Share

3. Bertemu

last update Last Updated: 2021-05-17 14:08:48

“Oh, sudah bangun?”

 “...” Livy hanya memandangi pemuda berjaket denim dihadapannya, dengan tatapan datar favoritnya tentu saja.

 Pemuda itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Livy, yang tentu saja membuat raut wajah Livy tetap datar nan dingin.

 “Lo nggak kenal sama gue Vy?” pemuda itu duduk di samping Livy.

 “...”

 “...”

 “...”

 “Haaah, iya ya gue baru inget kalo mau ngomong sama lo itu susah pake banget,” ujar pemuda itu kemudian memasang wajah kesal.

 “Apa sih,” ketus Livy.

 “Akhirnya bersuara juga Nona Livy,” cengirnya.

 “Sejak kapan lo kenal gue?”

 Pemuda itu melebarkan bola matanya, “Serius lo lupa sama gue?”

 “Siapa elo, siapa gue,” balas Livy.

 “AAAKH, jangan bilang lo amnesia kayak di sinetron gara-gara ledakan tadi, Kepala lo kebentur kan?”

 “Kebentur sih iya, lo nggak pake mata lo buat liat perban di kepala gue ini?! Bego.”

 “Jadi lo beneran lupa sama gue?”

 “Ya iyalah, ngapain juga gue inget elo.”

 Pemuda itu terlihat frustasi, mulut Livy jadi lebih tajam dari yang dia ingat, “Kita pertama ketemu di pertandingan adu senjata di Melvrey, gue Arka Tharama,” Arka menyodorkan tangannya, “lo Livy yang menang di pertandingan itu kan? Gue yakin banget itu elo,” dia tersenyum.

 “Oh.”

 Arka dibuat bengong karenanya, dia ngomong panjang lebar dan Livy hanya bilang “Oh”?? ternyata Livy benar-benar pantas menyandang julukan “Sang Sabit Es” bukan hanya karena mulutnya saja yang tajam nan dingin, tapi kehandalan Livy saat memaka sabitnya bak Grim Reapper juga selaras dengan julukannya.

 “Arka Tharama,” gumam Livy.

 “Lo manggil gue Vy?”

 “...”

 “Oh oke,” fix, Arka bisa darah tinggi disini.

 Setelah beberapa kali celingukan sendiri, pandangan mata Livy tertuju pada satu orang yang tengah terbujur lemas di ranjang yang berada tak jauh darinya berada, Gave.

Kaki Gave yang terbakar tadi diperban, ah tidak, tapi hampir setengah dari tubuhnya diperban rapi. Livy melamun sembari menatap Gave, memikirkan bagaimana caranya agar dia bisa kabur dengan membawa tubuh Gave yang semencolok itu.

 Penasaran, Arka ikut melihat orang yang tengah diperhatikan Livy, seorang pemuda yang sebaya dengannya. Pemuda yang tadi ikut terkena ledakan bersama Livy, kalau ditanya, sebenarnya Arka melihat surai ungu Livy yang mencolok saat melewati tol tadi, hanya saja dia berlawanan arah dengan Livy. Untunglah Arka sampai tepat saat Livy butuh pertolongan tadi.

 “Lo...” belum selesai Arka berbicara, Livy sudah menjawab Arka dengan memutar bola matanya malas.

 “Ya Tuhan kenapa ni cewek gini amat.”

 “...”

 “Gue belum selesai ngomong, gue mau tanya, lo dari geng mana Vy?”

 “Gue solo killer,” balas Livy, dia berbohong pada Arka, “kau pikir aku akan jujur? Pfft, untuk apa aku mengaku dari geng pak tua itu, nggak ada untungnya,” batin Livy.

 “Wuihh, lo solo killer? Keren, jarang gue ketemu cewek jadi solo killer,” Arka bertepuk tangan pelan.

 “Berarti orang yang tadi sama lo itu mangsa lo?”

 “Hmm.”

 “Tenang, kata suster tadi, dia bisa pingsan selama seminggu, aman lo bisa bawa dia,” Arka mengacungkan jempolnya.

 “Btw ... gue baru inget satu hal.”

“Apa tuh?” Arka sedikit senang akhirnya Livy berbicara duluan.

“MOBIL GUE KEMANA???” jerit Livy tiba-tiba.

Arka berjingkat kaget, “Kalem-kalem, mobil lo sehat di parkiran rumah sakit ini, nih kuncinya,” Arka merogoh kunci di saku jaketnya dan mengembalikannya pada Livy.

“Huuft,” Livy menghela nafas lega, dia merasa sedikit tenang, tetapi tidak sampai dia ingat sesuatu, dia jauh dari markas dan pasti dia sudah ditunggu seluruh anggota mafianya.

Dengan sigap Livy melepas selang infusnya dan memakai jaket hitammnya kembali, sangat cepat sampai Arka merasa tidak ada semenit Livy melakukan itu. Bahkan kini Livy sudah seesai mengenakan sepatunya kembali dan berjalan perlahan menuju Gave yang terbaring lemah. 

Sempat terpesona, Arka akhirnya tersadar dari lamunannya dan menyusul Livy yang tengah mencoba memapah Gave.

Untunglah rumah sakit ini sepi, jadi mereka dapat membawa Gave diam-diam. Arka ikut memapah Gave, Livy menatap Arka curiga.

“Gue bantu,” jelas Arka singkat.

Kondisi Livy yang lemah memaksa Livy untuk menerima bantuan dari Arka dan membawa Gave pergi. Entah karena rumah sakit itu memang sepi atau pelayanannya yang buruk, yang pasti mereka berdua berhasil keluar dari sana tanpa dicurigai.


Dan sekarang Livy hanya perlu mengendarai mobilnya dan pulang ke markas, tapi Arka menahannya sesaat.

“Eits,” Arka menahan pintu mobil Livy saat si empunya mobil akan menutupnya.

Livy hanya membalas Arka dengan tatapan yang berkata, “Apa?!”

“Ehm, jadi gini, gue punya penawaran bagus buat elo yang katanya solo killer ini,” Arka tersenyum.

“Paan? Cepet atau gue tinggal,” ancam gadis itu tak sabaran.

“Weizz, jangan gitu dong neng.”

“Oke bye,” Livy menarik pintu mobilnya, Arka menahan pintu itu untuk yang kedua kalinya.

“Lo mau nggak?” cengir Arka tidak jelas.

“Mau bunuh lo? Ya pasti gue mau lah,” balas Livy setengah bercanda dengan tangannya yang langsung meraih sabitnya.

“Nggak woy!” paniknya.

“Ya cepet apaan?!!”

“Lo mau gabung di geng mafia gue nggak? Mafia The Lightdown,” tawar Arka.

“...”

“Hmm??”

“Geng mafia itu ketuanya elo??”

 “Iya, keren-“

“Pfft, AHAHAHAHAHAHAHA, aduh ngakak tujuh hari tujuh malem gue,” Livy terbahak, membuat Arka seketika bengong setengah terpesona. Baru kali ini dia melihat gadis sedingin Livy tertawa lepas, walau dia tertawa setengah mengejek sih.

“Ternyata elo ketuanya... aduh perut gue, gue kira ketuanya udah om-om, ahahahah,” Livy menyeka air matanya yang sedikit keluar.

“GUE MASIH MUDA VYY,” Arka mengacak rambutnya, frustasi untuk yang kedua kalinya.

“Gue tau, dikira mata gue nggak dipake apa?!” ujar Livy kembali ke mode ketusnya.

“Jadi gimana? Mau gabung? Honorable  langsung dari ketuanya loh ini.”

Livy menyipitkan matanya, memastikan satu hal yakni bohong atau tidaknya Arka, seperti yang biasa dilakukannya pada banyak orang, “Hmm, dari gerak-geriknya dia jujur,” batin Livy.

“Oke, gue terima tawaran honorble ini.”

“Nah, selamat datang di The Lightdown Livyanne Hetrix,” Arka tersenyum dan menyebut nama samaran Livy.

“Ya, pangkat gue apa nih?” Livy menaikturunkan alisnya, membuat Arka sekali lagi terpesona dibuatnya.

“Kalau itu sih...” Arka merogoh saku jaketnya dan menyodorkan kartu namanya kepada Livy, “besok lo kesana aja, ada nomer hape gue kalo lo masih mau tanya sesuatu lagi.”

“Oh, oke see ya!” 

Livy langsung menutup mobilnya dan melaju mengkuti arus lalu lintas. Hari ini dia mendapat dua tangkapan besar, satu mangsa untuk ujiannya dan satu pion gratis untuknya.

“Pfft, cowok bego, gitu aja terpesona.”

“AYAH! PUTRIMU INI CANTIKNYA NGALAHIN KETUA MAFIA, AHAHAHAHAHH.”









- Bersambung -

Related chapters

  • Behind My Mask   4. Ayah dan Anak

    Livy membawa pulang Gave ke markasnya melewati jalan rahasia di bawah parkiran mall Elradz milik ayahnya. Arka pikir Livy bodoh? Livy tentu saja sadar jika dia diikuti sedari tadi oleh Arka dengan mobil biru cobaltnya. Dia pikir Livy tidak melihat mobilnya kemarin mentang-mentang Livy sedang terluka dan sok bergaya ingin membuntuti Livy? Lucu sekali, tepatnya sangat naif.Gadis bermarga Synne itu sampai harus banyak berbelok dan mencari jalan raya yang ramai untuk menyamarn moblnya. Dia tak akan takut ketahuan jika Arka tahu dia sadar dibuntuti Arka saat dia kebanyakan berbelok, bukankah orang jahat sepert Livy memang sudah sewajarnya punya jalur pulang yang sulit? Tentu saja Arka akan memaklumi hal itu sekaligus terkecoh dengan tipuan Livy. Lihat saja, Arka sudah jauh tertinggal dan Livy kini baru saja memasuki gerbang 11 markas The Shdowup.Livy turun dari mobilnya dengan memapah Gave dan menyeret sabitnya memasuki ruang eksekusi. Disana ayah dan para anak buah

    Last Updated : 2021-05-17
  • Behind My Mask   5. The Lightdown

    Di dini hari ini, Livy lengkap dengan jubah ungunya pergi menemui Arka, di markas The Lightdown. Markas yang ada di dekat pantai di sebelah utara kota Luoseraz, markas yang sepi untuk tempat yang mencolok seperti pantai, bahkan ini terlalu sepi, mencurigakan. Dan benar saja firasat Livy, lihat saja petasan besar yang baru saja meledak di depannya, ini pasti tipuan.Cepat-cepat Livy kembali memasang posisi kuda-kudanya dan mengangkat sabitnya, bersiaga. Tiba-tiba saja sekerumununan orang mengelilingi Livy, mereka menyerang Livy bersamaan. Tapi tenang saja, mode psikopat Livy sedang aktif, merekalah yang akan musnah kalau sudah begini. Dengan sigap Livy mengayunkan sabitnya dan berputar, menyobek sebagian tubuh musuhnya dengan indah, membuat hujan darah di pasir pantai yang menyelimuti markas itu.“Makasih darahnya, aku benci kalian~” seringai Livy selagi gadis itu terus-terusan mengayunkan sabitnya

    Last Updated : 2021-05-17
  • Behind My Mask   6. Teror

    Tengah malam di jalanan kota, suara sirene mobil terdengar, para polisi tengah melakukan aksi kejar-kejaran dengan para anggota mafia The Lightdown. Beberapa waktu lalu mereka sempat membuat keributan yang luar biasa di sekitar pelabuhan kota. Tiba-tiba saja mereka menyalakan beberapa mesin kapal sewaan dari luar negeri yang masih berada di pelabuhan kota.Tentu saja tak lama setelah itu kapal dibiarkan menyala tanpa awak kapal satu pun di dalamnya. Kapal-kapal itu pun bergerak melaut dengan arah yang berbeda-beda sampai akhirnya beberapa kapal meledak karena bertabrakan.Warga yang tinggal di sekitar pelabuhan malam itu langsung melapor dan memanggil polisi diam-diam. Para mafia kelewat jahil yang masih menonton kapal-kapal tanpa awak di pelabuhan pasti terkejut saat polisi sampai di sana. Dan beginilah sekarang, kejar-kejaran dengan beberapa mobil polisi di jalanan terbuka.Di perempatan jalan, para anggota mafia The Lightdown justru berpenca

    Last Updated : 2021-06-24
  • Behind My Mask   7. Awal

    “Kana!!” seseorang berlari ke arah Kana.Kana menoleh, “Oh, Nara!” lalu melambaikan tangannya.Pemuda itu sampai di depannya, “Maaf, lama ya?”“Nggak kok, aku baru sampai juga hehe.”“Sesama telat ya, ahaha, dah ayo berangkat!”“Be rang kat!” ejanya.Kedua mahasiswa baru itu melangkah pergi dari pinggiran jalan. Sore ini, kedua sahabat baik itu akan mencoba mendaftar pekerjaan paruh waktu di restoran dekat kampus mereka. Sebenarnya, Kana yang diusir Livy tetap tinggal di rumah karena ayahnya. Tapi seperrtinya gadis itu tak akan bertahan lama di rumahnya, terlihat sekali kembarannya itu akan mengusirnya kapan saja.Jadi, untuk tetap bertahan hidup, dia memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Livy terlalu seeram bagi Kana lawan. Mau tak mau Kana harus bekerja keras berkali-kali lipat, melelahkan. Nara yang tahu masalah yang

    Last Updated : 2021-06-27
  • Behind My Mask   1. Ulang tahun Si kembar

    Gemuruh riuh di acara ulang tahun ke sembilan belas yang tak biasa itu menyelimuti seluruh penjuru markas. Ketua mereka yakni Radz De Synne mengangkat pistol andalannya tinggi-tinggi seraya menebar semangat kepada para anak buah di geng mafianya, “The Shadowup” geng mafia besar yang memata-matai kota Luoseraz selama ini.Membereskan semua orang yang mereka anggap sampah, tapi jangan samakan mereka dengan mafia biasa, ada satu hal yang membedakan “The Shadowup” dengan geng mafia lainnya yaitu, ujian sang pewaris tahta di ulang tahunnya yang kesembilan belas.Gadis yang berulang tahun itu tampak benci dengan kehebohan yang dibuat ayahnya, terlalu berlebihan, dia lebih memilih keributan di tengah kekacauan besar yang biasa dibuatnya. Kekacauan lah satu-satunya hal yang dapat membuatnya mengeluarkan ekspresi, walau hanya seringai kejam yang ditunjukkannya.“Livyanne De Synne!” Radz menembakkan peluru ke pinata berisi confetti begitu selesai menyebut

    Last Updated : 2021-05-17
  • Behind My Mask   2. Peringatan

    “APA?! AYAH AKAN MEMBUNUHKU KALAU AKU GAGAL?! AYAH TIDAK BISA BEGINI!” sorot mata tajam nan penuh kebencian tampak di wajah Livy.“Memangnya kenapa tidak bisa? Aku ini ketua disini, dan kalau kau gagal dalam ujianmu tentu saja akan ada hukumannya,” Radz menatap dingin putrinya.“TAPI KENAPA HUKUMANNYA HARUS DENGAN NYAWAKU AYAH?!” Livy masih tak terima dan kini dia menggenggam sabitnya kuat.“Karena kegagalanmu itu berarti karena kau mempunyai belas kasih Livy, dan The Shadowup tidak butuh orang seperti itu untuk menjadi ketua mereka,” Radz tetap tak peduli.“Lantas! K-kau! KENAPA KAU MASIH MEMBIARKAN KANARIA HIDUP?!” ujar Livy telak, “dia bahkan tak pernah berguna dalam misi-misi sebelumnya kan?! Tapi kenapa?!!” emosi Livy sudah tak terbendung lagi.“Tentu saja karena ibumu, siapa lagi?”&n

    Last Updated : 2021-05-17

Latest chapter

  • Behind My Mask   7. Awal

    “Kana!!” seseorang berlari ke arah Kana.Kana menoleh, “Oh, Nara!” lalu melambaikan tangannya.Pemuda itu sampai di depannya, “Maaf, lama ya?”“Nggak kok, aku baru sampai juga hehe.”“Sesama telat ya, ahaha, dah ayo berangkat!”“Be rang kat!” ejanya.Kedua mahasiswa baru itu melangkah pergi dari pinggiran jalan. Sore ini, kedua sahabat baik itu akan mencoba mendaftar pekerjaan paruh waktu di restoran dekat kampus mereka. Sebenarnya, Kana yang diusir Livy tetap tinggal di rumah karena ayahnya. Tapi seperrtinya gadis itu tak akan bertahan lama di rumahnya, terlihat sekali kembarannya itu akan mengusirnya kapan saja.Jadi, untuk tetap bertahan hidup, dia memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Livy terlalu seeram bagi Kana lawan. Mau tak mau Kana harus bekerja keras berkali-kali lipat, melelahkan. Nara yang tahu masalah yang

  • Behind My Mask   6. Teror

    Tengah malam di jalanan kota, suara sirene mobil terdengar, para polisi tengah melakukan aksi kejar-kejaran dengan para anggota mafia The Lightdown. Beberapa waktu lalu mereka sempat membuat keributan yang luar biasa di sekitar pelabuhan kota. Tiba-tiba saja mereka menyalakan beberapa mesin kapal sewaan dari luar negeri yang masih berada di pelabuhan kota.Tentu saja tak lama setelah itu kapal dibiarkan menyala tanpa awak kapal satu pun di dalamnya. Kapal-kapal itu pun bergerak melaut dengan arah yang berbeda-beda sampai akhirnya beberapa kapal meledak karena bertabrakan.Warga yang tinggal di sekitar pelabuhan malam itu langsung melapor dan memanggil polisi diam-diam. Para mafia kelewat jahil yang masih menonton kapal-kapal tanpa awak di pelabuhan pasti terkejut saat polisi sampai di sana. Dan beginilah sekarang, kejar-kejaran dengan beberapa mobil polisi di jalanan terbuka.Di perempatan jalan, para anggota mafia The Lightdown justru berpenca

  • Behind My Mask   5. The Lightdown

    Di dini hari ini, Livy lengkap dengan jubah ungunya pergi menemui Arka, di markas The Lightdown. Markas yang ada di dekat pantai di sebelah utara kota Luoseraz, markas yang sepi untuk tempat yang mencolok seperti pantai, bahkan ini terlalu sepi, mencurigakan. Dan benar saja firasat Livy, lihat saja petasan besar yang baru saja meledak di depannya, ini pasti tipuan.Cepat-cepat Livy kembali memasang posisi kuda-kudanya dan mengangkat sabitnya, bersiaga. Tiba-tiba saja sekerumununan orang mengelilingi Livy, mereka menyerang Livy bersamaan. Tapi tenang saja, mode psikopat Livy sedang aktif, merekalah yang akan musnah kalau sudah begini. Dengan sigap Livy mengayunkan sabitnya dan berputar, menyobek sebagian tubuh musuhnya dengan indah, membuat hujan darah di pasir pantai yang menyelimuti markas itu.“Makasih darahnya, aku benci kalian~” seringai Livy selagi gadis itu terus-terusan mengayunkan sabitnya

  • Behind My Mask   4. Ayah dan Anak

    Livy membawa pulang Gave ke markasnya melewati jalan rahasia di bawah parkiran mall Elradz milik ayahnya. Arka pikir Livy bodoh? Livy tentu saja sadar jika dia diikuti sedari tadi oleh Arka dengan mobil biru cobaltnya. Dia pikir Livy tidak melihat mobilnya kemarin mentang-mentang Livy sedang terluka dan sok bergaya ingin membuntuti Livy? Lucu sekali, tepatnya sangat naif.Gadis bermarga Synne itu sampai harus banyak berbelok dan mencari jalan raya yang ramai untuk menyamarn moblnya. Dia tak akan takut ketahuan jika Arka tahu dia sadar dibuntuti Arka saat dia kebanyakan berbelok, bukankah orang jahat sepert Livy memang sudah sewajarnya punya jalur pulang yang sulit? Tentu saja Arka akan memaklumi hal itu sekaligus terkecoh dengan tipuan Livy. Lihat saja, Arka sudah jauh tertinggal dan Livy kini baru saja memasuki gerbang 11 markas The Shdowup.Livy turun dari mobilnya dengan memapah Gave dan menyeret sabitnya memasuki ruang eksekusi. Disana ayah dan para anak buah

  • Behind My Mask   3. Bertemu

    “Oh, sudah bangun?”“...” Livy hanya memandangi pemuda berjaket denim dihadapannya, dengan tatapan datar favoritnya tentu saja.Pemuda itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Livy, yang tentu saja membuat raut wajah Livy tetap datar nan dingin.“Lo nggak kenal sama gue Vy?” pemuda itu duduk di samping Livy.“...”“...”“...”“Haaah, iya ya gue baru inget kalo mau ngomong sama lo itu susah pake banget,” ujar pemuda itu kemudian memasang wajah kesal.“Apa sih,” ketus Livy.“Akhirnya bersuara juga Nona Livy,” cengirnya.“Sejak kapan lo kenal gue?”Pemuda itu melebarkan bola matanya, “Serius lo lupa sama gue?”“Siapa elo, siapa gue,” balas Livy.“AAAKH, jangan bilang lo amnesia kayak di sinetron gara-gara ledakan tadi, Kepala lo kebentur kan?”“Kebentur sih iya, lo

  • Behind My Mask   2. Peringatan

    “APA?! AYAH AKAN MEMBUNUHKU KALAU AKU GAGAL?! AYAH TIDAK BISA BEGINI!” sorot mata tajam nan penuh kebencian tampak di wajah Livy.“Memangnya kenapa tidak bisa? Aku ini ketua disini, dan kalau kau gagal dalam ujianmu tentu saja akan ada hukumannya,” Radz menatap dingin putrinya.“TAPI KENAPA HUKUMANNYA HARUS DENGAN NYAWAKU AYAH?!” Livy masih tak terima dan kini dia menggenggam sabitnya kuat.“Karena kegagalanmu itu berarti karena kau mempunyai belas kasih Livy, dan The Shadowup tidak butuh orang seperti itu untuk menjadi ketua mereka,” Radz tetap tak peduli.“Lantas! K-kau! KENAPA KAU MASIH MEMBIARKAN KANARIA HIDUP?!” ujar Livy telak, “dia bahkan tak pernah berguna dalam misi-misi sebelumnya kan?! Tapi kenapa?!!” emosi Livy sudah tak terbendung lagi.“Tentu saja karena ibumu, siapa lagi?”&n

  • Behind My Mask   1. Ulang tahun Si kembar

    Gemuruh riuh di acara ulang tahun ke sembilan belas yang tak biasa itu menyelimuti seluruh penjuru markas. Ketua mereka yakni Radz De Synne mengangkat pistol andalannya tinggi-tinggi seraya menebar semangat kepada para anak buah di geng mafianya, “The Shadowup” geng mafia besar yang memata-matai kota Luoseraz selama ini.Membereskan semua orang yang mereka anggap sampah, tapi jangan samakan mereka dengan mafia biasa, ada satu hal yang membedakan “The Shadowup” dengan geng mafia lainnya yaitu, ujian sang pewaris tahta di ulang tahunnya yang kesembilan belas.Gadis yang berulang tahun itu tampak benci dengan kehebohan yang dibuat ayahnya, terlalu berlebihan, dia lebih memilih keributan di tengah kekacauan besar yang biasa dibuatnya. Kekacauan lah satu-satunya hal yang dapat membuatnya mengeluarkan ekspresi, walau hanya seringai kejam yang ditunjukkannya.“Livyanne De Synne!” Radz menembakkan peluru ke pinata berisi confetti begitu selesai menyebut

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status