Share

5. Makan Malam

Penulis: kania_mayy
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-18 07:59:00

Sepanjang perjalan suasana sepi seperti biasanya. Aku terdiam termenung menatap ke arah jalanan. 

“Lupakan jessi rey, dan jangan jadikan wanita itu pelarian.” Ucapan itu seakan terniang-niang di telingaku.

Saat aku berjalan melewati sebuah rungan tanpa sengaja aku mendengar percakapan itu. Dan entah mengapa itu membuatku sedikit kecewa. Aku sangat sadar semua yang kita lakukan hanya sandiwara dan bahkan aku bukan pelariannya. Dia melakukan ini semua karena terpaksa. Lalu kenapa aku sedih dengan kenyataan ini. 

.

Setelah sekitar 1 jam perjalanan akhirnya mobil pun berhenti di sebuah rumah yang cukup megah dengan halaman yang cukup luas. Dari kejauhan terlihat 2 orang yang berjalan mendekat untuk menyambut kedatangan kami.

“Hai akhirnya kalian datang juga..” sapa Jessi ramah sambil merangkul lengan suaminya. Reynand terlihat fokus menatapnya. 

“Ya. Sesuai janjiku.” jawab Reynand cepat. Aku hanya meliriknya saat tiba-tiba ia meraih tanganku untuk ia genggam. Aku sadar dan di sini sandiwara akan di mulai. Aku mencoba tersenyum ramah pada Jessi dan Juna. 

“Aku senang akhirnya kita bisa mempunyai waktu untuk berkumpul seperti ini?“ ucap Juna. 

“Hm.. tapi Renata, apakah untuk datang ke sini kau jadi bolos bekerja?“ pertanyaan Jessi membuatku sedikit terkejut aku tidak menyangka ia akan menanyakannya. Reynand dan Juna terlihat menatap bingung ke arahku.  

“Tidak, kebetulan hari ini aku libur.” Ucapku menjelaskan. 

“Wah apakah kau kuliah sambil bekerja Renata?“ tanya Juna sedikit terkejut. 

“Iya, mau gimana lagi aku hanya bisa mengandalkan diriku sendiri.” Jawabku pelan. Namun tak ku sangka Juna malah bertepuk tangan mendengarnya. 

“Hebat ternyata kau gadis yang mandiri.” puji Juna membuatku tersenyum tersipu. Aku melihat Jessi seperti menatap tidak suka padaku. Ternyata itu karena Reynand yang kini tersenyum singkat dan tengah mengelus rambutku.

“Ayo kita masuk, kita lanjut mengobrol sambil makan malam.” ajak Juna. 

Singkat cerita kami pun sudah berada di sebuah ruangan denganmeja makan berbentuk segi panjang. Beberapa hidangan terlihat sudah berjejer rapi di sana. Seorang pelayan pun  terlihat datang dan menungkan minuman di gelas.

“Ini steak kesukaanmu rey, aku sengaja mendatangkan langsung koki dari resto favorite kita.” ucap Jessi antusias.

Sontak aku terkejut dan sepertinya Juna tidak kalah terkejutnya sepertiku. Aku pun melirik ke arah Reynand, tapi ia terlihat santai saja seperti tidak memperdulikan ucapan Jessi barusan.

“Oh ya?” tanggap Reynand singakat sambil memotong-motong daging di piringnya. Mendengar hal itu Jessi terlihat sedikit kesal. Juna yang melihat hal itu pun coba untuk menghiburnya. 

“Hey rey kau harusnya berterimakasih pada istriku. Dari kemarin ia terlihat antusias untuk  mempersiapkan makan malam ini.”

“Seharusnya tidak usah berlebihan, ini hanya makan malam.” tanggap Reynand dingin. Jessi terlihat semakin kesal sambil menatap Reynand.

“Rey..” ucapku menyikut pelan lengan Reynand. Menurutku sikap Reynand sudah keterlaluan.

Reynand menoleh cepat membuatku sedikit terkejut. Apalagi tiba-tiba saja ia mengangkat piring milikku. Aku kira ia marah hingga menyita makananku ternyata bukan. Reynnad sengaja menukar makananku dengan miliknya. Ia ternyata sudah memotong-motong kecil daging di piring tersebut. Aku menoleh sedikit takjub tidak menyangka dengan sikapnya ini.

“T-thanks rey.” Ucapku pelan dan ia hanya membalas dengan sebuah  deheman kecil.

“Wah rey aku senang kau sudah berubah dan terlihat lebih manusiawi. Ha.. Ha...” gurau Juna yang juga terlihat terkejut melihat sikap tak biasa dari sahabatnya ini.

Sementara itu Reynand hanya tersenyum singkat sambil kembali memotong daging di hadapannya. Ia seakan tidak peduli dengan Jessi yang kini tengah menatap tajam padanya.

Dia tersenyum.” gumamku dalam hati saat tanpa sengaja memperhatikan gerak gerik Reynand. Namun aku seketika terkejut karena tiba-tiba saja Reynand menoleh ke arahku. Aku yang gelagapan langsung meraih garpuh dan hendak memasukannya ke mulutku.

“Apa yang akan kau makan?” tanya Reynand datar. Seketika aku tersadar ternyata tidak ada apapun di garpuhku.

“Ah dagingku terjatuh.” Ucapku kikuk sambil menusuk sepotong daging dan segera memakannya. Aku susah payah menguyahnya karena ternyata potongan daging tersebut cukup besar hingga memenuhi mulutku. Juna terlihat tersenyum geli melihat ke arahku.

“Ternyata Renata mempunyai selera makan yang cukup bagus?” ucapnya.

Aku hanya bisa tersenyum malu tanpa merespon apapun. Di sisi lain aku sadar kini Jessi terang-terang menatapku. Saat pandangan kami beradu terlihat jelas ia ingin mengejekku dengan memperlihat cara makannya yang anggun. Ia Memotong sedikit daging dan memakannya, kemudian ia menguyahnya dengan perlahan. Aku pun tertunduk malu, seharusnya aku tidak bersikap sembarangan bagaimana kalau Reynnad ikut malu karena sikapku.

Set.

Aku mendongak kaget, saat tiba-tiba sebuah tissue menyapu lembut sudut bibirku. Bola mataku hampir saja keluar karena tak menyangka Reynand akan bersikap seperhatian ini.

Deg. Deg. Deg

Hatiku berdegup tak karuan melihat perlakuannya.

“Belepotan.” Ucapnya singkat dengan ekpresi wajah datar.

“Maaf.” Jawabku masih menatapnya dan tanpa terduga dia tersenyum singkat. Entah mengapa seketika wajahku memanas. Aku meraih gelas di hadapanku dan segera meminumnya. Aku menyimpan gelasku dan mendapati Juna tersenyum menonton perlakuan Reynand padaku.

“Waw, aku sampai takjub ternyata kau banyak berubah rey, syukurlah?” ucap Juna senang.

Treng. 

Semua kini menatap ke arah Jessi garpunya terlihat terjatuh. Ia mematung tatapannya seakan tidak suka melihat perlakuan Reynand padaku. Terlihat jelas tatapan sinisnya tertuju padaku.

“Mau ku ambilkan yang baru, sayang?” tanya Juna penuh perhatian. 

“Tidak, aku akan ambil sendiri.” Jawabnya lalu bangkit dan pergi menuju dapur. Aku dan Reynand saling menatap bingung. Sementara itu Juna seperti menyadari ada yang tidak beres dengan sikap istrinya itu.

Selesai acara makan malam kami pun  berkumpul di sebuah ruangan. Di sana terdapat sebuah bar mini dan meja billiard di tengahnya. Kami sedikit bersanati sambil berbincang.

“Jadi kalian satu kampus?” tanya Juna penasaran.

“Iya kebetulan reynand seniorku di kampus.” Jawabku sambil tersenyum.

“Rey, ayo kita bermain billiard.” ajak Jessi sambil memberikan sebuah stik billiard pada Reynand. Reynand mengambilnya dan mereka pun mulai bermain. Sementara aku hanya terdududk di sofa sambil menonton mereka bermain dengan serunya.

“Gilliranmu?“ ucap Juna tiba-tiba memberikan stik billiard padaku.

“Ah- tidak aku tidak bisa. Aku menonton saja.” Tolakku sambil tersenyum.

“Tidak bermain artinya kau kalah dan harus minum sebagai hukumannya.” Ucap Jessi senang lalu berlari kecil menuju meja bar.

“Tapi..”

“Ini cepat minum.” Jessi sudah kembali dan menyodorkan segelas minuman berwarna  keemasan padaku.  Aku bingung harus apa tapi mereka seperti menungguku untuk meminumnya. Aku perlahan mengambil gelas dan meminumnya. Baru seteguk aku berhenti meminumnya. Aku menyerngitkan dahi merasakan rasa asing. Sepertinya aku kurang menyukai rasa ini.

“Bisakah ku ganti dengan jus atau soda saja!” ucapku dan seketika Juna tertawa.

“Tidak, minum itu hanya satu gelas saja.” desak Jessi sedikit memaksaku.

Aku pun ragu namun sepertinya harus meminumnya. 

“Sudahlah.” Reynand tiba-tiba merebut gelas di tanganku lalu menegaknya hingga habis. Aku dan Jessi terkejut melihat hal itu. “dengan begini selesai kan.” Lanjutnya. 

“Rey..” jerit Jessi seperti kesal. Juna pun datang menghampiri istrinya.

“Sudah sayang, rey sudah menggantikan hukuman renata. ” Ucapnya lembut.

“Tapi-“

“Sudahlah, ayo kita lanjutkan permainan. Giliranmu jess!” ucap Reynand dan Jessi pun mengambil stick yang Reynand sodorkan dengan kesal.

Permainan pun berjalan hingga akhirnya Jessi datang menghampiriku lagi.

“Giliranmu lagi, main atau minum?” tanya Jessi padaku. Aku terdiam sesaat bingung karena aku kira aku tidak akan dapat giliran.

“Biar aku saja.“

“Tidak rey, kali ini aku saja yang akan minum.” porong Jessi tiba-tiba mengambil segelas wiski dan menegaknya hingga habis. Aku sedikit bingung melihat Jessi kali ini. Dan yang semakin aku tidak mengerti hal itu berulang setiap datang giliranku. Jessi dengan inisiatifnya akan minum menggantikanku. Aku menatap khawatir pada Reynand dan sepertinya ia mengerti.

“Kita sudahi saja permainan ini?” ucap Reynand sambil melihat jam di tangannya. 

“Baiklah, sepertinya ini sudah cukup malam.” tambah Juna. 

“Tidak, baru jam 11 saja. Lagian ini belum lewat tengah malam.” protes Jessi. 

“Mereka harus pulang sayang, karena besok harus kuliah.” jelas Juna meraih tubuh istrinya yang terlihat sedikit mabuk.

“Oh, ya sudah.” Jawabnya menyerah.

 “Terima kasih atas makan malamnya.” Ucapku tersenyum tulus.

"Sama-sama, lain kali kalian bisa datang lagi ke sini.” Aku melirik ke arah Reynand saat mendengar ucapan Juna. 

“Ah- iya.” Jawabku pelan. 

“Kalau begitu, kami pergi dulu.” pamit Reynand tersenyum singkat.

“Ya rey hati-hati.” ucap Juna tersenyum padanya. Reynand menatap Jessi ia terlihat lemas bersandar di pelukan Juna. 

“Bye rey.” ucap Jessi sambil melambai dan Reynand hanya berdehem lalu meraih tanganku untuk pergi menuju mobil.

Ia membuka pintu untukku dan aku pun masuk. Aku menatapnya yang tengah berjalan memutari mobil untuk menuju kursi kemudi. Sungguh orang-orang tidak akan menyangka bahwa semua ini hanya sandiwara belaka.

 .

Tepat pukul 12 malam mobil yang di kendraaan kami pun sampai di depan rumahku. Aku perlahan membuka seatbelt dan menoleh ke arah Reynand.

“Terima kasih untuk malam ini.” Ucap Reynand terdengar tulus. Aku tersenyum. “Maksudku terima kasih telah berakting sebagai kekasihku.” Tambahnya dan senyumku menghilang mendengar ucapannya.

“Ah iya rey.” Jawabku singkat.  Reynand terlihat membuka dasboard di depan lalu mengambil sebuah amplop coklat kemudian memberikannya padaku. “Apa ini?” tanyaku bingung.

“Ini imbalan, karena telah membantuku.” ucap Reynand pelan.

“Hah, rey kau tidak perlu membayarku. Ini bukan sebuah pekerjaan.” Tolakku sambil mengembalikan amplop tersebut pada Reynand. Kini reynand yang terlihat kebingungan.

“Lalu bagaimana caraku untuk berterima kasih?” tanyanya.

Aku terdiam sejenak dan berpikir. “Bersikap baiklah padaku, itu sudah cukup.” Jelasku sambil tersenyum. Reynand terdiam tidak merespon apapun. Aku pun turun. “Selamat malam rey!” ucapku sambil menutup pintu mobil dan bergegas memasuki rumahku.

.

POV Arnand

Aku masih terdiam saat melihat gadis itu berlari kecil keluar dari sebuah mobil dan bergegas memasuki rumahnya. Padahal kemarin jelas ia bilang padaku akan menginap bersama temannya. Lalu apa yang sedang kulihat sekarang. Aku meraih ponselku dan menekan tombol 2 cukup lama. Panggilan cepat pun berlangsung.

Tut...tut

“Yah Arnand?” panggilnya ceria.

“Kau di mana?”

“Di rumah.”

“Tidak jadi menginap?”

“Ah- itu temanku. Dia.. kedatangan sodaranya, jadi aku tidak bisa menginap.” 

“Oh begitu.”

“Hm.. memang kenapa?”

“Tidak, sudah malam cepat tidur.”

“Ya.."

“Jangan lupa nyalakan lampu depan rumahmu.”

“Ah lampu depan..”

Tut. 

Aku menyimpan ponselku dan bergegas pergi dari sana. Aku sedikit kecewa karena ternyata Renata membohongiku seperti ini. Dia bersama seorang pria kenapa tidak jujur saja padaku. Memang apa salahnya aku tidak akan melarangnya.

Keesokan harinya.

Renata terlihat bergegas menuju kampusnya. Di koridor tak sengaja ia melihat Reynand yang tengah berjalan bersama temannya. 

“Hai rey..” Renata pun coba untuk menyapanya terlebih dahulu.

“Kau gadis yang minggu lalu mengamuk pada rey kan. Ada apa ini, apa kalian sudah berdamai?“ tanya teman Reynand yang jelas heran dengan sikap ramah Renata kali ini.

“Ah iya waktu itu-“

“Cepat, kita sudah terlambat.” potong Reynand kemudian berlalu meninggalkan Renata. 

“Eh, sepertinya aku salah.” Ucapnya sambil tersenyum dan memangut pergi menyusul Reynand. “ Tunggu rey. “ Renata memutar mata kesal menatap Reynand yang sudah menjauh. Ia tidak menyangka Reynand seperti sengaja mengabaikannya.

“Apa-apaan ini tidak bisakah dia bersikap baik, setidaknya untuk berbalas budi.” gerutu Renata kesal.

Siang harinya Renata terlihat duduk di salah meja kantin untuk makan siang. Ia hanya memesan sebuah minuman. Ia lalumengeluarkan bekal yang sedari tadi dibawanya. Entah ide dari mana Renata mempunyai inisiatif untuk membuatkan roti isi untuk Reynand. Untung saja ia tidak langsung memberikannya. Kalau tidak,  tidak akan terbayang betapa memalukannya hal itu. Ia pun membuka bekalnya  itu lalu mulai memakannya. Dari kejauhan ia melihat Arnand yang tengah berjalan.

“Arnand..” teriak Renata sambil melambaikan tangannya. Arnand terlihat menolehnya namun sesaat ia kembali berjalan tanpa berniat menghampiri Renata. “Hei Arnand.. “ Renata kembali berteriak memanggil namanya tapi Arnand malah semakin menjauh pergi. Renata pun bangkit dan bergegas membereskan barangnya lalu berusaha mengejar Arnand.

Renata sedikit kebingungan karena tiba-tiba saja ia kehilangan jejak Arnand. Tak ambil pusing Renata pun segera mengambil ponselnya. Ia mencoba menghubungi Arnand, tadi entah mengapa Arnand tidak kunjung menjawabnya. Bahkan sudah hampir 5x. Tidak seperti biasanya Arnand tidak pernah sekalipun mengabaikan panggilan telponnya dari Renata. Renata pun berusaha berpikir positif mungkin saja Arnand tidak tahu dan akan menelpon balik.

Sore pun berlalu.

Berkali-kali Renata mengcek ponselnya. Namun Arnand belum juga menghubunginya, bahkan pesan yang ia kirimkan belum ada yang Arnand baca.

“Ada apa ini, kenapa tiba-tiba Arnand bersikap seperti ini padaku?” gumam Renata khawatir. “tidak bisa seperti ini aku harus menemuinya.” Ia pun bangkit menuju kelas Arnand. Seingatnya Arnand mengambil kelas bahasa hari ini.

“Dia baru saja pergi?” Ucap salah seorang senior saat Renata bertanya keberadaan Arnand padanya.

“Ah begitu yah. Terima kasih kak.”

Renata pun berjalan lemas di koridor, ia terlihat kelelahan mencari keberadaan sahabatnya itu. Dan di saat seperti itu ia melihat Beni teman dekat Arnand sedang berada di ujung koridor. Ia pun berlari kecil untuk segera menghampirinya.

 “Kak ben, lihat Arnand tidak?”

“Kalau tidak salah dia ke kantin. Coba cari di sana?” Jawabnya.

“Ah, ya terima kasih kak.” ucap Renata sambil segera berlari menuju kantin. 

Sesampai di sana Renata mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Hingga akhirnya ia melihat Arnand tengah makan sendiri di sebuah meja. Dengan langkah cepat Renata mendatangi meja Arnand.

“Arnand, kau menyebalkan sekali hari ini. Kenapa malah main petak umpet denganku?” keluh Renata kesal lalu duduk di samping Arnand. “Dan kenapa kau tidak menjawab telpon dariku?” Lanjutnya sambil mengambil kerupuk di piring Arnand. Arnand terdiam lalu menghentikan aktifitas makannya. “Maaf aku juga lapar.”ucap Renata cengegesan.

“Makan saja semua.” jawab Arnand dingin lalu bangkit. Renata terlihat terkejut dengan reaksi tak biasa dari Arnand.

“Kau mau kemana?” cegah Renata melihat Arnand akan pergi. Arnand menepis tangan Renata lalu berlalu pergi. Renata pun ikuti bangkit untuk mengejarnya.

“Arnand tunggu, maafkan aku. Aku tidak lapar, aku tidak akan memakan makananmu?” ucap Renata. Ia pun berjalan cepat  coba mengimbangi langkah Arnand. Namun Arnand terlihat acuh dan malah mempercepat langkahnya.

“Arnand tunggu..” kini Renata pun sedikit berlari untuk mengejar Arnand. “Aku bilang tunggu..” Renata terlihat kesal lalu menarik paksa lengan Arnand hingga akhirnya Arnand berhenti dan berbalik . Ia terlihat  menatap dingin pada Renata.

“Kau sebenernya kenapa?“ tanya Renata sambil mencoba mengatur nafasnya. “Kenapa kau menghindariku. Apa aku berbuat salah atau membuatmu marah?“ Tanyanya kesal.

Arnand terlihat mendengus dan tersenyum sinis. “Bahkan kau sendiri tidak menyadari kesalahanmu?“ ucap Arnand malas lalu hendak pergi namun lagi-lagi Renata menahannya.

“Tidak, jelaskan padaku apa salahku?“ tanya Renata bingung sementara itu Arnand terlihat menatapnya lalu membuang nafas kasar seperti menahan rasa kesalnya. 

“Apa sulit untukmu untuk berkata jujur padaku?” Tanya Arnand cepat.

“Maksudmu?” Renata mengerutkan keningnya bingung. Arnand menyingkirkan tangan Renata di lengannya.

“Kau- berbohong padaku renata.” ucap Arnand dingin.

“Berbohong, tentang apa Arnand. Aku tidak mengerti!” kelak Renata  makin bingung. Arnand kini terdiam sejenak lalu menatap lurus pada Renata.

“Apa aku pernah mengekangmu, apa aku pernah melarangmu melakukan apa yang kau mau nata?” tanya Arnand sedikit kesal.

“Sebenarnya apa yang kau bicarakan Arnand.”

“Semalam kau dari mana?” tanya Arnand.

“Aku tidak kemana-mana.” jawab Renata sedikit gugup.

“Kau yakin?”

“I-ya.”

“Lalu yang semalam keluar dari sedan hitam itu siapa, apa kau memiliki kembaran ?”

Deg.

Renata begitu terkejut mendengar ucapan Arnand. Ternyata Arnand tahu kebohongannya. Sekertika ia pun cemas.

“Arnand, aku-,"

“Kenapa kau harus berbohong padaku?” tanya Arnand dingin.

“Maaf.” jawab Renata pelan sambil meremas tangannya.

“Padahal aku khawatir karena tidak biasanya kau tidak ingin ku jemput. Aku bahkan mencarimu ke cafe dan mereka bilang kau libur dan aku tahu itu bukan jadwalmu.. “ jelas Arnand kesal. 

“Maafkan aku Arnand.” ucap Renata penuh sesal. 

“Apa sulit untukmu jujur kalau kau ingin berkencan. Aku juga tidak akan melarangmu, tapi tolong jangan berbohong dan membuatku khawatir.” 

“Ya, maafkan aku.” ucap Renata lagi sambil menunduk. 

“Semaleman aku coba mencarimu, tapi tidak tahu harus ke mana. Aku juga coba menelpon dan kau sengaja mematikan ponselmu. Aku menunggumu pulang bahkan hingga tengah malam. Apa kau tahu itu?“ jelas Arnand sedikit membentak sementara itu Renata hanya tertunduk tanpa menjawab apapun. “Saat kau bersikap tidak biasa aku selalu khawatir apa kau dalam masalah, aku sudah berjanji akan menjadi orang yang bisa kau andalkan. Tapi kenapa kau harus membohongiku seperti ini.” lanjut Arnand meluap kekecewaannya.

“Ma-af.” ucap Renata dengan nada yang sedikit bergetar.

“Aku terlanjur kecewa nata, tolong jangan temui aku dulu.” pinta Arnand dan ia pun hendak pergi melangkah pergi. 

Bruagh. 

Arnand kembali berbalik karena mendengar ada sesuatu yang jatuh. Ia terlihat bingung mendapati Renata yang kini tengah berjongkok dan mulai menangis. Tasnya terlihat tergelak di lantai. 

“A- aku memang salah.. dan aku bilang maaf. Tapi hiks.. kenapa kau berteriak padaku, kenapa kau membentakku Arnand. hueee....” ucap Renata dengan suara bergetar. Arnand terkejut ia tidak menyangka reaksi Renata akan seperti ini.

“Kau menangis?“ tanya Arnand heran. Renata mengangkat wajahnya dan menatap tajam pada Arnand. Arnand melihat pipi Renata sudah basah oleh air mata. Ia merasa sedikit bersalah. Arnand pun bergegas menghampiri Renata.

Bab terkait

  • Beautiful Mistake    6. Sudahi sandiwara ini

    “Hei, apa yang kau lakukan. Ayo berdiri?” ucap Arnand.Renata terlihat tidak bergeming, ia seperti terpaku di tempatnya. Arnand meraih tangannya dan coba menariknya. “Jangan seperti anak kecil nata, ayo bangun.” Bujuknya.“Kalau kau membenciku, tinggalkan aku dan jangan pedulikan aku.” teriak Renata sambil menepis tangan Arnand. Ia menunduk dan menangis lagi. Arnand terdiam sejenak menatap Renata. Bagaimana pun juga di mata Arnand Renata hanyalah seorang adik perempuan yang harus ia lindungi. Perlahan Arnand pun berjongkok di hadapan Renata. “Maafkan aku.” ucap Arnand lembut. Renata menoleh dan menatapnya.“Tidak, tadi kau membentakku. Kau berteriak padaku, kau membenciku Arnand?” jawab Renata sambil menangis sesenggukan.“Iya maaf, maafkan aku nata. Aku terlalu keras padamu.” ucapnya dengan nada menyesal.“Aku tahu aku salah, tapi jangan membentakku Arnand. Sampai-sampai kau menghindariku seperti tadi!” jawab Renata di sela tangisannya. “Baiklah, aku salah maafkan aku.” ucap Arnan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18
  • Beautiful Mistake    7. Hal yang tak terduga

    Sudah hampir setengah jam aku menunggunya di dalam mobilku. Namun aku lihat mereka masih saja berkumpul, entah apa yang mereka lakukan. Kalau saja hari ini aku tidak menerima telphone aneh. Mungkin aku tidak ada di sini. Pagi tadi seorang pria yang mengaku sahabatnya menelponku. Tanpa basa-basi ia memintaku menjemput renata mengantikannya. Alasannya karena dia mengira aku benar-benar kekasih renata. Entah mengapa aku tidak bisa menolaknya apalagi saat ia memintaku untuk menjaga renata. Ada keraguan saat aku ingin mengungkap kebenaran yang ada. “Aaargghh..” Aku merasa kesal dengan diriku sendiri yang seakan terjebak di situasi yang semakin rumit. Aku menyandarkan kepakaku di kemudi, namun sesaat kemudian aku mendengar suasana ramai. Terlihat beberapa orang berhamburan keluar. Akhirnya mereka pulang juga. Aku terdiam di dalam mobil mengedarkan pandanganku untuk mencari keberadaan renata. Dan tak berapa lama ia terlihat berjalan keluar. Aku masih memperh

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18
  • Beautiful Mistake    8. Mari awali dengan indah

    Tok. Tok. Tok Reynand menurunkan kaca mobil sesaatku mengetoknya pelan. Aku tersenyum dan berdiri tepat di samping mobilnya. "Masuk." Ucapnya datar seperti biasa. Aku pun dengan cepat memutari mobil dan masuk. “Mau ku antar ke mana? “ Tanyanya cepat. Aku menoleh rasanya sedikit aneh dia ini kekasih atau supir pribadiku. "Ke rumah saja." Jawabku pelan. Dan setelah itu dia terdiam dan terfokus menyetir. Aku sesekali melirik ke arahnya ia terlihat acuh seperti biasa membuat suasana menjadi canggung dan aku tidak menyukainya. Padahal hari ini aku tidak bekerja. Dan sebenarnya aku ingin menghabiskan waktu berdua bersamanya. Aku sedikir ragu, namun aku ingin coba bertanya padanya. "Hm.. rey?" Ia melirikku singkat saatku memanggilnya. "Hari ini aku libur?" Ucapku pelan. "Ya, lalu?" Tanyanya acuh. Aku sedikit kesal mendengar tanggapannya. Rasanya akan ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-18
  • Beautiful Mistake    9. De javu

    Pagi itu. Renata terlihat berjalan santai memasuki kampusnya. Namun dari kejauhan ia melihat reynand yang tengah berjalan bersama dean temannya. Renata terlihat kaget lalu memutar arah. “Rey itu kekasihmu kan, ada apa dengannya?” tanya Dean saat melihat renata berbelok ke arah menuju perpustakaan. Reynand tidak menjawab ia hanya memperhatikannya dari jauh... “Hampir saja!” Aku menghela nafas lega sambil menarik salah satu kursi di hadapanku. Jujur aku masih malu dan belum mempunyai keberanian untuk bertemu dengannya, terlebih karena hal kemarin yang kulakukan. Karena sudah terlanjur di sini sepertinya sekalian saja aku mengerjakan tugas. Aku melirik jam di tanganku. Masih ada waktu 1 jam sebelum kuliahku di mulai. Awalnya aku ingin ke kantin untuk sarapan sambil mengerjakan tugas. Tapi karena bertemu reynand tadi sekarang aku di sini di perpustakaan. Aku mengeluarkan laptop dan meraba-

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Beautiful Mistake    10. Salah Paham

    Beberapa hari kemudian. Malam itu sepulang bekerja aku pun terdiam di luar café menunggu reynand menjemputku. Reynand sudah mengirimiku pesan bahwa dia akan sedikit terlambat. Aku pun terdiam sambil memperhatikan sekitar. Suasana di sini terlihat mulai sepi. Aku meraih ponselku dan membaca kembali pesan dari reynand. Ini sudah hampir 20 menit, namun reynand belum juga datang. Aku pun berpikir akan pulang sendiri saja. Aku melihat masih ada waktu untukku pulang menggunakan bus terakhir. Aku pun mulai bangkit dan melangkah menuju halte. Kemudian aku mengetik pesan untuk memberitahukannya pada reynand. Namun belum sempat aku mengirimnya, tiba-tiba seseorang muncul dan mendekatiku. “Hai kau belum pulang?” Aku menoleh kaget melihat gio di sana. Ia tersenyum dan berjalan menghampiriku. “Belum aku masih menunggu.. kekasihku.” Jawabku sedikit ragu saat menyebutkan kata terakhirku. “Hm..” Gio meli

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Beautiful Mistake    11. Hanya Cinta Sendiri

    Aku segera berlari keluar dari mobil saat melihat sebuah ambulance terparkir di depan rumah jessi dan juna. Di saat bersamaan aku melihat jessi di tandu untuk memasuki ambulance. “Apa yang terjadi.” Tanyaku melihat jessi yang menangis kesakitan sambil memegangi perutnya. "Sepertinya terjatuh di kamar mandi dan saat ini kondisinya sedang hamil. Jadi kami harus segera membawanya ke rumah sakit. “ Jelas salah satu paramedis. “Rey.” Panggil jessi sambil meraih tangan reynand. “Jangan takut, semua akan baik-baik saja.” ucap Reynard sambil mengelus kepala jessi menenangkan. Dan tak lama jessi pun di masukkan ke dalam ambulance. Reynand memasuki mobilnya untuk segera mengikuti jessi menuju rumah sakit. Sepanjang jalan reynand coba menghubunginya juna karena tadi tidak melihatnya di tempat kejadian. Entah sudah berapa kali namun juna tidak juga menjawab panggilannya... Reynand

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • Beautiful Mistake    12. PUTUS

    Renata terlihat sudah berada di café tempatnya bekerja. Ia kini terlihat tengah berada di depan meja kasir sambil memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Sejenak ia termenung dan teringat dengan sikap reynand yang membuatnya sedih. Apalagi hari ini reynand seperti sengaja tidak ingin menemuinya. “Ah..” pekiknya saat merasa nyeri di bagian ulu hatinya. Renata seharusnya tidak melewatkan jadwal makannya, ia memiliki maag akut. Dan itu bisa memicu penyakitnya kambuh. “Nata..” panggil Gio tiba-tiba muncul di depan meja kasir. “Ya.” Renata menjawab sedikit meringis. “Kau baik-baik saja?” Tanyanya sedikit khawatir melihat wajah renata yang sedikit pucat. “Aku.. baik, ada apa gio?” jawab Renata mencoba menyembunyikan rasa sakitnya dengan tersenyum. “Hmm.. bisakah kau membantuku sebentar, Mr. Liem menyuruhmu mengecek stock sayur dan bumbu!” Jelasnya dan renata pun mengangguk. “Hani, aku harus ke gudang. tidak apakan kalau kau jaga kasir sendirian?” tanya Renata pada gadis yang tenga

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15
  • Beautiful Mistake    13. Tak'an Rela

    Seminggu terakhir ini aku cukup sibuk karena harus bulak-balik untuk mengurus jessi di rumah sakit dan juga mengurusi urusan di kampus yang menguras waktu dan tenagaku. Aku berencana ingin beristirahat malam ini. Aku baru saja mendudukan diri di tepi ranjang sambil mengisi batrai ponselku yang mati sejak siang tadi. Tak lama beberapa pesan berderetan muncul memenuhi layar ponselku. Aku pun mulai mengeceknya dan menyingkirkan pesan yang menurutku tidak begitu penting. Tanganku terhenti nama renata muncul dengan sebuah pesan yang membuat perasaanku tidak enak. Aku pun dengan cepat membuka dan membacanya. Renata : Rey, maaf lebih baik kita akhiri saja hubungan ini. Terima kasih untuk semuanya.18.12 Aku sungguh terkejut membaca pesan tersebut. Aku tahu hubunganku dengannya sedang rumit, tapi aku tidak menyangka ia bisa semudah itu ingin mengakhiri semuanya. Aku akui aku yang salah karena memiliki ego yang terlalu tinggi. Tapi itu bukan berarti aku tidak peduli dengan hubungan ini.

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-15

Bab terbaru

  • Beautiful Mistake    16. Rindu

    Pagi itu renata sengaja bangun lebih pagi dari biasanya. Ia terlihat mengambil beberapa bahan di kulkas dan mulai memasak. Sesuai janjinya ia ingin membuat sarapan untuk reynand. Selesai memasak renata pun bergegas mandi dan bersiap ke kampus. Ia memilih pergi menggunakan bus karena tahu reynand tidak bisa menjemputnya hari ini. Sesampai di kampus renata pun coba menghubungi reynand. tut..tut.. “Hallo..” “Rey kau di mana?” “Di aula, kalau kau ingin bertemu reynand ke sini saja.” Jelasnya. “Ah, baiklah kak.” Tut. Renata masih memandangi ponselnya, entah siapa tadi yang berbicara dengannya. Yang pasti ia tahu keberadaan reynand sekarang. Tanpa berlama-lama renata pun segera menuju ke aula kampus. Sesampai di sana renata melihat banyak orang yang berlalu lalang di sana. Dengan segera ia mencari keberadaan reynand. Ia berlari kecil mendekati kerumunan orang dan coba menyelinap. “Rey..” Panggilnya pelan. Reynand berbalik sedikit terkejut dengan kehadiran renata di sana namun sesa

  • Beautiful Mistake    15. Kejelasan

    Sepanjang perjalanan reynand tidak berkata sedik pun. Wajahnya masih saja datar bahkan berkali-kali aku terang-terangan menatapnya. Namun ia seperti sengaja menghiraukanku. “Kau marah?” Tanyaku ragu. Reynand terdiam dan tidak menjawab aku yakin dia pasti marah. Bukankah baru saja aku berjanji tidak akan pergi dengan pria lain selainnya. “aku sungguh tidak tahu kalo gio akan menjemputku.” Sambungku menjelaskan. “Sudahlah, aku sedang menyetir.” Jawabnya cepat. Tak berapa lama mobil pun berhenti tepat di depan cafe tempatku bekerja.“Aku akan menjemputmu jam 10.” Ucapnya dingin tanpa menatapku. Aku terdiam sejenak memutar otak untuk mencari cara agar reynand tidak marah padaku. Entah dari mana datangnya tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalaku. Aku melirik reynand sesaat. Walaupun ragu aku akan coba melakukannya. Aku membuka seltbetku dan coba mengumpulkan keberanian. Aku mendekati reynand dan menutup mataku lalu.. Cup “Maafkan aku rey..” Ucapku membuka mata setelah memberi sebuah k

  • Beautiful Mistake    14. Kesempatan Kedua

    Tok. Tok. Tok. “Ya sebentar !” ucap Renata saat mendengar seseorang mengetuk pintu rumahnya. Ia berjalan dan segera membukanya. “rey..” Ucapnya lemah sedikit kecewa berbarengan dengan senyumannya yang memudar. “Kenapa, sepertinya kau tidak suka dengan kedatanganku?” tanya Gio malah tersenyum manis pada renata. “Bukan, hanya saja..” Renata menggantung ucapannya saat merasa ponsel yang di pegangnya bergetar. Ia melihat sebuah pesan dari reynand muncul di sana. Reynand: Aku masih di rumah sakit sekarang, sepertinya tidak bisa menjemputmu. Maaf. 8.30 “Kenapa, apa terjadi sesuatu?” tanya Gio bingung melihat renata masih menatap ponselnya. “Tidak. Hm.. ada apa pagi-pagi kau ke rumahku?” “Kau lupa percakapan kita kemarin malam.” ucap Gio balik bertanya. “Apa?” tanya Renata benar-benar lupa. Gio terdiam sejenak lalu ia melirik jam dinding di belakang Renata. Ini hampir jam setengah delapan dan ia tahu Renata kuliah pagi ini. “Sudah-sudah kita bahas nanti saja, kau m

  • Beautiful Mistake    13. Tak'an Rela

    Seminggu terakhir ini aku cukup sibuk karena harus bulak-balik untuk mengurus jessi di rumah sakit dan juga mengurusi urusan di kampus yang menguras waktu dan tenagaku. Aku berencana ingin beristirahat malam ini. Aku baru saja mendudukan diri di tepi ranjang sambil mengisi batrai ponselku yang mati sejak siang tadi. Tak lama beberapa pesan berderetan muncul memenuhi layar ponselku. Aku pun mulai mengeceknya dan menyingkirkan pesan yang menurutku tidak begitu penting. Tanganku terhenti nama renata muncul dengan sebuah pesan yang membuat perasaanku tidak enak. Aku pun dengan cepat membuka dan membacanya. Renata : Rey, maaf lebih baik kita akhiri saja hubungan ini. Terima kasih untuk semuanya.18.12 Aku sungguh terkejut membaca pesan tersebut. Aku tahu hubunganku dengannya sedang rumit, tapi aku tidak menyangka ia bisa semudah itu ingin mengakhiri semuanya. Aku akui aku yang salah karena memiliki ego yang terlalu tinggi. Tapi itu bukan berarti aku tidak peduli dengan hubungan ini.

  • Beautiful Mistake    12. PUTUS

    Renata terlihat sudah berada di café tempatnya bekerja. Ia kini terlihat tengah berada di depan meja kasir sambil memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Sejenak ia termenung dan teringat dengan sikap reynand yang membuatnya sedih. Apalagi hari ini reynand seperti sengaja tidak ingin menemuinya. “Ah..” pekiknya saat merasa nyeri di bagian ulu hatinya. Renata seharusnya tidak melewatkan jadwal makannya, ia memiliki maag akut. Dan itu bisa memicu penyakitnya kambuh. “Nata..” panggil Gio tiba-tiba muncul di depan meja kasir. “Ya.” Renata menjawab sedikit meringis. “Kau baik-baik saja?” Tanyanya sedikit khawatir melihat wajah renata yang sedikit pucat. “Aku.. baik, ada apa gio?” jawab Renata mencoba menyembunyikan rasa sakitnya dengan tersenyum. “Hmm.. bisakah kau membantuku sebentar, Mr. Liem menyuruhmu mengecek stock sayur dan bumbu!” Jelasnya dan renata pun mengangguk. “Hani, aku harus ke gudang. tidak apakan kalau kau jaga kasir sendirian?” tanya Renata pada gadis yang tenga

  • Beautiful Mistake    11. Hanya Cinta Sendiri

    Aku segera berlari keluar dari mobil saat melihat sebuah ambulance terparkir di depan rumah jessi dan juna. Di saat bersamaan aku melihat jessi di tandu untuk memasuki ambulance. “Apa yang terjadi.” Tanyaku melihat jessi yang menangis kesakitan sambil memegangi perutnya. "Sepertinya terjatuh di kamar mandi dan saat ini kondisinya sedang hamil. Jadi kami harus segera membawanya ke rumah sakit. “ Jelas salah satu paramedis. “Rey.” Panggil jessi sambil meraih tangan reynand. “Jangan takut, semua akan baik-baik saja.” ucap Reynard sambil mengelus kepala jessi menenangkan. Dan tak lama jessi pun di masukkan ke dalam ambulance. Reynand memasuki mobilnya untuk segera mengikuti jessi menuju rumah sakit. Sepanjang jalan reynand coba menghubunginya juna karena tadi tidak melihatnya di tempat kejadian. Entah sudah berapa kali namun juna tidak juga menjawab panggilannya... Reynand

  • Beautiful Mistake    10. Salah Paham

    Beberapa hari kemudian. Malam itu sepulang bekerja aku pun terdiam di luar café menunggu reynand menjemputku. Reynand sudah mengirimiku pesan bahwa dia akan sedikit terlambat. Aku pun terdiam sambil memperhatikan sekitar. Suasana di sini terlihat mulai sepi. Aku meraih ponselku dan membaca kembali pesan dari reynand. Ini sudah hampir 20 menit, namun reynand belum juga datang. Aku pun berpikir akan pulang sendiri saja. Aku melihat masih ada waktu untukku pulang menggunakan bus terakhir. Aku pun mulai bangkit dan melangkah menuju halte. Kemudian aku mengetik pesan untuk memberitahukannya pada reynand. Namun belum sempat aku mengirimnya, tiba-tiba seseorang muncul dan mendekatiku. “Hai kau belum pulang?” Aku menoleh kaget melihat gio di sana. Ia tersenyum dan berjalan menghampiriku. “Belum aku masih menunggu.. kekasihku.” Jawabku sedikit ragu saat menyebutkan kata terakhirku. “Hm..” Gio meli

  • Beautiful Mistake    9. De javu

    Pagi itu. Renata terlihat berjalan santai memasuki kampusnya. Namun dari kejauhan ia melihat reynand yang tengah berjalan bersama dean temannya. Renata terlihat kaget lalu memutar arah. “Rey itu kekasihmu kan, ada apa dengannya?” tanya Dean saat melihat renata berbelok ke arah menuju perpustakaan. Reynand tidak menjawab ia hanya memperhatikannya dari jauh... “Hampir saja!” Aku menghela nafas lega sambil menarik salah satu kursi di hadapanku. Jujur aku masih malu dan belum mempunyai keberanian untuk bertemu dengannya, terlebih karena hal kemarin yang kulakukan. Karena sudah terlanjur di sini sepertinya sekalian saja aku mengerjakan tugas. Aku melirik jam di tanganku. Masih ada waktu 1 jam sebelum kuliahku di mulai. Awalnya aku ingin ke kantin untuk sarapan sambil mengerjakan tugas. Tapi karena bertemu reynand tadi sekarang aku di sini di perpustakaan. Aku mengeluarkan laptop dan meraba-

  • Beautiful Mistake    8. Mari awali dengan indah

    Tok. Tok. Tok Reynand menurunkan kaca mobil sesaatku mengetoknya pelan. Aku tersenyum dan berdiri tepat di samping mobilnya. "Masuk." Ucapnya datar seperti biasa. Aku pun dengan cepat memutari mobil dan masuk. “Mau ku antar ke mana? “ Tanyanya cepat. Aku menoleh rasanya sedikit aneh dia ini kekasih atau supir pribadiku. "Ke rumah saja." Jawabku pelan. Dan setelah itu dia terdiam dan terfokus menyetir. Aku sesekali melirik ke arahnya ia terlihat acuh seperti biasa membuat suasana menjadi canggung dan aku tidak menyukainya. Padahal hari ini aku tidak bekerja. Dan sebenarnya aku ingin menghabiskan waktu berdua bersamanya. Aku sedikir ragu, namun aku ingin coba bertanya padanya. "Hm.. rey?" Ia melirikku singkat saatku memanggilnya. "Hari ini aku libur?" Ucapku pelan. "Ya, lalu?" Tanyanya acuh. Aku sedikit kesal mendengar tanggapannya. Rasanya akan ak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status