Share

Bab 5 ㅡ Me?

Penulis: nanaanisaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Melihat Lucy yang begitu lihai menyiapkan segala keperluan kerjanya, Elder mengeringkan rambutnya yang basah karena habis mandi sambil memperhatikan Lucy. "Seharusnya kamu tidak perlu seperti ini."

Lucy meletakkan kemeja putih itu di atas jas hitam yang sudah disiapkan. Tubuhnya berputar menatap Elder balik. "Tidak masalah bagiku, El. Anggap saja aku sedang belajar melakukan tugas sebagai seorang istri."

"Pacarmu akan marah kalau dia tahu ini." Elder berjalan mengambil kemeja yang disiapkan Lucy. Kemudian ke bilik untuk berganti pakaian.

Lucy terkekeh mendengar itu. "Aku tidak punya pacar, El. Berapa kali sudah ku katakan, hm?"

Lucy sebenarnya gadis yang manis dan hangat. Namun belum cukup menarik perhatian Elder. Laki-laki lebih tertarik pada gadis polos yang suka berbicara dengan nada tinggi, menurutnya lebih menantang.

"Kalau begitu segeralah mencari kekasih. Supaya kamu tidak terlalu sibuk dengan saya. Saya tidak mengekangmu berhubungan dengan siapapun."

Senyum di wajah Lucy meluntur seketika. Bagaimana Lucy mau mencari kekasih kalau orang yang dicintainya berada disini?

Kepalanya dimiringkan sedikit, mengutip kata 'saya' di setiap perkataan Elder padanya. "Oh, ayolah, El. Sudah berapa lama kita kenal. Sampai kapan kau akan berbicara formal seperti itu?"

Pintu bilik ganti itu terbuka menampilkan Elder yang sudah siap dengan kemeja dan dasi yang menyampir di kerah lehernya. "Entahlah. Saya belum bisa berbicara santai dengan kamu."

"Tidak bisa berbicara santai padaku, tapi selalu berbicara santai pada Lauretta. C'mon, El. Kau baru mengenalnya sehari!" desak Lucy.

"Kamu salah, Lucy. Sudah sejak lama aku mengenalnya, bahkan jauh semenjak kamu bekerja dengan saya," jawab Elder acuh. Ia melangkah untuk memakai jas dan jam tangan. Kemudian berkaca memakai pomade di rambutnya.

"T-tapi tetap saja ini pertemuan pertama kalian setelah bertahun-tahun." Lucy bersikeras memaksa Elder agar berbicara santai terhadapnya.

"Memang."

"Memang?" Lucy membuang wajah merajuknya. "Dan ini sudah ribuan hari kita bertemu, El. Kenapa masih belum bisa?"

"Kenapa kamu mempermasalahkan itu?" Kening Elder mengerut dalam, membuat mata tajamnya terlihat semakin tajam.

"Kau masih belum memahamiku, El." Itu sebuah pernyataan yang Lucy rasakan. Elder pun tak menampik, karena memang tak memahami Lucy, lebih tepatnya tidak berminat.

Lucy berjalan mendekati Elder. Meraih kedua ujung dasi dan mulai membuat simpul. Sengaja membuat ujung kakinya bersentuhan dengan kaki Elder. "Aku cemburu, El. Aku tidak suka melihat kau memperlakukan Lauretta seperti seorang kekasih. Sekaligus iri. Aku ingin berada di posisi Lauretta."

Wajahnya menatap datar Lucy yang sedang menggodanya. Sama sekali tidak ada senyum. "Kamu tidak berhak memiliki perasaan kepada saya, Lucy. Keterangan itu sudah kamu tandatangani di surat kontrak kerja."

"Aku tidak peduli, El. Perasaan itu datang tanpa bisa dicegah."

"Kalau begitu lupakan perasaanmu. Sebaiknya saya katakan sekarang kalau, saya hanya menganggapmu sebagai bawahan saya."

Simpul itu ditarik membentuk segitiga. Dengan tangan lembutnya Lucy merapikan kemeja bagian dada Elder, sedikit memberi belaian kecil untuk menggoda laki-laki itu.

"Aku bisa memberikan apa yang tidak bisa Lauretta lakukan." Matanya mengerling genit, Lucy menggigit bibir bawahnya.

"Maksudmu kepuasan? Lauretta bisa melakukan itu, saya hanya belum menginginkannya." Bukannya terangsang, Elder malah risih dengan dada Lucy yang menempel padanya.

"Aku bisa melakukannya sekarang kalau kau ingin." Lucy nekat menarik dasi Elder, membuat hidung mereka nyaris bersentuhan. Binar matanya menatap ingin ke bibir berisi itu.

"Saya tidak ingin dan tidak akan melakukannya. Saya menghormati kamu, Lucy."

Kalimat itu seolah menampar Lucy. Meski begitu ia tetap ingin menyentuh bibir itu dengan bibirnya. Elder yang geram sontak mendorong bahunya sedikit kasar. Lucy pun terhuyung beberapa langkah.

"Kamu memang bisa memenuhi apa yang laki-laki inginkan. Tapi kamu tidak bisa memberi saya apa yang saya butuhkan."

"Katakan, apa itu?" Lucy menelan ludah untuk menormalkan kegugupannya.

"Cinta." Elder mengucapkannya dengan kesungguhan. Ia membutuhkan apa yang semua orang butuhkan. Namun melihat dirinya yang sekarang, sepertinya tidak akan ada gadis yang mau dengannya. Elder terlalu menakutkan untuk mereka.

"A-aku bisa memberikannya. Aku bisa mencintaimu, El."

"Perasaan sepihak bukanlah cinta." Telak, Elder merasa puas saat Lucy tiba-tiba mengatupkan mulutnya.

"Aku akan berjuang, El. Akuㅡ" Tanpa diduga, Lucy langsung menyambar bibir Elder. Kerah kemeja laki-laki itu di remat kuat. Jemarinya yang lentik pun turut mengelus manja leher Elder.

Hal itu membuat Elder tidak suka. Kedua lengan Lucy ia cengkram lalu mendorong wanita itu. Sorot matanya menggambarkan amarah yang membumbung.

"Jangan melebihi batas, Nona Lucy yang terhormat," tekannya dengan nada rendah. Selanjutnya Elder melangkah tegas melewati Lucy begitu saja.

****

Dasi yang terasa mencekik leher itu dia renggangkan. Kepalanya bergerak ke kanan kiri menimbulkan suara seperti dipatahkan. Elder menghela nafas pelan.

Setelah perdebatan kecil dengan Lucy tadi pikirannya tidak bisa jernih. Ia tidak memikirkan kalau ia melukai perasaan Lucy, ia hanya tak habis pikir bisa-bisanya Lucy bersikap tidak sopan padanya. Padahal selama ini Lucy-lah yang paling ia percaya.

Ah, sial! Tiba-tiba terlintas bayangan Lauretta yang tengah tersenyum padanya. Kembalinya gadis itu menambah banyak warna di kehidupan Elder.

Perlahan bibirnya terangkat membentuk kurva kecil yang disebut senyuman. Mata lebar yang bening milik gadis itu sangat membuat candu.

"Apa yang kupikirkan?" Elder menggeleng cepat, menepis bayangan itu dari benaknya. Tapi tidak semudah itu. Sekarang ia malah membayangkan apa yang Lauretta lakukan di rumah.

"Oh, shit!" Elder mengerti kalau keinginan yang tidak segera dipenuhi akan selalu terbayang-bayang. Makanya ia memutuskan beranjak dan menyambar jasnya. Kemudian segera berlalu pergi.

Perusahaan ini sudah multinasional, kalau ia pulang cepat sehari saja tidak akan merugi. Sebelumnya Elder juga menitip pesan pada Sang sekretaris untuk menunda semua jadwal hari ini. Barulah kemudian ia pulang.

****

"Dimana Lauretta?" Pertanyaan itu terdengar menyebalkan di telinga Lucy. Padahal Elder baru saja sampai di rumah, pertanyaan pertama langsung merujuk pada Lauretta. Sekali lagi, Lucy iri!

"Tidak biasanya kau pulang cepat, El. Ada apa?" Lucy masih mencoba berbicara dengan nada lembut.

"Katakan saja, dimana Lauretta." Wajah Elder belum berubah sejak tadi pagi. Masih sama, terlihat tertekuk kesal dengan Lucy.

Membuat Lucy merasakan sesak di dadanya. "Dia di kolam belakang."

Segera Elder melangkah ke tempat yang disebutkan Lucy tanpa mengucap sepatah kata apapun lagi. Tidak peduli pada Lucy yang menekuk bibir karenanya.

****

Elder sampai di kolam belakang. Sekitar kolam itu dilingkupi dinding dengan ukiran Italia yang khas. Terdapat beberapa tanaman dan patung dewa Yunani yang amat digilai Alexander dulu.

Matanya menangkap sosok Lauretta yang asyik dengan aktivitas airnya. Masih belum menyadari kehadiran Elder disana. Kaki Elder melangkah mendekat dengan seringai yang sangat jelas ia tampilkan.

"Hai." Elder berjongkok menatap Lauretta yang hanya memakai pakaian renang. Dan itu terlihat sangat seksi.

Gadis itu memekik terkejut. Sontak ia memutar tubuh dengan mata yang membulat sempurna. Ia memilih kolam belakang yang jarang dipakai agar tidak ada orang yang melihatnya. Tapi dengan mudah Elder bisa menemukannya.

"Jahat sekali kau tidak mengajakku berenang," cibir Elder. Ia kembali berdiri untuk melepas jas, dasi, dan jam tangannya. Ponsel dan dompetnya pun ia taruh di atas meja yang ada di pinggir kolam.

"Memangnya kau siapa?" balas Lauretta tanpa menengok ke belakang.

"Pemilik tempat ini." Perlahan Elder menceburkan diri ke dalam kolam. Se-pelan mungkin berusaha tidak menimbulkan suara.

"Ini masih tempatku. Kau sendiri yang membawakuㅡAkh!" Kalimat Lauretta terpaksa tertahan karena Elder yang tiba-tiba memeluknya dari belakang. "Jangan kurang ajar. Hei!"

Laki-laki itu menghirup aroma yang menguar dari leher Lauretta. Saat bibirnya mencoba mencecap leher jenjang itu, secara otomatis mata Elder ikut terpejam.

Sekujur tubuh Lauretta seketika meremang merasakan sensasi aneh saat tangan itu meraba raba perut ratanya. "A-apa yang kau mau?"

"Aku menginginkanmu." Elder belum puas dengan aksinya. Bibirnya sedikit terbuka menggigiti kecil leher putih Lauretta. Gadis itu menggeram rendah, membuatnya hasratnya semakin tinggi.

"Aku?"

****

Bab terkait

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 6 ㅡ Yes, You Are.

    "Ya, kau." Desis Elder pelan. Hangat tubuh Lauretta menyebabkan gelayar aneh yang membuat miliknya menegang.Lauretta menipiskan bibirnya, bergerak-gerak meronta minta dilepaskan. Namun tenaga Elder jauh lebih kuat darinya. Laki-laki itu mendominasi. "Tidak mau.""Aku memaksa, Lau." Bisikan itu seolah membuat Lauretta semakin ingin segera lepas."Memangnya siapa kau?!" Suara Lauretta meninggi. Sungguh sebal dengan sifat Elder yang semaunya."Aku Tuanmu. Jangan membantah atauㅡ""Pergi!" Gadis itu berteriak keras. Dalam hati berharap ada yang mendengar suaranya.Elder terkekeh pelan, lalu melonggarkan pelukannya. Melepas Lauretta hingga dengan cepat gadis itu menjauh darinya. Ia senang melihat wajah Lauretta yang merah padam, sangat menggemaskan. "Kau salah memilih kolam ini. Sekencang apapun kau berteriak, tidak akan ada yang mendengar."&nb

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 7 ㅡ Why Me?

    Lauretta menelan ludah kasar mendengar Elder yang secara gamblang mengatakan kalau ia lebih dari sekedar psikopat. Dilihat dari wajahnya saja, Elder memang terlihat memiliki aura pembunuh."Aku tidak mau tidur sekamar denganmu lagi. Aku trauma!" protes Lauretta."Memang siapa kau?" Laki-laki itu mengangkat satu alisnya, melihat Lauretta dengan ekspresi merendahkan."Aku pemilik rumah ini sebelumnya.""Aku yang berkuasa sekarang. Kau bisa apa?" Sekelebat bayangan hitam yang tampak dari jendela berhasil Elder tangkap melalui lirikan mata. Gerakan itu mencurigakan. Namun Elder tetap memasang wajah tenang, seolah tidak ada apapun.Saat Lauretta mencebik, tiba-tiba Elder mendekapnya. Kepalanya menabrak dada bidang Elder, Lauretta memekik tertahan."Sst ... Pejamkan matamu. Jangan berteriak kalau mendengar suara keras," bisik Elder di telinga Lauretta. Kemudian laki-laki itu men

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 8 ㅡ Bad Feeling

    Jelas saja setelah mendengar suara itu, Lucy menatap Kelly dengan wajah tegang. Sementara Kelly memaksa wajahnya untuk tetap terlihat tenang.“Sudah berapa lama kau disana?” ketus Kelly.“Aku ingat betul bagaimana ia menggunakannya dulu.” Lauretta mengutip kalimat Kelly. “Sejak kalimat itu kau ucapkan.”Batin Kelly merutuk. “Kenapa tidak mengetuk pintu dahulu sebelum masuk?” tukasnya dengan nada dingin.“Eum ... soal itu, aku minta maaf. Aku sangat penasaran saat kalian menyebut nama Ayahku.”“Ayah? Memang siapa Ayahmu?” Lucy mengikuti permainan Kelly untuk memanipulasi Lauretta.Gadis berambut kecoklatan itu menggigit bibir bawahnya sebentar. Kemudian mengaku. “Alexander Blythe.”Kelly tertawa keras mendengarnya, diikuti Lucy yang melakukan hal yang sama. “Maksudmu k

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 9 ㅡ Get Jealous

    Setelah cukup lama mematung di ambang pintu, Lucy membuka kenop pintu secara perlahan. Kakinya melangkah masuk berusaha tidak menimbulkan suara yang mengganggu. Amplop cokelat berisi dokumen tentang Blythe ia taruhh di meja kerja Elder.Masih dengan perasaan yang sesak, Lucy mengambil selimut dan menyelimuti mereka berdua. Geraham Lucy gemeretak menahan geram. Ia masih belum bisa menerima Elder yang memilih lebih dekat dengan gadis pendatang ini.Melihat wajah mereka yang sangat damai, Lucy memutuskan pergi dari ruangan itu dengan perasaan cemburunya.****Pagi datang secepat angin lalu. Lauretta mengerjapkan mata saat sinar matahari mencoba menembus retinanya. Parfum maskulin langsung menyeruak setelah kesadarannya telah penuh.Keningnya mengernyit menyadari adanya selimut yang mengangatkan tubuh mereka. Pipi Lauretta memanas. Pandangannya bergulir pada Elder yang masih terlelap. Tetap saja, laki-laki itu sempurna secara fisik.

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 1 ㅡ The Prince

    Lauretta Blythe, terpaksa menjalani kehidupan bak cinderella di cerita dongeng Disney. Ia tinggal bersama ibu tirinya yang kejam setelah Sang Ayah memutuskan untuk melarikan diri.Ingin sekali Lauretta meneriakkan rindu pada Ayahnya. Namun harap hanya sekedar harapan. Ayahnya menghilang entah kemana. Entah masih hidup atau sudah mati Laure tidak tau.Bunyi berderit terdengar kala pintu kayu yang mulai usang itu dibuka. Membuat Lauretta berpura-pura tertidur. Sebenarnya rumah mereka cukup bagus, namun Ibu tirinya sengaja menempatkannya di kamar ini. Tak boleh keluar sebelum ia membukanya.Suara high heels itu beradu dengan lantai semen hingga menimbulkan suara berketuk. Namanya, Dami, wanita anggun namun berwatak keras.Dami duduk di ranjang Lauretta untuk membangunkannya, jari lentiknya mengelus wajah Lauretta berharap gadisnya itu mau membukakan mata. "Sayang ... Sudah saatnya kau bekerja."Lauretta hidup bagai kelelawar. Kala siang ia tidur

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 2 ㅡ Propose

    Lucy tidak bisa ikut dengan Lauretta ke Los Angeles karena masih ada yang harus ia selesaikan. Ia sendirian menuju kediaman Dami, membawa selongsong pistol yang sudah diisi peluru penuh. Topeng dengan wajah tersenyum itu ia gunakan untuk menutupi wajah aslinya. Tubuhnya dibalut jubah hitam dengan tudung yang menutupi setengah wajahnya.Wanita itu berjalan mengendap ke sisi rumah Dami. Berusaha sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Ia berjalan ke dekat jendela mengintip Dami yang sedang menikmati uang yang ia beri tadi.Lucy tersenyum miring dari balik topengnya. Kesenangan Dami tak akan berlangsung lama. Melalui celah jendela ia menyelipkan ujung pistolnya. Membidik tepat di kepala Dami. Hingga akhirnya membidiknya tepat melalui senapan yang sudah diberi peredam itu.Dalam hitungan detik kepala Dami memuncratkan darah segar. Kepalanya langsung tergelak lemas dengan kedua mata yang membelalak. Ibu kejam itu mati seketika.Lucy menaikkan topengnya k

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 3 ㅡ He's Become a Jerk!

    Lauretta tercekat mendengarnya. Sebenarnya tak cukup tahu mengenai cerita lama keluarga mereka. Dan mengenai siapa Elder, dia juga baru tahu kalau laki-laki itu termasuk dari anggota mafia bertopeng itu. “Jadi, apa kau akan membunuhku?”Sungguh, Lauretta sebenarnya takut dengan manik hijau yang menyorotnya tajam seperti itu. “Pasti. Setelah aku mendapatkan apa yang aku inginkan.”“Kau masih punya keinginan selain itu?” Elderick mengangguk singkat sebagai jawaba iya. “Apa itu?”“Menikmatimu sebelum membunuhmu.” Elder mengulum bibir bawahnya. Matanya turun ke bawah mengamati baju Lauretta yang masih basah, bahkan sekarang pakaian dalam Lauretta pun terlihat menggoda. “Pasti akan sangat menyenangkan.”Wajah Lauretta merengut galak. “Dasar psikopat!”Elder menghela, mengacuhkan Lauretta tanpa membalas satu kata pun. Kakinya melangkah menuju lemarinya, mengambil se

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 4 ㅡ Because of You

    Lauretta menepis kasar tangan besar itu, mengambil guling dan meletakkannya di tengah-tengah mereka untuk pembatas. Posisinya berbalik memunggungi Elder. Sementara laki-laki itu malah menyingkirkan guling itu dan mendekat kembali memeluk pinggang kecil Lauretta.Gadis itu tampak tidak nyaman dengan pelukannya, Elder sama sekali tidak peduli. “You’re mine.”“Jangan mimpi!” balas Lauretta dengan mata yang terpejam sempurna. Mengabaikan pelukan Elder yang terasa menggelitik.****Kicau burung itu membuat tidur Lauretta terusik. Matanya mengerjap sayu saat cahaya yang menembus celah jendela itu terasa menusuk retinanya. Di pinggangnya masih ada lengan kekar Elder, bedanya sekarang ia menghadap pada wajah tampan pria yang masih terlelap itu.Jika dilihat-lihat, wajah Elder saat tertidur sangat tenang. Bulu mata lentik laki-laki itu sangat menawan. Bibir berisinya sedikit terbuka menimbulkan suara dengkuran halus. Ramb

Bab terbaru

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 9 ㅡ Get Jealous

    Setelah cukup lama mematung di ambang pintu, Lucy membuka kenop pintu secara perlahan. Kakinya melangkah masuk berusaha tidak menimbulkan suara yang mengganggu. Amplop cokelat berisi dokumen tentang Blythe ia taruhh di meja kerja Elder.Masih dengan perasaan yang sesak, Lucy mengambil selimut dan menyelimuti mereka berdua. Geraham Lucy gemeretak menahan geram. Ia masih belum bisa menerima Elder yang memilih lebih dekat dengan gadis pendatang ini.Melihat wajah mereka yang sangat damai, Lucy memutuskan pergi dari ruangan itu dengan perasaan cemburunya.****Pagi datang secepat angin lalu. Lauretta mengerjapkan mata saat sinar matahari mencoba menembus retinanya. Parfum maskulin langsung menyeruak setelah kesadarannya telah penuh.Keningnya mengernyit menyadari adanya selimut yang mengangatkan tubuh mereka. Pipi Lauretta memanas. Pandangannya bergulir pada Elder yang masih terlelap. Tetap saja, laki-laki itu sempurna secara fisik.

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 8 ㅡ Bad Feeling

    Jelas saja setelah mendengar suara itu, Lucy menatap Kelly dengan wajah tegang. Sementara Kelly memaksa wajahnya untuk tetap terlihat tenang.“Sudah berapa lama kau disana?” ketus Kelly.“Aku ingat betul bagaimana ia menggunakannya dulu.” Lauretta mengutip kalimat Kelly. “Sejak kalimat itu kau ucapkan.”Batin Kelly merutuk. “Kenapa tidak mengetuk pintu dahulu sebelum masuk?” tukasnya dengan nada dingin.“Eum ... soal itu, aku minta maaf. Aku sangat penasaran saat kalian menyebut nama Ayahku.”“Ayah? Memang siapa Ayahmu?” Lucy mengikuti permainan Kelly untuk memanipulasi Lauretta.Gadis berambut kecoklatan itu menggigit bibir bawahnya sebentar. Kemudian mengaku. “Alexander Blythe.”Kelly tertawa keras mendengarnya, diikuti Lucy yang melakukan hal yang sama. “Maksudmu k

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 7 ㅡ Why Me?

    Lauretta menelan ludah kasar mendengar Elder yang secara gamblang mengatakan kalau ia lebih dari sekedar psikopat. Dilihat dari wajahnya saja, Elder memang terlihat memiliki aura pembunuh."Aku tidak mau tidur sekamar denganmu lagi. Aku trauma!" protes Lauretta."Memang siapa kau?" Laki-laki itu mengangkat satu alisnya, melihat Lauretta dengan ekspresi merendahkan."Aku pemilik rumah ini sebelumnya.""Aku yang berkuasa sekarang. Kau bisa apa?" Sekelebat bayangan hitam yang tampak dari jendela berhasil Elder tangkap melalui lirikan mata. Gerakan itu mencurigakan. Namun Elder tetap memasang wajah tenang, seolah tidak ada apapun.Saat Lauretta mencebik, tiba-tiba Elder mendekapnya. Kepalanya menabrak dada bidang Elder, Lauretta memekik tertahan."Sst ... Pejamkan matamu. Jangan berteriak kalau mendengar suara keras," bisik Elder di telinga Lauretta. Kemudian laki-laki itu men

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 6 ㅡ Yes, You Are.

    "Ya, kau." Desis Elder pelan. Hangat tubuh Lauretta menyebabkan gelayar aneh yang membuat miliknya menegang.Lauretta menipiskan bibirnya, bergerak-gerak meronta minta dilepaskan. Namun tenaga Elder jauh lebih kuat darinya. Laki-laki itu mendominasi. "Tidak mau.""Aku memaksa, Lau." Bisikan itu seolah membuat Lauretta semakin ingin segera lepas."Memangnya siapa kau?!" Suara Lauretta meninggi. Sungguh sebal dengan sifat Elder yang semaunya."Aku Tuanmu. Jangan membantah atauㅡ""Pergi!" Gadis itu berteriak keras. Dalam hati berharap ada yang mendengar suaranya.Elder terkekeh pelan, lalu melonggarkan pelukannya. Melepas Lauretta hingga dengan cepat gadis itu menjauh darinya. Ia senang melihat wajah Lauretta yang merah padam, sangat menggemaskan. "Kau salah memilih kolam ini. Sekencang apapun kau berteriak, tidak akan ada yang mendengar."&nb

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 5 ㅡ Me?

    Melihat Lucy yang begitu lihai menyiapkan segala keperluan kerjanya, Elder mengeringkan rambutnya yang basah karena habis mandi sambil memperhatikan Lucy. "Seharusnya kamu tidak perlu seperti ini."Lucy meletakkan kemeja putih itu di atas jas hitam yang sudah disiapkan. Tubuhnya berputar menatap Elder balik. "Tidak masalah bagiku, El. Anggap saja aku sedang belajar melakukan tugas sebagai seorang istri.""Pacarmu akan marah kalau dia tahu ini." Elder berjalan mengambil kemeja yang disiapkan Lucy. Kemudian ke bilik untuk berganti pakaian.Lucy terkekeh mendengar itu. "Aku tidak punya pacar, El. Berapa kali sudah ku katakan, hm?"Lucy sebenarnya gadis yang manis dan hangat. Namun belum cukup menarik perhatian Elder. Laki-laki lebih tertarik pada gadis polos yang suka berbicara dengan nada tinggi, menurutnya lebih menantang. "Kalau begitu sege

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 4 ㅡ Because of You

    Lauretta menepis kasar tangan besar itu, mengambil guling dan meletakkannya di tengah-tengah mereka untuk pembatas. Posisinya berbalik memunggungi Elder. Sementara laki-laki itu malah menyingkirkan guling itu dan mendekat kembali memeluk pinggang kecil Lauretta.Gadis itu tampak tidak nyaman dengan pelukannya, Elder sama sekali tidak peduli. “You’re mine.”“Jangan mimpi!” balas Lauretta dengan mata yang terpejam sempurna. Mengabaikan pelukan Elder yang terasa menggelitik.****Kicau burung itu membuat tidur Lauretta terusik. Matanya mengerjap sayu saat cahaya yang menembus celah jendela itu terasa menusuk retinanya. Di pinggangnya masih ada lengan kekar Elder, bedanya sekarang ia menghadap pada wajah tampan pria yang masih terlelap itu.Jika dilihat-lihat, wajah Elder saat tertidur sangat tenang. Bulu mata lentik laki-laki itu sangat menawan. Bibir berisinya sedikit terbuka menimbulkan suara dengkuran halus. Ramb

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 3 ㅡ He's Become a Jerk!

    Lauretta tercekat mendengarnya. Sebenarnya tak cukup tahu mengenai cerita lama keluarga mereka. Dan mengenai siapa Elder, dia juga baru tahu kalau laki-laki itu termasuk dari anggota mafia bertopeng itu. “Jadi, apa kau akan membunuhku?”Sungguh, Lauretta sebenarnya takut dengan manik hijau yang menyorotnya tajam seperti itu. “Pasti. Setelah aku mendapatkan apa yang aku inginkan.”“Kau masih punya keinginan selain itu?” Elderick mengangguk singkat sebagai jawaba iya. “Apa itu?”“Menikmatimu sebelum membunuhmu.” Elder mengulum bibir bawahnya. Matanya turun ke bawah mengamati baju Lauretta yang masih basah, bahkan sekarang pakaian dalam Lauretta pun terlihat menggoda. “Pasti akan sangat menyenangkan.”Wajah Lauretta merengut galak. “Dasar psikopat!”Elder menghela, mengacuhkan Lauretta tanpa membalas satu kata pun. Kakinya melangkah menuju lemarinya, mengambil se

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 2 ㅡ Propose

    Lucy tidak bisa ikut dengan Lauretta ke Los Angeles karena masih ada yang harus ia selesaikan. Ia sendirian menuju kediaman Dami, membawa selongsong pistol yang sudah diisi peluru penuh. Topeng dengan wajah tersenyum itu ia gunakan untuk menutupi wajah aslinya. Tubuhnya dibalut jubah hitam dengan tudung yang menutupi setengah wajahnya.Wanita itu berjalan mengendap ke sisi rumah Dami. Berusaha sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Ia berjalan ke dekat jendela mengintip Dami yang sedang menikmati uang yang ia beri tadi.Lucy tersenyum miring dari balik topengnya. Kesenangan Dami tak akan berlangsung lama. Melalui celah jendela ia menyelipkan ujung pistolnya. Membidik tepat di kepala Dami. Hingga akhirnya membidiknya tepat melalui senapan yang sudah diberi peredam itu.Dalam hitungan detik kepala Dami memuncratkan darah segar. Kepalanya langsung tergelak lemas dengan kedua mata yang membelalak. Ibu kejam itu mati seketika.Lucy menaikkan topengnya k

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 1 ㅡ The Prince

    Lauretta Blythe, terpaksa menjalani kehidupan bak cinderella di cerita dongeng Disney. Ia tinggal bersama ibu tirinya yang kejam setelah Sang Ayah memutuskan untuk melarikan diri.Ingin sekali Lauretta meneriakkan rindu pada Ayahnya. Namun harap hanya sekedar harapan. Ayahnya menghilang entah kemana. Entah masih hidup atau sudah mati Laure tidak tau.Bunyi berderit terdengar kala pintu kayu yang mulai usang itu dibuka. Membuat Lauretta berpura-pura tertidur. Sebenarnya rumah mereka cukup bagus, namun Ibu tirinya sengaja menempatkannya di kamar ini. Tak boleh keluar sebelum ia membukanya.Suara high heels itu beradu dengan lantai semen hingga menimbulkan suara berketuk. Namanya, Dami, wanita anggun namun berwatak keras.Dami duduk di ranjang Lauretta untuk membangunkannya, jari lentiknya mengelus wajah Lauretta berharap gadisnya itu mau membukakan mata. "Sayang ... Sudah saatnya kau bekerja."Lauretta hidup bagai kelelawar. Kala siang ia tidur

DMCA.com Protection Status