Di dini hari ini, Livy lengkap dengan jubah ungunya pergi menemui Arka, di markas The Lightdown. Markas yang ada di dekat pantai di sebelah utara kota Luoseraz, markas yang sepi untuk tempat yang mencolok seperti pantai, bahkan ini terlalu sepi, mencurigakan.
Dan benar saja firasat Livy, lihat saja petasan besar yang baru saja meledak di depannya, ini pasti tipuan.
Cepat-cepat Livy kembali memasang posisi kuda-kudanya dan mengangkat sabitnya, bersiaga. Tiba-tiba saja sekerumununan orang mengelilingi Livy, mereka menyerang Livy bersamaan.Tapi tenang saja, mode psikopat Livy sedang aktif, merekalah yang akan musnah kalau sudah begini. Dengan sigap Livy mengayunkan sabitnya dan berputar, menyobek sebagian tubuh musuhnya dengan indah, membuat hujan darah di pasir pantai yang menyelimuti markas itu.
“Makasih darahnya, aku benci kalian~” seringai Livy selagi gadis itu terus-terusan mengayunkan sabitnya tanpa ampun.Dalam sekejap gadis bersurai ungu itu sudah membuat musuh terkejut melihat gaya menyerangnya. Jika dibandingkan dengan anak buah ayahnya tentu sangat kentara perbedaannya, Livy bisa menilainya, dan anak buah tingkatan milik ayahnya masih lebih becus dari pada generasi The Lightdown yang baru ini.
“Wah, Lady Livyanne Hetrix, baru semenit dan kau sudah membuat takut seluruh anak buahku, hebat,” pemuda yang menutupi wajahnya dengan tudung jaket denim bertepuk tangan kagum, seketika kerumunan anak buahnya yang menyerang Livy tadi mundur, menjauh dari mereka berdua.“Cih, gaya bahasa apaan yang lo pake? Lo lagi nipu gue ha? Mau mati?!!” Livy mengacungkan sabitnya persis ke pemuda itu, Arka yang baru saja membuka tudung jaketnya.“Ya ampun si manis ini dingin seperti biasanya ya, imutnya~” Arka mencoba meraih pipi Livy, ingin mencubit pipi Livy gemas.“Maju seinci lagi lo mati!” ancam Livy siap mengayunkan sabitnya lagi.“Ahahah nggak kok, kalem, gue bercanda Vy.”“Sebodo amat lo bercanda apa kagak, lo nipu gue kan brengsek?!!” Livy maju mendekati Arka.“Ini cuma tes kok Vy.”“Ini cimi tis kik Vy,” Livy mengayunkan sabitnya ke arah Arka.KLANGG!! Pedang milik Arka menahan sabit Livy, “Masih belum subuh dan lo udah sekuat ini?? Mengagumkan,” Arka tersenyum kagum.“Cepet bilang, apa mau lo nipu gue begini atau gue tebas kepala lo!” pelotot Livy.“Gue mau lo jadi ketua bareng gue disini, di The Lightdown, gimana? Lo mau?”“Maksud lo barusan apa hah?? Gue bakalan terus ada bareng elo gitu hah?! Menjijikan, kayak orang-orang naif yang couple-an di luaran sana!” Livy makin kuat mendorong sabitnya yang kini hanya berjarak tiga senti meter ke wajah Arka.“Gue maunya sih gitu-““APA? SINI BILANG LAGI!” ujung sabit Livy hanya perlu maju sedikit untuk menyobek hidung Arka.“Nggak Vy nggak! Astaga, gue mau lo jadi partner balas dendam gue.”“Hmm, menarik.”Livy menurunkan sabitnya dan kembali menjauh, Arka terlihat menghembuskan nafas lega, dia kelelahan menahan kekuatan Livy. Benar-benar gadis mempesona yang membuat ketua The Lihtdown itu jatuh hati. Tatapan dingin Livy menyoroti tiap-tiap anak buah Arka, pemandangan yang sangat kacau, Livy menyukai kekacauan di depannya ini.“Pfft, HEYY KALIAN!! MULAI SEKARANG PANGGIL AKU LADY LIVYANNE,” Livy berteriak memerintah anak buah Arka.“Dia ketua baru kalian yang bakal bantu gue juga jadi ketua disini, panggil si manis ini dengan benar oke,” sambung Arka.Livy memelototi Arka, “Manis manis mata lo nangis!” ketus Livy.“Ahahah, selamat ketua- maksudku Lady,” Arka tersenyum tulus.“Cih,” Livy mengalihkan pandangannya, raut sebalnya terlihat kentara sekali.“Nih,” Arka memberikan Livy sekumpulan batang cokelat yang disusun menjadi buket.“Sekali lagi selamat ya Vy, makasih udah mau gabung bareng gue,” Arka tersenyum tulus untuk yang kesekian kalinya.“Ya,” balas Livy singkat, “bukan Ka, tapi gue yang makasih,” batin Livy menyeringai licik.***
Pagi ini setelah kejadian di dini hari tadi, perayaan sambutan Livy digelar di markas The Lightdown. Seperti biasa, perayaan geng mafia yang sama besarnya dengan The Shadowup ini terlampau meriah dan mewahnya. Tapi seperti biasa pula, Livy membenci pesta yang penuh sesak dengan banyak orang yang berhura-hura ria itu.
“Bruhh,” gumam Livy mencoba bertahan di pesta itu. “Hmm? Kenapa Vy?” Arka yang duduk di samping Livy mendengar gumaman Livy barusan. “Males.” “Lo nggak suka pesta?” “Hmm.” “Oke, biarin mereka pesta, lo ikut gue, biar gue jelasin misi gue,” Arka berdiri dari tempatnya duduk dan menyodorkan tangannya untuk menggandeng Livy. “...” Livy menatap datar tangan Arka kemudian bangkit dari duduknya tanpa menyentuh tangan pemuda itu. “Ahahah, ayo,” Arka menarik kembali tangannya dan mulai berjalan menuju ruangan khususnya dengan Livy. Koridor yang dipenuhi pasir pantai membuat Livy merasa seolah berada di gurun, markas The Lightdown sepertinya kacau sampai-sampai mereka memakai pasir pantai di markas mereka. Arka berhenti tepat di depan dinding dengan lukisan abstrak di ujung koridor ini. “Jalan buntu?” pikir Livy. Tapi seolah bisa membaca isi pikiran Livy, Arka mengajari Livy cara untuk masuk ke ruangan Arka, dengan memutar lukisan itu tiga kali dan mendorong dinding itu, lalu voila! Pintu rahasia ruangan Arka kini terbuka. Mereka berdua memasuki ruangan itu dan mulai membicarakan rencana milik Arka. Rencana balas dendam yang sama seperti yang Livy miliki sejak dia melihat sendiri ibunya terbunuh di depan matanya sendiri. Jika Livy akan membalas denda pada The Lightdown, berbeda dengan Arka yang akan membalas dendam pada The Shadowup. Dan ya, kini Livy sedang mendapat langkah pertamanya untuk mendapat skenario balas dendamnya yang terbaik. Dengan memanfaatkan The Lightdown dan menghancurkan langsung The Lightdown secara perlahan dengan posisi barunya disini, menjadi ketua yang memimpin pion-pon barunya menuju kehancuran mereka sendiri. Dilihat dari rencana milik Arka, jelas pemuda itu mengincar seluruh keturunan De Synne, keluarga Livy. Memang, sejak awal bohong jika Livy tak mengenali Arka, Arka De Virnuez, keturunan dari saudara jauh ibu Livy, Livy tahu benar seluk beluk keluarga ibunya demi balas dendamnya sejak dulu. Dan bodohnya lagi, Arka menceritakan semua rencananya di depan keturunan De Synne, yakni Livy yang sangat ingin Arka bunuh. “Hmm, lucu sekali,” Livy membuka suaranya. “Apanya?” “Seharusnya hal yang paling lo tunggu itu lo dapetin terakhir,” Livy mengubah rencana Arka perlahan-lahan untuk menyelamatkan nyawanya sendiri, “lo pengen banget bunuh keturunan De Synne kan?” “Bukannya sudah jelas,” ucap Arka lelah. “Kalau sebegitu inginnya bunuh dia terakhir saja.” “Hah, memang apa bagusnya membunuhnya di akhir?!” “Tentu saja elo bisa lihat wajah putus asa dan tubuhnya yang gemetar ketakutan karena tak punya apa-apa lagi, bukankah itu hebat?” Livy menyeringai. Arka terkejut dengan ide Livy, “ Ah iya, dasar, gue baru inget kalo elo solo killer yang hebat, skenario yang lo buat sama mengagumkannya dengan elo,” Arka bertepuk tangan singkat. “Nah, mohon kerja samanya Lady Livyanne.” “Yaa,” mereka berdua tersenyum, satu dengan senyum tulus dan satu lainnya dengan senyum beribu makna.- Bersambung -
Tengah malam di jalanan kota, suara sirene mobil terdengar, para polisi tengah melakukan aksi kejar-kejaran dengan para anggota mafia The Lightdown. Beberapa waktu lalu mereka sempat membuat keributan yang luar biasa di sekitar pelabuhan kota. Tiba-tiba saja mereka menyalakan beberapa mesin kapal sewaan dari luar negeri yang masih berada di pelabuhan kota.Tentu saja tak lama setelah itu kapal dibiarkan menyala tanpa awak kapal satu pun di dalamnya. Kapal-kapal itu pun bergerak melaut dengan arah yang berbeda-beda sampai akhirnya beberapa kapal meledak karena bertabrakan.Warga yang tinggal di sekitar pelabuhan malam itu langsung melapor dan memanggil polisi diam-diam. Para mafia kelewat jahil yang masih menonton kapal-kapal tanpa awak di pelabuhan pasti terkejut saat polisi sampai di sana. Dan beginilah sekarang, kejar-kejaran dengan beberapa mobil polisi di jalanan terbuka.Di perempatan jalan, para anggota mafia The Lightdown justru berpenca
“Kana!!” seseorang berlari ke arah Kana.Kana menoleh, “Oh, Nara!” lalu melambaikan tangannya.Pemuda itu sampai di depannya, “Maaf, lama ya?”“Nggak kok, aku baru sampai juga hehe.”“Sesama telat ya, ahaha, dah ayo berangkat!”“Be rang kat!” ejanya.Kedua mahasiswa baru itu melangkah pergi dari pinggiran jalan. Sore ini, kedua sahabat baik itu akan mencoba mendaftar pekerjaan paruh waktu di restoran dekat kampus mereka. Sebenarnya, Kana yang diusir Livy tetap tinggal di rumah karena ayahnya. Tapi seperrtinya gadis itu tak akan bertahan lama di rumahnya, terlihat sekali kembarannya itu akan mengusirnya kapan saja.Jadi, untuk tetap bertahan hidup, dia memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Livy terlalu seeram bagi Kana lawan. Mau tak mau Kana harus bekerja keras berkali-kali lipat, melelahkan. Nara yang tahu masalah yang
Gemuruh riuh di acara ulang tahun ke sembilan belas yang tak biasa itu menyelimuti seluruh penjuru markas. Ketua mereka yakni Radz De Synne mengangkat pistol andalannya tinggi-tinggi seraya menebar semangat kepada para anak buah di geng mafianya, “The Shadowup” geng mafia besar yang memata-matai kota Luoseraz selama ini.Membereskan semua orang yang mereka anggap sampah, tapi jangan samakan mereka dengan mafia biasa, ada satu hal yang membedakan “The Shadowup” dengan geng mafia lainnya yaitu, ujian sang pewaris tahta di ulang tahunnya yang kesembilan belas.Gadis yang berulang tahun itu tampak benci dengan kehebohan yang dibuat ayahnya, terlalu berlebihan, dia lebih memilih keributan di tengah kekacauan besar yang biasa dibuatnya. Kekacauan lah satu-satunya hal yang dapat membuatnya mengeluarkan ekspresi, walau hanya seringai kejam yang ditunjukkannya.“Livyanne De Synne!” Radz menembakkan peluru ke pinata berisi confetti begitu selesai menyebut
“APA?! AYAH AKAN MEMBUNUHKU KALAU AKU GAGAL?! AYAH TIDAK BISA BEGINI!” sorot mata tajam nan penuh kebencian tampak di wajah Livy.“Memangnya kenapa tidak bisa? Aku ini ketua disini, dan kalau kau gagal dalam ujianmu tentu saja akan ada hukumannya,” Radz menatap dingin putrinya.“TAPI KENAPA HUKUMANNYA HARUS DENGAN NYAWAKU AYAH?!” Livy masih tak terima dan kini dia menggenggam sabitnya kuat.“Karena kegagalanmu itu berarti karena kau mempunyai belas kasih Livy, dan The Shadowup tidak butuh orang seperti itu untuk menjadi ketua mereka,” Radz tetap tak peduli.“Lantas! K-kau! KENAPA KAU MASIH MEMBIARKAN KANARIA HIDUP?!” ujar Livy telak, “dia bahkan tak pernah berguna dalam misi-misi sebelumnya kan?! Tapi kenapa?!!” emosi Livy sudah tak terbendung lagi.“Tentu saja karena ibumu, siapa lagi?”&n
“Oh, sudah bangun?”“...” Livy hanya memandangi pemuda berjaket denim dihadapannya, dengan tatapan datar favoritnya tentu saja.Pemuda itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Livy, yang tentu saja membuat raut wajah Livy tetap datar nan dingin.“Lo nggak kenal sama gue Vy?” pemuda itu duduk di samping Livy.“...”“...”“...”“Haaah, iya ya gue baru inget kalo mau ngomong sama lo itu susah pake banget,” ujar pemuda itu kemudian memasang wajah kesal.“Apa sih,” ketus Livy.“Akhirnya bersuara juga Nona Livy,” cengirnya.“Sejak kapan lo kenal gue?”Pemuda itu melebarkan bola matanya, “Serius lo lupa sama gue?”“Siapa elo, siapa gue,” balas Livy.“AAAKH, jangan bilang lo amnesia kayak di sinetron gara-gara ledakan tadi, Kepala lo kebentur kan?”“Kebentur sih iya, lo
Livy membawa pulang Gave ke markasnya melewati jalan rahasia di bawah parkiran mall Elradz milik ayahnya. Arka pikir Livy bodoh? Livy tentu saja sadar jika dia diikuti sedari tadi oleh Arka dengan mobil biru cobaltnya. Dia pikir Livy tidak melihat mobilnya kemarin mentang-mentang Livy sedang terluka dan sok bergaya ingin membuntuti Livy? Lucu sekali, tepatnya sangat naif.Gadis bermarga Synne itu sampai harus banyak berbelok dan mencari jalan raya yang ramai untuk menyamarn moblnya. Dia tak akan takut ketahuan jika Arka tahu dia sadar dibuntuti Arka saat dia kebanyakan berbelok, bukankah orang jahat sepert Livy memang sudah sewajarnya punya jalur pulang yang sulit? Tentu saja Arka akan memaklumi hal itu sekaligus terkecoh dengan tipuan Livy. Lihat saja, Arka sudah jauh tertinggal dan Livy kini baru saja memasuki gerbang 11 markas The Shdowup.Livy turun dari mobilnya dengan memapah Gave dan menyeret sabitnya memasuki ruang eksekusi. Disana ayah dan para anak buah
“Kana!!” seseorang berlari ke arah Kana.Kana menoleh, “Oh, Nara!” lalu melambaikan tangannya.Pemuda itu sampai di depannya, “Maaf, lama ya?”“Nggak kok, aku baru sampai juga hehe.”“Sesama telat ya, ahaha, dah ayo berangkat!”“Be rang kat!” ejanya.Kedua mahasiswa baru itu melangkah pergi dari pinggiran jalan. Sore ini, kedua sahabat baik itu akan mencoba mendaftar pekerjaan paruh waktu di restoran dekat kampus mereka. Sebenarnya, Kana yang diusir Livy tetap tinggal di rumah karena ayahnya. Tapi seperrtinya gadis itu tak akan bertahan lama di rumahnya, terlihat sekali kembarannya itu akan mengusirnya kapan saja.Jadi, untuk tetap bertahan hidup, dia memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Livy terlalu seeram bagi Kana lawan. Mau tak mau Kana harus bekerja keras berkali-kali lipat, melelahkan. Nara yang tahu masalah yang
Tengah malam di jalanan kota, suara sirene mobil terdengar, para polisi tengah melakukan aksi kejar-kejaran dengan para anggota mafia The Lightdown. Beberapa waktu lalu mereka sempat membuat keributan yang luar biasa di sekitar pelabuhan kota. Tiba-tiba saja mereka menyalakan beberapa mesin kapal sewaan dari luar negeri yang masih berada di pelabuhan kota.Tentu saja tak lama setelah itu kapal dibiarkan menyala tanpa awak kapal satu pun di dalamnya. Kapal-kapal itu pun bergerak melaut dengan arah yang berbeda-beda sampai akhirnya beberapa kapal meledak karena bertabrakan.Warga yang tinggal di sekitar pelabuhan malam itu langsung melapor dan memanggil polisi diam-diam. Para mafia kelewat jahil yang masih menonton kapal-kapal tanpa awak di pelabuhan pasti terkejut saat polisi sampai di sana. Dan beginilah sekarang, kejar-kejaran dengan beberapa mobil polisi di jalanan terbuka.Di perempatan jalan, para anggota mafia The Lightdown justru berpenca
Di dini hari ini, Livy lengkap dengan jubah ungunya pergi menemui Arka, di markas The Lightdown. Markas yang ada di dekat pantai di sebelah utara kota Luoseraz, markas yang sepi untuk tempat yang mencolok seperti pantai, bahkan ini terlalu sepi, mencurigakan. Dan benar saja firasat Livy, lihat saja petasan besar yang baru saja meledak di depannya, ini pasti tipuan.Cepat-cepat Livy kembali memasang posisi kuda-kudanya dan mengangkat sabitnya, bersiaga. Tiba-tiba saja sekerumununan orang mengelilingi Livy, mereka menyerang Livy bersamaan. Tapi tenang saja, mode psikopat Livy sedang aktif, merekalah yang akan musnah kalau sudah begini. Dengan sigap Livy mengayunkan sabitnya dan berputar, menyobek sebagian tubuh musuhnya dengan indah, membuat hujan darah di pasir pantai yang menyelimuti markas itu.“Makasih darahnya, aku benci kalian~” seringai Livy selagi gadis itu terus-terusan mengayunkan sabitnya
Livy membawa pulang Gave ke markasnya melewati jalan rahasia di bawah parkiran mall Elradz milik ayahnya. Arka pikir Livy bodoh? Livy tentu saja sadar jika dia diikuti sedari tadi oleh Arka dengan mobil biru cobaltnya. Dia pikir Livy tidak melihat mobilnya kemarin mentang-mentang Livy sedang terluka dan sok bergaya ingin membuntuti Livy? Lucu sekali, tepatnya sangat naif.Gadis bermarga Synne itu sampai harus banyak berbelok dan mencari jalan raya yang ramai untuk menyamarn moblnya. Dia tak akan takut ketahuan jika Arka tahu dia sadar dibuntuti Arka saat dia kebanyakan berbelok, bukankah orang jahat sepert Livy memang sudah sewajarnya punya jalur pulang yang sulit? Tentu saja Arka akan memaklumi hal itu sekaligus terkecoh dengan tipuan Livy. Lihat saja, Arka sudah jauh tertinggal dan Livy kini baru saja memasuki gerbang 11 markas The Shdowup.Livy turun dari mobilnya dengan memapah Gave dan menyeret sabitnya memasuki ruang eksekusi. Disana ayah dan para anak buah
“Oh, sudah bangun?”“...” Livy hanya memandangi pemuda berjaket denim dihadapannya, dengan tatapan datar favoritnya tentu saja.Pemuda itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Livy, yang tentu saja membuat raut wajah Livy tetap datar nan dingin.“Lo nggak kenal sama gue Vy?” pemuda itu duduk di samping Livy.“...”“...”“...”“Haaah, iya ya gue baru inget kalo mau ngomong sama lo itu susah pake banget,” ujar pemuda itu kemudian memasang wajah kesal.“Apa sih,” ketus Livy.“Akhirnya bersuara juga Nona Livy,” cengirnya.“Sejak kapan lo kenal gue?”Pemuda itu melebarkan bola matanya, “Serius lo lupa sama gue?”“Siapa elo, siapa gue,” balas Livy.“AAAKH, jangan bilang lo amnesia kayak di sinetron gara-gara ledakan tadi, Kepala lo kebentur kan?”“Kebentur sih iya, lo
“APA?! AYAH AKAN MEMBUNUHKU KALAU AKU GAGAL?! AYAH TIDAK BISA BEGINI!” sorot mata tajam nan penuh kebencian tampak di wajah Livy.“Memangnya kenapa tidak bisa? Aku ini ketua disini, dan kalau kau gagal dalam ujianmu tentu saja akan ada hukumannya,” Radz menatap dingin putrinya.“TAPI KENAPA HUKUMANNYA HARUS DENGAN NYAWAKU AYAH?!” Livy masih tak terima dan kini dia menggenggam sabitnya kuat.“Karena kegagalanmu itu berarti karena kau mempunyai belas kasih Livy, dan The Shadowup tidak butuh orang seperti itu untuk menjadi ketua mereka,” Radz tetap tak peduli.“Lantas! K-kau! KENAPA KAU MASIH MEMBIARKAN KANARIA HIDUP?!” ujar Livy telak, “dia bahkan tak pernah berguna dalam misi-misi sebelumnya kan?! Tapi kenapa?!!” emosi Livy sudah tak terbendung lagi.“Tentu saja karena ibumu, siapa lagi?”&n
Gemuruh riuh di acara ulang tahun ke sembilan belas yang tak biasa itu menyelimuti seluruh penjuru markas. Ketua mereka yakni Radz De Synne mengangkat pistol andalannya tinggi-tinggi seraya menebar semangat kepada para anak buah di geng mafianya, “The Shadowup” geng mafia besar yang memata-matai kota Luoseraz selama ini.Membereskan semua orang yang mereka anggap sampah, tapi jangan samakan mereka dengan mafia biasa, ada satu hal yang membedakan “The Shadowup” dengan geng mafia lainnya yaitu, ujian sang pewaris tahta di ulang tahunnya yang kesembilan belas.Gadis yang berulang tahun itu tampak benci dengan kehebohan yang dibuat ayahnya, terlalu berlebihan, dia lebih memilih keributan di tengah kekacauan besar yang biasa dibuatnya. Kekacauan lah satu-satunya hal yang dapat membuatnya mengeluarkan ekspresi, walau hanya seringai kejam yang ditunjukkannya.“Livyanne De Synne!” Radz menembakkan peluru ke pinata berisi confetti begitu selesai menyebut