Tok. Tok. Tok
Reynand menurunkan kaca mobil sesaatku mengetoknya pelan. Aku tersenyum dan berdiri tepat di samping mobilnya.
"Masuk." Ucapnya datar seperti biasa. Aku pun dengan cepat memutari mobil dan masuk.
“Mau ku antar ke mana? “ Tanyanya cepat. Aku menoleh rasanya sedikit aneh dia ini kekasih atau supir pribadiku. "Ke rumah saja." Jawabku pelan. Dan setelah itu dia terdiam dan terfokus menyetir. Aku sesekali melirik ke arahnya ia terlihat acuh seperti biasa membuat suasana menjadi canggung dan aku tidak menyukainya. Padahal hari ini aku tidak bekerja. Dan sebenarnya aku ingin menghabiskan waktu berdua bersamanya. Aku sedikir ragu, namun aku ingin coba bertanya padanya. "Hm.. rey?" Ia melirikku singkat saatku memanggilnya."Hari ini aku libur?" Ucapku pelan.
"Ya, lalu?" Tanyanya acuh.Aku sedikit kesal mendengar tanggapannya. Rasanya akan aku urungkan saja niatku, lebih baik aku pulang dan tidur saja di rumah.
"Tidak, aku ingin memberitahumu saja. Jadi nanti malam kau tidak usah menjemputku." Jelasku sedikit ketus lalu memalingkan wajahku keluar jendela. "Oh.." satu kata singkat yang sungguh menyebalkan. Aku meliriknya lalu kembali memalingkan wajahku. Sebenarnya aku tidak mengerti ada apa dengan sikapnya itu. Kenapa dia tidak bisa ramah, dan bagaimana bisa aku menjadi kekasih orang yang irit bicara sepertinya."Lalu apa yang akan kau lakukan?" Tanyanya tiba-tiba sambil menoleh ke arahku."Tidak ada." Jawabku cepat tanpa melihatnya. "Ya sudah aku akan antar kau ke rumah saja.""Hm.." Aku berdehem malas. Memang dia pikir hanya dia saja yang bisa irit bicara, aku juga bisa. Dan setelah itu aku ketiduran.
Aku terbangun dan tersadar dalam keadaan sedikit bingung. Reynand melewati arah yang salah ini bukan jalan menuju rumahku.
"Rey kenapa kita ke arah sini?" Ia hanya menoleh singkat tanpa berniat menjawab pertanyaanku.Tak berapa lama reynand terlihat membelokan mobilnya memasuki sebuah gedung mall. Aku hanya terdiam hingga akhirnya reynand memarkir mobilnya dan menyuruhku turun. "Ayo turun.""Kita mau apa ke sini?""Temani aku menonton." Jawabnya cepat sambil melepas seat beltnya. Aku sedikit terkejut sekaligus merasa senang.“Rey apa kau mengajakku berkencan?" Tanyaku sedikit tersenyum."Tidak, kebetulan saja temanku memberi 2 ticket gratis." Jawabnya datar lalu ia pun keluar dari mobil. Aku dengan sedikit cemberut ikut turun dari mobil dan berjalan perlahan menghampirinya. Reynand menoleh ke arahku.
"Cepat, atau aku menonton sendiri saja!" Ucapnya tidak sabar. Reynand pun mulai berjalan meninggalkanku."Iya sebentar." Jawabku kesal lalu berjalan mengikutinya.
Aku berjalan di belakangnya sambil menatap punggungnya. Aku berharap ia menoleh, tersenyum dan meraih tanganku untuk berjalan di sampingnya. Tapi rasanya itu tidak mungkin. Aku bahkan sampai terkikik karena khayalan koyolku. Dan hal itu membuat reynand menoleh aneh ke arahku.
..
Sesampainya di bioskop reynand terlihat mengantri untuk menukarkan tiketnya.
Sementara itu aku menunggu dan memperhatikannya dari kejauhan. Jelas terlihat kehadiran reynand di sana cukup mencuri perhatian beberapa orang, terutama kaum hawa.
"Dasar so tampan?" Ejekku sedikit kesal. Aku masih memperhatikan gerak geriknya. Dan aku sadar secara fisik reynand tidak buruk bahkan ia terbilang tampan. Lalu kenapa reynand menyukaiku yang bisa di bilang biasa saja. Seketika aku jadi tidak percaya diri. Aku kini menatapnya, dia terlihat berjalan menghampiriku. "Mau beli minum?" Tawarnya."Tidak, ayo kita masuk saja." Jawabku lalu berjalan mendahuluinya.Reynand pun terlihat berjalan mengikutiku. Aku menghentikan langkahku lalu menoleh ke arahnya.
“Studionya yang mana?" Tanyaku bingung. Reynand tidak menjawab ia malah tersenyum lalu berjalan mendahuluiku.
..
Kita sampai dan mulai mengantri di pintu masuk untuk pengecekan tiket. Aku pun berdiri di belakang reynand. "Tiketnya dua tapi anda datang sendiri?" Aku mendengar seorang petugas terlihat bingung saat menerima 2 tiket dari reynand.“Satu laginya ada di belakang.” Ucapnya lalu berjalan masuk. “Oh untuk kekasih anda.” Aku hanya bisa tersenyum saat petugas itu menatapku.Aku pun berjalan dan menatap kesal pada reynand yang kini sudah terduduk di kursinya. Bisa-bisanya dia bersikap seperti itu padaku. Hubungan ini tidak terlihat seperti hubungan kekasih. Dia begitu, acuh, cuek, tidak romantis.
“Cepat duduk, kau menghalangi orang lain.” Ucap reynand melihatku terdiam menatapnya.Aku pun dengan kesal mendudukan diri di kursi samping reynand. Reynand hanya menatap heran saat aku menghentakan kakiku karena kesal.
Tanpa menunggu lama kursi yang lain terlihat penuh oleh penonton. Beberapa saat kemudian lampu bioskop pun mulai di matikan tanda bahwa film akan segera di putar.Aku merogoh tasku dan mengeluarkan sebuah roti dari sana. Aku juga mengeluarkan sebotol air mineral.
Sambil menunggu iklan aku pun mulai memakan roti tersebut. Reynand hanya melirikku tanpa berkata. Aku bersikap acuh dan tak ingin menawarinya. Aku masih kesal kepadanya.Tak berapa lama film pun di mulai. Aku mulai menyudahi acara makanku dan ingin fokus menonton.Ternyata ini film bergendre romance comedi. Banyak sekali adegan lucu yang membuat para penonton tertawa. Dan begitupun denganku, aku sampai merasa sakit perut karena adegan-adegan lucunya.
"Konyol, ha..ha..ha." Aku berhenti tertawa karena sadar kini reynand tengah menatap ke arahku. Bahkan ini sudah kesekian kalinya reynand menatapku saat aku tertawa.Aku tidak tahu apa yang salah denganku. Mungkin yang salah adalah selera humornya. Ia terlihat tenang saat menonton film yang lucu bukankah itu aneh. Aku coba menghiraukannya lalu kembali menatap layar.
GlekAku sedikit terkejut dan tidak menyangka bisa-bisanya ada adegan ciuman yang cukup panas di film ini. Aku coba mengalihkan pandanganku dengan memperhatikan sekitarku. Jujur aku ingin melihat ekpresi wajah reynand. Aku perlahan melihat ke arahnya dan ternyata ia sudah sedari tadi menatapku. Untuk beberapa saat kami saling bertatap. Aku tanpa sadar malah memperhatikan bibirnya. Entah apa yang ada di Otakku aku malah teringat dengan adegan saat reynand memaksa menciumnya waktu itu. Dengan cepat aku menyadarkan diri lalu kembali menatap layar. Dan sialnya adegan ciumannya masih berlangsung. Aku sungguh bingung harus menatap ke arah mana. Akhirnya aku pun memilih menunduk pura-pura mencari air minumku. Dan aku melihat reynand memperhatikan gerak-gerikku, sunggu memalukan. Tak terasa 90 menit pun sudah berlalu dan film pun berakhir. Di akhir adegan terdapat adegan lucu membuat membuat para penonton tertawa terbahak-bahak. Saat lampu menyala aku masih saja tertawa dan itu membuat reynand kembali menatapku."Kenapa?" Tanyaku heran melihat reynand yang tiba-tiba menjadi hobi menatapku. "Tidak." Jawabnya cepat lalu bangkit dan berjalan menuju pintu keluar. Aku pun berdiri dan mengikuti langkahnya...
"Uhuk.. uhuuk.. aduh tenggokan ku sakit?" Aku batuk-batuk sambil memegangi tenggorokanku.
"Kau terlalu banyak tertawa." Tanggap reynand datar. "Filmnya kan memang lucu?""Tidak biasa saja." ucap Reynand lalu berjalan menuruni eskalator. "Dasar manequin." Ejekku pelan sambil ikut menuruni eskalator."Aku lapar." ucap Reynand sambil memasuki sebuah restoran cepat saji. Aku tidak banyak bicara dan hanya mengikutinya saja. “2 burger extra chesse dan 2 colla." Pesan reynand saat di depan meja kasir."Ada tambahan lain?" Tanya kasir tersebut. Reyand menoleh dan menatap ke arahku. Aku terdiam sejenak menatap menu yang terpampang di atas."Satu kenyang goreng dan Ice cream strawberry." Ucapku pelan di akhiri dengan sebuah senyuman. "Satu kenyang goreng dan ice cream strobery." Ulang reynand menambahkan pesanannya.
..
Reynand terlihat masih menunggu pesanannya di siapkan. Aku pun berjalan dan mencari tempat kosong untukku dan reynand. Tak berapa lama reynand terlihat berjalan menghampiriku yang sudah menunggu di sebuah meja. Ia menyimpan nampan berisi makanan di atas meja lalu menarik kursi kosong di depannya untuk ia duduki. Aku terdiam sambil menatap makanan di depanku."Tidak akan di makan?" Tanyanya. "Mau. Terima kasih rey." Ucapku pelan sambil mengambil satu burger dan langsung memakannya dengan lahap. “Enak.." ucapku senang karena aku sangat menyukai keju yang banyak di burger ini. Reynand hanya terdiam sambil menatapku. Ia mengambilnya burgernya lalu memakannya dengan santai."Makanmu berantakan." Ucap reynand mengambil tisu lalu mengusap mulutku yang belepotan dengan saos. Aku mematung dan berhenti mengunyah karena terkejut. "Seperti anak kecil saja." Ejeknya tersenyum singkat membuatku menunduk malu. Beberapa saat kemudian.Reynand terlihat memainkan ponselnya sambil sesekali melirikku yang tengah memakan ice creamku."Kau mau?" Tawarku padanya dan reynand menggeleng cepat. "Iya sudah." Ucapku lalu kembali memakan ice creamku.
"Aku ke toilet dulu." ucap Reynand bangkit lalu berlalu pergi...
Reynand tersenyum sambil mencuci tangannya. Ia teringat dengan tingkah laku renata. Saat ia makan, saat ia terkejut bahkan saat ia cemburu dengan wanita yang menatapnya ketika menukar tiket tadi. Semua ekpresinya terlihat menggemaskan.
"Sepertinya aku mulai menyukainya." Ucapnya kembali tersenyum sambil mengeringkan tangannya...
Renata mungkin mengira mungkin selama ini reynand itu tidak peduli padanya. Namun tanpa ia sadari reynand selalu melirik dan memperhatikan setiap tingkah lakunya. Bahkan reynand sengaja agar renata tidak menyadarinya."Sudah selesai, ayo pulang." ajak Reynand, renata pun mengangguk dan tersenyum. .. Dalam perjalanan pulang renata tidak bersuara sama sekali bahkan sejak memasuki mobil tadi. Ia terlihat menyandarkan kepalanya di pintu mobil."Nata?" Panggil reynand namun tidak ada jawaban."Renata.." "...."Reynand pun menyingkirkan rambut yang menutup wajah renata. Ia melihat renata terlelap dan itu membuatnya tersenyum.“Pantas saja."
Beberapa saat kemudian ponsel renata berdering. Renata masih terlelap dan tidak terlihat akan bangun. Reynand melirik tas di pangkuan renata dan coba mengabaikannya. Hingga akhirnya ponsel renata berdering untuk kesekian kalinya. Reynand pun dengan terpaksa mengambil ponsel tersebut. "Arnand." ucap Reynand membaca nama yang terpangpang di layar ponsel. Reynand melirik renata lalu menggeser tombol hijau untuk menjawab."Kenapa kau lama sekali menjawab telponku, apa saja yang kau lakukan?" Reynand menjauhkan ponsel tersebut karena teriakan arnand."Tidur.""Hah.. kau siapa?" "Reynand.""Oh.. Kekasih renata.""Iya.""Tadi apa yang kau katakan tidur, apa yang sudah kalian lakukan?" Tanyanya panik."Makan.""Lalu kenapa ia tidur.""Dia terlalu banyak makan." "Oh.. begitu aku kira?” Mereka terdiam untuk beberapa saat."Aku sedang menyetir, ada hal yang ingin kau katakan?" "Ah.. tidak, tapi tolong beritahu nata aku menelponnya.""Ya.""Rey..""Hmm..""Terima kasih telah menjaga renata." Ucapnya tulus. Reynand terdiam melirik ke arah renata."Ya."Tut...
Langit sudah gelap saat renata mulai membuka matanya. Sepertinya ia tertidur cukup lama.
"Hoammpp.. sepertinya aku ketiduran." Ucapnya sambil memperhatikan sekitarnya, ternyata mereka sudah sampai di depan rumah renata. Namun ia masih di dalam mobil dan seatbeltnya terlepas. Ia menoleh pada kursi kemudi dan mendapati reynand ikut tertidur di sana."Kenapa ia tidak membangunkanku?" Tanyanya dan coba mendekati reynand. Ia melihat wajah tenang reynand saat tidur.Sangat tentram dan manis. Renata tersenyum dan mengurungkan niatnya untuk membangunkannya. Namun tanpa di duga ponselnya berdering, renata kaget dan segera mengangkatnya.
"Hallo?" jawab Renata setengah berbisik."Hallo renata akhirnya aku bicara denganmu?""Iya ada apa arnand?""Aku merindukanmu. Hahahaa..""Jangan bercanda arnand, tidak lucu!""Aku serius, tapi kenapa suaramu kecil sekali..""Itu.. aku, nanti aku telpon lagi."Tut.Renata segera menyimpan ponselnya menyadari reynand bangun dan menatapnya."Kau jadi ketiduran, kenapa tidak membangunkanku?" tanya Renata merasa tidak enak."Tidurmu terlihat nyenyak." Jawabnya sambil menengok rintikan gerimis yang mulai turun."Rey terima kasih untuk hari ini." ucap Renata tulus."Ya." Mereka pun terdiam. Renata menatap reynand lekat dan entah apa yang ia pikirkan.Cup.Reynand menoleh menatap renata yang tiba-tiba mencium pipinya. Renata terlihat terkejut dengan apa yang dilakukannya barusan."Ma-maafkan aku rey." Ucapnya sambil bergegas turun dari mobil. Reynand memegang pipinya sambil menatap renata berlari memasuki rumahnya dan ia pun tersenyum...
Malam harinya renata terlihat berguling-guling di atas ranjangnya. Ia terus merutuki kelakuannya tadi.
"Aduh bodoh. Kenapa juga aku menciumnya. Mulut nakal. Aw.." Ucapnya sambil memukul mulutnya sendiri.LINEReynand : Aku sudah sampai. 11.14Renata langsung terduduk membaca pesan reynand barusan. Tidak biasanya reynand memberinya kabar seperti ini.
Renata : Syukurlah.
Rey.. Maafkan aku. 11.15/ readReynand : Untuk?
11.15Renata : Kesalahanku hari ini.
11.16 /readReynand : Apa?
11.17Renata : Kelakuanku di mobil tadi. 😳
11.20/readReynand : Yang mana, saat kau tertidur.,
11.21Renata : Bukan. 11.21/ readReynand : Lalu..
11.21Renata : Tadi.. Aku mencium pipimu.
Maaf. 😓11.23/readKetik renata dan dengan ragu mengirimnya. Renata melihat reynand langsung membacanya. Ia menunggu namun tidak ada balasan.
"Ah... harga diriku!" Teriaknya sambil kembali berguling-guling di atas kasur. Sementara itu.Reynand hanya tersenyum dan melempar ponselnya ke atas ranjang."Kenapa juga harus minta maaf!" Ucapnya kembali tersenyum.Pagi itu. Renata terlihat berjalan santai memasuki kampusnya. Namun dari kejauhan ia melihat reynand yang tengah berjalan bersama dean temannya. Renata terlihat kaget lalu memutar arah. “Rey itu kekasihmu kan, ada apa dengannya?” tanya Dean saat melihat renata berbelok ke arah menuju perpustakaan. Reynand tidak menjawab ia hanya memperhatikannya dari jauh... “Hampir saja!” Aku menghela nafas lega sambil menarik salah satu kursi di hadapanku. Jujur aku masih malu dan belum mempunyai keberanian untuk bertemu dengannya, terlebih karena hal kemarin yang kulakukan. Karena sudah terlanjur di sini sepertinya sekalian saja aku mengerjakan tugas. Aku melirik jam di tanganku. Masih ada waktu 1 jam sebelum kuliahku di mulai. Awalnya aku ingin ke kantin untuk sarapan sambil mengerjakan tugas. Tapi karena bertemu reynand tadi sekarang aku di sini di perpustakaan. Aku mengeluarkan laptop dan meraba-
Beberapa hari kemudian. Malam itu sepulang bekerja aku pun terdiam di luar café menunggu reynand menjemputku. Reynand sudah mengirimiku pesan bahwa dia akan sedikit terlambat. Aku pun terdiam sambil memperhatikan sekitar. Suasana di sini terlihat mulai sepi. Aku meraih ponselku dan membaca kembali pesan dari reynand. Ini sudah hampir 20 menit, namun reynand belum juga datang. Aku pun berpikir akan pulang sendiri saja. Aku melihat masih ada waktu untukku pulang menggunakan bus terakhir. Aku pun mulai bangkit dan melangkah menuju halte. Kemudian aku mengetik pesan untuk memberitahukannya pada reynand. Namun belum sempat aku mengirimnya, tiba-tiba seseorang muncul dan mendekatiku. “Hai kau belum pulang?” Aku menoleh kaget melihat gio di sana. Ia tersenyum dan berjalan menghampiriku. “Belum aku masih menunggu.. kekasihku.” Jawabku sedikit ragu saat menyebutkan kata terakhirku. “Hm..” Gio meli
Aku segera berlari keluar dari mobil saat melihat sebuah ambulance terparkir di depan rumah jessi dan juna. Di saat bersamaan aku melihat jessi di tandu untuk memasuki ambulance. “Apa yang terjadi.” Tanyaku melihat jessi yang menangis kesakitan sambil memegangi perutnya. "Sepertinya terjatuh di kamar mandi dan saat ini kondisinya sedang hamil. Jadi kami harus segera membawanya ke rumah sakit. “ Jelas salah satu paramedis. “Rey.” Panggil jessi sambil meraih tangan reynand. “Jangan takut, semua akan baik-baik saja.” ucap Reynard sambil mengelus kepala jessi menenangkan. Dan tak lama jessi pun di masukkan ke dalam ambulance. Reynand memasuki mobilnya untuk segera mengikuti jessi menuju rumah sakit. Sepanjang jalan reynand coba menghubunginya juna karena tadi tidak melihatnya di tempat kejadian. Entah sudah berapa kali namun juna tidak juga menjawab panggilannya... Reynand
Renata terlihat sudah berada di café tempatnya bekerja. Ia kini terlihat tengah berada di depan meja kasir sambil memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Sejenak ia termenung dan teringat dengan sikap reynand yang membuatnya sedih. Apalagi hari ini reynand seperti sengaja tidak ingin menemuinya. “Ah..” pekiknya saat merasa nyeri di bagian ulu hatinya. Renata seharusnya tidak melewatkan jadwal makannya, ia memiliki maag akut. Dan itu bisa memicu penyakitnya kambuh. “Nata..” panggil Gio tiba-tiba muncul di depan meja kasir. “Ya.” Renata menjawab sedikit meringis. “Kau baik-baik saja?” Tanyanya sedikit khawatir melihat wajah renata yang sedikit pucat. “Aku.. baik, ada apa gio?” jawab Renata mencoba menyembunyikan rasa sakitnya dengan tersenyum. “Hmm.. bisakah kau membantuku sebentar, Mr. Liem menyuruhmu mengecek stock sayur dan bumbu!” Jelasnya dan renata pun mengangguk. “Hani, aku harus ke gudang. tidak apakan kalau kau jaga kasir sendirian?” tanya Renata pada gadis yang tenga
Seminggu terakhir ini aku cukup sibuk karena harus bulak-balik untuk mengurus jessi di rumah sakit dan juga mengurusi urusan di kampus yang menguras waktu dan tenagaku. Aku berencana ingin beristirahat malam ini. Aku baru saja mendudukan diri di tepi ranjang sambil mengisi batrai ponselku yang mati sejak siang tadi. Tak lama beberapa pesan berderetan muncul memenuhi layar ponselku. Aku pun mulai mengeceknya dan menyingkirkan pesan yang menurutku tidak begitu penting. Tanganku terhenti nama renata muncul dengan sebuah pesan yang membuat perasaanku tidak enak. Aku pun dengan cepat membuka dan membacanya. Renata : Rey, maaf lebih baik kita akhiri saja hubungan ini. Terima kasih untuk semuanya.18.12 Aku sungguh terkejut membaca pesan tersebut. Aku tahu hubunganku dengannya sedang rumit, tapi aku tidak menyangka ia bisa semudah itu ingin mengakhiri semuanya. Aku akui aku yang salah karena memiliki ego yang terlalu tinggi. Tapi itu bukan berarti aku tidak peduli dengan hubungan ini.
Tok. Tok. Tok. “Ya sebentar !” ucap Renata saat mendengar seseorang mengetuk pintu rumahnya. Ia berjalan dan segera membukanya. “rey..” Ucapnya lemah sedikit kecewa berbarengan dengan senyumannya yang memudar. “Kenapa, sepertinya kau tidak suka dengan kedatanganku?” tanya Gio malah tersenyum manis pada renata. “Bukan, hanya saja..” Renata menggantung ucapannya saat merasa ponsel yang di pegangnya bergetar. Ia melihat sebuah pesan dari reynand muncul di sana. Reynand: Aku masih di rumah sakit sekarang, sepertinya tidak bisa menjemputmu. Maaf. 8.30 “Kenapa, apa terjadi sesuatu?” tanya Gio bingung melihat renata masih menatap ponselnya. “Tidak. Hm.. ada apa pagi-pagi kau ke rumahku?” “Kau lupa percakapan kita kemarin malam.” ucap Gio balik bertanya. “Apa?” tanya Renata benar-benar lupa. Gio terdiam sejenak lalu ia melirik jam dinding di belakang Renata. Ini hampir jam setengah delapan dan ia tahu Renata kuliah pagi ini. “Sudah-sudah kita bahas nanti saja, kau m
Sepanjang perjalanan reynand tidak berkata sedik pun. Wajahnya masih saja datar bahkan berkali-kali aku terang-terangan menatapnya. Namun ia seperti sengaja menghiraukanku. “Kau marah?” Tanyaku ragu. Reynand terdiam dan tidak menjawab aku yakin dia pasti marah. Bukankah baru saja aku berjanji tidak akan pergi dengan pria lain selainnya. “aku sungguh tidak tahu kalo gio akan menjemputku.” Sambungku menjelaskan. “Sudahlah, aku sedang menyetir.” Jawabnya cepat. Tak berapa lama mobil pun berhenti tepat di depan cafe tempatku bekerja.“Aku akan menjemputmu jam 10.” Ucapnya dingin tanpa menatapku. Aku terdiam sejenak memutar otak untuk mencari cara agar reynand tidak marah padaku. Entah dari mana datangnya tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalaku. Aku melirik reynand sesaat. Walaupun ragu aku akan coba melakukannya. Aku membuka seltbetku dan coba mengumpulkan keberanian. Aku mendekati reynand dan menutup mataku lalu.. Cup “Maafkan aku rey..” Ucapku membuka mata setelah memberi sebuah k
Pagi itu renata sengaja bangun lebih pagi dari biasanya. Ia terlihat mengambil beberapa bahan di kulkas dan mulai memasak. Sesuai janjinya ia ingin membuat sarapan untuk reynand. Selesai memasak renata pun bergegas mandi dan bersiap ke kampus. Ia memilih pergi menggunakan bus karena tahu reynand tidak bisa menjemputnya hari ini. Sesampai di kampus renata pun coba menghubungi reynand. tut..tut.. “Hallo..” “Rey kau di mana?” “Di aula, kalau kau ingin bertemu reynand ke sini saja.” Jelasnya. “Ah, baiklah kak.” Tut. Renata masih memandangi ponselnya, entah siapa tadi yang berbicara dengannya. Yang pasti ia tahu keberadaan reynand sekarang. Tanpa berlama-lama renata pun segera menuju ke aula kampus. Sesampai di sana renata melihat banyak orang yang berlalu lalang di sana. Dengan segera ia mencari keberadaan reynand. Ia berlari kecil mendekati kerumunan orang dan coba menyelinap. “Rey..” Panggilnya pelan. Reynand berbalik sedikit terkejut dengan kehadiran renata di sana namun sesa
Pagi itu renata sengaja bangun lebih pagi dari biasanya. Ia terlihat mengambil beberapa bahan di kulkas dan mulai memasak. Sesuai janjinya ia ingin membuat sarapan untuk reynand. Selesai memasak renata pun bergegas mandi dan bersiap ke kampus. Ia memilih pergi menggunakan bus karena tahu reynand tidak bisa menjemputnya hari ini. Sesampai di kampus renata pun coba menghubungi reynand. tut..tut.. “Hallo..” “Rey kau di mana?” “Di aula, kalau kau ingin bertemu reynand ke sini saja.” Jelasnya. “Ah, baiklah kak.” Tut. Renata masih memandangi ponselnya, entah siapa tadi yang berbicara dengannya. Yang pasti ia tahu keberadaan reynand sekarang. Tanpa berlama-lama renata pun segera menuju ke aula kampus. Sesampai di sana renata melihat banyak orang yang berlalu lalang di sana. Dengan segera ia mencari keberadaan reynand. Ia berlari kecil mendekati kerumunan orang dan coba menyelinap. “Rey..” Panggilnya pelan. Reynand berbalik sedikit terkejut dengan kehadiran renata di sana namun sesa
Sepanjang perjalanan reynand tidak berkata sedik pun. Wajahnya masih saja datar bahkan berkali-kali aku terang-terangan menatapnya. Namun ia seperti sengaja menghiraukanku. “Kau marah?” Tanyaku ragu. Reynand terdiam dan tidak menjawab aku yakin dia pasti marah. Bukankah baru saja aku berjanji tidak akan pergi dengan pria lain selainnya. “aku sungguh tidak tahu kalo gio akan menjemputku.” Sambungku menjelaskan. “Sudahlah, aku sedang menyetir.” Jawabnya cepat. Tak berapa lama mobil pun berhenti tepat di depan cafe tempatku bekerja.“Aku akan menjemputmu jam 10.” Ucapnya dingin tanpa menatapku. Aku terdiam sejenak memutar otak untuk mencari cara agar reynand tidak marah padaku. Entah dari mana datangnya tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalaku. Aku melirik reynand sesaat. Walaupun ragu aku akan coba melakukannya. Aku membuka seltbetku dan coba mengumpulkan keberanian. Aku mendekati reynand dan menutup mataku lalu.. Cup “Maafkan aku rey..” Ucapku membuka mata setelah memberi sebuah k
Tok. Tok. Tok. “Ya sebentar !” ucap Renata saat mendengar seseorang mengetuk pintu rumahnya. Ia berjalan dan segera membukanya. “rey..” Ucapnya lemah sedikit kecewa berbarengan dengan senyumannya yang memudar. “Kenapa, sepertinya kau tidak suka dengan kedatanganku?” tanya Gio malah tersenyum manis pada renata. “Bukan, hanya saja..” Renata menggantung ucapannya saat merasa ponsel yang di pegangnya bergetar. Ia melihat sebuah pesan dari reynand muncul di sana. Reynand: Aku masih di rumah sakit sekarang, sepertinya tidak bisa menjemputmu. Maaf. 8.30 “Kenapa, apa terjadi sesuatu?” tanya Gio bingung melihat renata masih menatap ponselnya. “Tidak. Hm.. ada apa pagi-pagi kau ke rumahku?” “Kau lupa percakapan kita kemarin malam.” ucap Gio balik bertanya. “Apa?” tanya Renata benar-benar lupa. Gio terdiam sejenak lalu ia melirik jam dinding di belakang Renata. Ini hampir jam setengah delapan dan ia tahu Renata kuliah pagi ini. “Sudah-sudah kita bahas nanti saja, kau m
Seminggu terakhir ini aku cukup sibuk karena harus bulak-balik untuk mengurus jessi di rumah sakit dan juga mengurusi urusan di kampus yang menguras waktu dan tenagaku. Aku berencana ingin beristirahat malam ini. Aku baru saja mendudukan diri di tepi ranjang sambil mengisi batrai ponselku yang mati sejak siang tadi. Tak lama beberapa pesan berderetan muncul memenuhi layar ponselku. Aku pun mulai mengeceknya dan menyingkirkan pesan yang menurutku tidak begitu penting. Tanganku terhenti nama renata muncul dengan sebuah pesan yang membuat perasaanku tidak enak. Aku pun dengan cepat membuka dan membacanya. Renata : Rey, maaf lebih baik kita akhiri saja hubungan ini. Terima kasih untuk semuanya.18.12 Aku sungguh terkejut membaca pesan tersebut. Aku tahu hubunganku dengannya sedang rumit, tapi aku tidak menyangka ia bisa semudah itu ingin mengakhiri semuanya. Aku akui aku yang salah karena memiliki ego yang terlalu tinggi. Tapi itu bukan berarti aku tidak peduli dengan hubungan ini.
Renata terlihat sudah berada di café tempatnya bekerja. Ia kini terlihat tengah berada di depan meja kasir sambil memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Sejenak ia termenung dan teringat dengan sikap reynand yang membuatnya sedih. Apalagi hari ini reynand seperti sengaja tidak ingin menemuinya. “Ah..” pekiknya saat merasa nyeri di bagian ulu hatinya. Renata seharusnya tidak melewatkan jadwal makannya, ia memiliki maag akut. Dan itu bisa memicu penyakitnya kambuh. “Nata..” panggil Gio tiba-tiba muncul di depan meja kasir. “Ya.” Renata menjawab sedikit meringis. “Kau baik-baik saja?” Tanyanya sedikit khawatir melihat wajah renata yang sedikit pucat. “Aku.. baik, ada apa gio?” jawab Renata mencoba menyembunyikan rasa sakitnya dengan tersenyum. “Hmm.. bisakah kau membantuku sebentar, Mr. Liem menyuruhmu mengecek stock sayur dan bumbu!” Jelasnya dan renata pun mengangguk. “Hani, aku harus ke gudang. tidak apakan kalau kau jaga kasir sendirian?” tanya Renata pada gadis yang tenga
Aku segera berlari keluar dari mobil saat melihat sebuah ambulance terparkir di depan rumah jessi dan juna. Di saat bersamaan aku melihat jessi di tandu untuk memasuki ambulance. “Apa yang terjadi.” Tanyaku melihat jessi yang menangis kesakitan sambil memegangi perutnya. "Sepertinya terjatuh di kamar mandi dan saat ini kondisinya sedang hamil. Jadi kami harus segera membawanya ke rumah sakit. “ Jelas salah satu paramedis. “Rey.” Panggil jessi sambil meraih tangan reynand. “Jangan takut, semua akan baik-baik saja.” ucap Reynard sambil mengelus kepala jessi menenangkan. Dan tak lama jessi pun di masukkan ke dalam ambulance. Reynand memasuki mobilnya untuk segera mengikuti jessi menuju rumah sakit. Sepanjang jalan reynand coba menghubunginya juna karena tadi tidak melihatnya di tempat kejadian. Entah sudah berapa kali namun juna tidak juga menjawab panggilannya... Reynand
Beberapa hari kemudian. Malam itu sepulang bekerja aku pun terdiam di luar café menunggu reynand menjemputku. Reynand sudah mengirimiku pesan bahwa dia akan sedikit terlambat. Aku pun terdiam sambil memperhatikan sekitar. Suasana di sini terlihat mulai sepi. Aku meraih ponselku dan membaca kembali pesan dari reynand. Ini sudah hampir 20 menit, namun reynand belum juga datang. Aku pun berpikir akan pulang sendiri saja. Aku melihat masih ada waktu untukku pulang menggunakan bus terakhir. Aku pun mulai bangkit dan melangkah menuju halte. Kemudian aku mengetik pesan untuk memberitahukannya pada reynand. Namun belum sempat aku mengirimnya, tiba-tiba seseorang muncul dan mendekatiku. “Hai kau belum pulang?” Aku menoleh kaget melihat gio di sana. Ia tersenyum dan berjalan menghampiriku. “Belum aku masih menunggu.. kekasihku.” Jawabku sedikit ragu saat menyebutkan kata terakhirku. “Hm..” Gio meli
Pagi itu. Renata terlihat berjalan santai memasuki kampusnya. Namun dari kejauhan ia melihat reynand yang tengah berjalan bersama dean temannya. Renata terlihat kaget lalu memutar arah. “Rey itu kekasihmu kan, ada apa dengannya?” tanya Dean saat melihat renata berbelok ke arah menuju perpustakaan. Reynand tidak menjawab ia hanya memperhatikannya dari jauh... “Hampir saja!” Aku menghela nafas lega sambil menarik salah satu kursi di hadapanku. Jujur aku masih malu dan belum mempunyai keberanian untuk bertemu dengannya, terlebih karena hal kemarin yang kulakukan. Karena sudah terlanjur di sini sepertinya sekalian saja aku mengerjakan tugas. Aku melirik jam di tanganku. Masih ada waktu 1 jam sebelum kuliahku di mulai. Awalnya aku ingin ke kantin untuk sarapan sambil mengerjakan tugas. Tapi karena bertemu reynand tadi sekarang aku di sini di perpustakaan. Aku mengeluarkan laptop dan meraba-
Tok. Tok. Tok Reynand menurunkan kaca mobil sesaatku mengetoknya pelan. Aku tersenyum dan berdiri tepat di samping mobilnya. "Masuk." Ucapnya datar seperti biasa. Aku pun dengan cepat memutari mobil dan masuk. “Mau ku antar ke mana? “ Tanyanya cepat. Aku menoleh rasanya sedikit aneh dia ini kekasih atau supir pribadiku. "Ke rumah saja." Jawabku pelan. Dan setelah itu dia terdiam dan terfokus menyetir. Aku sesekali melirik ke arahnya ia terlihat acuh seperti biasa membuat suasana menjadi canggung dan aku tidak menyukainya. Padahal hari ini aku tidak bekerja. Dan sebenarnya aku ingin menghabiskan waktu berdua bersamanya. Aku sedikir ragu, namun aku ingin coba bertanya padanya. "Hm.. rey?" Ia melirikku singkat saatku memanggilnya. "Hari ini aku libur?" Ucapku pelan. "Ya, lalu?" Tanyanya acuh. Aku sedikit kesal mendengar tanggapannya. Rasanya akan ak