5. Terpikat oleh Ibu dan Anak

‘Hm … kenapa aku jadi makin penasaran ama kamu, Naira?’ Bastian membatin sambil menatap punggung Naira. “Kurasa otakku makin gila!” Bastian menggumam pelan seraya masuk kembali ke mobil dan melajukannya setelah Naira masuk ke rumah.

Sepanjang semua kisah percintaan-nya, Bastian tidak pernah segila ini terpikat oleh ibu dan anak sekaligus. Ini adalah pertama kalinya Bastian sedilema ini.

Sementara itu, di dalam kamarnya setelah malam menjelang, Naira gelisah berguling di tempat tidurnya. Dia masih belum bisa melupakan adegan tadi sore.

‘Pelukan pacar mami … kencang juga. Apa dia biasa meluk mami kayak gitu, yah? Ah, sialan! Ngapain sih aku dari tadi rempong mikirin hal gak guna itu melulu!’ Naira malah berujung kesal sendiri dengan apa yang dia pikirkan.

Namun, pikirannya berkhianat dan malah memutar adegan itu kembali.

‘Bau om wangi. Ah! I—itu … itu pasti karena parfumnya mahal! Maklum, orang kaya!’ Menyadari dirinya masih saja memikirkan Bastian, Naira menyangkal dengan memikirkan topik parfum mahal.

Bahkan ketika dia bertemu ibunya, hati kecilnya bergumam, ‘Beruntung banget mami punya pacar kayak om Bastian, yah!’

Hanya saja, setelah itu dia akan merutuki pikirannya dan berusaha melupakan ingatan mengenai pelukan Bastian.

Hingga beberapa hari kemudian, perusahaan Bastian datang ke kampus Naira untuk mencari mahasiswa dan mahasiswi berprestasi.

Tentu ini menimbulkan kehebohan di antara mahasiswa dan mahasiswi di kampus tersebut.

"Beneran? Zilong E-First datang untuk cari karyawan? Aku mau!" Salah satu mahasiswa bersemangat mengetahui Bastian dan timnya mendatangi kampus.

"Gila! Bosnya langsung yang datang, loh! Ya ampun, dia cakep banget! Mana masih muda pula!" Seorang mahasiswi memekik girang sambil ditimpali seruan heboh kawan-kawannya.

"Itu seriusan Bosnya? Yakin?" Ada yang menyangsikan.

"Coba aja lihat di internet! Dia sungguhan Bos E-First, kok! Masa sih kalian nggak tahu?" Orang yang disangsikan ucapannya segera memberikan penjelasan.

Sementara itu, Naira hanya mendengarkan kehebohan di sekitarnya.

"Ra! Itu ... bukannya dia yang dulu pernah jemput kamu, iya 'kan? Dia ... dia Bos E-First?" Helena di samping Naira menepuk keras lengannya berulang kali dengan cepat.

Naira mau tak mau menoleh ke sahabatnya sambil mendecih karena merasa terganggu sedang menelusuri akun medsosnya ketika mereka sedang bersantai di kantin terbuka fakultas mereka.

"Emang kenapa kalo dia?" Agak malas-malasan Naira menyahuti Helena.

Lagipula, apa peduli Naira mengenai itu? Sejak awal pertemuan di rumahnya, dia sudah diberitahu maminya kalau pria itu pemilik E-First, bos maminya.

"Eh? Pak Bos ganteng itu pernah jemput kamu, Ra?" Mahasiswi yang duduk di dekat Naira langsung melengkingkan suaranya saat bertanya. “Seriusan?!”

Segera saja perempuan di sana mengerubungi Naira, ingin tahu kejelasan mengenai hal itu. Bahkan ada yang mencetuskan dugaan seenaknya mengenai Naira dan Bastian.

"Udah, deh! Nggak usah bikin rumor macam-macam!" Naira mengerling jengah ke orang-orang yang mengelilinginya dengan pandangan antusias. "Dia itu ... lumayan dekat ama mamiku karena mamiku kerja di tempat dia."

Bastian, pria yang pernah memeluk paksa dirinya, memang seorang Presdir sekaligus pemilik perusahaan startup yang sedang berkembang pesat di Scarlet, E-First.

"Ra, kamu tahu, 'kan, kalo si Bos juga membawahi 4 perusahaan startup di berbagai bidang?" tanya salah satu kawan di dekatnya.

Naira melirik malas ke yang bertanya padanya.

"Ya, lalu?" Dia malas membahas mengenai Bastian. 

Bagaimanapun juga, ingatan mengenai pelukan Bastian masih terus membekas di memorinya meski coba dia lupakan.

"Gila, Ra! Itu kalo mamimu bisa ngegebet dia jadi suami, keren tuh, Ra! Kamu bakalan jadi sosialita muda! Bayangin, ada 4 perusahaan startup beken yang bisa kamu pilih untuk jadi punyamu!" Orang tadi masih bersemangat memikirkan Naira menjadi anak Bastian.

Tapi Naira justru mendecih, "Cih! Emangnya mamiku dan dia bakalan nikah? Kejauhan mikirmu!"

Sementara itu, orang lainnya ada yang masih belum mengerti mengenai perusahaan Bastian.

"Eh! Emangnya startup apa aja yang dipunyai si ganteng itu?" tanya salah satu mahasiswi yang sepertinya sudah terpesona pada Bastian.

"Nih, ya, E-First itu membawahi 4 startup yang bergerak di beberapa bidang. Ada yang di bidang baca online, namanya platform GoodRead. Aku biasa baca di sana, loh! Lalu, startup e-commerce, namanya Shopping Time." Orang itu mulai menjelaskan.

"Wah! Itu tempat aku biasa belanja online, tuh! Ternyata si ganteng itu yang punya! Uwu ...." 

Lalu penjelasan kembali dilanjutkan.

"Selain itu, ada juga startup di bidang perjalanan dan akomodasi, yaitu Traveling Now. Satu lagi, startup di bidang transportasi online bernama Go Happy."

Setelah menjelaskan itu, wajah orang tersebut terlihat bangga dengan wawasannya mengenai E-First. Pasti dia sangat berharap bisa masuk ke sana sebagai pekerja.

"Jangan lupa, perusahaan induk Zilong E-First itu satu-satunya perusahaan startup berstatus decacorn di Scarlet, loh!" Ada yang menambahkan.

Para mahasiswi yang mendengarkan penjelasan itu menjadi semakin terkagum-kagum dengan Bastian.

"Eh! Eh! Si ganteng ke arah kita!" seru salah seorang mahasiswi sambil memukul gemas lengan kawannya.