Farrel berjalan melintasi pintu. Saat melihat pria tua itu, dia menyapa dengan sopan, “Kakek.”Pria tua mengangguk dan berkata, “Akhirnya kau disini! Dimana Felix? Dia tidak ikut?“Kau tahu dia kan. Dia selalu tidak sabar,” jawabnya sembari tersenyum.Kakak beradik dari keluarga Jahn selalu mengunjungi kakek mereka saat ada waktu. Felix selalu bosan saat dia baru saja duduk. Anak kedua dari keluarga Jahn ini tidak pernah tertarik untuk duduk diam, bermain catur atau minum teh sama sekali. Dia lebih memilih untuk bekerja di kantor.Pria tua itu merespon. “Ah anak itu…”Farrel membantunya melintasi pintu sambil mengatakan, “Ayo masuk, Kakek. Aku menantangmu bermain catur.”Pria tua tersenyum dengan senang mendengarnya.Tiba-tiba, Farrel langsung menyadari perangkat teh tidak ada pada tempatnya. Dia tahu kakeknya sangat menyukai perangkat teh itu dan sudah ada disana untuk waktu yang lama. Felix dulu pernah bertanya apa dia bisa memberikannya kepada klien sebagai hadiah. Namun yang
Kakek Quenell mengajari Sally bagaimana cara membuat teh dengan benar. Mereka juga membicarakan mengenai seni teh. Perbincangan mereka menyenangkan dan membuat Sally tertarik. Mereka bahkan juga bermain catur.Sally tahu bagaimana bermain catur dan menganggap dirinya hebat. Tapi ternyata dia kalah dengan kakek Quenell. Itu membuatnya tersenyum malu. “Kakek Quenell, kau sangat hebat.”Kakek Quenell tersenyum juga. Kemarin, dia kalah tiga permainan dengan Farrel dan dia merasa kecewa. Dia sudah bermain catur sepanjang hidupnya dan dia kalah dengan cucunya sendiri.“Kau juga punya bakat di catur. Kau sangat pandai.”Sudah jam 8 saat mereka selesai bermain catur. Sally bersiap untuk pulang, begitu juga kakek Quenell.“Ayo, aku juga mau pulang. Aku bisa mengantarmu.” ajak kakek Quenell.Sally berpikir sebentar dan tidak menolak ajakannya.Mobil itu melaju ke pintu gerbang. Sally turun dari mobil dan mengucapkan selamat tinggal padanya. "Kakek Quenell, aku pulang dulu, ya."“Oke,
Sally tiba-tiba menjadi sangat kesal. Namun pada akhirnya, dia tersenyum dan berkata pada Xander, "Xander, sudah waktunya untuk tidur. Mari kuceritakan dongeng pengantar tidur, jadi cepatlah tidur."Xander mengangguk. Dia ingin mengatakan banyak hal pada Sally, tapi di saat yang bersamaan dia juga mengantuk, jadi dia tidak banyak bicara lagi.Dia meringkuk di dalam pelukan Sally sembari mendengarkan cerita yang dibacakan olehnya. Sebelum dia menyadarinya, dia telah tertidur.Sally memusatkan pandangannya pada Xander, yang sedang tertidur dengan tenang. Dia mengantar tidur Xander dan kemudian dia pun ikut menyusul tidur.Malam itu hening dan indah.Keesokan harinya, tepat setelah Sally dan Xander sarapan, terdengar suara ketukan pintu oleh pelayan rumah.Dia membuka pintu dan mendengar Old Zach berkata, "Nona Jacob, aku di sini untuk mengantar Tuan Kecil ke sekolah dan kau ke tempat kerja.""Terima kasih banyak, Paman Zach."Kemudian Sally membereskan barang-barangnya dan pergi
Di sisi lain, Sally masih dalam kondisi terpukul setelah meninggalkan rumah sakit.Apa yang baru saja dilihatnya di rumah sakit masih segar dalam ingatannya dan Sally menertawakan dirinya sendiri. Dia berpikir bahwa dia telah melepaskan semua harapan yang dia miliki terhadap Farrel. Tetapi rasa kecewa masih saja menyelimutinya.Barulah Sally menyadari bahwa dia sama sekali belum melepaskan harapan itu. Jauh di lubuk hatinya, dia percaya bahwa Farrel dan Xander menyukainya dan dia belum berhenti berusaha. Dia berpikir bahwa mungkin suatu hari nanti, orang-orang dari Keluarga Jahn akhirnya akan menerimanya dan dia bisa bersama dengan Farrel.Namun sekarang...Farrel dan Charlotte sudah memiliki rencana untuk mempunyai bayi? Apakah Farrel menginginkannya atau keluarganya yang memaksanya?Satu hal dan yang lainnya, hal itu berarti bahwa tidak ada lagi harapan baginya dan Farrel.Sally menarik napas dalam-dalam. Dia harus melepaskannya sekarang.Mereka berdua tidak memiliki masa depa
Setelah Farrel pergi, Sally kemudian memandikan Xander, lalu membawanya ke tempat tidur. Xander bertanya dengan bingung. "Bibi Sally, kenapa kau menyuruh Ayah pergi?"Sally terkejut dengan pertanyaan itu. Xander lalu melanjutkan. "Bibi Sally, aku tahu tadi malam aku bilang bahwa Ayah akan menikah dengan orang lain, tapi aku percaya padanya. Aku tahu dia menyukaimu seperti aku. Kami berdua ingin bersamamu."Sally tersenyum pahit, tetapi dia yakin bahwa hal itu tidak mungkin terjadi antara dia dan Farrel.Dia ingin memberi tahu Xander bahwa hanya masalah waktu sebelum mereka harus mengucapkan selamat tinggal satu sama lain, tetapi Sally tidak dapat memaksa dirinya untuk mengucapkan kata-kata itu. Sambil mengusap kepala Xander, dia berkata dengan lembut, "Baiklah, Xander, aku mendengarmu. Tapi hal ini masalah orang dewasa dan kau tidak perlu khawatir tentang itu. Sudah larut malam. Tidurlah sekarang."Xander menghela nafas, lalu meringkuk di pelukan Sally dan menutup matanya....Ke
Di restoran, Charlotte berbicara tentang rencana bisnis mereka dengan nada yang cukup tenang.Keluarga Stewart telah memulai dengan rencana yang berbeda untuk penawaran tersebut, tetapi kemudian Sack Group mengusulkan untuk membangun sebuah taman berteknologi tinggi di atas tanah tersebut, yang oleh Sack Group dianggap memiliki banyak potensi. Itulah mengapa mereka memutuskan untuk memberi kesempatan pada Sack Group.Landom berkata, "Percayalah. Sack Group akan melakukan yang terbaik.""Tentu saja. Aku percaya padamu, Tuan Sack," ucap Charlotte.Kesepakatan itu telah dibuat dan suatu perjanjian telah tercapai. Landom Sack tampak senang."Nona Stewart, aku menantikan untuk bekerja sama denganmu."Charlotte tersenyum. "Aku juga. Stewart Group akan segera membuat suatu kontrak dan mengirimkannya ke Sack Group.""Terima kasih banyak."Mereka kemudian menikmati makan malam bersama. Setelah itu, Charlotte menjalankan rencana aslinya. Sebelum dia pergi, dia mengeluarkan kartu dari tas
Xander tersenyum ketika dia mendengar bahwa seseorang mengira Sally adalah ibunya, dan dia tidak menyangkalnya. Sebaliknya, dia berkata dengan bangga, "Benar! Dia ibuku!"Sally tersenyum tetapi tidak mengatakan apa-apa.Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Sally, Xander mengikuti gurunya ke dalam kelas.Mengawasinya dari belakang, Sally merasa bimbang sejenak. Betapa dia berharap Xander adalah bayi yang telah dia lahirkan!Segera, Sally dikejutkan oleh pikirannya sendiri. Dia kemudian tersenyum pasrah. ‘Tentu saja Xander bukan bayi itu. Keluarga Jahn terlalu kaya untuk beralih ke ibu pengganti untuk apa yang mereka butuhkan.’Setelah itu, Sally mulai bertanya-tanya siapa sebenarnya ibu Xander.Tetapi dia tidak membiarkan dirinya untuk merenungkan pertanyaan itu terlalu lama. Dia langsung pergi ke kantornya setelah itu....Selene terang-terangan memarahi beberapa staf selama rapat pagi."Hanna, sudah berapa lama kamu mengerjakan proyek itu? Apa kau pernah menghasilkan re
Wajah Sally muram ketika dia mendengar komentar Hanna yang menghinanya. Dia bisa membayangkan betapa frustrasinya perasaan Hanna saat ini, tetapi dia bukan tipe orang yang menanggung semuanya dengan berdiam diri.Dengan senyuman menyeringai, Sally berkata, "Aku tidak ingat ada aturan yang mengatakan bahwa kita tidak diizinkan untuk bersosialisasi dengan klien di luar pekerjaan. Hanna, aku telah berhasil dalam semua proyekku karena aku bekerja keras untuk proyek-proyek tersebut. Kau boleh tidak memiliiki kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan dengan benar, tetapi jangan berpikir bahwa orang lain juga mengalami hal yang sama."Setelah itu, Sally pergi tanpa mendengarkan komentar apapun dari Hanna. Dia malah menghampiri Selene untuk mendapatkan informasi umum tentang klien, lalu kembali ke mejanya.Yang lain juga berpikir bahwa Hanna tidak mengetahui fakta sebenarnya dan mereka yakin bahwa Hanna jelas cemburu pada Sally, itulah sebabnya tidak ada yang mendukung Hanna. Wanita itu duduk d