Sepanjang jalan Raga tidak ada mengatakan sepatah kata pun. Wajahnya di tekuk tapi masih fokus menyetir. Viona menyadari akan satu hal ada yang tidak beres dengan suaminya itu. Biasanya Raga akan cuek dengan segala kegiatan yang dilakukan oleh Viona. Bahkan saat Viona ingin keluar dan meminta izin selalu ditanggapinya dengan acuh.
“Mas Raga sedang marah ya?” tanya Viona ragu-ragu.“Menurutmu?” balas Raga dengan jutek.“Menurut aku iya sih lagi marah, tapi kenapa Mas?” Viona menatap wajah suaminya sendiri. Merasa diperhatikan membuat pria tampan itu menjadi salah tingkah dan semakin stres. Dia lalu menghentikan mobilnya secara mendadak sehingga hampir saja kening Viona kejeduk depan kaca mobil. Dia lalu turun dari mobil diikuti oleh Viona.“Mas, sakit nih, kenapa sih nyetirnya seperti itu, kalau kita kecelakaan bagaimana? Lagian ini di mana?” Viona memegang keningnya yang sakit sembari celingak-celinguk melihat tempat sekitarnya di mana mereka berhenti.“Kenapa? Kalau Ram yang bawa mobil lebih enak dari saya?” tanyanya dengan ketus.“Iya sih, dia enggak ugal-ugalan seperti Mas menyetir sekarang, jangan-jangan Mas Raga enggak lulus waktu belajar menyetir, orang kaya kan selalu mendapatkan apa pun dengan cara instan,” celetuknya membuat Raga semakin kesal.“Dir, pakirkan mobil saya dengan benar dan jangan sampai lecet sedikit pun,” ucapnya sambil memberikan kunci mobil ke tangan satpam perusahaan itu.Raga melangkah pergi masuk ke perusahaannya. Namun, kembali sadar saat Viona tidak ikut mengekori. Pria tampan itu menghela napas panjang dan menoleh ke belakang saat melihat istrinya berdiri mematung. Raga ikut memperhatikan wajah Viona. Lalu melihat dari ujung kaki sampai ujung rambut yang berpenampilan biasa tapi hanya satu yang tidak bisa dia pungkiri saat wanita itu tersenyum wajahnya langsung terlihat manis.Ya Viona Adila Zahra seorang gadis berkulit hitam manis dengan tubuh tinggi semampai. Meskipun warna kulit yang tidak kebanyakan wanita pada umumnya putih mulus berbeda dengan Viona yang memiliki kulit hitam melebihi sawo matang. Namun, wajahnya tak kalah cantiknya dengan wanita yang berkulit putih. Bulu mata lentik dengan bola mata bulat besar, mempunyai alis tebal. Hidung mancung dan rambut ikal berwarna hitam dengan panjang sebahu, tapi tentu saja Raga sangat ilfil dengan Viona yang sangat berbeda dengan Vina Angelika Prasetya mantan kekasihnya yang lebih seksi dan cantik menawan.Saat itu tapi entah kenapa setelah enam hari menikah dia baru menyadari ada hal yang berbeda dalam diri Viona. Raga mendekat kali ini lebih dekat melihat wajah itu yang sering dia abaikan. Senyuman nyaris terlihat tapi buru-buru dia tepis kembali.“Apakah kamu akan berdiri di situ sampai besok?” Raga mengagetkannya. Dia pun menoleh sehingga hampir tidak ada jarak diantara mereka karena pria tampan itu sedikit membungkukkan badannya hingga bisa sejajar dengan wajah Viona. Tatapan mereka saling bertemu dan terdiam sesaat.“Apa aku tidak salah lihat, aku menikahi seorang wanita yang cantik, kenapa aku baru sadar?” batin Raga menatap intens wajah istrinya sendiri.“Mas Raga kenapa? Jangan-jangan kesambet lagi, tapi ini kan masih sore belum malam, masa iya sih? Malah ada kotoran di matanya lagi, katanya pembersih tapi kok ada yang nyempil di situ, kasih tahu enggak ya, nanti kalau aku ambil langsung nanti dia marah, kan dia sendiri yang membuat peraturan enggak boleh menyentuh apa pun tanpa seizin yang punya, kan?” batin Viona bingung.“Mas, kenapa kamu melihat aku seperti itu? Mas baru tahu ya kalau aku sangat cantik?” Viona semakin mendekatkan wajahnya, Raga terkejut dan kembali menjauh dari hadapan Viona.“Kamu jangan geer ya, cepat ikuti saya!” Raga segera berjalan kembali kini Viona ikut mengekori suaminya. Banyak pandangan menuju ke arah mereka. Dengan ramah wanita manis itu sedikit membungkukkan badannya dan tersenyum.“Tunggu Mas!” Viona sedikit berlari mengejar langkah Raga.“Ada apa lagi?”“Itu ada kotoran di mata Mas, kok bisa sih katanya pembersih,” sindir Viona yang melanjutkan langkahnya lebih dahulu.Raga terdiam dia lalu mencari kaca, untung mobil yang terparkir di luar, buru-buru melihatnya dari kaca spion. Dan benar saja memang ada sedikit kotoran di sela ujung matanya membuatnya tersenyum.“Ternyata aku memang sangat tampan, pantas saja para wanita banyak mengejatku,” pujinya pada diri sendiri saat menatap dirinya sendiri di kaca spion itu. Setelah puas Raga pun dengan cepat menyusul Viona yang sudah menunggunya di lobi.“Mas, ini kantor kamu?”“Bukan milik orang lain,” jawab asal Raga.“Oh pantesan bagus banget, enggak mungkin Mas punya kantor semewah ini, kan?”Raga hanya diam tidak mau meladeni pertanyaan istrinya. Entah kenapa dia malah membawanya ke kantor yang semula dia tidak ingin Viona datang ke kantor. Mereka pun masuk ke ruang kerja Raga.Viona semakin terperangah saat melihat ruang kerja suaminya yang terlihat mewah dan elegan. “Wah kaya banget ini yang punya perusahaan ya Mas, nggak salah dia kasih ruangan ini seperti rumah pribadi ya?” Mata Viona tidak lepas dari semua perabotan yang terlihat mewah. Sampai akhirnya tak sengaja melihat meja kerja Raga terdapat bingkai foto yang berwarna silver terpampang nyata sangat pemilik wajah itu.Mata yang tadi berbinar dengan senyuman mengembang itu pun seketika berubah murung. Bukan foto pernikahan mereka yang terbingkai cantik di sana, melainkan foto suaminya bersama sang kekasih, Vina.Viona sangat tahu siapa itu Vina, kekasih Raga yang tak akan pernah dia lupakan. Viona sadar diri siapa dirinya tidak akan bisa bersaing dengan seorang model yang begitu cantik dan seksi, bahkan dia pun semakin tidak percaya diri kala melihat kulit Vina begitu putih saat bersanding dengan Raga yang sama.“Mereka memang pasangan serasi,” gumam Viona dalam hati.Viona tidak ingin Raga tahu kalau hatinya sedikit sakit, tapi dia berusaha untuk seolah masa bodoh sebelum hatinya semakin jatuh cinta dengan suaminya sendiri.“Kamu perlu sesuatu?” tanya Raga yang sudah duduk di kursi kebesarannya sambil membuka laptopnya. Viona masih berdiri kini berhadapan dengan suaminya. Jarak mereka hanya dibatasi oleh meja kerja saja.“Mas, sepertinya kamu sudah melanggar surat perjanjian itu deh, apakah aku harus membuka dan membacanya lagi?” Viona bersuara tapi pandangan Raga tidak teralihkan dari layar itu. Kedua jemarinya pun sudah lancar ke sana kemari menari di atas keyboard.“A—apa maksudmu?” tanyanya dingin.Viona menatap sekilas setelah itu menoleh ke samping. “Bukannya kamu bilang aku tidak boleh datang ke kantor? Dan sekarang apa yang kamu lakukan? Kamu sendiri membawa aku ke sini?” tanya Viona membuat jemari Raga terhenti seketika.“Lalu?”“Ya, aku hanya ingin memastikan kalau bukan aku yang meminta kamu untuk bisa menginjakkan kakiku di sini dan satu lagi bukankah Mas Raga yang bilang jangan mencampuri urusan kita masing-masing dan sekarang apa yang kamu lakukan? Kamu yang membuat perjanjian hitam di atas putih, kan dan kita sama-sama menyetujuinya, tapi kenapa kamu malah ....“Sayang, kamu masih ... Mereka sama-sama menoleh mendengar suara seorang wanita yang tentu mereka hafal betul siapa pemiliknya.“Waw ... sebuah kebetulan kamu ada di sini, apakah dia melakukan kesalahan, Sayang?” Wanita cantik itu langsung masuk begitu saja dan langsung mendaratkan sebuah kecupan singkat di pipi Raga. Raga pun membalasnya. Viona hanya melongo melihat adegan romantis itu tanpa berkedip.“Kenapa kamu ke sini, sudah selesai belanjanya?” tanya Raga dengan lembut dan tak tanggung-tanggung Vina duduk di pangkuan Raga tanpa memedulikan perasaan sang istri yang berdiri mematung. Mereka begitu intens berbicara. Pandangan Raga sangat berbeda saat berbicara dengan Viona. Wanita manis itu bisa merasakannya dan sadar akan posisinya sebagai istri yang tidak diinginkan oleh sang suami. “Oh ini istri kamu? Sangat buruk banget. Dia dari planet mana?” sindir Vina yang menatap tajam. “Kenalkan Mbak, nama saya Viona Adila Zahra,” ucapnya sambil menjulurkan tangannya ingin bersalaman dengan Vina, tapi wanita seksi itu malah menepisnya.“Maaf kita enggak selevel ya, lagian Papimu itu sudah pikun menikahkan kamu dengan wanita buluk seperti dia, enggak ada bagusnya sama sekali,” sindirnya lagi.“Ya Allah Mbak, jangan suka menghina ciptaan Allah, nanti Mbak malah kualat loh, lagian apa yang akan dibanggakan kalau sudah tua keriput dan meninggal tidak ada yang akan dibanggakan lagi. Dan j
Mereka saling berpagut mesra. Vina begitu liar saat ini tapi semenjak Viona pergi bersama pria lain membuatnya cemburu dan penasaran. Biasanya dia tidak peduli tapi kali ini dia harus berhati-hati karena pria yang ditemuinya itu adalah orang yang dia kenal. Raga tidak memedulikan Vina yang berusaha membangkitkan gairahnya. “Vin, stop saya masih banyak pekerjaan!” bentaknya seketika membuat Vina terkejut dan menghentikan aksinya. “Ada apa Sayang, biasanya kamu menikmatinya?” Raga kembali menutup kedua matanya dan menghela napas panjang. “Bisakah kamu turun dari pangkuan saya dulu?” Raga begitu tidak nyaman dan terlihat sangat kesal. Vina kembali berusaha mencumbu wajah tampan itu tapi lagi-lagi Raga menolaknya.Mau tak mau Vina turun dari pangkuan Raga dan ikut mendekus kesal. “Kenapa sih Yang, kamu berubah banget? Apa kamu ada wanita lain yang lebih seksi dan cantik sudah menggodamu?” tanyanya kesal.“Tidak ada, hanya saja banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan, tolong mengert
“Kamu boleh pergi dari ruangan saya!” “Maksud Bapak saya dipecat?” Mata Santi mulai berkaca-kaca. “Kembali ke meja kerjamu dan lebih giat mempelajari apa yang dimau oleh perusahaan saya, sekarang pergilah!” Wajah Santi berbinar dia ingin sekali meluapkannya dengan berdiri dan menghampiri Raga, tapi malah mendapatkan tatapan dingin, seketika Santi sadar dan kembali menjauh.“Maaf Pak, enggak sengaja, kalau begitu saya permisi dulu Pak.” Santi bergegas pergi dari ruangan itu sebelum bosnya itu berubah pikiran. Dengan langkah bahagia Santi keluar dan langsung menuju meja kerjanya kembali.Sementara itu Raga yang penasaran dengan wanita yang telah membantu Santi segera menghubungi Dirga salah satu anak buahnya dan meminta CCTV di lantai dua bagian divisi pemasaran. Tidak butuh waktu lama Dirga membawa rekaman CCTV itu jam yang diinginkan oleh Raga. Pria tampan itu lalu memutarnya dan terlihat memang seorang wanita muda menghampiri Santi yang terlihat bingung. “Itu kan Viona? Jangan bi
“Ah kenapa aku ini? Aku sama sekali tidak tahu siapa dirinya?” tanyanya kesal saat dalam posisi menyetir. Sudah enam hari mereka menjadi suami istri tetapi Raga masih belum mengetahui hidup seorang Viona Adila Zahra gadis berusia dua puluh empat tahun itu. Apalagi ada saja hal yang baru dia dapatkan.Awal menikah Raga bisa membayangkan kalau Viona akan menangis bombay, ternyata tidak justru wanita itu patuh dengan apa yang dikatakan Raga, malah terlihat tersenyum. Kedua Raga dikejutkan dengan dia pintar memasak. Sengaja tidak mengambil pembantu dan menyuruhnya untuk membersihkan rumah dan dia lakukan dengan cepat, rapi dan bersih. Pria tampan itu pun tertegun, tapi karena itu juga Opa Lukman memarahinya dan langsung membawakan seorang pembantu dari rumah opanya.Menikmati rasa masakan itu sangat cocok di lidah Raga. Ketiga dia pandai menyetir mobil. Hal yang sangat aneh untuk Raga. Ke empat dia sangat pintar karena bisa menyelesaikan laporan itu dengan benar. Raga tidak mengetahui a
Raga begitu menghayati lantunan suara merdu milik Viona sehingga tanpa terasa pria tampan itu menitikkan air mata. Sudah lama dia tidak mendengar hal itu bahkan dia sendiri pun lupa kapan terakhir mengaji mungkin sudah lupa caranya mengaji.Raga tertegun sampai akhirnya Viona selesai dan melihat wajah suaminya sudah basah dengan air mata. Kejutan selama enam hari membuatnya bingung dengan perasaannya sendiri. Sudah sekian kalinya Raga dibuat takjub dengan istrinya. Selalu ada saja yang baru dan itu membuat pria tampan itu semakin penasaran dengan istrinya sendiri.Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Viona saat mereka saling menatap. Rasa canggung kemudian dirasakan oleh wanita cantik itu.“Kenapa kamu melihatku seperti itu, ada yang aneh?” sungut Raga mengalihkan perhatian. “Mas Raga habis nangis ya?” Viona lebih mendekat untuk memastikan kalau ada sisa air mata di pipi pria tampan itu. “Yang benar saja Markonah!” Raga menjitak kepala istrinya.“Au sakit Mas, namaku it
“Mana ada kucing menolak kalau di kasih ikan?” Raga mendekus kesal. Rupanya pria tampan itu tidak bisa mengendalikan hasratnya jika digoda oleh Viona.“Kamu sadar kan Mas, kamu sudah tiga kali melakukan pelanggaran yang kamu buat sendiri, pertama kamu bilang tidak akan mencampuri urusan pribadi kita, kedua kamu membawa aku ke kantormu dan yang ketiga kamu melakukan malam pertama yang tidak kamu inginkan, tapi sepertinya kamu mulai ketagihan dengan apa yang kita lakukan semalam. Apakah kamu baru menyadari kalau aku sangat menarik dari wanita lain?” Viona kembali menggodanya setelah sarapan mereka selesai. Wanita hitam manis itu dengan berani menatap wajah suaminya sendiri. Kembali mendekatkan wajahnya untuk melihat reaksi Raga yang sudah kembang kempis dibuatnya. Viona dengan anggun duduk di pangkuan Raga. Lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Raga. Pria tampan itu semakin bingung dengan perilaku Viona yang semakin agresif. Bahkan dia tidak meminta izin untuk mendekati suaminy
“Kenapa kamu datang dan membicarakan masalah ini, kamu sengaja melakukannya di depan Viona?” hardik Raga terlihat kesal. Vina membalasnya dengan tersenyum, dia sangat suka membuat pria tampan itu marah.“Sayang, kenapa kamu berkata seperti itu? Kamu tidak senang dengan berita yang aku bawa? Kamu tidak ingin mempunyai anak dari aku?” tanyanya masih bersikap tenang. Raga menghela napas panjang, dia pun tidak mengerti kenapa dirinya begitu kesal saat tahu kalau Vina hamil. Bukankah dia mencintai Vina sepenuh hati, tapi kenapa dia begitu marah? “Ada apa denganku ini? Kenapa aku marah?” tanyanya dalam hati. “Sayang, cepat kamu urus pernikahan kita, aku tidak ingin orang luar mengetahui kalau aku sudah berbadan dua, bisa hancur reputasi aku dan keluarga Subrata, kan?” ucap Vina menegaskan.“Akan aku pikirkan, sekarang bisakah kamu pulang dulu, biar aku selesaikan masalah ini dan ingat jangan sampai Opa dan Papa tahu dulu tentang masalah ini,” pinta Raga memelas.“Ya aku tahu kamu harus
Raga kembali melakukan aktivitasnya, meskipun sedikit tidak konsentrasi tapi dia berusaha untuk menyelesaikannya, sampai waktu sudah tidak terasa menunjukkan pukul lima sore. Raga bergegas untuk pulang ke rumah. Dia yakin kalau wanita itu pasti sudah berada di rumah. Bahkan Raga dengan sengaja tidak makan siang lantaran ingin makan bersama dengan Viona. “Pak, ada Viona kan?” tanya Raga dengan Pak Tejo setelah masuk dalam halaman rumahnya dan turun dari mobil.“Belum Den, dari pagi Neng Vio belum pulang, mungkin masih di panti jompo,” sahut Pak Tejo.“Bapak tahu nggak alamat panti jompo itu?” tanya Raga bingung, tapi pria paru baya itu sedikit memicingkan matanya kearah majikan mudanya itu. Raga kaget melihat ekspresi Pak Tejo. “Sudah deh Pak jangan marahi saya juga. Ya salah nggak tahu menahu istri pergi ke mana, bahkan nggak tahu alamat panti itu, lagian ngapain sih dia di sana? Seharusnya kan dia itu tahu jam pulang jangan seenaknya gitu dong,” kesal Raga seperti anak kecil.Pak
Viona terpaku dengan ucapan Raga barusan hampir saja jantung seperti mau copot saat Raga mengutarakan kata demi kata yang dirangkai menjadi satu kalimat itu. Raga memperhatikan ekspresi wajah istrinya itu. Tak ada jawaban sehingga dengan berani pria tampan itu mendaratkan kecupan hangat. Tak ada responsnya sehingga Raga menggigit bibir bawah Viona sedikit keras. Viona pun memukul Raga dan langsung melepaskannya. Viona mendorong tubuh Raga dengan keras.“Apaan sih kamu, Mas?” kesalnya kemudian. “Karena kamu tidak memberikan jawaban. Sekarang katakan aku berhak kan atas dirimu. Aku adalah suamimu dan itu yang harus kamu tanamkan dalam pikiranmu. Kamu tidak boleh pergi tanpa seizin suami tampanmu ini. Kamu enggak mau kan dibilang wanita murahan?” tatapan Raga semakin tajam seakan ingin menguliti tubuhnya. Viona tersenyum sinis mendengar perkataan suaminya itu dan lalu berkata, “Kenapa kamu seperti ini Mas, bukannya kamu sendiri yang membuat peraturan agar tidak boleh mencampur
Raga tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh mereka. Meskipun dalam hati ingin sekali memarahi orang itu yang telah dianggap menghinanya itu. Apalagi melihat orang itu tampak lebih tua darinya sehingga malas untuk berdebat panjang lebar. Jalanan masih macet membuatnya semakin kesal apalagi orang di samping itu terus mengoceh sambil menertawakan tingkah Raga yang seperti anak kecil. “Sudahlah Bro, jangan marah-marah nanti kena stroke loh. Hidup itu dibawa enjoy saja jangan terlalu dibawa emosi. Kadang kita harus menerima takdir meskipun itu sulit untuk kita jalankan tapi bukan berarti kita patah semangat. Kejarlah jika kamu melihat itu masih mempunyai harapan. Jangan pesimis sebelum kamu berusaha. Ada pepatah mengatakan usaha tidak akan mengkhianati hasilnya, bukan?” orang tua itu berbicara panjang lebar membuat Raga terdiam sejenak dan memperhatikan lawan bicaranya itu. Raga menghela napas panjang dan kemudian berkata, “ Bapak mempercayai takdir dan cinta?” tanya Raga pena
Santi begitu bahagia bisa bertemu dengan wanita yang pernah menyelamatkan hidupnya. “Mbak Vio—Viona kan? Yang waktu itu membantu saya menyelesaikan laporan untuk Pak Raga? Enggak salah lagi saya masih ingat dengan wajah Mbak yang baik ini,” jelas Santi bersemangat.Wanita manis itu pun tersenyum dan berkata, “iya Mbak Santi saya Viona dan kenapa Mbak Rosa ada masalah? Dimarahi Pak Raga? Di mana dia, masih ada di ruangannya kan?” tanya Viona kepada Rosa tang terlihat terkejut. “Selamat siang Bu Vio, maaf Pak Raga baru saja keluar. Sepertinya ada hal yang mendesak sehingga beliau tadi buru-buru pergi sampai meninggalkan rapat nanti dengan klien di jam dua siang ini, Bu,” jelas Rosa bingung. “Oh iya, dia tidak memberitahukan pergi ke mana?” tanya Viona masih penasaran. “Enggak Bu,” jawab Rosa singkat. “Apa Mas Raga pergi menemui Mbak Vina ya? Mungkin saja kan? Wanita itu sangat beruntung sekali selalu dikhawatirkan oleh Mas Raga, sedangkan aku hanya istri pajangannya saja,” ucap
“Ya Halo?” “Di mana Viona? Di mana istriku!” “Selamat siang Raga.”Suara bariton itu membuat mata Raga melotot dengan dada bergemuruh. Bagaimana tidak ponsel Viona dijawab oleh Rama.“Kenapa kamu yang memegang ponsel istriku! Di mana istriku!” “Istrimu? Sungguh dia istrimu? Tapi kenapa dia ada bersamaku ya?”“Kamu jangan menyentuh sedikit pun dari tubuh istriku jika tidak mau nyawa kamu melayang!” “Oh ya, kami sedang menikmati kopi susu dan saling berbincang, mungkin sebentar lagi kami akan ...”“Bajingan, cepat berikan teleponnya kepada istriku!” “Sebentar, dia sedang di kamar mandi perlu aku masuk ke sana?” “Aku akan menguliti kamu Rama jika sampai menyentuh istriku!” “Kenapa Raga, bukannya kamu tidak mencintai Viona? Kenapa kamu marah? Kamu juga sering pergi dengan Vina, kamu tidak memikirkan perasaan Viona, kan? Sudahlah Raga jangan serakah. Cukup satu wanita saja. Ceraikan Viona!” “Jangan mencampuri urusan orang lain Rama? Kenapa kamu sangat tertarik dengan istri orang la
“Kenapa kamu diam Raga? Apakah yang Papi katakan benar kalau kamu sudah melakukan hal itu?” tanya ulang Papi Seno menegaskan. Tatapan pria paru baya itu lebih tajam ke arah Raga putra kesayangannya itu. “Ra—Raga enggak tahu Pi. Raga tidak pernah melakukan hal itu tapi ...” Papi Seno langsung melayangkan sebuah tamparan keras tanpa mendengarkan penjelasan putranya. Opa Lukman sedikit terkejut tapi juga membiarkan Seno melakukan hal itu. “Kamu ragu menjawab Raga. Papi sudah bilang kan dari awal wanita itu tidak pantas denganmu. Kamu saja yang buta karena cinta. Kamu tidak tahu bagaimana kelakuan Vina diluar sana. Mungkin dia sudah banyak merayu para pria hidung belang itu untuk merasakan kehangatannya dan kamu yang disuruh bertanggungjawab!” teriak Papi Seno terlihat sangat marah. Opa Lukman hanya diam saja, mendengarkan perdebatan mereka ayah dan anak itu. Raga berisi keras tidak pernah berhubungan lebih jauh dari itu tapi dia juga bingung kenapa Vina bisa hamil anaknya. Setahu
“Sudah aku katakan jangan mencampuri rumah tangga orang lain, cukup persaingan bisnis saja diantara kita tanpa melibatkan yang lain? Kenapa? Apakah kamu sudah tidak laku dipasaran sehingga mau menggoda istri orang lain?” bentak Raga yang masih terlihat emosi.Rama menahan rasa sakit dan menghapus bercak darah dari sudut bibirnya karena pukulan dari Raga tadi. “Aku tidak melakukan apa pun dengan istrimu, buktinya aku malah berada di rumah sakit ini, mungkin ada orang lain yang juga tidak menyukaimu. ““Viona menjadi kehilangan kesadarannya setelah dia minum bersamamu. Orange jus?” kesal Raga kembali. Rama tertawa garing dan lalu berkata, “ Sepertinya kamu tidak tahu apa yang menjadi minuman kesukaan Viona kan? Aku berada di rumah sakit karena aku sangat alergi dengan minuman itu. Aku terpaksa meminumnya karena aku sengaja mencari perhatian Viona, itu saja dan sekarang kamu lihat sendiri kan, aku berada di rumah sakit?” teriak Rama dengan tersenyum sinis.“Aku tidak percaya dengan
“Mas, halo apa yang kamu lamunkan? Vio benar kan?” tanya Viona lagi.Raga tak menjawab, dia langsung beranjak dari atas ranjang itu dan pergi ke kamar mandi. “Mas, kamu enggak sopan pergi begitu saja seperti itu,” teriak Viona melihat suaminya dengan santai berjalan menuju kamar mandi tanpa menggunakan apa pun.“Mau mandi bersama?” pinta Raga menatap tajam. Viona yang sudah berbalik badan yang tak ingin melihat suaminya begitu indah di mata membuat wajahnya merona. Dia pun berkata, “Nggak usah Mas, duluan saja. Bukan mandi nantinya malah lanjut lagi remuk lagi badanku,” gerutunya kesal. “Oke,” ucapnya santai dan melanjutkan langkahnya. “Huh Mas Raga, dia terlalu sempurna buatku. Pantas saja mbak Vina begitu sangat mencintainya sudah tampan dan kaya lagi, tapi aku tidak pantas untuknya,” batin Viona terlihat sendu. Tak lama kemudian terdengar suara ponsel berbunyi. Viona pun mencarinya.“Ini kan ponsel Mas Raga?” Viona mengambil ponsel itu yang berada diatas tempat tidur. Dan ter
“Mas, kenapa kamu malah memesan kamar? Kenapa kita tidak pulang saja ke rumah aku ...” Ucapannya terpotong saat Raga memeluknya.“Sudah aku bilang kan, aku akan menyembuhkan kamu dengan cepat. Lagian Rama itu memberikan obat apa sih jangan-jangan kadaluwarsa lagi, masa efeknya enggak ngaruh sama kamu. Harus diajarkan juga” protes Raga sedikit kesal. “Maa, aku enggak bisa napas ini, aku lagi kegerahan malah kamu peluk, lepas dulu aku mau buka baju, panas banget,” protes Viona yang berusaha melepaskan pelukan erat dari Raga.Raga pun melepaskannya. Dan Viona langsung membuka pakaiannya. Raga pun ikut melepaskan pakaiannya yang membuat Viona bingung. “Kamu mau ngapain Mas, kenapa ikutan buka baju sih aku mau mandi dulu,” protes Viana. Tanpa kata-kata setelah Raga selesai dia pun menghampiri Viona. Pandangan mereka kembali beradu. Raga semakin mendekati Viona dan memberikan kecupan manis di bibirnya membuat Viona ikut merasakan kebahagiaan. ***Sementara itu, Rama tak henti-hentinya k
Viona melihat Raga dari jarak jauh yang masih sibuk berjabat tangan dan berbicara dengan beberapa orang yang memakai pakaian kantor sama dengannya. Bukan sengaja melainkan Rama yang telah mengundang mereka untuk hadir dalam acara itu. Alasannya sudah pasti ingin membuat Raga sibuk dengan mereka sehingga perhatiannya pun teralihkan untuk Viona. “Kamu lihat sendiri kan suamimu itu sibuk dan merasa bangga dikelilingi oleh banyak partner bisnis, dia memang sangat berkharisma,” puji Rama sengaja sembari melirik ke arah Viona yang terlihat memandang terus ke suaminya. “Iya, Mas Rama benar dia memang sangat berkharisma dan tidak cocok berdampingan denganku,” jawab Viona pelan.“Apa maksudmu?”tanya Rama bersimpatik.Wanita manis itu menghela napas panjang dan lalu berkata, “Mas tahu kadang apa yang terlihat di depan belum tentu yang sebenarnya. Mas Raga begitu bahagia dan tersenyum tapi senyumannya itu tersimpan rasa beban. Dia sebenarnya tidak bahagia Mas, dia tertekan karena sudah me