“Ada apa kamu ke sini?” Raga mendekus kesal. Belum sempat dia mendaratkan bokongnya ke tempat duduk tiba-tiba saja Vina langsung menyambar bibir Raga. Pria itu tidak membalasnya dan segera menyudahi perbuatan wanita cantik itu.“Raga ada apa denganmu, kenapa kamu menolakku biasanya kamu tidak seperti ini?” Vina terkejut dan bingung dengan sikap pria tampan itu.“Maaf Vin, aku sedang banyak pekerjaan bisakah kamu pulang saja atau kamu pergi shopping sendirian, atau dengan teman-temanmu dulu, seminggu ini banyak sekali pekerjaan yang harus aku selesaikan.“Mas, kamu kok lebih mementingkan pekerjaan daripada aku? Kamu kan tahu aku tuh enggak bisa hidup tanpa kamu, dan aku ingin kamu tuh selalu ada buatku, mana janjimu itu?”“Ayolah Sayang, Jika aku tidak bekerja bagaimana aku bisa menghasilkan uang banyak sedangkan keperluan kamu saja sangat banyak.”“Iya aku tahu, tapi kan kamu itu Bos, pemilik perusahaan.”“Enggak Sayang, aku hanya menjalankannya saja pemiliknya masih Papi, bukan aku.”“Kalau begitu minta sama Papi untuk mengatasnamakan perusahaan ini dengan nama kamu, lagian cepat atau lambat kamu juga kan yang akan mewarisi semua harta warisan milik Papi, kan?”Raga mendecak kesal pikirannya sudah kalut, setiap perkataan Vina membuatnya semakin kesal dan ingin cepat mengusir wanita itu dari dalam ruangannya. Mau tak mau Raga harus mengeluarkan jurus andalannya yaitu mentransfer uang lebih besar dari biasa bulanannya.Hanya beberapa menit saja terdengar suara notifikasi dari ponsel Vina. Dia pun segera mengambil dan melihatnya dengan mata terbuka lebar seketika senyumannya pun tak kalah lebarnya saat melihatnya pesan masuk itu dari Raga.“Sayang, ini serius untuk aku, uang sebanyak ini?” tanyanya yang masih syok melihat jejeran angka nol di belakangnya. Lima ratus juta Raga tak tanggung-tanggung mengirim ke rekening kekasihnya.“Ya belanjalah sesukamu Sayang, maaf aku tidak bisa temani tapi uangku yang akan selalu menemanimu, oke?” Raga tersenyum dan Vina membalasnya dengan mencium sekilas bibir Raga dan segera berlalu dari hadapannya.“Dasar wanita matre,” desahnya kesal.Pria tampan itu langsung menyelesaikan pekerjaan secepatnya. Bahkan menyuruh Rosa untuk membatalkan semua janji hari ini. Entah kenapa pikirannya kembali mengingat hanya satu nama Viona Adila Zahra.“Sial ... ada apa denganku, kenapa wajah wanita itu sekarang muncul di pikiranku dan anehnya dia sangat bahagia bersama pria itu. Ini tidak bisa dibiarkan!” umpatnya. Raga segera mengambil benda pipihnya mencari sebuah nomor tapi lagi-lagi dia baru sadar kalau selama ini tidak mempunyai nomor ponsel milik Viona. Dia pernah mengatakan tidak akan pernah membutuhkan nomor ponsel istrinya padahal waktu itu Viona sendiri yang memberikannya tapi kertas itu dia robek dan membuangnya ke tempat sampah.Penasaran? Ya sekarang hatinya begitu gelisah dan penasaran. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Raga segera keluar dari ruangan, mungkin dengan keluar makan siang bisa membuatnya hatinya sedikit rileks. Biasanya ada sahabat setianya yang selalu ada untuk Raga, tapi karena dia sedang ditugaskan oleh Raga ke kantor cabang sehingga Raga pun merasa kesepian karena tidak tempat curhat untuk saat ini.Mobil mewah itu sudah membelah jalanan. Panas terik matahari membuatnya gerah ditambah pikirannya yang kacau. Saat di jalan ponsel Raga kembali berbunyi kini bukan panggilan telepon melainkan bunyi yang menandakan sebuah notifikasi masuk. Raga segera mengurangi kecepatan mobilnya dan menepi sejenak untuk membaca pesan itu. Matanya terbelalak saat melihat nominal uang yang diambil oleh Viona sebesar dua puluh lima juta. Memang kartu ATM itu untuknya dan uang sebanyak itu untuk apa? Bukannya dia bilang tidak akan menggunakannya jika tidak dalam keadaan mendesak?“Kurang ajar sekali wanita itu, dia mengambil uang sebanyak itu pasti untuk menghidupi pria itu, apa dia berselingkuh? Apa dia membalasnya dan ikut berselingkuh? Tidak aku tidak akan membiarkan itu terjadi!” teriaknya di dalam mobil.Amarahnya sudah berada di ubun-ubun. Dia menggusar rambutnya dengan kasar. Setelah merasa baikkan dia pun segera menyalakan mesin mobilnya dan kembali melanjutkan mencari restoran kesukaannya.Butuh lima belas menit untuk sampai di restoran seafood itu. Meskipun amarahnya masih ada berusaha mungkin untuk menahannya karena perut sudah tidak bisa diajak kompromi. Menyesal karena menolak untuk dibawakan makan siang oleh Viona, padahal dia sudah tahu kalau masakan istrinya sangat pas di lidah Raga sendiri.Raga masuk ke restoran itu yang sudah banyak ditempati oleh kalangan bisnis.“Selamat siang Tuan Raga,” sapa seorang pria bertubuh besar bernama Panji menyalami langganan khusus mereka.“Selamat siang, saya pesan satu meja yang dekat dengan jendela dan pesankan saya udang goreng mentega,” sahutnya sambil ingin melangkah pergi tapi Panji mengikutinya.“Maaf Tuan, saya pikir Anda sudah memesan meja soalnya Nyonya Viona juga ada di sini,” sahut Panji membuat langkah Raga berhenti. Dia lalu menoleh ke arah pria itu dengan tatapan seperti mengintimidasi.“Apa maksud kamu?” tanya Raga.“Maaf Tuan barusan lima menit yang lalu Nyonya Viona bersama ...“Oh ya saya lupa kalau istri saya sudah memesan meja, di mana mereka?”“Ba—baik mari ikut saya, Tuan.” Panji langsung mengantarkan Raga tempat di mana Viona dan teman laki-lakinya itu duduk. Rasa bahagia bercampur marah sudah menyelimuti dirinya. Dia pun tidak mengerti dengan dirinya sendiri padahal Raga sendiri yang memutuskan untuk tidak saling mengetahui satu sama lain untuk urusan pribadi. Langkahnya semakin dipercepat sampai di sudut restoran itu. Raga melihat jelas wanita yang dia kenal sebagai istrinya itu duduk bersama pria lain dan mereka berbincang sangat akrab sekali.Tangannya tiba-tiba mengepal, sorot matanya seperti ingin menguliti mereka segera. Dengan langkah lebar dia langsung memergoki keduanya.“Selamat siang, apakah saya mengganggu?” tanya Raga to the point. Berdiri di antara mereka. Viona terkejut dengan kedatangan suaminya yang secara tiba-tiba. Raga tersenyum sinis melihat Viona seperti orang tertangkap basah selingkuh. Sedangkan pria itu begitu tenang.“Mas Raga juga ada di sini?” tanya Viona penasaran.“Kenapa, apakah ini restoran ayah kamu?” tanya Raga ketus.“Ya bukanlah Mas, mana ada uang untuk membeli restoran ini, buat makan saja susah apalagi beli yang beginian,” jawab polos Viona membuat pria yang masih duduk itu ikut tersenyum tetapi tidak dengan Raga yang wajah datar tanpa ekspresi.Mata Raga menatap tajam ke arah pria muda itu. Tidak dipungkiri memang ketampanan pria itu pun hampir sama membuat Raga menjadi tersaingi.“Kamu kok makan siang di luar?” tanyanya lagi.“Oh sekali-kali Mas. Oh ya kenalin Mas ini temanku namanya Rama.”Pria itu berdiri dan menjulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Raga. Menjaga image mau tak mau Raga pun menerima uluran tangan dari pria itu.“Siapa dia Vio?” tanya Rama membuat Raga dan Viona saling bertatapan.
“Kenalkan nama saya Raga Handika Subrata, suaminya Viona Adila Zahra,” ucap Raga menatap tajam pria itu. “Oh ini toh suamimu yang kamu bilang seperti singa. Ya kamu benar Vio, wajahnya memang sangar tetapi dia juga tampan seperti saya,” pujinya membuat hidung Raga kembang kempis mendengar ocehan teman istrinya itu.“Ayo, silakan duduk, biar saya yang bayar, jangan khawatir uang saya juga banyak kok,” lanjutnya lagi sambil tersenyum.Jangan ditanya bagaimana wajah pria tampan itu sangat merah menahan amarah dan malu. Viona menatap takut. Tak lama kemudian seorang pelayan pun kemudian datang menghampiri meja mereka dengan membawa menu yang mereka pesan. Tanpa basa-basi lagi mereka pun menikmatinya dalam keheningan. *** “Ada apa dengan Mas Raga? Kenapa dia tampak marah? Kan dia sendiri yang bilang jangan mencampuri masalah pribadi,” gumam Viona dalam hati.Untung saja mood Raga sedikit terobati karena bisa melihat wajah Viona dari dekat dan entah kenapa dia baru menyadari wajah hitam
Sepanjang jalan Raga tidak ada mengatakan sepatah kata pun. Wajahnya di tekuk tapi masih fokus menyetir. Viona menyadari akan satu hal ada yang tidak beres dengan suaminya itu. Biasanya Raga akan cuek dengan segala kegiatan yang dilakukan oleh Viona. Bahkan saat Viona ingin keluar dan meminta izin selalu ditanggapinya dengan acuh.“Mas Raga sedang marah ya?” tanya Viona ragu-ragu.“Menurutmu?” balas Raga dengan jutek. “Menurut aku iya sih lagi marah, tapi kenapa Mas?” Viona menatap wajah suaminya sendiri. Merasa diperhatikan membuat pria tampan itu menjadi salah tingkah dan semakin stres. Dia lalu menghentikan mobilnya secara mendadak sehingga hampir saja kening Viona kejeduk depan kaca mobil. Dia lalu turun dari mobil diikuti oleh Viona. “Mas, sakit nih, kenapa sih nyetirnya seperti itu, kalau kita kecelakaan bagaimana? Lagian ini di mana?” Viona memegang keningnya yang sakit sembari celingak-celinguk melihat tempat sekitarnya di mana mereka berhenti.“Kenapa? Kalau Ram yang bawa
“Kenapa kamu ke sini, sudah selesai belanjanya?” tanya Raga dengan lembut dan tak tanggung-tanggung Vina duduk di pangkuan Raga tanpa memedulikan perasaan sang istri yang berdiri mematung. Mereka begitu intens berbicara. Pandangan Raga sangat berbeda saat berbicara dengan Viona. Wanita manis itu bisa merasakannya dan sadar akan posisinya sebagai istri yang tidak diinginkan oleh sang suami. “Oh ini istri kamu? Sangat buruk banget. Dia dari planet mana?” sindir Vina yang menatap tajam. “Kenalkan Mbak, nama saya Viona Adila Zahra,” ucapnya sambil menjulurkan tangannya ingin bersalaman dengan Vina, tapi wanita seksi itu malah menepisnya.“Maaf kita enggak selevel ya, lagian Papimu itu sudah pikun menikahkan kamu dengan wanita buluk seperti dia, enggak ada bagusnya sama sekali,” sindirnya lagi.“Ya Allah Mbak, jangan suka menghina ciptaan Allah, nanti Mbak malah kualat loh, lagian apa yang akan dibanggakan kalau sudah tua keriput dan meninggal tidak ada yang akan dibanggakan lagi. Dan j
Mereka saling berpagut mesra. Vina begitu liar saat ini tapi semenjak Viona pergi bersama pria lain membuatnya cemburu dan penasaran. Biasanya dia tidak peduli tapi kali ini dia harus berhati-hati karena pria yang ditemuinya itu adalah orang yang dia kenal. Raga tidak memedulikan Vina yang berusaha membangkitkan gairahnya. “Vin, stop saya masih banyak pekerjaan!” bentaknya seketika membuat Vina terkejut dan menghentikan aksinya. “Ada apa Sayang, biasanya kamu menikmatinya?” Raga kembali menutup kedua matanya dan menghela napas panjang. “Bisakah kamu turun dari pangkuan saya dulu?” Raga begitu tidak nyaman dan terlihat sangat kesal. Vina kembali berusaha mencumbu wajah tampan itu tapi lagi-lagi Raga menolaknya.Mau tak mau Vina turun dari pangkuan Raga dan ikut mendekus kesal. “Kenapa sih Yang, kamu berubah banget? Apa kamu ada wanita lain yang lebih seksi dan cantik sudah menggodamu?” tanyanya kesal.“Tidak ada, hanya saja banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan, tolong mengert
“Kamu boleh pergi dari ruangan saya!” “Maksud Bapak saya dipecat?” Mata Santi mulai berkaca-kaca. “Kembali ke meja kerjamu dan lebih giat mempelajari apa yang dimau oleh perusahaan saya, sekarang pergilah!” Wajah Santi berbinar dia ingin sekali meluapkannya dengan berdiri dan menghampiri Raga, tapi malah mendapatkan tatapan dingin, seketika Santi sadar dan kembali menjauh.“Maaf Pak, enggak sengaja, kalau begitu saya permisi dulu Pak.” Santi bergegas pergi dari ruangan itu sebelum bosnya itu berubah pikiran. Dengan langkah bahagia Santi keluar dan langsung menuju meja kerjanya kembali.Sementara itu Raga yang penasaran dengan wanita yang telah membantu Santi segera menghubungi Dirga salah satu anak buahnya dan meminta CCTV di lantai dua bagian divisi pemasaran. Tidak butuh waktu lama Dirga membawa rekaman CCTV itu jam yang diinginkan oleh Raga. Pria tampan itu lalu memutarnya dan terlihat memang seorang wanita muda menghampiri Santi yang terlihat bingung. “Itu kan Viona? Jangan bi
“Ah kenapa aku ini? Aku sama sekali tidak tahu siapa dirinya?” tanyanya kesal saat dalam posisi menyetir. Sudah enam hari mereka menjadi suami istri tetapi Raga masih belum mengetahui hidup seorang Viona Adila Zahra gadis berusia dua puluh empat tahun itu. Apalagi ada saja hal yang baru dia dapatkan.Awal menikah Raga bisa membayangkan kalau Viona akan menangis bombay, ternyata tidak justru wanita itu patuh dengan apa yang dikatakan Raga, malah terlihat tersenyum. Kedua Raga dikejutkan dengan dia pintar memasak. Sengaja tidak mengambil pembantu dan menyuruhnya untuk membersihkan rumah dan dia lakukan dengan cepat, rapi dan bersih. Pria tampan itu pun tertegun, tapi karena itu juga Opa Lukman memarahinya dan langsung membawakan seorang pembantu dari rumah opanya.Menikmati rasa masakan itu sangat cocok di lidah Raga. Ketiga dia pandai menyetir mobil. Hal yang sangat aneh untuk Raga. Ke empat dia sangat pintar karena bisa menyelesaikan laporan itu dengan benar. Raga tidak mengetahui a
Raga begitu menghayati lantunan suara merdu milik Viona sehingga tanpa terasa pria tampan itu menitikkan air mata. Sudah lama dia tidak mendengar hal itu bahkan dia sendiri pun lupa kapan terakhir mengaji mungkin sudah lupa caranya mengaji.Raga tertegun sampai akhirnya Viona selesai dan melihat wajah suaminya sudah basah dengan air mata. Kejutan selama enam hari membuatnya bingung dengan perasaannya sendiri. Sudah sekian kalinya Raga dibuat takjub dengan istrinya. Selalu ada saja yang baru dan itu membuat pria tampan itu semakin penasaran dengan istrinya sendiri.Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Viona saat mereka saling menatap. Rasa canggung kemudian dirasakan oleh wanita cantik itu.“Kenapa kamu melihatku seperti itu, ada yang aneh?” sungut Raga mengalihkan perhatian. “Mas Raga habis nangis ya?” Viona lebih mendekat untuk memastikan kalau ada sisa air mata di pipi pria tampan itu. “Yang benar saja Markonah!” Raga menjitak kepala istrinya.“Au sakit Mas, namaku it
“Mana ada kucing menolak kalau di kasih ikan?” Raga mendekus kesal. Rupanya pria tampan itu tidak bisa mengendalikan hasratnya jika digoda oleh Viona.“Kamu sadar kan Mas, kamu sudah tiga kali melakukan pelanggaran yang kamu buat sendiri, pertama kamu bilang tidak akan mencampuri urusan pribadi kita, kedua kamu membawa aku ke kantormu dan yang ketiga kamu melakukan malam pertama yang tidak kamu inginkan, tapi sepertinya kamu mulai ketagihan dengan apa yang kita lakukan semalam. Apakah kamu baru menyadari kalau aku sangat menarik dari wanita lain?” Viona kembali menggodanya setelah sarapan mereka selesai. Wanita hitam manis itu dengan berani menatap wajah suaminya sendiri. Kembali mendekatkan wajahnya untuk melihat reaksi Raga yang sudah kembang kempis dibuatnya. Viona dengan anggun duduk di pangkuan Raga. Lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Raga. Pria tampan itu semakin bingung dengan perilaku Viona yang semakin agresif. Bahkan dia tidak meminta izin untuk mendekati suaminy
Viona terpaku dengan ucapan Raga barusan hampir saja jantung seperti mau copot saat Raga mengutarakan kata demi kata yang dirangkai menjadi satu kalimat itu. Raga memperhatikan ekspresi wajah istrinya itu. Tak ada jawaban sehingga dengan berani pria tampan itu mendaratkan kecupan hangat. Tak ada responsnya sehingga Raga menggigit bibir bawah Viona sedikit keras. Viona pun memukul Raga dan langsung melepaskannya. Viona mendorong tubuh Raga dengan keras.“Apaan sih kamu, Mas?” kesalnya kemudian. “Karena kamu tidak memberikan jawaban. Sekarang katakan aku berhak kan atas dirimu. Aku adalah suamimu dan itu yang harus kamu tanamkan dalam pikiranmu. Kamu tidak boleh pergi tanpa seizin suami tampanmu ini. Kamu enggak mau kan dibilang wanita murahan?” tatapan Raga semakin tajam seakan ingin menguliti tubuhnya. Viona tersenyum sinis mendengar perkataan suaminya itu dan lalu berkata, “Kenapa kamu seperti ini Mas, bukannya kamu sendiri yang membuat peraturan agar tidak boleh mencampur
Raga tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh mereka. Meskipun dalam hati ingin sekali memarahi orang itu yang telah dianggap menghinanya itu. Apalagi melihat orang itu tampak lebih tua darinya sehingga malas untuk berdebat panjang lebar. Jalanan masih macet membuatnya semakin kesal apalagi orang di samping itu terus mengoceh sambil menertawakan tingkah Raga yang seperti anak kecil. “Sudahlah Bro, jangan marah-marah nanti kena stroke loh. Hidup itu dibawa enjoy saja jangan terlalu dibawa emosi. Kadang kita harus menerima takdir meskipun itu sulit untuk kita jalankan tapi bukan berarti kita patah semangat. Kejarlah jika kamu melihat itu masih mempunyai harapan. Jangan pesimis sebelum kamu berusaha. Ada pepatah mengatakan usaha tidak akan mengkhianati hasilnya, bukan?” orang tua itu berbicara panjang lebar membuat Raga terdiam sejenak dan memperhatikan lawan bicaranya itu. Raga menghela napas panjang dan kemudian berkata, “ Bapak mempercayai takdir dan cinta?” tanya Raga pena
Santi begitu bahagia bisa bertemu dengan wanita yang pernah menyelamatkan hidupnya. “Mbak Vio—Viona kan? Yang waktu itu membantu saya menyelesaikan laporan untuk Pak Raga? Enggak salah lagi saya masih ingat dengan wajah Mbak yang baik ini,” jelas Santi bersemangat.Wanita manis itu pun tersenyum dan berkata, “iya Mbak Santi saya Viona dan kenapa Mbak Rosa ada masalah? Dimarahi Pak Raga? Di mana dia, masih ada di ruangannya kan?” tanya Viona kepada Rosa tang terlihat terkejut. “Selamat siang Bu Vio, maaf Pak Raga baru saja keluar. Sepertinya ada hal yang mendesak sehingga beliau tadi buru-buru pergi sampai meninggalkan rapat nanti dengan klien di jam dua siang ini, Bu,” jelas Rosa bingung. “Oh iya, dia tidak memberitahukan pergi ke mana?” tanya Viona masih penasaran. “Enggak Bu,” jawab Rosa singkat. “Apa Mas Raga pergi menemui Mbak Vina ya? Mungkin saja kan? Wanita itu sangat beruntung sekali selalu dikhawatirkan oleh Mas Raga, sedangkan aku hanya istri pajangannya saja,” ucap
“Ya Halo?” “Di mana Viona? Di mana istriku!” “Selamat siang Raga.”Suara bariton itu membuat mata Raga melotot dengan dada bergemuruh. Bagaimana tidak ponsel Viona dijawab oleh Rama.“Kenapa kamu yang memegang ponsel istriku! Di mana istriku!” “Istrimu? Sungguh dia istrimu? Tapi kenapa dia ada bersamaku ya?”“Kamu jangan menyentuh sedikit pun dari tubuh istriku jika tidak mau nyawa kamu melayang!” “Oh ya, kami sedang menikmati kopi susu dan saling berbincang, mungkin sebentar lagi kami akan ...”“Bajingan, cepat berikan teleponnya kepada istriku!” “Sebentar, dia sedang di kamar mandi perlu aku masuk ke sana?” “Aku akan menguliti kamu Rama jika sampai menyentuh istriku!” “Kenapa Raga, bukannya kamu tidak mencintai Viona? Kenapa kamu marah? Kamu juga sering pergi dengan Vina, kamu tidak memikirkan perasaan Viona, kan? Sudahlah Raga jangan serakah. Cukup satu wanita saja. Ceraikan Viona!” “Jangan mencampuri urusan orang lain Rama? Kenapa kamu sangat tertarik dengan istri orang la
“Kenapa kamu diam Raga? Apakah yang Papi katakan benar kalau kamu sudah melakukan hal itu?” tanya ulang Papi Seno menegaskan. Tatapan pria paru baya itu lebih tajam ke arah Raga putra kesayangannya itu. “Ra—Raga enggak tahu Pi. Raga tidak pernah melakukan hal itu tapi ...” Papi Seno langsung melayangkan sebuah tamparan keras tanpa mendengarkan penjelasan putranya. Opa Lukman sedikit terkejut tapi juga membiarkan Seno melakukan hal itu. “Kamu ragu menjawab Raga. Papi sudah bilang kan dari awal wanita itu tidak pantas denganmu. Kamu saja yang buta karena cinta. Kamu tidak tahu bagaimana kelakuan Vina diluar sana. Mungkin dia sudah banyak merayu para pria hidung belang itu untuk merasakan kehangatannya dan kamu yang disuruh bertanggungjawab!” teriak Papi Seno terlihat sangat marah. Opa Lukman hanya diam saja, mendengarkan perdebatan mereka ayah dan anak itu. Raga berisi keras tidak pernah berhubungan lebih jauh dari itu tapi dia juga bingung kenapa Vina bisa hamil anaknya. Setahu
“Sudah aku katakan jangan mencampuri rumah tangga orang lain, cukup persaingan bisnis saja diantara kita tanpa melibatkan yang lain? Kenapa? Apakah kamu sudah tidak laku dipasaran sehingga mau menggoda istri orang lain?” bentak Raga yang masih terlihat emosi.Rama menahan rasa sakit dan menghapus bercak darah dari sudut bibirnya karena pukulan dari Raga tadi. “Aku tidak melakukan apa pun dengan istrimu, buktinya aku malah berada di rumah sakit ini, mungkin ada orang lain yang juga tidak menyukaimu. ““Viona menjadi kehilangan kesadarannya setelah dia minum bersamamu. Orange jus?” kesal Raga kembali. Rama tertawa garing dan lalu berkata, “ Sepertinya kamu tidak tahu apa yang menjadi minuman kesukaan Viona kan? Aku berada di rumah sakit karena aku sangat alergi dengan minuman itu. Aku terpaksa meminumnya karena aku sengaja mencari perhatian Viona, itu saja dan sekarang kamu lihat sendiri kan, aku berada di rumah sakit?” teriak Rama dengan tersenyum sinis.“Aku tidak percaya dengan
“Mas, halo apa yang kamu lamunkan? Vio benar kan?” tanya Viona lagi.Raga tak menjawab, dia langsung beranjak dari atas ranjang itu dan pergi ke kamar mandi. “Mas, kamu enggak sopan pergi begitu saja seperti itu,” teriak Viona melihat suaminya dengan santai berjalan menuju kamar mandi tanpa menggunakan apa pun.“Mau mandi bersama?” pinta Raga menatap tajam. Viona yang sudah berbalik badan yang tak ingin melihat suaminya begitu indah di mata membuat wajahnya merona. Dia pun berkata, “Nggak usah Mas, duluan saja. Bukan mandi nantinya malah lanjut lagi remuk lagi badanku,” gerutunya kesal. “Oke,” ucapnya santai dan melanjutkan langkahnya. “Huh Mas Raga, dia terlalu sempurna buatku. Pantas saja mbak Vina begitu sangat mencintainya sudah tampan dan kaya lagi, tapi aku tidak pantas untuknya,” batin Viona terlihat sendu. Tak lama kemudian terdengar suara ponsel berbunyi. Viona pun mencarinya.“Ini kan ponsel Mas Raga?” Viona mengambil ponsel itu yang berada diatas tempat tidur. Dan ter
“Mas, kenapa kamu malah memesan kamar? Kenapa kita tidak pulang saja ke rumah aku ...” Ucapannya terpotong saat Raga memeluknya.“Sudah aku bilang kan, aku akan menyembuhkan kamu dengan cepat. Lagian Rama itu memberikan obat apa sih jangan-jangan kadaluwarsa lagi, masa efeknya enggak ngaruh sama kamu. Harus diajarkan juga” protes Raga sedikit kesal. “Maa, aku enggak bisa napas ini, aku lagi kegerahan malah kamu peluk, lepas dulu aku mau buka baju, panas banget,” protes Viona yang berusaha melepaskan pelukan erat dari Raga.Raga pun melepaskannya. Dan Viona langsung membuka pakaiannya. Raga pun ikut melepaskan pakaiannya yang membuat Viona bingung. “Kamu mau ngapain Mas, kenapa ikutan buka baju sih aku mau mandi dulu,” protes Viana. Tanpa kata-kata setelah Raga selesai dia pun menghampiri Viona. Pandangan mereka kembali beradu. Raga semakin mendekati Viona dan memberikan kecupan manis di bibirnya membuat Viona ikut merasakan kebahagiaan. ***Sementara itu, Rama tak henti-hentinya k
Viona melihat Raga dari jarak jauh yang masih sibuk berjabat tangan dan berbicara dengan beberapa orang yang memakai pakaian kantor sama dengannya. Bukan sengaja melainkan Rama yang telah mengundang mereka untuk hadir dalam acara itu. Alasannya sudah pasti ingin membuat Raga sibuk dengan mereka sehingga perhatiannya pun teralihkan untuk Viona. “Kamu lihat sendiri kan suamimu itu sibuk dan merasa bangga dikelilingi oleh banyak partner bisnis, dia memang sangat berkharisma,” puji Rama sengaja sembari melirik ke arah Viona yang terlihat memandang terus ke suaminya. “Iya, Mas Rama benar dia memang sangat berkharisma dan tidak cocok berdampingan denganku,” jawab Viona pelan.“Apa maksudmu?”tanya Rama bersimpatik.Wanita manis itu menghela napas panjang dan lalu berkata, “Mas tahu kadang apa yang terlihat di depan belum tentu yang sebenarnya. Mas Raga begitu bahagia dan tersenyum tapi senyumannya itu tersimpan rasa beban. Dia sebenarnya tidak bahagia Mas, dia tertekan karena sudah me