Home / Romansa / Batal Di Madu / 06. Sadar Vio

Share

06. Sadar Vio

last update Last Updated: 2024-01-15 11:06:13

“Kenapa kamu ke sini, sudah selesai belanjanya?” tanya Raga dengan lembut dan tak tanggung-tanggung Vina duduk di pangkuan Raga tanpa memedulikan perasaan sang istri yang berdiri mematung. Mereka begitu intens berbicara. Pandangan Raga sangat berbeda saat berbicara dengan Viona. Wanita manis itu bisa merasakannya dan sadar akan posisinya sebagai istri yang tidak diinginkan oleh sang suami.

 

“Oh ini istri kamu? Sangat buruk banget. Dia dari planet mana?” sindir Vina yang menatap tajam.

 

“Kenalkan Mbak, nama saya Viona Adila Zahra,” ucapnya sambil menjulurkan tangannya ingin bersalaman dengan Vina, tapi wanita seksi itu malah menepisnya.

 

“Maaf kita enggak selevel ya, lagian Papimu itu sudah pikun menikahkan kamu dengan wanita buluk seperti dia, enggak ada bagusnya sama sekali,” sindirnya lagi.

 

“Ya Allah Mbak, jangan suka menghina ciptaan Allah, nanti Mbak malah kualat loh, lagian apa yang akan dibanggakan  kalau sudah tua keriput dan meninggal tidak ada yang akan dibanggakan lagi. Dan jangan menghina orang tua kalau tidak mau sengsara,” jelas Viona membuat Vina terdiam tapi Raga tersenyum kecil.

 

“Ceramah lagi, bukan ustazah juga, dan kamu ingat selamanya saya tetap menuduh kamu sebagai pelakor,” sahut Vina tak mau kalah.

 

Wanita seksi itu pun tidak menghiraukan lagi keberadaan Viona, dia pun kembali berbicara hangat dengan Raga.

 

“Ah aku seperti obat nyamuk saja di saja,” gerutu Viona dalam hati saat  melihat mereka kembali bermesraan. Viona pun mencari tempat duduk sambil bermain ponsel.

 

“Mereka begitu bahagia dan aku sudah masuk di tengah kehidupan dua orang itu, apakah aku disebut pelakor? Tidak, aku juga tidak menginginkannya tapi karena paksaan kedua orang tua, jika saja Bapak tidak membalas budi  dengan kebaikan Pak Seno mungkin hal ini tidak akan terjadi, kasihan Mas Raga pasti dia sangat menderita,” ucapnya dalam hati.

 

Raga sekilas menatap Viona, dan menyunggingkan senyuman menyeringai tanpa disadari oleh Viona.

 

“Apa yang dilamunkan Viona? Ayolah tegur Viona, aku mau lihat apakah dia cemburu atau tidak, pasti hatinya sedang meraung-raung,” batin Raga membiarkan Vina bergelayut manja di pangkuan Raga.

 

“Mereka memang pasangan serasi, seharusnya aku tidak menikah dengan Mas Raga, pasti hatinya juga sakit karena tidak bisa menikah dengan kekasihnya sendiri. Untung saja pernikahan ini hanya setahun jadi Mas Raga bisa menceraikan aku dan menikah dengan Mbak Vina. Aku tidak boleh jatuh cinta dengannya. Sadar Vio, dia bukan jodohmu,” batin Viona tersenyum dalam hatinya.

 

“Kenapa enggak ada reaksi sih, malah diam saja seperti patung pancoran,” gerutu Raga kesal dalam hati, sedangkan Vina terus mengoceh tentang belanjaannya yang super heboh.

 

“Maaf, jika mengganggu waktu kalian, saya permisi dulu,”  Viona memutuskan untuk pergi dia pun berusaha tegar. Raga menjadi bingung dan ingin menghentikan langkah Viona tapi Vina masih berada di pangkuannya sehingga sangat sulit bergerak. Hatinya ingin mencegah tapi terlalu gengsi untuk mengatakannya.

 

Viona keluar dari ruangan Raga, berusaha untuk tidak menitikkan air matanya yang sedari tadi hampir saja jatuh sebisa mungkin dia menahannya.

 

Ya tidak bisa dipungkiri jika seorang istri pasti akan sakit hati melihat suaminya bermesraan tepat di hadapannya,  meskipun dia sadar kalau itu memang yang terjadi. Tak mau ambil hati, Viona segera melangkah pergi. Karyawan suaminya bersikap hormat meskipun ada beberapa orang yang mencibirnya karena menurut mereka  tidak sepadan bersanding dengan bos mereka.

 

Viona kembali berjalan sambil melihat-lihat perusahaan yang berlantai lima itu. Setiap lantai mempunyai divisi berbeda. Wanita manis itu takjub dengan kinerja mereka yang super sibuk. Hilir mudik melewati Viona. Ada yang sekedar menyapanya ada juga yang bersikap acuh. 

 

Saat berada di lantai dua, Viona melihat seorang karyawan yang terlihat bingung di meja kerjanya.  Entah kenapa langkahnya menuntun untuk menghampiri karyawati  itu.

 

“Ada apa, kenapa kamu terlihat bingung dan kesal?” tanya Viona memperhatikan gerak-gerik dan mimik wajah wanita muda dengan  panik.

 

“Saya belum selesai mengerjakan tugas saya Mbak, mungkin karena tidak fokus jadi yang tadi terlihat mudah sekarang kok malah sulit, malah sebentar lagi laporan ini harus sudah sampai di meja  kerja Pak Bos, bagaimana ini?” Wanita itu terlihat panik dengan meja yang berantakan.

 

“Apakah kamu baru kerja di sini?” tanya Viona mencari tahu.

 

“Iya Mbak baru sepuluh bulan, dan sebenarnya saya belum pernah bertemu langsung dengan yang namanya Pak Raga, dengar-dengar orangnya galak, jadi seram banget,” sahutnya tapi masih fokus mengerjakan laporan.

 

Viona bergeser sedikit badannya sehingga bisa melihat apa yang dikerjakan oleh karyawati itu. Lalu memperhatikan apa yang diketik dalam layar laptopnya. Badannya sedikit condong dan membungkuk sejajar dengan benda layar itu. “Sepertinya laporanmu ada yang salah, seharusnya kamu masukan dulu anggaran ini sehingga terlihat biaya yang sudah dipakai dan biaya yang belum terpakai,” ucap Viona mencoba menjelaskan rincian laporan itu. Wanita itu pun mencoba mengikuti arahan Viona dan ternyata terbukti hasilnya sama.

 

Santi melototi layar laptopnya karena sudah dua jam mencari solusi dari angka-angka itu yang tidak bisa ditemukan dan hanya butuh kurang dari lima menit selisih dari anggaran itu ternyata berhasil dipecahkan oleh Viona.

 

“Mbak serius ini hasilnya sama, aku sangat berterima kasih sama Mbak  ...”

 

“Viona,” jawab Viona sambil ingin menjabat tangan tapi justru Santi berdiri dan memeluk Viona.

 

“Oh ya Mbak Viona, namaku Santi. Mbak Vio dari divisi mana, kok aku enggak pernah lihat, Mbak juga baru di sini?” tanya Santi bingung dan tidak mengenal siapa Viona sebenarnya.

 

“Saya ... belum menjawab pertanyaan teman barunya itu tiba-tiba terdengar lengkingan suara sehingga mereka pun saling menoleh bersamaan.  

 

“Santi, apa kamu sudah selesai dengan laporan yang saya berikan?” Seorang wanita paruh baya meneriakinya sambil mendekati mereka.

 

“Maaf belum Bu, ini masih saya kerjakan,” jawab Santi sopan.

 

“Lantas kenapa kamu malah mengobrol dengan orang lain dan siapa kamu, kenapa mengajak karyawan divisi saya  mengobrol di jam kerja, kamu dari divisi mana? Sepertinya saya tidak pernah melihat kamu di kantor ini, apa kamu juga karyawan baru? Oh tapi sayang sekali jika kamu karyawan di sini seperti orang kampung saja, dekil banget siapa sih yang menerima kamu bekerja di sini, bikin rusak pemandangan saja,” jelas wanita paru baya itu menghina Viona.

 

“Maaf Bu, apa yang Ibu katakan, Mbak ini tidak mengganggu saya, dia hanya ingin ....”

 

‘“Sudah jangan membantah, cepat selesaikan dan kamu sangat berani untuk datang ke tempat ini, ada perlu apa kamu di sini? Jika kamu hanyalah tamu bersikaplah sebagai tamu, atau jangan-jangan kamu menyamar dan memberikan informasi perusahaan kami,” selidik wanita paru baya itu. Viona membaca ID card yang berkalung dengan tali itu di lehernya.

 

“Maaf Bu Mila, saya bukan tamu hanya sebagai ....”

 

“Sudah-sudah saya malas meladeni orang yang nggak jelas. Lebih baik kamu pergi dari sini sebelum saat memanggil satpam untuk mengusir kamu,” bentaknya dengan kasar.

 

Tak ingin menimbulkan keributan Viona akhirnya pergi dari tempat itu, tapi sebelum  melangkah Viona memberikan senyuman kepada Santi. Wanita itu pun membalas senyuman Viona.

 

“Apa Ibu itu tidak mengenal aku? Seburuk itukah aku di mata mereka? Apa ada yang salah dengan penampilanku yang seperti ini? Ah seandainya waktu bisa diulang lagi  tanyanya dalam hati.

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Batal Di Madu   07. Pikiran Kacau

    Mereka saling berpagut mesra. Vina begitu liar saat ini tapi semenjak Viona pergi bersama pria lain membuatnya cemburu dan penasaran. Biasanya dia tidak peduli tapi kali ini dia harus berhati-hati karena pria yang ditemuinya itu adalah orang yang dia kenal. Raga tidak memedulikan Vina yang berusaha membangkitkan gairahnya. “Vin, stop saya masih banyak pekerjaan!” bentaknya seketika membuat Vina terkejut dan menghentikan aksinya. “Ada apa Sayang, biasanya kamu menikmatinya?” Raga kembali menutup kedua matanya dan menghela napas panjang. “Bisakah kamu turun dari pangkuan saya dulu?” Raga begitu tidak nyaman dan terlihat sangat kesal. Vina kembali berusaha mencumbu wajah tampan itu tapi lagi-lagi Raga menolaknya.Mau tak mau Vina turun dari pangkuan Raga dan ikut mendekus kesal. “Kenapa sih Yang, kamu berubah banget? Apa kamu ada wanita lain yang lebih seksi dan cantik sudah menggodamu?” tanyanya kesal.“Tidak ada, hanya saja banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan, tolong mengert

    Last Updated : 2024-01-15
  • Batal Di Madu   08. Kelebihan Sang Istri

    “Kamu boleh pergi dari ruangan saya!” “Maksud Bapak saya dipecat?” Mata Santi mulai berkaca-kaca. “Kembali ke meja kerjamu dan lebih giat mempelajari apa yang dimau oleh perusahaan saya, sekarang pergilah!” Wajah Santi berbinar dia ingin sekali meluapkannya dengan berdiri dan menghampiri Raga, tapi malah mendapatkan tatapan dingin, seketika Santi sadar dan kembali menjauh.“Maaf Pak, enggak sengaja, kalau begitu saya permisi dulu Pak.” Santi bergegas pergi dari ruangan itu sebelum bosnya itu berubah pikiran. Dengan langkah bahagia Santi keluar dan langsung menuju meja kerjanya kembali.Sementara itu Raga yang penasaran dengan wanita yang telah membantu Santi segera menghubungi Dirga salah satu anak buahnya dan meminta CCTV di lantai dua bagian divisi pemasaran. Tidak butuh waktu lama Dirga membawa rekaman CCTV itu jam yang diinginkan oleh Raga. Pria tampan itu lalu memutarnya dan terlihat memang seorang wanita muda menghampiri Santi yang terlihat bingung. “Itu kan Viona? Jangan bi

    Last Updated : 2024-01-15
  • Batal Di Madu   09. Malam Pertama

    “Ah kenapa aku ini? Aku sama sekali tidak tahu siapa dirinya?” tanyanya kesal saat dalam posisi menyetir. Sudah enam hari mereka menjadi suami istri tetapi Raga masih belum mengetahui hidup seorang Viona Adila Zahra gadis berusia dua puluh empat tahun itu. Apalagi ada saja hal yang baru dia dapatkan.Awal menikah Raga bisa membayangkan kalau Viona akan menangis bombay, ternyata tidak justru wanita itu patuh dengan apa yang dikatakan Raga, malah terlihat tersenyum. Kedua Raga dikejutkan dengan dia pintar memasak. Sengaja tidak mengambil pembantu dan menyuruhnya untuk membersihkan rumah dan dia lakukan dengan cepat, rapi dan bersih. Pria tampan itu pun tertegun, tapi karena itu juga Opa Lukman memarahinya dan langsung membawakan seorang pembantu dari rumah opanya.Menikmati rasa masakan itu sangat cocok di lidah Raga. Ketiga dia pandai menyetir mobil. Hal yang sangat aneh untuk Raga. Ke empat dia sangat pintar karena bisa menyelesaikan laporan itu dengan benar. Raga tidak mengetahui a

    Last Updated : 2024-01-15
  • Batal Di Madu   10. Ketagihan

    Raga begitu menghayati lantunan suara merdu milik Viona sehingga tanpa terasa pria tampan itu menitikkan air mata. Sudah lama dia tidak mendengar hal itu bahkan dia sendiri pun lupa kapan terakhir mengaji mungkin sudah lupa caranya mengaji.Raga tertegun sampai akhirnya Viona selesai dan melihat wajah suaminya sudah basah dengan air mata. Kejutan selama enam hari membuatnya bingung dengan perasaannya sendiri. Sudah sekian kalinya Raga dibuat takjub dengan istrinya. Selalu ada saja yang baru dan itu membuat pria tampan itu semakin penasaran dengan istrinya sendiri.Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Viona saat mereka saling menatap. Rasa canggung kemudian dirasakan oleh wanita cantik itu.“Kenapa kamu melihatku seperti itu, ada yang aneh?” sungut Raga mengalihkan perhatian. “Mas Raga habis nangis ya?” Viona lebih mendekat untuk memastikan kalau ada sisa air mata di pipi pria tampan itu. “Yang benar saja Markonah!” Raga menjitak kepala istrinya.“Au sakit Mas, namaku it

    Last Updated : 2024-01-15
  • Batal Di Madu   11. Perdebatan

    “Mana ada kucing menolak kalau di kasih ikan?” Raga mendekus kesal. Rupanya pria tampan itu tidak bisa mengendalikan hasratnya jika digoda oleh Viona.“Kamu sadar kan Mas, kamu sudah tiga kali melakukan pelanggaran yang kamu buat sendiri, pertama kamu bilang tidak akan mencampuri urusan pribadi kita, kedua kamu membawa aku ke kantormu dan yang ketiga kamu melakukan malam pertama yang tidak kamu inginkan, tapi sepertinya kamu mulai ketagihan dengan apa yang kita lakukan semalam. Apakah kamu baru menyadari kalau aku sangat menarik dari wanita lain?” Viona kembali menggodanya setelah sarapan mereka selesai. Wanita hitam manis itu dengan berani menatap wajah suaminya sendiri. Kembali mendekatkan wajahnya untuk melihat reaksi Raga yang sudah kembang kempis dibuatnya. Viona dengan anggun duduk di pangkuan Raga. Lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Raga. Pria tampan itu semakin bingung dengan perilaku Viona yang semakin agresif. Bahkan dia tidak meminta izin untuk mendekati suaminy

    Last Updated : 2024-01-18
  • Batal Di Madu   12. Terpesona

    “Kenapa kamu datang dan membicarakan masalah ini, kamu sengaja melakukannya di depan Viona?” hardik Raga terlihat kesal. Vina membalasnya dengan tersenyum, dia sangat suka membuat pria tampan itu marah.“Sayang, kenapa kamu berkata seperti itu? Kamu tidak senang dengan berita yang aku bawa? Kamu tidak ingin mempunyai anak dari aku?” tanyanya masih bersikap tenang. Raga menghela napas panjang, dia pun tidak mengerti kenapa dirinya begitu kesal saat tahu kalau Vina hamil. Bukankah dia mencintai Vina sepenuh hati, tapi kenapa dia begitu marah? “Ada apa denganku ini? Kenapa aku marah?” tanyanya dalam hati. “Sayang, cepat kamu urus pernikahan kita, aku tidak ingin orang luar mengetahui kalau aku sudah berbadan dua, bisa hancur reputasi aku dan keluarga Subrata, kan?” ucap Vina menegaskan.“Akan aku pikirkan, sekarang bisakah kamu pulang dulu, biar aku selesaikan masalah ini dan ingat jangan sampai Opa dan Papa tahu dulu tentang masalah ini,” pinta Raga memelas.“Ya aku tahu kamu harus

    Last Updated : 2024-01-18
  • Batal Di Madu   13. Salah Paham

    Raga kembali melakukan aktivitasnya, meskipun sedikit tidak konsentrasi tapi dia berusaha untuk menyelesaikannya, sampai waktu sudah tidak terasa menunjukkan pukul lima sore. Raga bergegas untuk pulang ke rumah. Dia yakin kalau wanita itu pasti sudah berada di rumah. Bahkan Raga dengan sengaja tidak makan siang lantaran ingin makan bersama dengan Viona. “Pak, ada Viona kan?” tanya Raga dengan Pak Tejo setelah masuk dalam halaman rumahnya dan turun dari mobil.“Belum Den, dari pagi Neng Vio belum pulang, mungkin masih di panti jompo,” sahut Pak Tejo.“Bapak tahu nggak alamat panti jompo itu?” tanya Raga bingung, tapi pria paru baya itu sedikit memicingkan matanya kearah majikan mudanya itu. Raga kaget melihat ekspresi Pak Tejo. “Sudah deh Pak jangan marahi saya juga. Ya salah nggak tahu menahu istri pergi ke mana, bahkan nggak tahu alamat panti itu, lagian ngapain sih dia di sana? Seharusnya kan dia itu tahu jam pulang jangan seenaknya gitu dong,” kesal Raga seperti anak kecil.Pak

    Last Updated : 2024-02-25
  • Batal Di Madu   14. Sesi Curhat

    “Wuw, sepertinya akan terjadi perang dunia ke dua nih,” sahut Oma Dora berbisik dengan temannya. Raga berdehem kuat, membuat Viona dan Rama melihat ke arah sumber suara itu. Rama tersenyum melihat wajah Raga seperti tomat merah bahkan dia membayangkan dua tanduk langsung tumbuh di kepalanya. Raga mendekati dan melayangkan tatapan tajam kearah Viona. “Apa yang kamu lakukan dengan pria lain? Di dapur lagi nggak ada tempat lain lagi sehingga berbuat mesum di dapur, hah?” hardik Raga kesal dan marah.“Aduh Mas, nanti saja marahnya ya, cepat tiupkan mataku ini, kamu nggak lihat apa sebelah mataku kelilipan, tuh pasti merah kan?” rutuknya menahan rasa sakit. Sedangkan matanya sudah berair dan memerah. Ada kotoran kecil yang masuk di dalam matanya. Raga mencoba meniup-niup mata Viona yang berbentuk bulat besar itu. Seketika Raga menjadi salah tingkah karena dia baru menyadari kalau Viona mempunyai mata besar berwarna hitam yang sangat cantik. Pemandangan itu pun terlihat oleh semua oran

    Last Updated : 2024-02-25

Latest chapter

  • Batal Di Madu   67. Kemarahan Rama

    “Lepaskan! Siapa kalian!” teriak wanita itu begitu histeris. “Kamu akan tahu siapa kami, tapi yang jelas jangan membuat keributan jika tidak ingin celaka!” sahut orang itu berwajah sangar itu. “Kurang ajar kalian, saya ini sedang hamil. Jika terjadi sesuatu dengan kehamilan saya , kalian akan saya tuntut!” teriaknya lagi. Para preman itu hanya menertawakan apa yang dia ucapkan membuat wanita itu begitu kesal dan marah. “Kurang ajar kalian! Lepaskan aku!” “Kamu minta dilepaskan? Tunggu bos kami datang baru kami bisa melepaskan kamu! Sekarang lebih baik diam dan tenang,” ucap salah satu preman itu lagi.Wanita itu berteriak sepanjang waktu setelah siuman beberapa menit yang lalu. Dia baru sadar dengan kaki dan tangan terikat tali dan duduk di sebuah kursi. Rupanya setelah Vina mengetahui Viona masih hidup dan mampu membawa preman itu ke kantor polisi membuat Vina ketakutan. Apalagi saat mendengar kalau semua ini adalah rencana Vina sendiri untuk menyingkirkan Viona. Vina lari dar

  • Batal Di Madu   66. Rencana Rama

    “Kamu enggak terlibat, kan dalam masalah ini? Kamu tidak tahu kan kalau Vina menyuruh preman untuk menghabisi Viona?” tanya Clarissa berteriak sambil mengetuk pintu kamar mandi Rama. Tak ada sahutan dari dalam. Tak lama kemudian Rama keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian lengkap.“Rama tidak tahu masalah ini dan berani sekali Vina membuat Viona mengalami masalah ini. ““Rama, apa yang ingin kamu lakukan, jangan bertindak gegabah.”“Rama akan mencari wanita itu dan memberikan dia hukuman !”“Tunggu dulu Rama, kamu jangan berbuat nekat dengan Vina!” Clarissa mengejar Rama yang sudah duluan keluar dari kamar dengan tergesa-gesa. “Rama dengarkan Mama, dulu!” Teriak Clarissa tapi Rama tetap saja melanjutkan langkah tanpa mendengarkan ucapan ibunya. “Rama, apa benar Vina hamil anak kamu?” Ucapan Clarissa mampu menghentikan langkah Rama yang terhenti di tengah anak tangga. Clarissa menyusulnya cepat dan menatap wajah Rama yang nampak marah. .“Apa benar yang Mama kataka

  • Batal Di Madu   65. Praduga

    “Saya cukup bersabar dengan semua perilaku kamu, tapi jangan menyebarkan gosip tentang Raga. Kamu sadar kan kalau Raga itu juga anakmu?”“Sebenarnya apa maksud Papa? Rissa tidak tahu apa-apa ...”“Tanyakan kepada anakmu itu, pasti dia yang melakukan tindakan menjijikkan itu. Kamu tahu saya bisa berfikir kalau Rama masih berhubungan dengan Vina.”“Apa yang Papa katakan? Papa jangan menuduh seperti itu. Rissa tidak tahu tentang hal itu, Rissa baru tahu dari Papa, bahkan Rissa belum membaca surat kabar ...” Sambungan telepon itu langsung terputus karena Opa Lukman yang menutupnya. “Halo! Halo, Pa!” teriak Clarissa yang tak bisa bicara lagi dengan Opa Lukman.“Berita apa?” tanyanya bingung. Clarissa lalu mencari surat kabar hari ini. Entah kenapa hari ini sedikit telat surat kabar itu belum sampai di rumahnya. Clarissa kemudian menanyakan kepada pembantunya, dan ternyata benar surat kabar itu baru datang di rumahnya. Clarissa langsung membacanya dan dia pun sangat terkejut dengan be

  • Batal Di Madu   64. Amarah Papi Seno

    “Apa ini Raga?” tatapan suram dari pria paruh baya itu terlihat mencekam di kala melihat sebuah surat kabar yang menyoroti masalah tadi malam.Raga yang ingin menikmati sarapannya di meja makan pun sudah tak berselara saat papi Seno memperlihatkan sebuah syarat kabar yang diterima oleh satpamnya barusan pagi ini. Marah bercampur malu dikala nama keluarga Subrata akhirnya disangkut pautkan dengan hilangnya Vina semalam, karena orang mengetahui kalau Raga Handika Subrata masih berhubungan dengan wanita yang bernama Vina itu. “Hilangnya seorang model cantik karena cinta segitiga.” Judul yang terpampang cantik di halaman surat kabar itu paling depan bahkan menjadi berita utama membuat mata Raga melotot. “Sudah Papi katakan cepat selesaikan urusan kamu dengan wanita itu sebelum dia berbuat ulah. Dan sekarang terbukti kan? Dan dia sudah mencoba melenyapkan menantu kesaayangan Papi, ini sangat keterlaluan, Raga! Papi enggak peduli dia hamil atau tidak segera kirim dia ke balik jeruji. W

  • Batal Di Madu   63. Bicara

    Viona membersihkan diri setelah beberapa jam yang lalu mengalami insiden yang harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk melawan para preman itu.Untung saja luka yang diderita oleh Viona tidak terlalu parah, sehingga dia pun tak perlu tidur di rumah sakit.“Mbak Vina sangat keterlaluan, dia menyuruh para preman itu untuk menghabisi aku, padahal aku sudah ingin bercerai dari Mas Raga. Sekarang aku jadi ragu untuk melepaskan Mas Raga. Apa jadinya Mas Raga hidup dengan wanita seperti itu. Pantas saja Opa dan Papi tidak merestui hubungan mereka. Dia bisa melakukan apa saja dengan cara keji sekali pun. Aneh sekali Mas Raga, pacaran selama lima tahun enggak mengenal sifatnya,” kesal Viona bicara sendiri di dalam kamar. Seketika terdengar ketukan pintu dari luar. Viona yang ingin mengistirahatkan tubuhnya pun tidak jadi. Vio menyambar jilbab instantnya yang tergeletak di ranjang lalu memakainya cepat setelah itu lalu membukakan pintu kamarnya. “Opa?” Viona terkejut dengan kedatangan Opa Luk

  • Batal Di Madu   62. Hilangnya Vina

    “Selamat malam Pak Raga,” sapa salah satu polisi itu.“Selamat malam. Katakan apa yang terjadi dengan istri saya?” tanyanya kepada pak polisi itu.“Maaf Pak Raga, tadi kami sudah meminta keterangan dari Ibu Vio dan Pak Usman pemilik taksi itu, mereka mengalami insiden di perjalanan. Dari mereka kami mendapatkan kesimpulan kalau ada yang ingin mencelakai Ibu Vio dengan mengirimkan empat preman. Tapi untungnya Bu Viona bisa mengatasinya tanpa rasa takut. Saya sangat mengapresiasikan tindakan Ibu yang sangat luar biasa mampu menangani para preman itu,” jelas Pak Polisi itu membuat Raga terkejut. “Maksud Bapak?” tanya Raga bingung dan penasaran. “Ya Bu Viona mampu mengalahkan ke empat preman itu samapi mereka babak belur. Saya salut dengan Ibu Viona berani melakukannya kepada ke empat preman itu dan sekarang sedang diproses.,” lanjut Pak Polisi itu. Wajah Raga kembali syok mendengar ucapan pria berseragam polisi itu. Hal yang baru dia ketahui kalau Viona ternyata mampu mengatasi para

  • Batal Di Madu   61. Aksi Viona

    Melihat ada kesempatan Viona melihat ada balok kayu besar yang tergeletak di tanah. Balok kayu yang sama untuk memecahkan kaca mobil bagian depan itu. Dengan cepat dia langsung mengambil nya dan memukuli ketiga preman lainnya. Viona dengan brutal membuat para preman itu tersungkur kembali. Wanita manis rupanya bisa menangkis semua serangan ke empat preman itu karena dia juga membekali dirinya untuk bisa belajar seni bela diri. Viona hanya menjurus ke bagian intim mereka yang langsung tersungkur kesakitan akibat tendangan kaki Viona yang masih memakai sepatu hak tingginya. Keempat preman itu pun tersungkur lalu Viona mendekati salah satunya. Preman yang berani memegang tangannya itu. “Katakan siapa yang menyuruh kamu!” tatapan bengis Viona masih terlihat membuat preman itu ketakutan.“Sa—saya tidak tahu, saya hanya o—orang su—suruhan dari Bos untuk bisa menyingkirkan kamu,” sahutnya terbata-bata. “Katakan siapa yang menyuruhmu atau aku tendang lagi ...” Viona melirik bagian bawa

  • Batal Di Madu   60. Empat Orang Preman

    Viona segera bersiap untuk pulang. Terlihat Raga sudah berada di luar ruangan dan juga ingin pulang bersama Viona. “Kamu pulang dengan saya,” ucap Raga melintas di depan Viona.“Tapi Pak, apa kata karyawan lain kalau saya pulang dengan Bapak?”Wajah Raga kembali dingin mendengar pertanyaan konyol dari Viona. “Vio, jangan membuat masalah lagi atau kamu memang suka mendapatkan hukuman dari saya, kamu ketagihan?” Raga mengedipkan matanya menggoda Viona. “Bukan begitu Pak, tapi enggak enak dilihat oleh banyak karyawan dan ...”Ucapan Viona terhenti saat suara telepon Raga berdering. Raga pun segera mengambil ponselnya dari balik jasnya itu. Sudah dipastikan siapa yang telah menghubungi Raga. “Sayang kamu enggak lupa kan dengan janjimu? Sekarang enggak pakai lama.”“Aku akan mengantarkan Viona dulu pulang setelah itu ke rumahmu. Jangan berdebat!” Raga langsung memutuskan sambungan telepon itu dan memasukkan kembali ponselnya. “Ayuk!” ajak Raga.“Mas, lebih baik kamu selesaikan saj

  • Batal Di Madu   59. Hukuman

    Raga masih berkecimpung di meja kerjanya. Masih banyak yang harus dia selesaikan sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua siang. Dia sedikit terkejut karena waktu begitu cepat berlalu sehingga dia pun melupakan makan siangnya. “Sudah jam segini dan aku lupa untuk makan siang, tapi di mana Viona, kenapa dia tidak mengingatkan aku untuk makan siang? Dia sengaja membuat kesalahan, baiklah, Sayang apa hukuman yang harus kamu terima,” kesalnya begitu baru ingat kalau dia melupakan waktu makan siangnya. Dia pun segera menghubungi Viona di meja sekretarisnya. Viona yang sedari tadi sudah duduk manis dan mengerjakan semua pekerjaannya apa lagi tiga puluh menit nanti ada meeting bersama klien sehingga dia harus menyelesaikan proposal yang dibuatnya. “Ya Pak?” Viona menjawab sambungan telepon dari Raga. “Kamu bisa ke ruangan saya sebentar?” “Maaf Pak ada yang penting, soalnya saya masih menyiapkan berkas untuk ...”“Saya ke luar menjemputmu paksa atau kamu yang ke ruangan s

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status