Beranda / Fantasi / Belahan Jiwa / Pertemuan Jaka Dan Widuri

Share

Pertemuan Jaka Dan Widuri

Penulis: Gugi gia
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-30 12:06:10

"Bukankah tindakanmu itu terlalu kasar Putri Dian?" Widuri bertanya pelan, agar Putri Dian tidak lagi menyimpan amarah. 

"Aku tidak mengerti dia selalu ikut campur dengan urusanku."

"Aku yakin itu karena kepeduliannya terhadap Putri Dian."

"Peduli? omong kosong."

Qilma memasuki ruangan milik Ziyo, tempat dimana Ziyo menyimpan koleksi ular miliknya. ular-ular itu dimasukan dalam sebuah akuarium besar. 

"Indah bukan?" Ziyo memasukan beberapa tikus ke akuarium. 

"Indah? Berapa lagi ular yang akan kakak simpan dalam ruangan ini? Dia yang paling terbaru kan." Qilma menunjuk pada Jaka. 

"Kamu benar dia yang terbaru."

"Jangan biarkan mereka keluar dan menggangu acaraku!" 

"Akan kupastikan itu tidak akan terjadi," jawab Ziyo penuh keyakinan. Putri Dian bertanya pada Widuri baju yang cocok untuk ia kenakan ke acara kelahiran anak dari Putri Qilma. Mereka pun, berangkat menggunakan tandu. Banyak orang yang berlalu lalang. Sulit untuk mendapatkan ruang. ternyata, memang semua kalangan diundang ke acara itu. 

"Tuan Muda Ziyo, ini adalah orang yang akan memasak di sini. Namanya Buk Asa. Dia yang biasa memasak di kediaman saya. Dia juga yang sering membantu saya berdagang." Pak Bani mengenalkan ibu Joko dan Widuri itu.

"Sungguh beruntung saya ada di sini. Apakah Tuan Muda orang yang kemarin membeli seekor ular?" Ziyo hanya mengangguk. Ziyo mengantarkan buk Asa ke dapur. Dalam perjalanan menuju dapur, putri Dian menyapanya. Tentu saja dengan Widuri di sampingnya. 

"Ziyo," sapa Puteri Dian. Ziyo menoleh. Buk Asa juga menoleh. Namun, tidak dengan Widuri. Dia sibuk memerhatikan keadaan sekitar. Karena, kali pertamanya, dia datang dipesta yang megah. 

"Di sana letak dapurnya Buk." Ziyo menunjuk area dapur yang sangat luas itu. Buk Asa pun berjalan menuju dapur. 

"Widuri," bisik putri Dian

"Ya Putri Dian?" Saat itu barulah Widuri kembali pada fokusnya.

"Pergilah mencari makanan atau minuman yang enak. Aku akan menyusulmu nanti," saran Putri Dian. Widuri pun pergi sesuai arahan Putri Dian. 

"Ada yang ingin kamu katakan?" 

"Tidak, aku hanya ingin menyapa." 

"Aku tidak ingin berbicara pada siapapun kali ini." Ziyo meninggalkan Putri Dian, sulit baginya untuk bisa dekat dengan Pemuda bersikap dingin itu. Padahal, sudah lama Putri Dian mendambakannya. Bagus, yang juga datang ke tempat itu, melihat Widuri yang dengan santai sedang memakan makanan. Meskipun, ruangan sangat penuh dengan rakyat kelas bawah, tubuh Widuri yang kecil itu bisa membuatnya berada di sana untuk menikmati camilan. 

"Makanan di sini terlalu enak," gumam Widuri. Widuri yang sadar, sedang diperhatikan oleh Bagus, berlari menuju toilet. Namun, dia salah memasuki toilet. Itu bukan toilet yang dipakai untuk rakyat kelas bawah. Namun, toilet untuk tamu bangsawan. Dan kesalahannya juga fatal kali ini, yang dia masuki adalah toilet pria. 

"Waw!" jerit Givo saat melihat Widuri salah memasuki toilet. 

"Aku tidak bermaksud." Widuri menutupi matanya. 

"Apa yang kamu lakukan di sini?" Givo menarik Widuri ke luar toilet. 

"Seseorang mengejarku." Widuri tanpa sadar menarik lengan Givo saat Bagus mengejarnya. Kali ini, Givo yang menarik lengan Widuri, Givo membawa Widuri ke dalam ruangan khusus yang hanya para bangsawan bisa memasukinya. 

"Maaf, saya tidak sadar telah menarik kamu. Tapi, ini ruangan apa?" Gadis-gadis lain, menatap tajam pada Widuri. Karena, dilihat darimana pun, Widuri bukanlah dari golongam bangsawan. 

"Tidak masalah. Yang terpenting dia tidak mengejarmu lagi." Bagus yang mengejar Widuri, harus terhenti, saat para penjaga menahannya untuk tidak masuk. Bagus pun, pergi untuk melaporkannya pada pemilik rumah bordil. 

"Siapa kamu? dari keluarga mana kamu?" Salah satu gadis yang ada di sana menanyainya. 

"Pertanyaanmu sangat lancang." Givo membawa widuri untuk pergi ke halaman belakang rumah Putri Qilma.

"Apa dia juru bicaranya?" bisik gadis lainnya. 

"Siapa yang membawamu ke sini?" 

"Putri Dian, aku telah menjadi dayangnya," Jawab Widuri

"Sepertinya, kita akan sering bertemu" Widuri menatap Givo, untuk mencari jawabannya. Mengapa mereka akan sering bertemu. 

"Aku kakak laki-laki dari Dian. Apa itu menjawab rasa penasaranmu?" 

"Oh, tetapi aku belum pernah melihatmu, Tuan Muda." Sikap Widuri menjadi canggung. 

"Jangan panggil aku Tuan Muda! Kamu bisa memanggilku dengan nama saja." 

"Tapi itu sangat tidak sopan." 

"Della, apa kamu masih merasa kesal dengan situasi tadi?" tanya Grey. 

"Tentu saja. Karena acara belum dimulai dan aku mulai bosan, aku punya ide yang cukup bagus." Mereka berdua berbisik untuk merencanakan sesuatu. Salah satu pengawal berbisik pada Tuan Givo, dan mereka pun pergi. Widuri pun, ditinggalkan sendirian.

"Apa kamu tahu apa hal yang membahayakan untuknya?" Della berucap dengan yakin. 

"Apa?" 

"Pergilah ke salah satu ruangan, di sana terdapat banyak ular. taruh ular itu dalam sebuah dus. Aku akan pergi untuk menyusulnya. Kemudian, pergilah ke gudang belakang." Grey mengikuti perintah dari Della. Ia memasuki ruangan pribadi milik Ziyo, Grey membuka penutup akuarium. memasang perangkap dalam kotak, yang berisi tikus.

"Santaplah, ini makananmu," bisik Grey, yang berhasil dengan ide busuknya. Dari sekian banyak ular, Grey memilih Jaka untuk menyakiti Widuri. 

"Rupanya kamu di sini." Della tersenyum penuh kepuasan. Ziyo pergi ke ruangan pribadi miliknya, untuk memeriksa hewan peliharaannya. Namun, ia terkesiap saat memeriksa bahwa Jaka tidak ada di tempatnya. Ziyo teringat akan janjinya pada Qilma, bahwa ular-ular itu tidak akan merusak acara keponakannya. 

"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Widuri dengan polos. 

"Ya, aku sangat membutuhkan bantuanmu. Bisakah kamu mengikutiku ke gudang?" Della dan Widuri pun bergegas menuju gudang. 

"Dian, apa yang ingin kamu bicarakan?" Givo bertanya pada Dian. 

"Tidak ada." Jawaban Putri Dian, membuat Givo curiga, apa yang sedang terjadi.

"Lalu, apakah kamu mengutus seorang penjaga?" 

"Kubilang tidak ya tidak. Kenapa kamu tidak mengerti sih." Puteri Dian yang merasa kesal pada Givo, pergi meninggalkannya. 

"Gadis itu." Tiba-tiba saja, Givo teringat akan Widuri. Givo langsung bergegas ke taman belakang untuk mencarinya, Ziyo dan Givo bertabrakan saat keduanya sama-sama sedang mencari dua kakak beradik itu. 

"Kamu mencari sesuatu?" Givo bertanya. 

"Ular milikku hilang" 

"Apa kamu gila? kamu harus memberitahukan pada semua orang, agar mereka bisa lebih hati-hati." Ziyo melihat Grey membawa kotak, dan mengikutiya. Givo mengikuti Ziyo sambil terus berbicara. 

"Kejutan," ucap Grey membawakan Jaka untuk Widuri. 

"Bukalah! itu hadiah untukmu." ucap Della. Widuri berteriak saat membukanya. Widuri bergerak mundur. Namun, Jaka mengigitnya. 

"Itu adalah hukuman untuk kamu. Siapa suruh rakyat biasa sepertimu ada dalam ruangan bangsawan." Grey dan Della perlahan pergi menutup pintu gudang, membiarkan Widuri dan Jaka berdua. Namun, saat mereka menoleh, Ziyo dan Givo, sudah ada dihadapan mereka.

"Apa yang telah kalian lakukan?" Mata kecil milik Ziyo menunjukan kemarahan. Grey sontak mundur, Grey terbelalak, wajahnya menunjukan kepanikan, semakin mendekati pintu gudang, membuat kecurigaan Ziyo semakin besar. 

Bab terkait

  • Belahan Jiwa   Tuan Muda Dan Egonya

    Givo sedikit mendorong Grey, berusaha untuk memasuki gudang. Namun, Grey kembali ke tempatnya, Dengan dalih bahwa tidak ada apapun di dalam gudang."Apa telingamu tuli?" Saat mendengar teriakan dari dalam gudang, Givo mendorong kasar Grey sampai terjatuh. Givo membuka pintu gudang. Terlihat Widuri yang tengah kesakitan."Kalian tidak waras." Ziyo langsung mengikuti Givo dari belakang. Ziyo mengambil Jaka dan memasukannya lagi dalam kotak. Meskipun, butuh perjuangan, Ziyo mampu melakukannya. Sedangkan, Della dan Grey kabur."Apa kamu sanggup untuk berdiri?" tanya Givo saat melihat Widuri tergulai lemah di bawah lantai yang kotor. Givo memangku Widuri dengan kedua tangannya, Saat Widuri tak mampu lagi berjalan.Buk Asa yang merindukan kedua anaknya itu, berencana untuk mencarinya. Karena, Buk Asa berpikir bahwa ini adalah pesta untuk rakyat, dia menduga akan menemukan anak-anakya."Widuri sungguh beruntung bukan?" ucap seorang gadis d

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30
  • Belahan Jiwa   Kuda Putih

    "Kau harus menyekang perutmu." Tuan Santo menyimpan makanan untuk Nyonya Kay di atas nakas."Bagaimana aku bisa menyantap hidangan, sementara aku tidak tahu keberadaan Ziyo," keluh Nyonya Kay."Apa dalam pikiranmu hanya ada dia? anak kurang ajar itu?" Tuan Santo membanting pintu setelah mengucapkan kata-katanya.Dayang Sinan mengucuri air ke wajah cantik Widuri, untuk membuatnya terjaga dari tidur."Kamu pikir kamu seorang ratu?" sinis dayang Sinan, saat melihat Widuri terbangun dari tidur panjangnya."Puteri Dian memberitahu aku bahwa kamu harus menyusulnya ke hutan." Widuri berlari keluar, setelah mendengar penuturan dari dayang Sinan."Apa menurutmu dia akan baik-baik saja?" Puteri Dian melirik ke arah kakaknya, sambil memilah perhiasan yang ada di toko kelontong milik bibi mereka."Aku yakin, yang Widuri saat ini butuhkan hanyalah istirahat." Givo memasangkan kalung pada leher panjang milik Puteri

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-27
  • Belahan Jiwa   Sayembara

    "Apa? Sayembara? Aku rasa kamu tidak harus melakukan itu," saran dari salah satu kerabat Tuan Aken. "Tapi, aku juga tidak mampu untuk kehilangannya." Detik-detik Puteri Dian bertemu dengan Widuri dan Tuan Muda Ziyo. Puteri Dian melihat itu dan langsung mengatakan pada Tuan Muda Givo untuk mengejar mereka. "Berhenti di sini," lirih Widuri. Tuan Muda Ziyo membantu Widuri untuk turun dari kuda. Dia memegang kedua tangan Widuri. Jelas, itu menimbulkan kecemburuan dihati Puteri Dian begitu melihatnya. "Widuri, kenapa kamu ada di sini? padahal aku telah meminta Dayang sinan untuk menjagamu. Apa keadaanmu sudah membaik?"Bukannya langsung menjawab, Widuri menundukan kepalanya. Dia takut untuk membicarakan yang sebenarnya. Takut, jika Dayang Sinan akan mengelabuinya lagi. "Ada apa Widuri? katakan saja yang sebenarnya," bujuk Puteri Dian. Beberapa kuda putih berdatangan silih berganti ke kediaman Tuan Aken, dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Belahan Jiwa   Purnama Pertama

    Dayang Sinan berusaha berdiri dengan tegap setelah 100 cambukan menyiksa dirinya. Dia berjalan dengan terhuyung. Matanya begitu lelah."Ayah, untuk apa ini semua?" Puteri Qilma menyedarkan pandangannya. Banyak para pekerja yang sedang menghias ruangan."Untuk perayaan kelahiran Suri yang sebelumnya berantakan," ujar Tuan Santo."Tapi, Kak Ziyo belum juga kembali.""Ayolah, Qilma, kakakmu itu tidak terluka, dia pasti baik-baik saja di suatu tempat. Tidak perlu khawatir, Ayah akan mengirim surat padanya." Tuan Santo menunjuk dinding yang belum dihias pada para pekerja. Tuan Muda Ziyo sibuk melawan pria-pria yang menyakitinya."Serahkan hartamu yang kau dapat dari Tuan Aken!" geretak dua pria itu. Rupanya, mereka telah mengincar Tuan Muda Ziyo."Aku tidak mendapatkan apa pun, aku tidak mengambil satu perak pun," ungkap Ziyo, menahan rasa sakit. Mereka mengeledah seluruh tubuh milik Ziyo. Namun, tidak ada apa pun, selain kalung

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-15
  • Belahan Jiwa   Berusaha

    "Aaaah," jerit para hadirin, sedetik, sesaat Tuan Muda Lotus akan mengubah ular yang tadinya ada menjadi tidak ada. "Ini hanya kesalahan kecil, asistenku akan memperbaikinya. Dimohon, untuk para hadirin, kembali ke tempat duduk semula." Suara Tuan Muda Lotus, seakan tidak terdengar lagi, mereka lebih sibuk untuk berteriak, mereka berhamburan ke luar. "Siapa yang dengan berani memadamkan lampu?" tanya Tuan Lotus pada asisten pribadinya. "Akan saya periksa, Tuan," ucap Liem. Sementara, akuarium pecah, membuat Tuan Lotus terkejut. Jaka terjatuh ke lantai. Tubuhnya berdarah terkena pecahan kaca. Ia pun, memegang seluruh tubuh, kemudian, merangkak dan memegang kaki Tuan Lotus. "Kamu siapa?" tanya Tuan muda Lotus, kemudian Tuan Muda Givo, dan Tuan Muda Ziyo, menghampiri Tuan Lotus. Liem memberikan Tuan Lotus lentera, dan berkata akan segera menemukan penyebabnya. Para Tuan Muda terkejut, melihat Jaka dengan tubuh telanjang. "

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-23
  • Belahan Jiwa   Rencana pernikahan

    Tuan Muda Ziyo memungut kertas itu, sebelum ibu Asa mengambilnya. Dan pergi untuk memburu hewan. "Pernikahan? Aku tidak ingin menikah dengan putra mahkota, Buk," tolak Putri Dian pada Nyonya Rona. "Kamu menolak perintahku?" "Ya, aku menolaknya, ini hidupku, bukan hidup ibu," lancang Putri Dian berkata, membuat ibunya sedikit murka. Lekas, ia kembali ke kamarnya. "Dasar, gadis bodoh!" gerutunya. "Putri Dian, Anda tidak diperbolehkan untuk pergi ke pesta," beber Dayang Sinan. Mencegah Putri Dian dan Widuri pergi ke perayaan kelahiran anak dari Putri Qilma. "Kamu berani menghalangi jalanku?" sinis Putri Dian. "Ini perintah dari Nyonya Besar," jelas Dayang Sinan, sambil membungkukkan tubuhnya. Para pengawal menghalangi jalan membentuk formasi. "Jangan biarkan Putri Dian pergi ke luar, bahkan satu langkah pun, dia tidak boleh menginjakkan kakinya ke depan gerbang!" perintah ibu dari Putri Dian,

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-23
  • Belahan Jiwa   Perasaan Widuri

    "Apa aku telah jatuh hati padanya? Atau ini karena rasa terkejutku?" batin Widuri. Tuan Muda Ziyo terlalu cepat melajukan kuda milik Givo, membuat kepala Widuri bersandar di dadanya. "Maafkan saya," Widuri menundukkan kepala. "Pegang ini dengan erat!" titah Tuan Muda Ziyo menyuruh Widuri memegang pelana kuda. "Buk Asa, jika Ibu akan pergi ke pesta, pergi saja!" ucap majikannya. Dia begitu gembira, saat bisa pergi ke pesta rakyat, dia berpikir bahwa, mungkin saja ibu dari widuri itu bisa menemukan anak-anaknya. "Meskipun, pesta rakyat digelar dua kali, sepertinya, kita tidak bisa pergi ke sana," obrol para wanita penghibur. Mereka mengeluh pada keadaan. Madam, tidak akan mengizinkan mereka untuk pergi ke pesta. Mereka dituntut harus terus melayani para pelanggan. "Apa mereka memiliki hubungan?" gosip para dayang di kediaman Putri Dian. Mereka cukup tercengang melihat Tuan Muda Ziyo bertelanjang dada ke luar rumah

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-25
  • Belahan Jiwa   Pencarian Widuri

    Prang! Netra Ajil tak berkedip selama beberapa menit. Meskipun, serpihan kaca melekat pada pipinya dan sedikit berdarah karena tergores."Jil?" panggil seseorang di luar kamarnya. Namun, tidak ada jawaban dari Ajil, karena pikirannya tak menentu, memikirkan bagaimana hal yang dia lihat begitu nyata. Ular yang akan dia jadikan sebagai trik sulap itu menghilang, setelah memecahkan akuarium.Beberapa puluh tahun yang lalu. Sesosok wanita mundar-mandir, gelisah tak menentu. Walaupun, sudah meminta bantuan dari para tetangga, tetapi si bungsu masih belum ditemukan."Ibu, duduklah!" titah pemuda tampan"Widuri!" teriaknya sambil menangis"Cepat cari Widuri!" perintah dari sang ibu adalah hal yang akan selalu Jaka lakukan."Baiklah, Bu." Jaka mencari jejak langkah adiknya. Jaka mencari Widuri ke rumah para teman-temannya. Namun, hasilnya nihil. Jaka, akhirnya menemui Indah, orang yang Widuri benci."Apa yang membawa kamu ke sini?

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-30

Bab terbaru

  • Belahan Jiwa   Perasaan Widuri

    "Apa aku telah jatuh hati padanya? Atau ini karena rasa terkejutku?" batin Widuri. Tuan Muda Ziyo terlalu cepat melajukan kuda milik Givo, membuat kepala Widuri bersandar di dadanya. "Maafkan saya," Widuri menundukkan kepala. "Pegang ini dengan erat!" titah Tuan Muda Ziyo menyuruh Widuri memegang pelana kuda. "Buk Asa, jika Ibu akan pergi ke pesta, pergi saja!" ucap majikannya. Dia begitu gembira, saat bisa pergi ke pesta rakyat, dia berpikir bahwa, mungkin saja ibu dari widuri itu bisa menemukan anak-anaknya. "Meskipun, pesta rakyat digelar dua kali, sepertinya, kita tidak bisa pergi ke sana," obrol para wanita penghibur. Mereka mengeluh pada keadaan. Madam, tidak akan mengizinkan mereka untuk pergi ke pesta. Mereka dituntut harus terus melayani para pelanggan. "Apa mereka memiliki hubungan?" gosip para dayang di kediaman Putri Dian. Mereka cukup tercengang melihat Tuan Muda Ziyo bertelanjang dada ke luar rumah

  • Belahan Jiwa   Rencana pernikahan

    Tuan Muda Ziyo memungut kertas itu, sebelum ibu Asa mengambilnya. Dan pergi untuk memburu hewan. "Pernikahan? Aku tidak ingin menikah dengan putra mahkota, Buk," tolak Putri Dian pada Nyonya Rona. "Kamu menolak perintahku?" "Ya, aku menolaknya, ini hidupku, bukan hidup ibu," lancang Putri Dian berkata, membuat ibunya sedikit murka. Lekas, ia kembali ke kamarnya. "Dasar, gadis bodoh!" gerutunya. "Putri Dian, Anda tidak diperbolehkan untuk pergi ke pesta," beber Dayang Sinan. Mencegah Putri Dian dan Widuri pergi ke perayaan kelahiran anak dari Putri Qilma. "Kamu berani menghalangi jalanku?" sinis Putri Dian. "Ini perintah dari Nyonya Besar," jelas Dayang Sinan, sambil membungkukkan tubuhnya. Para pengawal menghalangi jalan membentuk formasi. "Jangan biarkan Putri Dian pergi ke luar, bahkan satu langkah pun, dia tidak boleh menginjakkan kakinya ke depan gerbang!" perintah ibu dari Putri Dian,

  • Belahan Jiwa   Berusaha

    "Aaaah," jerit para hadirin, sedetik, sesaat Tuan Muda Lotus akan mengubah ular yang tadinya ada menjadi tidak ada. "Ini hanya kesalahan kecil, asistenku akan memperbaikinya. Dimohon, untuk para hadirin, kembali ke tempat duduk semula." Suara Tuan Muda Lotus, seakan tidak terdengar lagi, mereka lebih sibuk untuk berteriak, mereka berhamburan ke luar. "Siapa yang dengan berani memadamkan lampu?" tanya Tuan Lotus pada asisten pribadinya. "Akan saya periksa, Tuan," ucap Liem. Sementara, akuarium pecah, membuat Tuan Lotus terkejut. Jaka terjatuh ke lantai. Tubuhnya berdarah terkena pecahan kaca. Ia pun, memegang seluruh tubuh, kemudian, merangkak dan memegang kaki Tuan Lotus. "Kamu siapa?" tanya Tuan muda Lotus, kemudian Tuan Muda Givo, dan Tuan Muda Ziyo, menghampiri Tuan Lotus. Liem memberikan Tuan Lotus lentera, dan berkata akan segera menemukan penyebabnya. Para Tuan Muda terkejut, melihat Jaka dengan tubuh telanjang. "

  • Belahan Jiwa   Purnama Pertama

    Dayang Sinan berusaha berdiri dengan tegap setelah 100 cambukan menyiksa dirinya. Dia berjalan dengan terhuyung. Matanya begitu lelah."Ayah, untuk apa ini semua?" Puteri Qilma menyedarkan pandangannya. Banyak para pekerja yang sedang menghias ruangan."Untuk perayaan kelahiran Suri yang sebelumnya berantakan," ujar Tuan Santo."Tapi, Kak Ziyo belum juga kembali.""Ayolah, Qilma, kakakmu itu tidak terluka, dia pasti baik-baik saja di suatu tempat. Tidak perlu khawatir, Ayah akan mengirim surat padanya." Tuan Santo menunjuk dinding yang belum dihias pada para pekerja. Tuan Muda Ziyo sibuk melawan pria-pria yang menyakitinya."Serahkan hartamu yang kau dapat dari Tuan Aken!" geretak dua pria itu. Rupanya, mereka telah mengincar Tuan Muda Ziyo."Aku tidak mendapatkan apa pun, aku tidak mengambil satu perak pun," ungkap Ziyo, menahan rasa sakit. Mereka mengeledah seluruh tubuh milik Ziyo. Namun, tidak ada apa pun, selain kalung

  • Belahan Jiwa   Sayembara

    "Apa? Sayembara? Aku rasa kamu tidak harus melakukan itu," saran dari salah satu kerabat Tuan Aken. "Tapi, aku juga tidak mampu untuk kehilangannya." Detik-detik Puteri Dian bertemu dengan Widuri dan Tuan Muda Ziyo. Puteri Dian melihat itu dan langsung mengatakan pada Tuan Muda Givo untuk mengejar mereka. "Berhenti di sini," lirih Widuri. Tuan Muda Ziyo membantu Widuri untuk turun dari kuda. Dia memegang kedua tangan Widuri. Jelas, itu menimbulkan kecemburuan dihati Puteri Dian begitu melihatnya. "Widuri, kenapa kamu ada di sini? padahal aku telah meminta Dayang sinan untuk menjagamu. Apa keadaanmu sudah membaik?"Bukannya langsung menjawab, Widuri menundukan kepalanya. Dia takut untuk membicarakan yang sebenarnya. Takut, jika Dayang Sinan akan mengelabuinya lagi. "Ada apa Widuri? katakan saja yang sebenarnya," bujuk Puteri Dian. Beberapa kuda putih berdatangan silih berganti ke kediaman Tuan Aken, dan

  • Belahan Jiwa   Kuda Putih

    "Kau harus menyekang perutmu." Tuan Santo menyimpan makanan untuk Nyonya Kay di atas nakas."Bagaimana aku bisa menyantap hidangan, sementara aku tidak tahu keberadaan Ziyo," keluh Nyonya Kay."Apa dalam pikiranmu hanya ada dia? anak kurang ajar itu?" Tuan Santo membanting pintu setelah mengucapkan kata-katanya.Dayang Sinan mengucuri air ke wajah cantik Widuri, untuk membuatnya terjaga dari tidur."Kamu pikir kamu seorang ratu?" sinis dayang Sinan, saat melihat Widuri terbangun dari tidur panjangnya."Puteri Dian memberitahu aku bahwa kamu harus menyusulnya ke hutan." Widuri berlari keluar, setelah mendengar penuturan dari dayang Sinan."Apa menurutmu dia akan baik-baik saja?" Puteri Dian melirik ke arah kakaknya, sambil memilah perhiasan yang ada di toko kelontong milik bibi mereka."Aku yakin, yang Widuri saat ini butuhkan hanyalah istirahat." Givo memasangkan kalung pada leher panjang milik Puteri

  • Belahan Jiwa   Tuan Muda Dan Egonya

    Givo sedikit mendorong Grey, berusaha untuk memasuki gudang. Namun, Grey kembali ke tempatnya, Dengan dalih bahwa tidak ada apapun di dalam gudang."Apa telingamu tuli?" Saat mendengar teriakan dari dalam gudang, Givo mendorong kasar Grey sampai terjatuh. Givo membuka pintu gudang. Terlihat Widuri yang tengah kesakitan."Kalian tidak waras." Ziyo langsung mengikuti Givo dari belakang. Ziyo mengambil Jaka dan memasukannya lagi dalam kotak. Meskipun, butuh perjuangan, Ziyo mampu melakukannya. Sedangkan, Della dan Grey kabur."Apa kamu sanggup untuk berdiri?" tanya Givo saat melihat Widuri tergulai lemah di bawah lantai yang kotor. Givo memangku Widuri dengan kedua tangannya, Saat Widuri tak mampu lagi berjalan.Buk Asa yang merindukan kedua anaknya itu, berencana untuk mencarinya. Karena, Buk Asa berpikir bahwa ini adalah pesta untuk rakyat, dia menduga akan menemukan anak-anakya."Widuri sungguh beruntung bukan?" ucap seorang gadis d

  • Belahan Jiwa   Pertemuan Jaka Dan Widuri

    "Bukankah tindakanmu itu terlalu kasar Putri Dian?" Widuri bertanya pelan, agar Putri Dian tidak lagi menyimpan amarah."Aku tidak mengerti dia selalu ikut campur dengan urusanku.""Aku yakin itu karena kepeduliannya terhadap Putri Dian.""Peduli? omong kosong."Qilma memasuki ruangan milik Ziyo, tempat dimana Ziyo menyimpan koleksi ular miliknya. ular-ular itu dimasukan dalam sebuah akuarium besar."Indah bukan?" Ziyo memasukan beberapa tikus ke akuarium."Indah? Berapa lagi ular yang akan kakak simpan dalam ruangan ini? Dia yang paling terbaru kan." Qilma menunjuk pada Jaka."Kamu benar dia yang terbaru.""Jangan biarkan mereka keluar dan menggangu acaraku!""Akan kupastikan itu tidak akan terjadi," jawab Ziyo penuh keyakinan. Putri Dian bertanya pada Widuri baju yang cocok untuk ia kenakan ke acara kelahiran anak dari Putri Qilma. Mereka pun, berangkat menggunakan tandu. Banyak orang yang

  • Belahan Jiwa   Puteri Bangsawan penyelamat

    Pedang diarahkan pada leher seorang pria. Sang puteri mengintip dari jendela. Seorang pria memaksa untuk memeriksa tandu. "Dia adalah puteri bangsawan. Anda tidak berhak untuk memeriksa tandu," tutur pengawal pembawa tandu. "Mengapa kita berhenti?" Puteri Dian membuka jendela, melihat siapa yang dengan berani mengganggu perjalanannya. "Maaf puteri Dian, saya diutus oleh seseorang untuk memeriksa setiap kendaraan yang melintas ke arah sini," imbuhnya. Pria itu sedikit membungkuk. Hati Widuri berdegub kencang, takut jika ketahuan. Pikirannya begitu kacau. Bagaimana jika Dian setuju dengan pemeriksaan. "Siapa yang mengutusmu?" Puteri Dian memberikan tatapan sinis pada pria itu. "Tuan Muda Givo, Saudara lelaki anda, Tuan Puteri. Salah satu sahabatnya, kehilangan barang berharga. Untuk mencegah adanya pencurian lagi, pencuri itu harus tertangkap secepatnya." imbuh Bagus. Padahal, wanita pemilik rumah bordil yang mengut

DMCA.com Protection Status