Sepanjang jalan Raga tidak ada mengatakan sepatah kata pun. Wajahnya di tekuk tapi masih fokus menyetir. Viona menyadari akan satu hal ada yang tidak beres dengan suaminya itu. Biasanya Raga akan cuek dengan segala kegiatan yang dilakukan oleh Viona. Bahkan saat Viona ingin keluar dan meminta izin selalu ditanggapinya dengan acuh.
“Mas Raga sedang marah ya?” tanya Viona ragu-ragu.“Menurutmu?” balas Raga dengan jutek.“Menurut aku iya sih lagi marah, tapi kenapa Mas?” Viona menatap wajah suaminya sendiri. Merasa diperhatikan membuat pria tampan itu menjadi salah tingkah dan semakin stres. Dia lalu menghentikan mobilnya secara mendadak sehingga hampir saja kening Viona kejeduk depan kaca mobil. Dia lalu turun dari mobil diikuti oleh Viona.“Mas, sakit nih, kenapa sih nyetirnya seperti itu, kalau kita kecelakaan bagaimana? Lagian ini di mana?” Viona memegang keningnya yang sakit sembari celingak-celinguk melihat tempat sekitarnya di mana mereka berhenti.“Kenapa? Kalau Ram yang bawa mobil lebih enak dari saya?” tanyanya dengan ketus.“Iya sih, dia enggak ugal-ugalan seperti Mas menyetir sekarang, jangan-jangan Mas Raga enggak lulus waktu belajar menyetir, orang kaya kan selalu mendapatkan apa pun dengan cara instan,” celetuknya membuat Raga semakin kesal.“Dir, pakirkan mobil saya dengan benar dan jangan sampai lecet sedikit pun,” ucapnya sambil memberikan kunci mobil ke tangan satpam perusahaan itu.Raga melangkah pergi masuk ke perusahaannya. Namun, kembali sadar saat Viona tidak ikut mengekori. Pria tampan itu menghela napas panjang dan menoleh ke belakang saat melihat istrinya berdiri mematung. Raga ikut memperhatikan wajah Viona. Lalu melihat dari ujung kaki sampai ujung rambut yang berpenampilan biasa tapi hanya satu yang tidak bisa dia pungkiri saat wanita itu tersenyum wajahnya langsung terlihat manis.Ya Viona Adila Zahra seorang gadis berkulit hitam manis dengan tubuh tinggi semampai. Meskipun warna kulit yang tidak kebanyakan wanita pada umumnya putih mulus berbeda dengan Viona yang memiliki kulit hitam melebihi sawo matang. Namun, wajahnya tak kalah cantiknya dengan wanita yang berkulit putih. Bulu mata lentik dengan bola mata bulat besar, mempunyai alis tebal. Hidung mancung dan rambut ikal berwarna hitam dengan panjang sebahu, tapi tentu saja Raga sangat ilfil dengan Viona yang sangat berbeda dengan Vina Angelika Prasetya mantan kekasihnya yang lebih seksi dan cantik menawan.Saat itu tapi entah kenapa setelah enam hari menikah dia baru menyadari ada hal yang berbeda dalam diri Viona. Raga mendekat kali ini lebih dekat melihat wajah itu yang sering dia abaikan. Senyuman nyaris terlihat tapi buru-buru dia tepis kembali.“Apakah kamu akan berdiri di situ sampai besok?” Raga mengagetkannya. Dia pun menoleh sehingga hampir tidak ada jarak diantara mereka karena pria tampan itu sedikit membungkukkan badannya hingga bisa sejajar dengan wajah Viona. Tatapan mereka saling bertemu dan terdiam sesaat.“Apa aku tidak salah lihat, aku menikahi seorang wanita yang cantik, kenapa aku baru sadar?” batin Raga menatap intens wajah istrinya sendiri.“Mas Raga kenapa? Jangan-jangan kesambet lagi, tapi ini kan masih sore belum malam, masa iya sih? Malah ada kotoran di matanya lagi, katanya pembersih tapi kok ada yang nyempil di situ, kasih tahu enggak ya, nanti kalau aku ambil langsung nanti dia marah, kan dia sendiri yang membuat peraturan enggak boleh menyentuh apa pun tanpa seizin yang punya, kan?” batin Viona bingung.“Mas, kenapa kamu melihat aku seperti itu? Mas baru tahu ya kalau aku sangat cantik?” Viona semakin mendekatkan wajahnya, Raga terkejut dan kembali menjauh dari hadapan Viona.“Kamu jangan geer ya, cepat ikuti saya!” Raga segera berjalan kembali kini Viona ikut mengekori suaminya. Banyak pandangan menuju ke arah mereka. Dengan ramah wanita manis itu sedikit membungkukkan badannya dan tersenyum.“Tunggu Mas!” Viona sedikit berlari mengejar langkah Raga.“Ada apa lagi?”“Itu ada kotoran di mata Mas, kok bisa sih katanya pembersih,” sindir Viona yang melanjutkan langkahnya lebih dahulu.Raga terdiam dia lalu mencari kaca, untung mobil yang terparkir di luar, buru-buru melihatnya dari kaca spion. Dan benar saja memang ada sedikit kotoran di sela ujung matanya membuatnya tersenyum.“Ternyata aku memang sangat tampan, pantas saja para wanita banyak mengejatku,” pujinya pada diri sendiri saat menatap dirinya sendiri di kaca spion itu. Setelah puas Raga pun dengan cepat menyusul Viona yang sudah menunggunya di lobi.“Mas, ini kantor kamu?”“Bukan milik orang lain,” jawab asal Raga.“Oh pantesan bagus banget, enggak mungkin Mas punya kantor semewah ini, kan?”Raga hanya diam tidak mau meladeni pertanyaan istrinya. Entah kenapa dia malah membawanya ke kantor yang semula dia tidak ingin Viona datang ke kantor. Mereka pun masuk ke ruang kerja Raga.Viona semakin terperangah saat melihat ruang kerja suaminya yang terlihat mewah dan elegan. “Wah kaya banget ini yang punya perusahaan ya Mas, nggak salah dia kasih ruangan ini seperti rumah pribadi ya?” Mata Viona tidak lepas dari semua perabotan yang terlihat mewah. Sampai akhirnya tak sengaja melihat meja kerja Raga terdapat bingkai foto yang berwarna silver terpampang nyata sangat pemilik wajah itu.Mata yang tadi berbinar dengan senyuman mengembang itu pun seketika berubah murung. Bukan foto pernikahan mereka yang terbingkai cantik di sana, melainkan foto suaminya bersama sang kekasih, Vina.Viona sangat tahu siapa itu Vina, kekasih Raga yang tak akan pernah dia lupakan. Viona sadar diri siapa dirinya tidak akan bisa bersaing dengan seorang model yang begitu cantik dan seksi, bahkan dia pun semakin tidak percaya diri kala melihat kulit Vina begitu putih saat bersanding dengan Raga yang sama.“Mereka memang pasangan serasi,” gumam Viona dalam hati.Viona tidak ingin Raga tahu kalau hatinya sedikit sakit, tapi dia berusaha untuk seolah masa bodoh sebelum hatinya semakin jatuh cinta dengan suaminya sendiri.“Kamu perlu sesuatu?” tanya Raga yang sudah duduk di kursi kebesarannya sambil membuka laptopnya. Viona masih berdiri kini berhadapan dengan suaminya. Jarak mereka hanya dibatasi oleh meja kerja saja.“Mas, sepertinya kamu sudah melanggar surat perjanjian itu deh, apakah aku harus membuka dan membacanya lagi?” Viona bersuara tapi pandangan Raga tidak teralihkan dari layar itu. Kedua jemarinya pun sudah lancar ke sana kemari menari di atas keyboard.“A—apa maksudmu?” tanyanya dingin.Viona menatap sekilas setelah itu menoleh ke samping. “Bukannya kamu bilang aku tidak boleh datang ke kantor? Dan sekarang apa yang kamu lakukan? Kamu sendiri membawa aku ke sini?” tanya Viona membuat jemari Raga terhenti seketika.“Lalu?”“Ya, aku hanya ingin memastikan kalau bukan aku yang meminta kamu untuk bisa menginjakkan kakiku di sini dan satu lagi bukankah Mas Raga yang bilang jangan mencampuri urusan kita masing-masing dan sekarang apa yang kamu lakukan? Kamu yang membuat perjanjian hitam di atas putih, kan dan kita sama-sama menyetujuinya, tapi kenapa kamu malah ....“Sayang, kamu masih ... Mereka sama-sama menoleh mendengar suara seorang wanita yang tentu mereka hafal betul siapa pemiliknya.“Waw ... sebuah kebetulan kamu ada di sini, apakah dia melakukan kesalahan, Sayang?” Wanita cantik itu langsung masuk begitu saja dan langsung mendaratkan sebuah kecupan singkat di pipi Raga. Raga pun membalasnya. Viona hanya melongo melihat adegan romantis itu tanpa berkedip.“Kenapa kamu ke sini, sudah selesai belanjanya?” tanya Raga dengan lembut dan tak tanggung-tanggung Vina duduk di pangkuan Raga tanpa memedulikan perasaan sang istri yang berdiri mematung. Mereka begitu intens berbicara. Pandangan Raga sangat berbeda saat berbicara dengan Viona. Wanita manis itu bisa merasakannya dan sadar akan posisinya sebagai istri yang tidak diinginkan oleh sang suami. “Oh ini istri kamu? Sangat buruk banget. Dia dari planet mana?” sindir Vina yang menatap tajam. “Kenalkan Mbak, nama saya Viona Adila Zahra,” ucapnya sambil menjulurkan tangannya ingin bersalaman dengan Vina, tapi wanita seksi itu malah menepisnya.“Maaf kita enggak selevel ya, lagian Papimu itu sudah pikun menikahkan kamu dengan wanita buluk seperti dia, enggak ada bagusnya sama sekali,” sindirnya lagi.“Ya Allah Mbak, jangan suka menghina ciptaan Allah, nanti Mbak malah kualat loh, lagian apa yang akan dibanggakan kalau sudah tua keriput dan meninggal tidak ada yang akan dibanggakan lagi. Dan j
Mereka saling berpagut mesra. Vina begitu liar saat ini tapi semenjak Viona pergi bersama pria lain membuatnya cemburu dan penasaran. Biasanya dia tidak peduli tapi kali ini dia harus berhati-hati karena pria yang ditemuinya itu adalah orang yang dia kenal. Raga tidak memedulikan Vina yang berusaha membangkitkan gairahnya. “Vin, stop saya masih banyak pekerjaan!” bentaknya seketika membuat Vina terkejut dan menghentikan aksinya. “Ada apa Sayang, biasanya kamu menikmatinya?” Raga kembali menutup kedua matanya dan menghela napas panjang. “Bisakah kamu turun dari pangkuan saya dulu?” Raga begitu tidak nyaman dan terlihat sangat kesal. Vina kembali berusaha mencumbu wajah tampan itu tapi lagi-lagi Raga menolaknya.Mau tak mau Vina turun dari pangkuan Raga dan ikut mendekus kesal. “Kenapa sih Yang, kamu berubah banget? Apa kamu ada wanita lain yang lebih seksi dan cantik sudah menggodamu?” tanyanya kesal.“Tidak ada, hanya saja banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan, tolong mengert
“Kamu boleh pergi dari ruangan saya!” “Maksud Bapak saya dipecat?” Mata Santi mulai berkaca-kaca. “Kembali ke meja kerjamu dan lebih giat mempelajari apa yang dimau oleh perusahaan saya, sekarang pergilah!” Wajah Santi berbinar dia ingin sekali meluapkannya dengan berdiri dan menghampiri Raga, tapi malah mendapatkan tatapan dingin, seketika Santi sadar dan kembali menjauh.“Maaf Pak, enggak sengaja, kalau begitu saya permisi dulu Pak.” Santi bergegas pergi dari ruangan itu sebelum bosnya itu berubah pikiran. Dengan langkah bahagia Santi keluar dan langsung menuju meja kerjanya kembali.Sementara itu Raga yang penasaran dengan wanita yang telah membantu Santi segera menghubungi Dirga salah satu anak buahnya dan meminta CCTV di lantai dua bagian divisi pemasaran. Tidak butuh waktu lama Dirga membawa rekaman CCTV itu jam yang diinginkan oleh Raga. Pria tampan itu lalu memutarnya dan terlihat memang seorang wanita muda menghampiri Santi yang terlihat bingung. “Itu kan Viona? Jangan bi
“Ah kenapa aku ini? Aku sama sekali tidak tahu siapa dirinya?” tanyanya kesal saat dalam posisi menyetir. Sudah enam hari mereka menjadi suami istri tetapi Raga masih belum mengetahui hidup seorang Viona Adila Zahra gadis berusia dua puluh empat tahun itu. Apalagi ada saja hal yang baru dia dapatkan.Awal menikah Raga bisa membayangkan kalau Viona akan menangis bombay, ternyata tidak justru wanita itu patuh dengan apa yang dikatakan Raga, malah terlihat tersenyum. Kedua Raga dikejutkan dengan dia pintar memasak. Sengaja tidak mengambil pembantu dan menyuruhnya untuk membersihkan rumah dan dia lakukan dengan cepat, rapi dan bersih. Pria tampan itu pun tertegun, tapi karena itu juga Opa Lukman memarahinya dan langsung membawakan seorang pembantu dari rumah opanya.Menikmati rasa masakan itu sangat cocok di lidah Raga. Ketiga dia pandai menyetir mobil. Hal yang sangat aneh untuk Raga. Ke empat dia sangat pintar karena bisa menyelesaikan laporan itu dengan benar. Raga tidak mengetahui a
Raga begitu menghayati lantunan suara merdu milik Viona sehingga tanpa terasa pria tampan itu menitikkan air mata. Sudah lama dia tidak mendengar hal itu bahkan dia sendiri pun lupa kapan terakhir mengaji mungkin sudah lupa caranya mengaji.Raga tertegun sampai akhirnya Viona selesai dan melihat wajah suaminya sudah basah dengan air mata. Kejutan selama enam hari membuatnya bingung dengan perasaannya sendiri. Sudah sekian kalinya Raga dibuat takjub dengan istrinya. Selalu ada saja yang baru dan itu membuat pria tampan itu semakin penasaran dengan istrinya sendiri.Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Viona saat mereka saling menatap. Rasa canggung kemudian dirasakan oleh wanita cantik itu.“Kenapa kamu melihatku seperti itu, ada yang aneh?” sungut Raga mengalihkan perhatian. “Mas Raga habis nangis ya?” Viona lebih mendekat untuk memastikan kalau ada sisa air mata di pipi pria tampan itu. “Yang benar saja Markonah!” Raga menjitak kepala istrinya.“Au sakit Mas, namaku it
“Mana ada kucing menolak kalau di kasih ikan?” Raga mendekus kesal. Rupanya pria tampan itu tidak bisa mengendalikan hasratnya jika digoda oleh Viona.“Kamu sadar kan Mas, kamu sudah tiga kali melakukan pelanggaran yang kamu buat sendiri, pertama kamu bilang tidak akan mencampuri urusan pribadi kita, kedua kamu membawa aku ke kantormu dan yang ketiga kamu melakukan malam pertama yang tidak kamu inginkan, tapi sepertinya kamu mulai ketagihan dengan apa yang kita lakukan semalam. Apakah kamu baru menyadari kalau aku sangat menarik dari wanita lain?” Viona kembali menggodanya setelah sarapan mereka selesai. Wanita hitam manis itu dengan berani menatap wajah suaminya sendiri. Kembali mendekatkan wajahnya untuk melihat reaksi Raga yang sudah kembang kempis dibuatnya. Viona dengan anggun duduk di pangkuan Raga. Lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Raga. Pria tampan itu semakin bingung dengan perilaku Viona yang semakin agresif. Bahkan dia tidak meminta izin untuk mendekati suaminy
“Kenapa kamu datang dan membicarakan masalah ini, kamu sengaja melakukannya di depan Viona?” hardik Raga terlihat kesal. Vina membalasnya dengan tersenyum, dia sangat suka membuat pria tampan itu marah.“Sayang, kenapa kamu berkata seperti itu? Kamu tidak senang dengan berita yang aku bawa? Kamu tidak ingin mempunyai anak dari aku?” tanyanya masih bersikap tenang. Raga menghela napas panjang, dia pun tidak mengerti kenapa dirinya begitu kesal saat tahu kalau Vina hamil. Bukankah dia mencintai Vina sepenuh hati, tapi kenapa dia begitu marah? “Ada apa denganku ini? Kenapa aku marah?” tanyanya dalam hati. “Sayang, cepat kamu urus pernikahan kita, aku tidak ingin orang luar mengetahui kalau aku sudah berbadan dua, bisa hancur reputasi aku dan keluarga Subrata, kan?” ucap Vina menegaskan.“Akan aku pikirkan, sekarang bisakah kamu pulang dulu, biar aku selesaikan masalah ini dan ingat jangan sampai Opa dan Papa tahu dulu tentang masalah ini,” pinta Raga memelas.“Ya aku tahu kamu harus
Raga kembali melakukan aktivitasnya, meskipun sedikit tidak konsentrasi tapi dia berusaha untuk menyelesaikannya, sampai waktu sudah tidak terasa menunjukkan pukul lima sore. Raga bergegas untuk pulang ke rumah. Dia yakin kalau wanita itu pasti sudah berada di rumah. Bahkan Raga dengan sengaja tidak makan siang lantaran ingin makan bersama dengan Viona. “Pak, ada Viona kan?” tanya Raga dengan Pak Tejo setelah masuk dalam halaman rumahnya dan turun dari mobil.“Belum Den, dari pagi Neng Vio belum pulang, mungkin masih di panti jompo,” sahut Pak Tejo.“Bapak tahu nggak alamat panti jompo itu?” tanya Raga bingung, tapi pria paru baya itu sedikit memicingkan matanya kearah majikan mudanya itu. Raga kaget melihat ekspresi Pak Tejo. “Sudah deh Pak jangan marahi saya juga. Ya salah nggak tahu menahu istri pergi ke mana, bahkan nggak tahu alamat panti itu, lagian ngapain sih dia di sana? Seharusnya kan dia itu tahu jam pulang jangan seenaknya gitu dong,” kesal Raga seperti anak kecil.Pak
“Kalian tidak boleh kalah dengan mereka. Betul apa yang dikatakan oleh Dimas, jika anak Dimas perempuan dan anak kamu laki-laki , kita akan jodohkan. Lagian kita sudah tahu kan karakter orang tuanya , sudah tahu bibit, bobot dan bebetnya,” jelas Opa Lukman bersemangat.“Yang benar Opa, ini serius padahal Dimas hanya ngomong asal saja,” ucapnya masih tidak percaya kalau ditanggapi serius oleh Opa Lukman.“Ya tentu saja jika nanti berjodoh kenapa tidak?” jawab Opa Lukman tersenyum.“Enggak mau besanan sama kamu, enak saja,” protes Raga kemudian. “Opa setuju kok, akhirnya bisa masuk di keluarga Subrata,” sahut Dimas cengar-cengir. Raga melempar bantal kecil ke wajah Dimas yang masih cengar-cengir dibuatnya. “Oh ya Opa, Rosa sebentar lagi mau melahirkan , tentu saja harus ada yang menggantikan posisi Rosa. Mas Dimas tentu tidak bisa menghandle semuanya apalagi dia banyak di luar, lapangan,” ucap Rosa mengingatkan. “Oh iya, kamu sebentar lagi mau lahiran. Bagaimana, kalian mempunyai k
Raga masih memikirkan apa yang dikatakan oleh Papi Seno. Apa mungkin Rama masih berhubungan dengan Vina? Tapi dia tidak pernah melihat Vina atau Rama berduaan atau pun berkomunikasi. Bahkan baik Vina maupun Rama tidak pernah bertegur sapa hanya saja terlihat saat Rama membawa Viona ke apartemen milik Raga di sana. Pria tampan itu kembali mengingat -ingat saat Rama datang ke apartemen dirinya. “Sangat menyebalkan! Kenapa Rama bisa membawa Viona. Apakah ini memang rencana mereka berdua. Ya dia masih ingat alamat apartemenku tapi .... Jika mereka memang masih berhubungan tapi kenapa? Balas dendam untuk apa? Tidak mungkin hanya karena aku bersama Vina, atau apakah Rama adalah ....” “Mas Raga, apa yang kamu pikirkan? Bengong begitu, nanti lalat masuk loh dikira goa,” sapa Viona saat melihat Raga dengan mulut sedikit terbuka. Langkahnya kini sudah berada di dapur.Ucapan Viona membuyarkan lamunannya. Raga menghela napas panjang. “Maaf,” ucapnya pelan.Viona masih menyiapkan masakannya.
Papi Seno begitu syok mendengarkan ucapan Raga barusan. Pria paru baya itu berusaha menahan amarahnya yang hampir saja dia luapkan karena mengingat Opa Lukman dalam kondisi yang kurang baik dengan kesehatannya.Papi Seno membalikkan badannya dan menghampiri Raga yang sudah ikut berdiri. Kini mereka saling berhadapan. “Kamu sedang tidak bercandakan?” tanya Papi Seno memastikan. Tatapan Papi Seno begitu tajam dan menakutkan. “Raga juga enggak tahu Pi, tapi itu yang dikatakan oleh Vina, Tapi sungguh Raga yakin tidak pernah melakukan hal itu,” kilahnya sambil mengingat setiap kejadian bersama Vina.“Oh Raga, kamu sangat keterlaluan! Jadi selama ini kamu masih berhubungan dengan Vina? Sudah berapa kali Papi bilang kalau kamu jangan bertemu dia lagi. Dan ini akibatnya entah itu memang anak kamu atau ada yang ingin menjatuhkan nama baik keluarga kita dengan cara seperti ini. Jika Opa Lukman sampai mendengarkan kabar buruk ini, kamu tahu kan apa yang terjadi? Dan ini semua kamu yang bert
“Cepat Mbok, enggak usah dandan!” teriak Raga yang sudah tak sabaran untuk pergi ke rumah ayahnya. “Sabar toh Den, Bu Viona enggak akan ke mana-mana, dia ada di rumah Pak Seno,” sahut wanita paru baya itu yang sudah siap dengan penampilannya “Siapa yang mau bertemu dengan Viona? Saya harus cepat ke sana karena enggak mau kalau Papi sampai marah datang terlambat, itu saja,” tegas Raga mengingatkan.Mbok Darmi hanya tersenyum mendengar ucapan majikan mudanya itu. Dia sangat tahu kalau Raga pasti ingin sekali bertemu dengan Viona, tapi tidak mau mengakuinya. “Gengsi amat,” guru Mbok Darmi dalam nada suara pelan. Mobil melaju dalam kecepatan sedikit cepat. Raga pun mengambil jalan alternatif untuk bisa sampai lebih cepat. Meskipun jalan yang dilalui sedikit berlubang bahkan banyak polisi tidur pun Raga tak peduli. Mbok Darmi hanya bisa beristigfar dalam hati agar mereka selamat sampai tujuan. Selang sepuluh menit kemudian akhirnya mereka sampai di kediaman Pak Seno. Bangunan putih
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, tapi Viona belum pulang ke rumah membuat hati Raga semakin gelisah. Ponselnya masih tidak aktif sehingga tidak bisa melacaknya. Geram bercampur marah. Sedari tadi pria tampan itu mondar mandir seperti setrikaan. Mbok Darmi hanya tersenyum melihat tingkah majikannya itu. “Bagaimana ini Mbok, ke mana wanita itu?” kesal Raga sambil melirik jam di pergelangan tangannya.“Wanita siapa Den, Bu Viona atau Non Vina?” tegas Mbok Darmi membuat Raga semakin kesal. “Ya Viona, siapa lagi kalau bukan dia? Jika sampai Papi telepon menanyakan menantu kesayangannya enggak ada di rumah bisa kena omel tujuh turunan ini,” kesal Raga sambil mengacak rambutnya.“Hanya itu alasannya?” tanya Mbok Darmi curiga. Mata Mbok Darmi menatap mencurigakan. “Kenapa Mbok Darmi melihat saya seperti itu?” kesal Raga semakin terpojok. “Memang harus apa alasannya, Mbok? Khawatir, cemburu? Enggak ya. Rama saja tidak bersama Viona kok,” kilah Raga sedikit lega. “Itu kan tadi
Raga masih kebingungan mencari Viona. Ponselnya pun tidak aktif bahkan sampai di rumah pun Raga tidak menemui Viona. Pria tampan itu lupa dengan tempat yang sering istrinya kunjungi bahkan tidak sampai terpikir ke sana. Raga pun akhirnya meminta bantuan Dimas untuk melacak nomor ponsel Rama. Mbok Darmi yang melihat majikannya itu uring-uringan merasa kasihan. Menunggu kabar dari Dinas apakah sudah bisa menemukan lokasi Rama. “Den Raga menunggu Bu Viona, tumben? Mulai rindu ya?” tanya Mbok Darmi yang menghampirinya sambil membawakan camilan kecil untuk sang majikan yang duduk di ruang keluarga.“Si—siapa bilang saya menunggu Vio? Terserah dia mau pergi ke mana bukan urusan saya juga,” kilah Raga yang masih fokus matanya ke layar televisi. Sedangkan tangannya masih menggenggam ponselnya. Mbok Darmi tersenyum kecil melihat sikap Raga yang belum mau mengakuinya. “Kenapa enggak menghubungi ponselnya Bu Vio?” “Ponselnya enggak aktif, malas banget kalau saya menghubungi si kutu kupr
Wanita paru baya itu memaksa dan memberikan kotak kecil itu di tangan Viona. “Ambil Vio, tak baik menolak hadiah dari orang apalagi dari Ibu. Ya anggap saja saat sebagai ibu kamu juga enggak apa-apa. Soalnya saya enggak punya anak perempuan,” jawab Clarisa sambil tersenyum kecil. “Viona, ambil saja. Bu Clarisa ini sangat baik dia akan kecewa jika kamu menolaknya,” timpa Oma Dora meyakinkan Viona. Viona tersenyum meskipun masih kurang enak hati menerima pemberian wanita itu, tapi mau tak mau dia pun akhirnya menerimanya. “Terima kasih Bu, sudah memberikan saya hadiah,” ucap Viona. “Sama-sama . Buka dong apakah kamu suka atau tidak hadiah dari saya,” pinta Clarisa. Viona dengan malu-malu membuka kotak kecil itu. Wajahnya langsung tertegun melihat benda kecil itu begitu indah. Sebuah bros kecil berbentuk angsa.Viona mengeluarkannya dari kotak kecil itu. “Kamu suka?” tanya Clarissa.“Ya Allah ini indah banget Bu, tapi Ibu yakin mau memberikan kepada saya. Sedangkan ini adalah be
Di tempat lain Viona masih berkeluh kesah dengan Oma Dora. Wanita tua yang sudah dianggapnya seperti neneknya sendiri mampu membuat hari Viona sedikit lega. Meskipun masih ada kejanggalan di hati tetapi Viona berusaha untuk tidak terpengaruh. Di tempat itu juga Viona bisa mencari kedamaian di hati. Melihat banyak orang tua dengan berbagai macam masalah yang ada pada mereka. “Oh ya Vio, nanti ada tamu Oma dari luar kota, dia akan datang menjenguk Oma. Dia wanita yang sangat baik dan perhatian. Dia juga salah satu donatur tetap di sini. Setiap bulan dia akan memberikan sumbangan untuk di sini, makanya tidak heran kan kalau panti jompo ini berkembang dengan baik. Kami sangat terlindungi di sini. Rasa kekeluargaan yang tak pernah kami dapatkan dari keluarga sendiri tapi di sini kami menjadi satu keluarga,” kenang Oma Dora tersenyum kecil. Mata sendu itu tidak mampu menyembunyikan air matanya yang hampir saja terjatuh. “Oma rindu dengan keluarga?” tanya Viona lembut. “Bohong kalau
Rama dan Ryan menuju lift khusus. Masih dengan tatapan yang sama karena sahabat sekaligus asisten pribadinya itu belum juga memberitahukan nama orang itu yang sudah membantu perusahaan Raga hingga bisa mendapatkan proyek itu. Bahkan dia juga tidak mempunyai cadangan rencana yang lain karena menganggap kalau Raga pasti tidak akan menghadiri rapat itu karena masalah Viona seperti dugaan sebelumnya. Namun, ternyata pikiran Rama salah karena masih ada keberuntungan yang dimiliki oleh Raga sehingga proyek itu ternyata bisa di dapat melalui campur tangan orang lain.Dengan langkah lebar dan tegas Rama masuk ke ruang kerjanya. Dia kemudian duduk di kursi kebanggaannya tersebut. Begitu juga dengan Ryan sudah mengambil posisi duduknya yang berhadapan langsung dengan Rama.“Sekarang katakan siapa yang sudah membantu Raga. Saya pikir dengan adanya masalah Viona, Raga akan kehilangan proyek itu tapi nyata tidak . Sangat menyebalkan!” geram Rama semakin menjadi-jadi. “Dari sumber yang di dapat