Share

Sayembara

Author: Gugi gia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Apa? Sayembara? Aku rasa kamu tidak harus melakukan itu," saran dari salah satu kerabat Tuan Aken. 

"Tapi, aku juga tidak mampu untuk kehilangannya."

Detik-detik Puteri Dian bertemu dengan Widuri dan Tuan Muda Ziyo. Puteri Dian melihat itu dan langsung mengatakan pada Tuan Muda Givo untuk mengejar mereka. 

"Berhenti di sini," lirih Widuri. Tuan Muda Ziyo membantu Widuri untuk turun dari kuda. Dia memegang kedua tangan Widuri. Jelas, itu menimbulkan kecemburuan dihati Puteri Dian begitu melihatnya. 

"Widuri, kenapa kamu ada di sini? padahal aku telah meminta Dayang sinan untuk menjagamu. Apa keadaanmu sudah membaik?"

Bukannya langsung menjawab, Widuri menundukan kepalanya. Dia takut untuk membicarakan yang sebenarnya. Takut, jika Dayang Sinan akan mengelabuinya lagi. 

"Ada apa Widuri? katakan saja yang sebenarnya," bujuk Puteri Dian. 

Beberapa kuda putih berdatangan silih berganti ke kediaman Tuan Aken, dan uniknya lagi, mereka memiliki ciri khas yang sama. Yaitu, tanda bulat di dahi kuda. Orang-orang yang datang, membawa kuda putih, mengarang cerita, Bagaimana mereka bisa menemukan kuda milik Tuan Aken.

"Bagaimana bisa kamu menemukannya?" tanya Tuan Aken. 

"Jadi, hmmm."Kily berpikir cukup lama. Padahal, dia sudah berlatih apa saja yang akan dia katakan. 

"Kamu tidak pandai berbohong," ucap Tuan Aken, menyuruhnya keluar dari antre-an. 

"Gunar, jangan berbohong pada Tuan Aken! Dia tahu betul ciri-ciri dari kudanya," tutur Pengawal Tuan Aken. Namun, Gunar marah pada pengawal Tuan Aken yang juga sahabatnya. Gunar menyuruhnya untuk tidak mengadukannya pada Tuan Aken, bahwa itu adalah kuda miliknya.

"Waktu itu, sedang mandi, dan dia mengigit bokongku. Untungnya, isteriku yang cantik, menolongku, dia mengeluarkan kuda ini," tutur salah satu peserta sayembara.

"Jadi, dia mengigitmu dibokongmu?" Tuan Aken menyakinkan ucapannya. Dan, menyuruh pegawal memeriksanya. 

"Tidak!" jeritnya, saat pengawal menyeret kakinya. 

"Sudah kubilang, jangan membuat sayembara! Mereka hanya sekelompok penipu," ucap Fagil, teman Tuan Aken. 

"Jangan!" ucap Tuan Muda Ziyo pada ibu Asa, sambil memegang lengan bu Asa. ibu dari Jaka itu, meminta maaf pada Tuan Muda Ziyo. Ziyo pun, mengambil Jaka dan memasukannya pada kotak yang dia punya. 

"Tuan Muda Ziyo," panggil Digi. 

"Aku belum bisa membayarmu, tapi aku akan membayarmu begitu aku mendapatkan uang" tutur Ziyo.

"Bukan begitu Tuan Muda Ziyo, saya hanya ingin bertanya, dari mana kuda putih itu berasal?" 

"Kenapa kamu begitu ingin mengetahuinya?" 

"Itu, Tuan Muda, Tuan Aken, mencari kuda putihnya yang hilang, dia sedang melakukan sayembara" jelas Digi. Begitu Ziyo mendengarnya, Ziyo bergegas menemui Tuan Aken. Tuan Muda Ziyo membisikan sesuatu pada pegawal penjaga gerbang, pengawal langsung memberitahukannya pada Tuan Aken. 

"Apa dia bodoh? sudah jelas, kuda putihnya memiliki tanda bulat di dahinya," gunjing para peserta sayembara itu. Mereka, melihat kuda putih yang dibawa Tuan Muda Ziyo tidak memiliki tanda apa pun di dahinya. mereka menertawai Tuan Muda Ziyo.

"Widuri, katakanlah yang sebenarnya! Di sini tidak ada yang bisa menyakitimu," bujuk Puteri Dian. Akhirnya, Widuri menceritakan semuanya. 

"Aku sudah menduga bahwa ini adalah ulahnya."

Dayang Sinan, sedang bersantai saat, Puteri Dian pergi keluar, dia begitu bahagia saat Widuri belum juga kembali, bahkan dia menyuruh dayang lainnya, untuk memijat tubuhnya. 

"Pijit yang benar," perintahnya, dia bagaikan puteri kerajaan. 

"Aku yakin, dia akan menghilang selamanya." Dengan lantang dan penuh keyakinan, Dayang Sinan berkata pada dayang lainnya. Sementara, dayang lainnya, tertawa, mereja sangat mengerti siapa yang dibicarakan oleh dayang Sinan.

"Siapa yang kamu bicarakan?" Puteri Dian menjawab keyakinan Dayang Sinan dengan membawa Widuri kembali. Dayang Sinan begitu terkejut, melihat Widuri telah kembali dengan selamat. Sementara, dayang lain kembali bekerja setelah membungkuk di hadapan  Puteri Dian sebagai bentuk penghormatan. 

                     

"Suruh dia masuk!" Tuan Aken menyuruh Tuan Muda Ziyo untuk masuk, hanya dengan sekali lihat, Tuan Aken tahu bahwa kuda itu adalah miliknya. Dia juga mengumumkan pemenang sayembara. 

"Saya ingin berterima kasih pada para peserta sayembara ini dan saya sudah menemukan pemenangnya" Tuan Aken membawa kuda yang dibawa oleh Tuan Muda Ziyo. Banyak orang yang memprotes. Karena, yang mereka tahu dari orang yang pernah Tuan Aken tanya,  Tuan Aken mengatakan ciri-ciri di dahi kuda memiliki bentuk bulat. 

"Tapi, anda mengatakan bahwa ciri-ciri dari kudanya adalah berbentuk bulat tepat di dahinya. Sedangkan kuda itu, tidak memiliki tanda apa pun." 

"Aku tidak mengatakan kepada kalian, dari mana kalian mendengar itu? aku hanya mengatakan itu pada satu orang," ungkap Tuan Aken. Mereka keluar dari rumah Tuan Aken dengan rasa yang masih kesal. Kebanyakan dari mereka, adalah penyewa kuda. Karena, kuda putih begitu langka, banyak yang menyewa dengan harga tinggi. 

"Kenapa anda mengatakan itu?" tanya Tuan Muda Ziyo.

"Karena, aku yakin akan banyak orang yang berbohong, aku juga ingin tahu, berapa banyak orang yang akan berkata jujur, bagiku, tadi adalah lomba kejujuran, dan kamu memenangkannya," jawabnya. Tuan Aken memberikan beberapa keping uang untuk Tuan Muda Ziyo. Namun, Ziyo menolaknya. 

"Kenapa juga aku harus menerima uang itu, jika dialah yang menyelamatkan nyawaku, justru aku sangat berterima kasih" terang Tuan Muda Ziyo.

"Menyelamatkan nyawa?" selidik Tuan Aken.  Karena penasaran, Tuan Muda Ziyo pun, menceritakan semuanya. 

"Puteri Dian." dayang Sinan menunduk pada Puteri Dian. 

"Jawab pertanyaanku!" 

"Ada apa ini?" Rona, ibu dari Puteri Dian bertanya. Namun, Puteri Dian masih menatap sinis pada dayang Sinan. Puteri Dian mengatakan yang sebenarnya terjadi pada Widuri dan dayang Sinan. dayang Sinan pun, dihukum cambuk karena kebohongannya. 

"Ampuni aku Puteri Dian" lirihnya. Wajahnya tampak payah, dia kelelahan karena siksaan yang dia terima. Dayang lain hanya bisa melihatnya. tanpa bisa menolong.

"Jika kalian mengatakan kebohongan, itu adalah hukumannya, mengerti?" ucap Puteri Dian, setelah membawa para dayang untuk melihat dampak dari kebohongan yang dilakukan oleh dayang Sinan. 

"Mengerti, Puteri Dian," serempak mereka menjawab. Mereka pun, melanjutkan pekerjaan. 

"Puteri Dian, aku tidak tega melihat siksaan dayang Sinan karena saya," ungkap Widuri. 

"Itu bukan karenamu, itu karena kebohongannya," kata Puteri Dian. 

"Karena kamu tidak bisa menerima uangnya, biarkan tandu ini dan pengawalku mengantarmu, Tidak mungkin kan kamu berjalan kaki," bujuk Tuan Aken. Namun, Tuan Muda Ziyo menolaknya. Ziyo berkata bahwa kediamannya tidak jauh dari rumah Tuan Aken. 

"Apa keluargamu membeli rumah di sekitar sini?" Tuan Muda Ziyo hanya tersenyum dan pergi. Dalam perjalanan menuju rumah Pak Bani, Tuan Muda Ziyo mendengar langkah kaki yang mengikutinya. Namun, setelah dia menoleh ke belakang, tidak ada siapa pun. Dari arah depan, seorang pria memukul wajahnya. Tuan Muda Ziyo sempat melakukan perlawanan, pria lainnya, memukul punggungnya dengan kayu dan membuatnya terjatuh. 

Related chapters

  • Belahan Jiwa   Purnama Pertama

    Dayang Sinan berusaha berdiri dengan tegap setelah 100 cambukan menyiksa dirinya. Dia berjalan dengan terhuyung. Matanya begitu lelah."Ayah, untuk apa ini semua?" Puteri Qilma menyedarkan pandangannya. Banyak para pekerja yang sedang menghias ruangan."Untuk perayaan kelahiran Suri yang sebelumnya berantakan," ujar Tuan Santo."Tapi, Kak Ziyo belum juga kembali.""Ayolah, Qilma, kakakmu itu tidak terluka, dia pasti baik-baik saja di suatu tempat. Tidak perlu khawatir, Ayah akan mengirim surat padanya." Tuan Santo menunjuk dinding yang belum dihias pada para pekerja. Tuan Muda Ziyo sibuk melawan pria-pria yang menyakitinya."Serahkan hartamu yang kau dapat dari Tuan Aken!" geretak dua pria itu. Rupanya, mereka telah mengincar Tuan Muda Ziyo."Aku tidak mendapatkan apa pun, aku tidak mengambil satu perak pun," ungkap Ziyo, menahan rasa sakit. Mereka mengeledah seluruh tubuh milik Ziyo. Namun, tidak ada apa pun, selain kalung

  • Belahan Jiwa   Berusaha

    "Aaaah," jerit para hadirin, sedetik, sesaat Tuan Muda Lotus akan mengubah ular yang tadinya ada menjadi tidak ada. "Ini hanya kesalahan kecil, asistenku akan memperbaikinya. Dimohon, untuk para hadirin, kembali ke tempat duduk semula." Suara Tuan Muda Lotus, seakan tidak terdengar lagi, mereka lebih sibuk untuk berteriak, mereka berhamburan ke luar. "Siapa yang dengan berani memadamkan lampu?" tanya Tuan Lotus pada asisten pribadinya. "Akan saya periksa, Tuan," ucap Liem. Sementara, akuarium pecah, membuat Tuan Lotus terkejut. Jaka terjatuh ke lantai. Tubuhnya berdarah terkena pecahan kaca. Ia pun, memegang seluruh tubuh, kemudian, merangkak dan memegang kaki Tuan Lotus. "Kamu siapa?" tanya Tuan muda Lotus, kemudian Tuan Muda Givo, dan Tuan Muda Ziyo, menghampiri Tuan Lotus. Liem memberikan Tuan Lotus lentera, dan berkata akan segera menemukan penyebabnya. Para Tuan Muda terkejut, melihat Jaka dengan tubuh telanjang. "

  • Belahan Jiwa   Rencana pernikahan

    Tuan Muda Ziyo memungut kertas itu, sebelum ibu Asa mengambilnya. Dan pergi untuk memburu hewan. "Pernikahan? Aku tidak ingin menikah dengan putra mahkota, Buk," tolak Putri Dian pada Nyonya Rona. "Kamu menolak perintahku?" "Ya, aku menolaknya, ini hidupku, bukan hidup ibu," lancang Putri Dian berkata, membuat ibunya sedikit murka. Lekas, ia kembali ke kamarnya. "Dasar, gadis bodoh!" gerutunya. "Putri Dian, Anda tidak diperbolehkan untuk pergi ke pesta," beber Dayang Sinan. Mencegah Putri Dian dan Widuri pergi ke perayaan kelahiran anak dari Putri Qilma. "Kamu berani menghalangi jalanku?" sinis Putri Dian. "Ini perintah dari Nyonya Besar," jelas Dayang Sinan, sambil membungkukkan tubuhnya. Para pengawal menghalangi jalan membentuk formasi. "Jangan biarkan Putri Dian pergi ke luar, bahkan satu langkah pun, dia tidak boleh menginjakkan kakinya ke depan gerbang!" perintah ibu dari Putri Dian,

  • Belahan Jiwa   Perasaan Widuri

    "Apa aku telah jatuh hati padanya? Atau ini karena rasa terkejutku?" batin Widuri. Tuan Muda Ziyo terlalu cepat melajukan kuda milik Givo, membuat kepala Widuri bersandar di dadanya. "Maafkan saya," Widuri menundukkan kepala. "Pegang ini dengan erat!" titah Tuan Muda Ziyo menyuruh Widuri memegang pelana kuda. "Buk Asa, jika Ibu akan pergi ke pesta, pergi saja!" ucap majikannya. Dia begitu gembira, saat bisa pergi ke pesta rakyat, dia berpikir bahwa, mungkin saja ibu dari widuri itu bisa menemukan anak-anaknya. "Meskipun, pesta rakyat digelar dua kali, sepertinya, kita tidak bisa pergi ke sana," obrol para wanita penghibur. Mereka mengeluh pada keadaan. Madam, tidak akan mengizinkan mereka untuk pergi ke pesta. Mereka dituntut harus terus melayani para pelanggan. "Apa mereka memiliki hubungan?" gosip para dayang di kediaman Putri Dian. Mereka cukup tercengang melihat Tuan Muda Ziyo bertelanjang dada ke luar rumah

  • Belahan Jiwa   Pencarian Widuri

    Prang! Netra Ajil tak berkedip selama beberapa menit. Meskipun, serpihan kaca melekat pada pipinya dan sedikit berdarah karena tergores."Jil?" panggil seseorang di luar kamarnya. Namun, tidak ada jawaban dari Ajil, karena pikirannya tak menentu, memikirkan bagaimana hal yang dia lihat begitu nyata. Ular yang akan dia jadikan sebagai trik sulap itu menghilang, setelah memecahkan akuarium.Beberapa puluh tahun yang lalu. Sesosok wanita mundar-mandir, gelisah tak menentu. Walaupun, sudah meminta bantuan dari para tetangga, tetapi si bungsu masih belum ditemukan."Ibu, duduklah!" titah pemuda tampan"Widuri!" teriaknya sambil menangis"Cepat cari Widuri!" perintah dari sang ibu adalah hal yang akan selalu Jaka lakukan."Baiklah, Bu." Jaka mencari jejak langkah adiknya. Jaka mencari Widuri ke rumah para teman-temannya. Namun, hasilnya nihil. Jaka, akhirnya menemui Indah, orang yang Widuri benci."Apa yang membawa kamu ke sini?

  • Belahan Jiwa   Hutan Larangan Dan Ceritanya

    Sekawanan serigala mengejarnya. Namun, Jaka tidak kehilangan akal dia memanjat pohon yang sangat tinggi. Namun, serigala tetap mengejarnya sampai ke atas pohon."Turunlah!" titah seorang gadis berjubah hitam. Serigala pun, menuruti perintahnya."Sekarang kamu bisa turun, kemarilah! Mereka tidak akan memakanmu!" sambungnya pada Jaka. Namun, Jaka yang masih takut itu enggan untuk turun."Lihatlah! Dia sangat jinak padaku." Gadis itu mengelus sekawan serigala. Serigala-serigala sangat jinak padanya. membuat Jaka begitu kagum. Jaka pun, perlahan turun."Mengapa mereka sangat jinak padamu?" Jaka tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya."Karena, mereka peliharaanku.""Padahal kucing atau anjing lebih cocok dijadikan hewan peliharaan," bisik Jaka."Aku lebih suka merawat mereka. Anjing atau pun kucing tidak bisa menjagaku dari bahaya. Kemana arah tujuanmu?""Aku tidak punya tujuan, aku hanya sedang mencar

  • Belahan Jiwa   Puteri Bangsawan penyelamat

    Pedang diarahkan pada leher seorang pria. Sang puteri mengintip dari jendela. Seorang pria memaksa untuk memeriksa tandu. "Dia adalah puteri bangsawan. Anda tidak berhak untuk memeriksa tandu," tutur pengawal pembawa tandu. "Mengapa kita berhenti?" Puteri Dian membuka jendela, melihat siapa yang dengan berani mengganggu perjalanannya. "Maaf puteri Dian, saya diutus oleh seseorang untuk memeriksa setiap kendaraan yang melintas ke arah sini," imbuhnya. Pria itu sedikit membungkuk. Hati Widuri berdegub kencang, takut jika ketahuan. Pikirannya begitu kacau. Bagaimana jika Dian setuju dengan pemeriksaan. "Siapa yang mengutusmu?" Puteri Dian memberikan tatapan sinis pada pria itu. "Tuan Muda Givo, Saudara lelaki anda, Tuan Puteri. Salah satu sahabatnya, kehilangan barang berharga. Untuk mencegah adanya pencurian lagi, pencuri itu harus tertangkap secepatnya." imbuh Bagus. Padahal, wanita pemilik rumah bordil yang mengut

  • Belahan Jiwa   Pertemuan Jaka Dan Widuri

    "Bukankah tindakanmu itu terlalu kasar Putri Dian?" Widuri bertanya pelan, agar Putri Dian tidak lagi menyimpan amarah."Aku tidak mengerti dia selalu ikut campur dengan urusanku.""Aku yakin itu karena kepeduliannya terhadap Putri Dian.""Peduli? omong kosong."Qilma memasuki ruangan milik Ziyo, tempat dimana Ziyo menyimpan koleksi ular miliknya. ular-ular itu dimasukan dalam sebuah akuarium besar."Indah bukan?" Ziyo memasukan beberapa tikus ke akuarium."Indah? Berapa lagi ular yang akan kakak simpan dalam ruangan ini? Dia yang paling terbaru kan." Qilma menunjuk pada Jaka."Kamu benar dia yang terbaru.""Jangan biarkan mereka keluar dan menggangu acaraku!""Akan kupastikan itu tidak akan terjadi," jawab Ziyo penuh keyakinan. Putri Dian bertanya pada Widuri baju yang cocok untuk ia kenakan ke acara kelahiran anak dari Putri Qilma. Mereka pun, berangkat menggunakan tandu. Banyak orang yang

Latest chapter

  • Belahan Jiwa   Perasaan Widuri

    "Apa aku telah jatuh hati padanya? Atau ini karena rasa terkejutku?" batin Widuri. Tuan Muda Ziyo terlalu cepat melajukan kuda milik Givo, membuat kepala Widuri bersandar di dadanya. "Maafkan saya," Widuri menundukkan kepala. "Pegang ini dengan erat!" titah Tuan Muda Ziyo menyuruh Widuri memegang pelana kuda. "Buk Asa, jika Ibu akan pergi ke pesta, pergi saja!" ucap majikannya. Dia begitu gembira, saat bisa pergi ke pesta rakyat, dia berpikir bahwa, mungkin saja ibu dari widuri itu bisa menemukan anak-anaknya. "Meskipun, pesta rakyat digelar dua kali, sepertinya, kita tidak bisa pergi ke sana," obrol para wanita penghibur. Mereka mengeluh pada keadaan. Madam, tidak akan mengizinkan mereka untuk pergi ke pesta. Mereka dituntut harus terus melayani para pelanggan. "Apa mereka memiliki hubungan?" gosip para dayang di kediaman Putri Dian. Mereka cukup tercengang melihat Tuan Muda Ziyo bertelanjang dada ke luar rumah

  • Belahan Jiwa   Rencana pernikahan

    Tuan Muda Ziyo memungut kertas itu, sebelum ibu Asa mengambilnya. Dan pergi untuk memburu hewan. "Pernikahan? Aku tidak ingin menikah dengan putra mahkota, Buk," tolak Putri Dian pada Nyonya Rona. "Kamu menolak perintahku?" "Ya, aku menolaknya, ini hidupku, bukan hidup ibu," lancang Putri Dian berkata, membuat ibunya sedikit murka. Lekas, ia kembali ke kamarnya. "Dasar, gadis bodoh!" gerutunya. "Putri Dian, Anda tidak diperbolehkan untuk pergi ke pesta," beber Dayang Sinan. Mencegah Putri Dian dan Widuri pergi ke perayaan kelahiran anak dari Putri Qilma. "Kamu berani menghalangi jalanku?" sinis Putri Dian. "Ini perintah dari Nyonya Besar," jelas Dayang Sinan, sambil membungkukkan tubuhnya. Para pengawal menghalangi jalan membentuk formasi. "Jangan biarkan Putri Dian pergi ke luar, bahkan satu langkah pun, dia tidak boleh menginjakkan kakinya ke depan gerbang!" perintah ibu dari Putri Dian,

  • Belahan Jiwa   Berusaha

    "Aaaah," jerit para hadirin, sedetik, sesaat Tuan Muda Lotus akan mengubah ular yang tadinya ada menjadi tidak ada. "Ini hanya kesalahan kecil, asistenku akan memperbaikinya. Dimohon, untuk para hadirin, kembali ke tempat duduk semula." Suara Tuan Muda Lotus, seakan tidak terdengar lagi, mereka lebih sibuk untuk berteriak, mereka berhamburan ke luar. "Siapa yang dengan berani memadamkan lampu?" tanya Tuan Lotus pada asisten pribadinya. "Akan saya periksa, Tuan," ucap Liem. Sementara, akuarium pecah, membuat Tuan Lotus terkejut. Jaka terjatuh ke lantai. Tubuhnya berdarah terkena pecahan kaca. Ia pun, memegang seluruh tubuh, kemudian, merangkak dan memegang kaki Tuan Lotus. "Kamu siapa?" tanya Tuan muda Lotus, kemudian Tuan Muda Givo, dan Tuan Muda Ziyo, menghampiri Tuan Lotus. Liem memberikan Tuan Lotus lentera, dan berkata akan segera menemukan penyebabnya. Para Tuan Muda terkejut, melihat Jaka dengan tubuh telanjang. "

  • Belahan Jiwa   Purnama Pertama

    Dayang Sinan berusaha berdiri dengan tegap setelah 100 cambukan menyiksa dirinya. Dia berjalan dengan terhuyung. Matanya begitu lelah."Ayah, untuk apa ini semua?" Puteri Qilma menyedarkan pandangannya. Banyak para pekerja yang sedang menghias ruangan."Untuk perayaan kelahiran Suri yang sebelumnya berantakan," ujar Tuan Santo."Tapi, Kak Ziyo belum juga kembali.""Ayolah, Qilma, kakakmu itu tidak terluka, dia pasti baik-baik saja di suatu tempat. Tidak perlu khawatir, Ayah akan mengirim surat padanya." Tuan Santo menunjuk dinding yang belum dihias pada para pekerja. Tuan Muda Ziyo sibuk melawan pria-pria yang menyakitinya."Serahkan hartamu yang kau dapat dari Tuan Aken!" geretak dua pria itu. Rupanya, mereka telah mengincar Tuan Muda Ziyo."Aku tidak mendapatkan apa pun, aku tidak mengambil satu perak pun," ungkap Ziyo, menahan rasa sakit. Mereka mengeledah seluruh tubuh milik Ziyo. Namun, tidak ada apa pun, selain kalung

  • Belahan Jiwa   Sayembara

    "Apa? Sayembara? Aku rasa kamu tidak harus melakukan itu," saran dari salah satu kerabat Tuan Aken. "Tapi, aku juga tidak mampu untuk kehilangannya." Detik-detik Puteri Dian bertemu dengan Widuri dan Tuan Muda Ziyo. Puteri Dian melihat itu dan langsung mengatakan pada Tuan Muda Givo untuk mengejar mereka. "Berhenti di sini," lirih Widuri. Tuan Muda Ziyo membantu Widuri untuk turun dari kuda. Dia memegang kedua tangan Widuri. Jelas, itu menimbulkan kecemburuan dihati Puteri Dian begitu melihatnya. "Widuri, kenapa kamu ada di sini? padahal aku telah meminta Dayang sinan untuk menjagamu. Apa keadaanmu sudah membaik?"Bukannya langsung menjawab, Widuri menundukan kepalanya. Dia takut untuk membicarakan yang sebenarnya. Takut, jika Dayang Sinan akan mengelabuinya lagi. "Ada apa Widuri? katakan saja yang sebenarnya," bujuk Puteri Dian. Beberapa kuda putih berdatangan silih berganti ke kediaman Tuan Aken, dan

  • Belahan Jiwa   Kuda Putih

    "Kau harus menyekang perutmu." Tuan Santo menyimpan makanan untuk Nyonya Kay di atas nakas."Bagaimana aku bisa menyantap hidangan, sementara aku tidak tahu keberadaan Ziyo," keluh Nyonya Kay."Apa dalam pikiranmu hanya ada dia? anak kurang ajar itu?" Tuan Santo membanting pintu setelah mengucapkan kata-katanya.Dayang Sinan mengucuri air ke wajah cantik Widuri, untuk membuatnya terjaga dari tidur."Kamu pikir kamu seorang ratu?" sinis dayang Sinan, saat melihat Widuri terbangun dari tidur panjangnya."Puteri Dian memberitahu aku bahwa kamu harus menyusulnya ke hutan." Widuri berlari keluar, setelah mendengar penuturan dari dayang Sinan."Apa menurutmu dia akan baik-baik saja?" Puteri Dian melirik ke arah kakaknya, sambil memilah perhiasan yang ada di toko kelontong milik bibi mereka."Aku yakin, yang Widuri saat ini butuhkan hanyalah istirahat." Givo memasangkan kalung pada leher panjang milik Puteri

  • Belahan Jiwa   Tuan Muda Dan Egonya

    Givo sedikit mendorong Grey, berusaha untuk memasuki gudang. Namun, Grey kembali ke tempatnya, Dengan dalih bahwa tidak ada apapun di dalam gudang."Apa telingamu tuli?" Saat mendengar teriakan dari dalam gudang, Givo mendorong kasar Grey sampai terjatuh. Givo membuka pintu gudang. Terlihat Widuri yang tengah kesakitan."Kalian tidak waras." Ziyo langsung mengikuti Givo dari belakang. Ziyo mengambil Jaka dan memasukannya lagi dalam kotak. Meskipun, butuh perjuangan, Ziyo mampu melakukannya. Sedangkan, Della dan Grey kabur."Apa kamu sanggup untuk berdiri?" tanya Givo saat melihat Widuri tergulai lemah di bawah lantai yang kotor. Givo memangku Widuri dengan kedua tangannya, Saat Widuri tak mampu lagi berjalan.Buk Asa yang merindukan kedua anaknya itu, berencana untuk mencarinya. Karena, Buk Asa berpikir bahwa ini adalah pesta untuk rakyat, dia menduga akan menemukan anak-anakya."Widuri sungguh beruntung bukan?" ucap seorang gadis d

  • Belahan Jiwa   Pertemuan Jaka Dan Widuri

    "Bukankah tindakanmu itu terlalu kasar Putri Dian?" Widuri bertanya pelan, agar Putri Dian tidak lagi menyimpan amarah."Aku tidak mengerti dia selalu ikut campur dengan urusanku.""Aku yakin itu karena kepeduliannya terhadap Putri Dian.""Peduli? omong kosong."Qilma memasuki ruangan milik Ziyo, tempat dimana Ziyo menyimpan koleksi ular miliknya. ular-ular itu dimasukan dalam sebuah akuarium besar."Indah bukan?" Ziyo memasukan beberapa tikus ke akuarium."Indah? Berapa lagi ular yang akan kakak simpan dalam ruangan ini? Dia yang paling terbaru kan." Qilma menunjuk pada Jaka."Kamu benar dia yang terbaru.""Jangan biarkan mereka keluar dan menggangu acaraku!""Akan kupastikan itu tidak akan terjadi," jawab Ziyo penuh keyakinan. Putri Dian bertanya pada Widuri baju yang cocok untuk ia kenakan ke acara kelahiran anak dari Putri Qilma. Mereka pun, berangkat menggunakan tandu. Banyak orang yang

  • Belahan Jiwa   Puteri Bangsawan penyelamat

    Pedang diarahkan pada leher seorang pria. Sang puteri mengintip dari jendela. Seorang pria memaksa untuk memeriksa tandu. "Dia adalah puteri bangsawan. Anda tidak berhak untuk memeriksa tandu," tutur pengawal pembawa tandu. "Mengapa kita berhenti?" Puteri Dian membuka jendela, melihat siapa yang dengan berani mengganggu perjalanannya. "Maaf puteri Dian, saya diutus oleh seseorang untuk memeriksa setiap kendaraan yang melintas ke arah sini," imbuhnya. Pria itu sedikit membungkuk. Hati Widuri berdegub kencang, takut jika ketahuan. Pikirannya begitu kacau. Bagaimana jika Dian setuju dengan pemeriksaan. "Siapa yang mengutusmu?" Puteri Dian memberikan tatapan sinis pada pria itu. "Tuan Muda Givo, Saudara lelaki anda, Tuan Puteri. Salah satu sahabatnya, kehilangan barang berharga. Untuk mencegah adanya pencurian lagi, pencuri itu harus tertangkap secepatnya." imbuh Bagus. Padahal, wanita pemilik rumah bordil yang mengut

DMCA.com Protection Status