Share

BMQ - 4

Author: Steffy Hans
last update Huling Na-update: 2021-08-27 17:46:14

Suasana pagi ini agak berbeda daripada kemarin. Tidak ada sapaan atau sambutan hangat dari para pegawai yang berdiri di depan pintu. Bahkan, tidak tampak seorang pun pegawai yang berlalu-lalang di area lobi saat Arnold melewati pintu utama.

Wajar saja. Ini masih pukul 06.00 pagi dan pastinya belum ada yang datang. Arnold memang sengaja datang lebih awal karena ingin segera menyelesaikan urusan pekerjaannya di kantor cabang sebelum balik ke kantor pusatnya yang ada di Spanyol.

Arnold masuk ke lift khusus. Dia menekan angka lima belas yang berarti tempat tujuannya. Berada seorang diri di dalam lift membuat ingatannya kembali pada kejadian kemarin sore di parkiran. Dia membayangkan bagaimana ekspresi Greta saat tahu dia adalah pemilik mobil itu sampai-sampai tergelak singkat. Untungnya, tidak ada yang melihat saat pintu lift terbuka. Dia kembali melanjutkan langkah menuju ruangannya. 

Ketika akan melewati meja sekretaris, Arnold mengambil secarik kertas kecil dan pena yang ada di sudut meja. Kemudian, dia menyisipnya di bawah telepon setelah menuliskan sesuatu di kertas tersebut.

Arnold masuk ke ruangannya. Setumpuk map di atas meja kerjanya menyambut pandangan pertamanya. Map itu berisi laporan yang dia minta pegawainya untuk direvisi ulang kemarin. Baguslah! Mereka menyelesaikannya tepat waktu.

Arnold duduk di kursinya lalu memeriksa satu per satu laporan tersebut dengan teliti. Sekitar setengah jam ditemani tumpukan map, seseorang mengetuk pintu dari luar.

"Masuk!" titah Arnold dan pintu pun terbuka otomatis.

"Pagi, Sir! Ada apa Anda meminta saya ke sini?" Greta berdiri di depan meja kerja Arnold tanpa berniat duduk.

Arnold mengalihkan tatapannya dari kertas laporan yang sedang dibacanya. "Oh, kau sudah datang dan membaca pesan yang saya tulis? Saya sengaja menulis pesan itu supaya kau menemui saya saat sudah datang. Apa Ryan sudah memberitahumu soal kebiasaan saya pada pagi hari?"

Greta membisu sesaat sebelum menggelengkan kepala. "Belum, Sir. Saya hanya diberi tahu tugas-tugas yang harus saya kerjakan untuk beberapa hari ke depan."

"Kalau begitu, buatkan kopi untukku di pantry! Jangan terlalu manis dan kental! Aku tidak suka itu!"

Kan, ada office boy. Mengapa harus aku yang membuatkan kopi? Tidak ingin ditegur seperti kemarin, Greta langsung mengiyakan perintah Arnold dan melangkah keluar.

Beberapa menit kemudian, Greta kembali dengan membawa nampan yang berisi secangkir kopi hangat yang dipesan Arnold. "Ini kopinya, Sir. Sesuai dengan permintaan Anda."

"Letakkan saja di meja! Terima kasih," timpal Arnold tanpa menatap lawan bicaranya.

Greta meletakkan kopi itu dengan hati-hati di sela laporan-laporan yang menumpuk. "Saya permisi dulu, Sir."

Arnold tidak merespons. Otaknya sedang memikirkan sesuatu. Sebuah ide pun muncul spontan. Dia memanggil Greta sebelum wanita itu keluar.

Greta berbalik menghadap Arnold. "Ada lagi yang Anda butuhkan, Sir?"

Bukan menjawab, Arnold justru melempar pertanyaan. "Bisakah kau membantu saya memeriksa laporan-laporan ini sampai selesai?"

Pandangan Greta langsung tertuju ke arah map yang bersusun di meja Arnold. Matanya langsung membulat. Apa tidak ada tugas yang lebih mudah daripada memeriksa laporan-laporan itu? Baik Ryan maupun Arnold, sama saja. Mereka memberi tugas sesuka hati tanpa memikirkan kemampuan orang lain. Secepatnya, aku harus bisa menemukan Mark. Setelah itu, aku baru bisa mengundurkan diri dari kantor ini.

Greta menghela napas berat. Dia tidak punya pilihan lain, selain menerimanya. "Ya, saya bisa, Sir."

Tatapan Arnold memperhatikan gerak-gerik Greta yang berjalan ke meja yang terletak di sudut ruangan, lalu meletakkan nampan yang semula dibawanya. Sementara itu, hatinya berkata, Aku harus menanyakan kejadian kemarin lebih jelas padanya.

Greta menarik pelan kursi yang ada di depan meja Arnold, lalu mendaratkan bokongnya. Kepalanya sedikit menunduk untuk menghindar dari tatapan Arnold yang terus mengamatinya. Pikirannya berkelana pada kejadian kemarin saat dia ditegur soal pakaiannya yang kotor. Apakah hari ini Arnold akan mengomentari hal yang sama? Matanya bergerak gelisah sembari menunggu perintah selanjutnya dari Arnold.

Arnold memberikan beberapa map ke hadapan Greta. "Sebelum kau memulainya, aku akan menjelaskan apa saja yang harus diperiksa." Tangan Arnold beralih pada beberapa map yang sebelumnya sudah selesai diperiksa, lalu mengeluarkan dua lembar kertas dari salah satu map sebagai contoh untuk Greta. Dia membandingkan hasil yang sudah diperiksa dengan yang belum dan menerangkan sedikit demi sedikit agar mudah dipahami Greta.

Perlahan rasa canggung yang semula dirasakan Greta mulai mencair kala Arnold begitu tenang saat menerangkan semuanya. Dia menyunggingkan senyum yang tampak samar agar tidak dilihat Arnold.

"Sampai sini, ada yang mau kautanyakan?" tanya Arnold sebelum melanjutkan ke laporan berikutnya. "Jika kau masih belum paham, saya bisa mengulanginya lagi dari awal."

Kali ini, senyum Greta sedikit melebar. "Tidak ada, Sir. Saya sudah paham," jawabnya jujur. Dia yakin bisa mengerjakan tugasnya dengan baik.

"Baiklah, kau bisa mengerjakannya beberapa laporan dulu. Jika masih ada yang membuatmu bingung, silakan tanya saja!"

Greta membawa beberapa map ke meja dekat sofa agar lebih leluasa mengerjakan tugasnya. Dia membuka salah satu map dan memeriksa isi laporan tersebut sesuai instruksi dari Arnold. Baru beberapa menit saja, dua laporan sudah selesai diperiksanya. Kemudian, dia mengambil map yang lain dan memeriksanya dengan cermat hingga tidak terasa belasan map sudah tersusun di sampingnya.

Setelah sepuluh menit memfokuskan diri dengan pekerjaannya, Arnold menjeda sejenak untuk melihat sudah sampai sejauh mana tugas yang dia berikan. Ternyata, Greta hampir selesai memeriksa beberapa map yang diambilnya.

Arnold salut melihat kegesitan Greta dalam bekerja sampai-sampai tatapannya tidak teralihkan dari wajah Greta. Dia jadi betah memandangi wajah Greta yang tampak natural dengan polesan make up yang tidak terlalu mencolok.

Merasa terganggu dengan rambutnya yang tergerai ke samping hingga menghalangi mata, Greta menyatukan dan memindahkan rambut panjangnya ke sebelah kiri. Tanpa dia sadari, ada sepasang mata yang sedang menatapnya lekat seperti sedang mengintai mangsa yang siap diburu. Ketika selesai pada laporan terakhir, senyumnya mengembang. "Akhirnya, beres juga semuanya," ujarnya pelan sembari merapikan map-map yang sudah diperiksa.

Ketika Greta beranjak menuju mejanya, Arnold buru-buru mengalihkan tatapan ke depan laptop. Dia pura-pura bersikap tenang dengan menyeruput kopi yang dibuat Greta tadi. Cairan pekat hitam itu membasahi tenggorokannya yang agak kering. Sensasi hangat yang menjalar ke seluruh tubuh membuat bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.

"Sir, laporan-laporan ini sudah selesai saya periksa. Semuanya sudah benar," ucap Greta sembari meletakkan map-map yang dibawanya ke meja Arnold.

"Baiklah, terima kasih sudah membantu," balas Arnold sembari meletakkan cangkir kopi kembali ke tempat semula. "By the way, kopi buatanmu lumayan enak. Saya suka. Semuanya pas dan sesuai keinginan saya. Kau bisa kembali ke mejamu."

"Baik, Sir." Greta segera berpaling dari hadapan Arnold. Dalam hati, dia bersorak karena bisa keluar dari ruangan Arnold. Namun, kebebasan yang baru saja dirasakannya seolah runtuh saat Arnold memanggilnya. Apa dia akan mengurungku lagi di sini dengan tugas yang baru?

Greta membalikkan tubuh hingga kembali menatap Arnold. "Apa ada yang harus saya kerjakan lagi, Sir?"

Alis Greta bertaut saat Arnold berjalan menghampirinya. Pria itu berdeham guna mencairkan suasana sebelum berkata, "Soal kejadian kemarin, terima kasih sudah mengingatkan saya."

Dahi Greta semakin berkerut. "Kejadian kemarin?"

Deg.

Mata Greta bergerak gelisah. Degup jantungnya mulai tidak menentu. Rentetan kisah yang menyebabkan awal mula kesialan kemarin berputar kembali di otaknya. Batinnya pun bertanya-tanya, Apa Arnold mengetahui sesuatu?

"Tentunya kau masih mengingat kejadian kemarin, bukan? Sebuah mobil merah yang ngebut di tengah jalan sehingga menyebabkan pakaian seorang wanita jadi kotor, lalu ditegur oleh atasannya. Merasa tidak terima, wanita itu mengempiskan keempat ban mobil dan menuliskan sesuatu di kaca mobil dengan lipstik." Arnold menyunggingkan senyum tipis. Kedua tangannya masuk ke saku celana. Kakinya melangkah maju sehingga menyisakan jarak yang begitu dekat. "Kau tahu siapa pemilik mobil itu?"

Mata Greta melebar. Bagaimana dia bisa tahu semua kejadian itu secara detail? Apa jangan-jangan pemilik mobil itu adalah ....

Belum sempat Greta menyebutkan sebuah nama, Arnold yang menjawab seolah dia tahu apa yang sedang diucapkan dalam hati wanita itu. "Mobil itu milik saya."

Greta tidak tahu harus berkata apa. Bahkan, untuk sekadar meminta maaf atas perbuatannya terhadap mobil Arnold, dia pun tidak mampu mengungkapkannya. Dia mengambil langkah mundur agar bisa sedikit menjauh dari Arnold. 

"Maaf, gara-gara saya ...." Belum selesai Arnold berucap, Greta jatuh pingsan. Cepat-cepat Arnold membopong tubuh Greta ke sofa, lalu menepuk-nepuk pipi Greta sembari memanggil namanya berulang. Namun, wanita itu masih memejamkan mata dan tidak merespons apa-apa.

"Sebaiknya, aku hubungi dokter untuk memeriksa dia." Arnold membaringkan Greta perlahan di sofa, lalu beranjak menuju mejanya untuk mengambil ponsel. Bersamaan dengan itu, Ryan masuk ke ruangan.

"Pagi, Sir! Saya mau memberi tahu bahwa mobil Anda sudah siap dipakai."

"Oke, terima kasih, Ryan." Arnold meraih ponsel dan mencari nomor dokter keluarganya.

Dengan tidak disengaja, tatapan Ryan tertuju kepada Greta yang terbaring di sofa. Matanya terbelalak. "Apa yang terjadi dengan Greta, Sir?"

Tatapan Arnold ikut tertuju ke arah Greta. Dia memberi penjelasan sebelum Ryan jadi salah paham dan berpikir yang negatif tentang dirinya. "Dia tiba-tiba pingsan. Jadi, aku baringkan dia di sofa. Ini juga aku mau menelepon dokter untuk datang memeriksa dia. Apa kau tahu alamat tempat tinggalnya, Ryan?"

"Maaf, Sir. Saya tidak tahu, tetapi Anda bisa mencari alamatnya di surat lamaran kerja yang saya kasih kemarin."

"Benar juga, ya." Arnold tergelak singkat. "Baiklah, kau bisa keluar sekarang!"

"Baik, Sir. Saya permisi dulu." Ryan berbalik dan meninggalkan ruangan Arnold.

Pintu tertutup otomatis. Arnold segera menelepon dokter. Dia meminta dokter itu untuk segera datang karena ada pegawainya yang sakit. Setelah itu, dia mencari surat lamaran kerja milik Greta yang dia simpan di laci meja lalu membacanya.

"Ini alamatnya," ujarnya setelah mendapatkan yang dia cari.

Sembari menunggu dokter datang, Arnold duduk di dekat Greta. "Dia sampai pingsan pasti gara-gara syok setelah tahu bahwa aku adalah pemilik mobil yang sudah dia coret kemarin. Padahal, aku berniat minta maaf padanya."

Di tengah keheningan yang menyelimuti ruangannya, ponsel Greta berdering. Arnold tidak mengindahkan suara itu. Namun, ponsel Greta terus-menerus berdering hingga akhirnya dia mengambil ponsel Greta.

"Miley?" ulang Arnold saat melihat nama itu yang tertera di layar ponsel. "Apa dia temannya Greta?"

Belum sempat Arnold menyapa halo, Miley sudah menyerobot lebih dulu. "Halo, Gre! Apa kau sedang sibuk sekarang sehingga begitu lama kau menjawab telepon dariku? Aku ingin mengabarimu bahwa nanti sore kita pulang bersama, ya. Aku tunggu kau di lobi."

Arnold menaikkan sebelah alis. Dari pernyataan Miley, dia bisa menyimpulkan bahwa Miley juga bekerja di kantornya. "Ke ruangan saya sekarang!" ujar Arnold sambil menutup telepon.

Dari seberang telepon, Miley menilik layar ponselnya. Dia termenung dengan perintah itu sembari mengerutkan dahi. "Ini benar nomornya Greta. Namun, bagaimana bisa Mr. Herwingson yang memegang handphone Greta dan menjawab telepon dariku? Dia justru memintaku ke ruangannya. Ada apa, ya?"

Hati Miley mendadak jadi bergejolak tidak menentu. Dia mengembuskan napas berat. Makin didorong rasa penasaran, dia bergegas meninggalkan mejanya dan setengah berlari menuju lift.

***

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Melanie Melisa
arnold penasaran sama greta
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Be My Queen   BMQ - 5

    Di dapur minimalis tampak dua orang ibu sedang sibuk dengan peralatan kue. Bertha, wanita gemuk berambut ikal warna merah kecokelatan, sedang mengaduk adonan tepung dengan mixer.Grace, wanita yang berdiri di samping Bertha, sedang mengiris strawberry yang baru dipetik suaminya dari kebun. Tiba-tiba terlintas bayangan seorang gadis yang sangat dirindukannya. Hatinya terasa sesak. Bayangan gadis itu kembali terhubung pada kejadian beberapa bulan yang lalu sebelum gadis itu pergi dari rumah.Greta menarik koper keluar dari kamar. Langkahnya terhenti saat melihat orang tuanya sedang berbincang di teras depan bersama Walter dan Bertha, paman dan bibinya."Dad, Mom, Aunty, Uncle, aku mau pergi."Obrolan empat orang tersebut terjeda, lalu menoleh ke arah Greta. Mereka saling bertukar tatap, keheranan."Kau mau pergi ke mana, Gre?" tanya Grace seraya bangkit dari kursi dan menghampiri G

    Huling Na-update : 2021-09-18
  • Be My Queen   BMQ - 6

    Greta berusaha memejamkan mata. Rasa kantuk yang menyerang matanya sama sekali tidak bisa membuat gadis itu terlelap. Sejak tadi, dia hanya bergerak miring ke kanan dan kiri. Untung saja, Miley yang tidur di sampingnya, tidak terganggu karenanya. Kesal sebab terus terjaga, dia bangkit duduk dan bersandar di kepala ranjang. Matanya menoleh ke arah jam dinding. Sudah pukul 03.00 pagi. Dia masih belum tidur sedetik pun, apalagi dia harus pergi kerja beberapa jam lagi.Greta menghela napas berat. Sebenarnya, gadis itu tidak ada niat untuk begadang malam ini. Namun, pikirannya terus dihantui rasa cemas tentang bagaimana sikap dan mau berkata apa jika nanti bertemu dengan Arnold.Apa Arnold akan menagih biaya perbaikan mobil padanya atau mungkin dia akan dipecat? Lantas, bagaimana dengan paket yang semalam diterimanya? Benarkah itu sebagai tanda permintaan maaf padanya atau hanya kesenangan sesaat sebelum dia diseret ke penjara atas perbuatannya?Greta mengusap-usap w

    Huling Na-update : 2021-10-13
  • Be My Queen   BMQ - 7

    Hari Sabtu, hari libur kerja di perusahaan AH Group. Bukannya memanfaatkan waktu libur untuk beristirahat di apartemen, Greta justru membuat janji temu dengan Billy Sharpen, seorang detektif yang akan membantunya mencari keberadaan Mark, kekasihnya. Baginya, tujuan dia berada di kota besar itu jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi.Setelah turun dari taksi, Greta bergegas memasuki sebuah kafe yang berada di jantung kota Los Angeles. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri mencari Billy meski dia tidak yakin pria itu sudah datang atau belum. Matanya memperhatikan satu per satu pengunjung, baik yang sedang duduk maupun yang baru datang, di dalam kafe tersebut. Namun, dia tidak menemukan sosok pria yang berpenampilan ala detektif. Dia pikir meski tidak tahu seperti apa wajah Billy, mungkin akan mudah menemukan Billy hanya dengan melihat penampilan.Merasa seperti orang bodoh karena terus-menerus berdiri, Greta menelepon Billy. Tak membutuhkan waktu lama, telepon itu

    Huling Na-update : 2021-10-18
  • Be My Queen   BMQ - 8

    Greta menutup pintu apartemen. Hari ini benar-benar melelahkan. Bukan tubuhnya, melainkan pikiran dan hatinya. Dia berjalan ke dapur, mengambil sebotol air dingin dan menuangkannya ke gelas. Dia meneguknya langsung hingga tandas. Belum merasa baik, dia kembali melakukan hal yang sama. Matanya terpejam sesaat, meresapi sensasi dingin yang seketika mengalir ke tubuhnya. Perlahan hati dan pikirannya mulai tenang. Miley yang baru selesai berbelanja, masuk begitu saja ke apartemen Greta karena sebelumnya dia sudah menelepon Greta bahwa dia akan datang. "Hai, Gre! Bagaimana pertemuanmu dengan detektif itu? Semuanya lancar?" tanyanya. Dia meletakkan barang belanjaannya ke sofa. Dia mengeluarkan dua kotak nasi dan ayam goreng yang dia beli di resto langganannya ke atas meja makan. "Pertemuan kami berjalan lancar, tetapi," Greta menarik napas pelan. Langkahnya begitu lemas ke arah meja makan dan duduk berhadapan dengan Miley, "Billy masih belum tahu bisa atau tidak mene

    Huling Na-update : 2021-10-20
  • Be My Queen   BMQ-9

    Senin, hari yang membosankan bagi sebagian orang karena harus kembali beraktivitas. Ada yang pergi bekerja, ada pula yang berangkat ke sekolah. Rasanya waktu dua hari untuk menikmati akhir pekan pun tidaklah cukup. Namun, Greta tetap semangat memulai Senin ini dengan senyuman karena minggu ini adalah waktu terakhir dia bekerja sebagai sekretaris Arnold."Pagi, Sir! Saya mau ingatkan rapat akan dimulai lima menit lagi. Perwakilan dari Flamingo Estate sudah menunggu Anda di ruang rapat," ujar Greta, berdiri di depan meja Arnold.Arnold melirik arlojinya yang menunjukkan pukul 07.55 a.m. "Baiklah, saya ke sana sekarang. Kau juga ikut rapat, ya."Greta menaikkan kedua alisnya. "Saya harus ikut juga, Sir? Bukankah seharusnya Ryan?" tanyanya dengan nada heran karena dia hanya seorang sekretaris, bukan asisten pribadi Arnold.Arnold beranjak dari kursi, berjalan mendekati Greta. "Ryan sedang berhalangan hadir. Dia ada rapat dengan pihak Atreya Land pagi ini. Jad

    Huling Na-update : 2021-11-06
  • Be My Queen   Prolog

    Pagi ini, hari yang spesial untuk Greta. Pasalnya, dia akan memulai hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris di AH Group, cabang perusahaan properti terbesar di Los Angeles. Untuk itu, dia sudah bangun lebih awal dari biasanya supaya semuanya bisa disiapkan dengan baik. Mulai dari merapikan kamar, membuat sarapan, hingga menyiapkan setelan kantor dan sepatu heels yang akan dia pakai untuk pagi ini. Selesai dengan rutinitas harian, Greta buru-buru mandi dan memoles wajahnya dengan alat make up seadanya di depan meja rias. Bibirnya yang sudah terpoles lipstik tersenyum di depan cermin rias saat teringat percakapan terakhir di telepon semalam bersama Miley, teman kuliahnya dulu. "Aku i

    Huling Na-update : 2021-08-13
  • Be My Queen   BMQ - 1

    "Sebentar lagi, Mr. Herwingson, pimpinan kita dari kantor pusat akan datang. Saya harap kalian memberi sambutan terbaik untuknya." Ryan—asisten pribadi Arnold—memberi tahu kepada para direksi dan pegawai yang berdiri rapi di kedua sisi pintu utama. Mereka sudah siap sejak lima belas menit yang lalu.Saat mobil sport berwarna merah berhenti di depan cabang AH Group, Ryan bergegas menghampiri mobil tersebut. Tanpa melihat pun, Ryan sudah tahu siapa yang berada di balik kemudi.Pintu mobil terbuka otomatis ke atas. Seorang pria keluar dengan setelan kantor yang sangat rapi. Meski memakai kacamata hitam, aura ketampanannya tetap terpancar kuat hingga membuat belasan pasang mata para pegawai yang dominan perempuan berdecak kagum. Ini bukan pertama kalinya pria itu datang mengunjungi cabang perusahaannya. Namun, mereka tetap saja terpesona dengan ketampanan atasan mereka."Selamat datang, Sir," sambut Ryan d

    Huling Na-update : 2021-08-13
  • Be My Queen   BMQ - 2

    Hari pertama tiba di kantor cabang, Arnold langsung memimpin rapat dengan para dewan direksi dan kepala divisi. Pria itu bersandar di punggung kursi pimpinan sambil meneliti setiap laporan. Dia mencari pokok permasalahan yang membuat perusahaan cabangnya ini mengalami penurunan omzet. Alasan inilah yang membuat dia datang ke perusahaan cabangnya.Keheningan menyelimuti ruangan itu. Tidak ada seorang pun yang berani bersuara. Mereka menunggu respons dari Arnold.Arnold menegakkan tubuh setelah menemukan titik masalah. Tatapannya mengedar ke semua yang hadir di ruang rapat. "Apa kalian tahu letak masalah pada laporan-laporan ini?"Para dewan direksi dan kepala divisi itu saling bertatapan, lalu menggeleng sebagai jawaban."Kelalaian kalian yang menyebabkan semua laporan ini bermasalah. Kalian sebagai dewan direksi dan divisi tidak mengawasi pekerjaan bawahan kalian dengan baik. Bahkan, saya menemukan b

    Huling Na-update : 2021-08-15

Pinakabagong kabanata

  • Be My Queen   BMQ-9

    Senin, hari yang membosankan bagi sebagian orang karena harus kembali beraktivitas. Ada yang pergi bekerja, ada pula yang berangkat ke sekolah. Rasanya waktu dua hari untuk menikmati akhir pekan pun tidaklah cukup. Namun, Greta tetap semangat memulai Senin ini dengan senyuman karena minggu ini adalah waktu terakhir dia bekerja sebagai sekretaris Arnold."Pagi, Sir! Saya mau ingatkan rapat akan dimulai lima menit lagi. Perwakilan dari Flamingo Estate sudah menunggu Anda di ruang rapat," ujar Greta, berdiri di depan meja Arnold.Arnold melirik arlojinya yang menunjukkan pukul 07.55 a.m. "Baiklah, saya ke sana sekarang. Kau juga ikut rapat, ya."Greta menaikkan kedua alisnya. "Saya harus ikut juga, Sir? Bukankah seharusnya Ryan?" tanyanya dengan nada heran karena dia hanya seorang sekretaris, bukan asisten pribadi Arnold.Arnold beranjak dari kursi, berjalan mendekati Greta. "Ryan sedang berhalangan hadir. Dia ada rapat dengan pihak Atreya Land pagi ini. Jad

  • Be My Queen   BMQ - 8

    Greta menutup pintu apartemen. Hari ini benar-benar melelahkan. Bukan tubuhnya, melainkan pikiran dan hatinya. Dia berjalan ke dapur, mengambil sebotol air dingin dan menuangkannya ke gelas. Dia meneguknya langsung hingga tandas. Belum merasa baik, dia kembali melakukan hal yang sama. Matanya terpejam sesaat, meresapi sensasi dingin yang seketika mengalir ke tubuhnya. Perlahan hati dan pikirannya mulai tenang. Miley yang baru selesai berbelanja, masuk begitu saja ke apartemen Greta karena sebelumnya dia sudah menelepon Greta bahwa dia akan datang. "Hai, Gre! Bagaimana pertemuanmu dengan detektif itu? Semuanya lancar?" tanyanya. Dia meletakkan barang belanjaannya ke sofa. Dia mengeluarkan dua kotak nasi dan ayam goreng yang dia beli di resto langganannya ke atas meja makan. "Pertemuan kami berjalan lancar, tetapi," Greta menarik napas pelan. Langkahnya begitu lemas ke arah meja makan dan duduk berhadapan dengan Miley, "Billy masih belum tahu bisa atau tidak mene

  • Be My Queen   BMQ - 7

    Hari Sabtu, hari libur kerja di perusahaan AH Group. Bukannya memanfaatkan waktu libur untuk beristirahat di apartemen, Greta justru membuat janji temu dengan Billy Sharpen, seorang detektif yang akan membantunya mencari keberadaan Mark, kekasihnya. Baginya, tujuan dia berada di kota besar itu jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi.Setelah turun dari taksi, Greta bergegas memasuki sebuah kafe yang berada di jantung kota Los Angeles. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri mencari Billy meski dia tidak yakin pria itu sudah datang atau belum. Matanya memperhatikan satu per satu pengunjung, baik yang sedang duduk maupun yang baru datang, di dalam kafe tersebut. Namun, dia tidak menemukan sosok pria yang berpenampilan ala detektif. Dia pikir meski tidak tahu seperti apa wajah Billy, mungkin akan mudah menemukan Billy hanya dengan melihat penampilan.Merasa seperti orang bodoh karena terus-menerus berdiri, Greta menelepon Billy. Tak membutuhkan waktu lama, telepon itu

  • Be My Queen   BMQ - 6

    Greta berusaha memejamkan mata. Rasa kantuk yang menyerang matanya sama sekali tidak bisa membuat gadis itu terlelap. Sejak tadi, dia hanya bergerak miring ke kanan dan kiri. Untung saja, Miley yang tidur di sampingnya, tidak terganggu karenanya. Kesal sebab terus terjaga, dia bangkit duduk dan bersandar di kepala ranjang. Matanya menoleh ke arah jam dinding. Sudah pukul 03.00 pagi. Dia masih belum tidur sedetik pun, apalagi dia harus pergi kerja beberapa jam lagi.Greta menghela napas berat. Sebenarnya, gadis itu tidak ada niat untuk begadang malam ini. Namun, pikirannya terus dihantui rasa cemas tentang bagaimana sikap dan mau berkata apa jika nanti bertemu dengan Arnold.Apa Arnold akan menagih biaya perbaikan mobil padanya atau mungkin dia akan dipecat? Lantas, bagaimana dengan paket yang semalam diterimanya? Benarkah itu sebagai tanda permintaan maaf padanya atau hanya kesenangan sesaat sebelum dia diseret ke penjara atas perbuatannya?Greta mengusap-usap w

  • Be My Queen   BMQ - 5

    Di dapur minimalis tampak dua orang ibu sedang sibuk dengan peralatan kue. Bertha, wanita gemuk berambut ikal warna merah kecokelatan, sedang mengaduk adonan tepung dengan mixer.Grace, wanita yang berdiri di samping Bertha, sedang mengiris strawberry yang baru dipetik suaminya dari kebun. Tiba-tiba terlintas bayangan seorang gadis yang sangat dirindukannya. Hatinya terasa sesak. Bayangan gadis itu kembali terhubung pada kejadian beberapa bulan yang lalu sebelum gadis itu pergi dari rumah.Greta menarik koper keluar dari kamar. Langkahnya terhenti saat melihat orang tuanya sedang berbincang di teras depan bersama Walter dan Bertha, paman dan bibinya."Dad, Mom, Aunty, Uncle, aku mau pergi."Obrolan empat orang tersebut terjeda, lalu menoleh ke arah Greta. Mereka saling bertukar tatap, keheranan."Kau mau pergi ke mana, Gre?" tanya Grace seraya bangkit dari kursi dan menghampiri G

  • Be My Queen   BMQ - 4

    Suasana pagi ini agak berbeda daripada kemarin. Tidak ada sapaan atau sambutan hangat dari para pegawai yang berdiri di depan pintu. Bahkan, tidak tampak seorang pun pegawai yang berlalu-lalang di area lobi saat Arnold melewati pintu utama.Wajar saja. Ini masih pukul 06.00 pagi dan pastinya belum ada yang datang. Arnold memang sengaja datang lebih awal karena ingin segera menyelesaikan urusan pekerjaannya di kantor cabang sebelum balik ke kantor pusatnya yang ada di Spanyol.Arnold masuk ke lift khusus. Dia menekan angka lima belas yang berarti tempat tujuannya. Berada seorang diri di dalam lift membuat ingatannya kembali pada kejadian kemarin sore di parkiran. Dia membayangkan bagaimana ekspresi Greta saat tahu dia adalah pemilik mobil itu sampai-sampai tergelak singkat. Untungnya, tidak ada yang melihat saat pintu lift terbuka. Dia kembali melanjutkan langkah menuju ruangannya.Ketika akan melewati meja sekretaris, Arnold mengambil secarik kertas kecil

  • Be My Queen   BMQ - 3

    Begitu banyak pekerjaan yang harus Arnold tangani hari ini hingga tidak terasa sudah pukul 05.00 sore. Sebelum pulang, Arnold berdiri di depan dinding kaca sambil memasukkan kedua tangan ke saku celana. Tatapannya lurus ke gedung-gedung besar dan kokoh yang berdiri tak jauh dari gedung kantor miliknya. Beragam rencana untuk besok sudah tersusun rapi di otaknya. Tak lama kemudian, ponselnya berdering.Ketika melihat nama si penelepon, Arnold langsung menjawab panggilan itu, "Halo, Mom!""Kau sudah tiba di Los Angeles, Nak?""Sudah, Mom. Tadi pagi. Ada apa, Mom?""Nanti datanglah ke rumah! Mom dan Dad sangat merindukanmu.""Aku pasti datang ke rumah. Aku juga merindukan kalian.""Baiklah. Jaga kesehatanmu! Mom tunggu.""See you, Mom." Arnold mengakhiri panggilan lalu menyimpan ponselnya kembali ke saku jas. Saat akan berbalik, dia melihat sekilas ada seseorang di area parkir. Dahinya berkerut sembari menajamkan pandangan karena posisiny

  • Be My Queen   BMQ - 2

    Hari pertama tiba di kantor cabang, Arnold langsung memimpin rapat dengan para dewan direksi dan kepala divisi. Pria itu bersandar di punggung kursi pimpinan sambil meneliti setiap laporan. Dia mencari pokok permasalahan yang membuat perusahaan cabangnya ini mengalami penurunan omzet. Alasan inilah yang membuat dia datang ke perusahaan cabangnya.Keheningan menyelimuti ruangan itu. Tidak ada seorang pun yang berani bersuara. Mereka menunggu respons dari Arnold.Arnold menegakkan tubuh setelah menemukan titik masalah. Tatapannya mengedar ke semua yang hadir di ruang rapat. "Apa kalian tahu letak masalah pada laporan-laporan ini?"Para dewan direksi dan kepala divisi itu saling bertatapan, lalu menggeleng sebagai jawaban."Kelalaian kalian yang menyebabkan semua laporan ini bermasalah. Kalian sebagai dewan direksi dan divisi tidak mengawasi pekerjaan bawahan kalian dengan baik. Bahkan, saya menemukan b

  • Be My Queen   BMQ - 1

    "Sebentar lagi, Mr. Herwingson, pimpinan kita dari kantor pusat akan datang. Saya harap kalian memberi sambutan terbaik untuknya." Ryan—asisten pribadi Arnold—memberi tahu kepada para direksi dan pegawai yang berdiri rapi di kedua sisi pintu utama. Mereka sudah siap sejak lima belas menit yang lalu.Saat mobil sport berwarna merah berhenti di depan cabang AH Group, Ryan bergegas menghampiri mobil tersebut. Tanpa melihat pun, Ryan sudah tahu siapa yang berada di balik kemudi.Pintu mobil terbuka otomatis ke atas. Seorang pria keluar dengan setelan kantor yang sangat rapi. Meski memakai kacamata hitam, aura ketampanannya tetap terpancar kuat hingga membuat belasan pasang mata para pegawai yang dominan perempuan berdecak kagum. Ini bukan pertama kalinya pria itu datang mengunjungi cabang perusahaannya. Namun, mereka tetap saja terpesona dengan ketampanan atasan mereka."Selamat datang, Sir," sambut Ryan d

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status