja nggak apa-apa, Nai. Gimanapun, mereka harus tau ini. Nggak mungkin hubungan kita terus disembunyikan dan menjadi diam-diam aja, kan?” Bastian mengambil tangan Naira, ingin menguatkan hati calon istrinya.Saat ini, Naira sudah membubarkan segala ujian dan apa pun tes yang harus dilalui Bastian. Dia tidak lagi menginginkan itu karena dia sadar bahwa dia tak sanggup hidup tanpa Bastian.Pengalaman di ambang batas kematian membuat Naira memahami apa yang paling dia inginkan.“Kalo mereka marah, gimana? Ntar mereka demo, gimana?” Naira masih khawatir.Dulu rumor hubungan mereka sempat membuat geger kantor dan berhasil ditepis dengan berbagai cara. Sekarang justru hendak dibuka terang-terangan. Akan seperti apa respon pa

  • Belaian Hangat Om Bastian   154. Saling Menyatukan Diri

    “Beneran? Len lairan?! Kapan?” Naira bertanya dengan senyum penuh kebahagiaan, seolah rasa sakit yang tadi dialaminya seketika menghilang.“Setelah kamu kelar operasi dan mendadak aja ketubannya pecah sewaktu mau ngantar kamu ke kamarmu ini. Oh ya, bayinya perempuan,” lanjut Bastian.Naira menatap Bastian dengan tatapan penuh arti. Hari ini benar-benar penuh dengan emosi—kesedihan, harapan, dan kebahagiaan yang semuanya berkumpul di satu tempat.Namun, wajah Bastian kembali serius sejenak saat dia menghela napas. “Ada kabar lain yang perlu kamu tau,” ujarnya. “Vera udah ditahan di kantor polisi. Mereka memastikan dia nggak akan kemana-mana, dan proses hukumnya akan segera berjalan. Sidangnya mungkin akan berlangsung dalam beberapa minggu lagi.”Naira terdiam, memikirkan peristiwa yang hampir merenggut nyawanya. Meski dia merasa lega bahwa Vera akan mempertanggungjawabkan perbuatannya, hatinya tetap tergetar.Kejadian ini meninggalkan luka yang dalam, tapi dia merasa lebih kuat ketika

  • Belaian Hangat Om Bastian   153. Permohonan Naira

    Suster menatapnya dengan penuh empati. "Nyonya stabil untuk saat ini, Pak. Tapi kami harus memantau dengan ketat. Mengenai janinnya... kita perlu menunggu perkembangan lebih lanjut."Bastian mengangguk pelan, meski hatinya masih penuh kekhawatiran. Naira beserta janinnya harus baik-baik saja, mereka berdua harus baik-baik saja. Itu yang menjadi harapan utama Bastian.***Di kamar VIP yang tenang itu, Naira perlahan membuka matanya. Cahaya lembut dari jendela menembus tirai, menyinari wajahnya yang masih terlihat lemah.Saat kesadarannya mulai kembali, matanya terasa hangat dan basah. Mungkin efek samping dari obat, pikirnya.Tapi begitu dia sadar sepenuhnya, yang pertama kali dia rasakan adalah tangan Bastian yang menggenggam erat tangannya.“Om….” panggilnya dengan suara serak.“Nai… akhirnya kamu sadar.” Suara Bastian bergetar pelan, penuh dengan rasa syukur dan kelegaan.Dia menatap Naira dengan tatapan yang penuh kasih, seolah tidak ada yang lebih penting di dunia ini selain dia d

  • Belaian Hangat Om Bastian   152. Mengalami Komplikasi

    “Kamu ngancam aku, Bas? Kamu berani ngancam aku?!” jerit Vera, tak terima.“Jika itu memang harus, maka aku akan melakukannya. Kamu bisa memilih, ingin aku mengambil langkah yang mana.” Bastian menyahut dengan suara dingin.Keributan semakin membesar di bandara, dan Bastian bisa mendengar suara ibunya Vera yang semakin marah, memaki-maki anak buah Bastian.Namun, situasi itu berubah ketika polisi bandara tiba di tempat kejadian setelah mendengar keributan. Mereka segera menahan Vera dan ibunya dari keberangkatan, meminta keduanya untuk tidak meninggalkan negara Scarlet sampai masalah ini selesai.“Aku akan mengurus semuanya,” kata Bastian pada petugas bandara yang mencoba menenangkan situasi. “Jika perlu, aku akan membayar empat kali lipat dari harga tiket yang sudah mereka beli. Yang penting, jangan biarkan mereka terbang.”Polisi dan staf bandara menerima tawaran Bastian. Uang memang bisa menyelesaikan sebagian masalah, pikirnya dengan dingin. Dia menutup telepon, tetapi belum sempa

  • Belaian Hangat Om Bastian   151. Panik

    ‘Kumohon… aku ingin… terus bareng Om… selamanya….’ pinta Naira ketika dia memejamkan mata dan membiarkan dokter memulai operasinya.Di luar, Bastian sibuk mondar-mandir di depan kamar operasi.“Haahh… lama banget, sih?” rutuk Bastian, tak sabar.Helena yang juga ada di sana, hanya memutar matanya dengan jengah pada ucapan Bastian.“Ya elah… baru juga 10 menit, udah diprotes lama.” Helena merespon dengan suara nyinyir. “Buruan duduk! Mual aku liat kamu mondar-mandir rempong gitu!”Helena tidak takut sama sekali pada Bastian meski dia tahu siapa Bastian. Baginya, orang yang sudah membuat sahabatnya sedih, tak perlu ditakuti.Mau tak mau, Bastian menghentikan langkahnya yang bagaikan setrika. Dengan hembusan keras dari napasnya, dia pun duduk tak jauh dari Helena.“Bisa tolong ceritain, gimana kok Naira bisa kena tusuk gitu?” Bastian akhirnya teringat bahwa dia belum mengetahui mengenai kronologi dan latar belakang kejadiannya.Helena melirik sinis ke Bastian, menunjukkan permusuhan seca

  • Belaian Hangat Om Bastian   150. Perutnya Ditusuk

    “A-aku… aku….” Suara Vera bergetar.Vera kaget bercampur syok ketika menatap pisau lipat yang menancap di perut Naira. Meski dia benci Naira, tapi ketika usai menusukkan pisau ke Naira, rasa takut menyergapnya, seolah sebentar lagi dia akan dikejar iblis.“Arghh!” Vera menjerit panik dan bergegas pergi dari sana.Dia memang wanita jahat, tapi untuk berbuat lebih dari sekedar menusuk seseorang, dia tak memiliki nyali mengenai itu.Bahkan, menusuk perut seseorang merupakan kegilaannya paling maksimal dalam hidupnya.Sedangkan di kamar kosnya, napas Naira terengah-engah sambil terus memandangi perutnya.“Perutku… anak…ku….” Naira gemetaran.Takut dan sakit menguasai dirinya. Darah sudah mulai merembes banyak di bajunya.“Gak, gak boleh aku cabut pisaunya. Bahaya….”Di sela-sela kepanikan dan rasa takutnya, dia masih cukup bernalar mengenai itu.Maka, menahan rasa sakit dan dengan langkah tertatih, dia mengambil ponselnya, menghubungi nomor Bastian.“Ya ampun, buruan angkat, sialan! Aku b

  • Belaian Hangat Om Bastian   149. Vera Menemui Naira

    “Ve-Vera?” Naira membeku di tempatnya.Kenapa pula justru wanita sialan itu yang ada di depan pintunya? Naira kesal bukan main, merasa dia begitu sial karena bertemu Vera lagi.Dia sudah ingin menutup pintu karena malas meladeni Vera, hanya saja si rival cinta sudah lebih dulu menahan daun pintu tertutup."Aku pikir kamu udah pergi dari hidup Bastian. Tapi ternyata kamu masih mencoba mencuri dia dariku? Bahkan hidup bareng di sini? Dasar murahan!"Terdengar jelas dari suara Vera, betapa dia membenci Naira yang telah menjadi penghalang dia dan Bastian.Naira mengangkat alisnya, menatap Vera dengan pandangan dingin. “Murahan? Heh, apa urusanmu, ya? Mendingan jaga tuh mulut.”Ada ketidakrelaan di hatinya ketika dia dihina oleh Vera.Naira tak tahu bahwa Vera sudah mengerahkan segenap sumber dayanya untuk menemukan dia dan Bastian. Semenjak Bastian menegaskan ke Vera untuk berhenti mengganggunya karena sosok Naira yang sudah dipilih Bastian, Vera terus mengusahakan apa pun agar bisa mene

  • Belaian Hangat Om Bastian   148. Ditinggalkan

    “Hah~ begitu, yah?”Bastian menghela napas panjang, melirik Naira yang sedang duduk di tempat tidur.Jelas, dia terjebak di antara dua dunia—pekerjaan yang sudah mulai merenggut waktunya, dan usahanya untuk membuktikan kepada Naira bahwa dia benar-benar serius dalam hubungannya.Naira yang mendengar pembicaraan itu melalui loud speaker pun berbisik, “Pergi aja, gak apa-apa, kok!”Mata Naira berkedip-kedip menatap Bastian yang termangu memandanginya, seolah pria itu sedang mencari makna tersembunyi dari ucapannya.Setelah diam sejenak, Bastian akhirnya berkata, “Oke, Gandi. Aku akan ke kantor hari ini. Tolong jadwalkan ulang rapat yang tertunda dan kasi tau semua direksi kalau aku akan segera ke sana.”Setelah menutup telepon, Bastian menatap Naira dengan wajah penuh kebingungan. “Aku harus ke kantor, Nai. Udah terlalu lama aku nggak muncul di sana, dan ini masalah penting. Aku janji nggak akan lama-lama, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini.”“Iya, aku paham, kok!”Naira yan

  • Belaian Hangat Om Bastian   147. Siapa yang Mesum?

    "Nai, aku mesum gimana, sih?" Bastian berlagak menderita atas tuduhan Naira.Padahal dia menahan tawa geli."Kamu... kamu bisa-bisanya ambil aku dari... dari kasur! Nih! Aku bangun malah udah di lantai gini!" Naira sewot.Wajahnya cemberut dengan bibir mengerucut karena kesal."Loh Nai, kalau aku bawa kamu turun ke lantai, pastinya kamu bakalan terbangun, dong." Bastian memberikan sanggahan.Ucapan Bastian mengakibatkan Naira harus diam untuk berpikir.'Iya juga, sih!' batin Naira. 'Kalo aku ditarik atau dibopong turun dari kasur, ya kali aku gak ngerasa apa pun? Pastinya aku bakalan kebangun. Tapi... kok bisa gitu, sih?'Masih ada banyak tanda tanya di kepala Naira mengenai dirinya ada di lantai bersama Bastian."Nai, mungkin kamu sendiri yang turun ke bawah untuk tidur sama aku." Bastian justru menambahkan lecutan di hati Naira.Dia yang turun ke lantai untuk bersama Bastian?"Enak aja! Pede amat!" pekik kesal Naira.Tapi kalau dipikir-pikir....'Apa aku punya kecenderungan sleep wal

DMCA.com Protection Status