Share

Bab 4 ㅡ Because of You

Penulis: nanaanisaa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lauretta menepis kasar tangan besar itu, mengambil guling dan meletakkannya di tengah-tengah mereka untuk pembatas. Posisinya berbalik memunggungi Elder. Sementara laki-laki itu malah menyingkirkan guling itu dan mendekat kembali memeluk pinggang kecil Lauretta.

Gadis itu tampak tidak nyaman dengan pelukannya, Elder sama sekali tidak peduli. “You’re mine.”

“Jangan mimpi!” balas Lauretta dengan mata yang terpejam sempurna. Mengabaikan pelukan Elder yang terasa menggelitik.

****

Kicau burung itu membuat tidur Lauretta terusik. Matanya mengerjap sayu saat cahaya yang menembus celah jendela itu terasa menusuk retinanya. Di pinggangnya masih ada lengan kekar Elder, bedanya sekarang ia menghadap pada wajah tampan pria yang masih terlelap itu.

Jika dilihat-lihat, wajah Elder saat tertidur sangat tenang. Bulu mata lentik laki-laki itu sangat menawan. Bibir berisinya sedikit terbuka menimbulkan suara dengkuran halus. Rambut sedikit ikal itu semakin terlihat berantakan namun lucu di waktu yang bersamaan.

Diam-diam Lauretta mengamatinya. Elder memang tampan, sangat tampan. Tanpa sadar tangannya bergerak mengelus rahang tegas yang ditumbuhi bulu-bulu halus itu. 

Jika ketampanan laki-laki itu relatif, makan Elder adalah mutlak. Tidak ada yang bisa menyangkalnya. 

“Sudah cukup mengagumiku?” Suara berat yang terdengar serak karena efek baru bangun tidur itu sontak membuat Lauretta berpura-pura tidur lagi, seolah tak ada apapun yang terjadi.

Mata Elder yang masih bengkak terbuka secara perlahan. Balas menatap Lauretta dengan senyuman geli. “Aku tahu kau tidak benar-benar tidur.”

Semu merah menjalar di kedua pipi Lauretta. Menahan malu terciduk mengagumi. Bibirnya mencebik kesal mengingat apa yang Elder lakukan pada Dami. Lauretta membuka mata. Bahkan senyuman itu malah terlihat menakutkan di matanya. 

Elder melebarkan senyum melihat wajah merajuk Lauretta yang malah terlihat lucu. “Kau masih marah?” 

“Kenapa kau tidak langsung membunuhku saja?” tukas Lauretta. Padahal baru sehari ia bersama Elder, tapi rasanya ia sudah tidak betah!

Laki-laki itu menggeleng. “Aku baru tahu kalau putri Alexander tumbuh secantik dirimu. Sayang kalau tidak kusimpan dulu.”

“Aku membencimu.” Meski mengatakan demikian, Lauretta tak merasakan suatu kebencian terhadap Elder meski laki-laki itu terlalu banyak berbuat dosa pada keluarganya. Entahlah, mungkin terkubur dalam dengan wajah tampan itu.

“Aku juga benci, orang munafik. Jangan sampai ucapan itu berbalik pada dirimu sendiri. Bukannya benci, kau malah mecintaiku nanti.” Elder sekedar menggoda. Semburat merah di pipi Lauretta terlihat sangat menggemaskan dimatanya, ia jadi ingin terus melihat rona itu.

Lauretta menaikkan bibir atas sebelah kirinya, melirik Elder sinis. Tangan Elder dihentak agar terlepas dari pinggangnya, kemudian ia bangkit berdiri di samping ranjang. “Bisakah kau bunuh kepercayaan dirimu juga?!”

“Tidak.” Elder turut bangkit, ia duduk di sisi ranjang menghadap Lauretta. “Kepercayaan diriku adalah sebagian dari hidupku.”

“Kalau begitu aku akan menghancurkan kepercayaan dirimu, agar aku bisa membunuhmu lebih dulu!” Kemudian tanpa mengucap sepatah kata apapun, Elder menarik pergelangan tangan gadis itu. Membuat Lauretta terjatuh di pangkuannya.

Sebelah tangannya menarik pinggang ramping Lauretta, mengikis jarak yang membuat tubuh mereka saling bersentuhan. Lauretta tersentak saat jarak wajahnya dengan Elder sangat dekat. Bergerak sedikit saja bisa membuat ujung hidung mereka saling bersentuhan.

“Coba saja,” ucap Elder dengan seringai licik di wajahnya. Ia menjatuhkan tubuhnya hingga kembali merebah di ranjang dengan posisi Lauretta yang berada di atasnya. Membuat wajah mereka hampir bertubrukan jika saja Lauretta tak memalingkan muka. Bibir itu tanpa sengaja mengecup pipi Lauretta. Laki-laki itu berbisik, “Aku masih lelah, temani aku.”

“Ah! Kupikir aku datang di waktu yang tidak tepat.” Secara tidak sengaja Lucy membuka pintu kamar.

Gegas Lauretta segera bangkit mengabaikan Elder yang terlihat benar-benar sangat lelah. Kelopak mata laki-laki itu kembali terpejam. Lauretta menelan ludah kasar untuk membasahi tenggorokannya yang kering. Lucy pasti berpikir macam-macam tentang dia dan Tuannya.

“Jangan terkejut seperti itu, Lau. Bukankan yang seperti itu sudah biasa di negara ini?” kekeh Lucy berjalan mendekat ke arah Lauretta. Membawakan paperbag berisi beberapa pakaian untuk Lauretta. “Aku membawakan pakaian untukmu.”

Tangan Lauretta terlurur menerima paperbag itu disertai senyuman canggung. “T-terimakasih.”

Lucy melangkah mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga Lauretta. “Dia Tuanmu sekarang, lakukan yang ia inginkan kalau kau mau bertahan lebih lama. Asal jangan melebihi batasan.”

Melebihi batasan? Bahkan selalu Elder yang melebihi batasannya. Namun yang Lauretta lakukan hanyalah mengangguk.

“Santai saja kepadaku. Kamu bisa memanggilku kalau ada sesuatu.”

Untuk kedua kalinya Lauretta mengangguk. “Apa kau juga selalu melakukan itu?” bisik Lauretta. Lucy memiringkakn kepalanya seolah bertanya ‘apa?’.

“Selalu menuruti perintahnya untuk bertahan hidup.” Lauretta masih tidak berani mengeraskan suaranya.

“Ya, sampai sekarang,” balas Lucy tak kalah lirih.

“Apa pernah terjadi accident juga antara kalian?”

Pertanyaan Lauretta sukses membuat Lucy terdiam. Senyumnya sekarang terlihat kaku. “Tidak. Dia selalu menjaga kehormatanku.”

“Begitukah?” Reflek nada bicara Lauretta berubah tinggi. Tanpa tahu kalau suaranya membuat Elder terusik. Sebenarnya gadis itu tidak lepas dari lirikan tajamnya. 

Selanjutnya, Lucy berjalan ke kamar mandi. Membuat Lauretta melongokkan kepala karena penasaran.

“Dia menyiapkan keperluan bekerjaku.” Terjawab sudah rasa penasaran Lauretta setelah mendengar jawaban Elder. Laki-laki itu masih duduk bersila sambil mengumpulkan nyawa. “Harusnya kau juga belajar darinya, agar aku tidak merasa rugi telah membelimu.”

“Hell! Aku bukan budak!” Rasanya emosi Lauretta selalu dibuat memuncak karena ucapan sialan yang keluar dari mulut manis Elder. 

Elder kembali menyeringai. “But I want, treat you like that.”

“In your dream!” 

****

Meja makan itu terdengar sangat hening, hanya ada dentingan sendok dan garpu yang ditimbulkan Lauretta. Ia sendirian di meja makan. Menanti Lucy dan Elder yang tak kunjung turun padahal makanan Lauretta sudah hampir habis.

Namun acara sarapannya terasa tidak senyaman saat ia masih bersama Dami dulu. Dua orang laki-laki berbadan besar berdiri tegap di samping kanan dan kirinya untuk memastikan kalau ia tidak akan melarikan diri. 

Tak lama kemudian Elder datang dengan langkah yang berderap. Laki-laki itu berjalan sambil mengancingkan jas kerja yang dipakainya. Jika seperti ini, ketampanannya meningkat berkali-kali lipat. Tampak semakin berwibawa dengan surai kecoklatan yang disisir ke atas. Dihadapan  orang tak dikenal, mungkin mereka akan mengira kalau Elder sosok Pangeran yang digilai di kisah klasik novel remaja. Padahal yang sebenarnya ia tak jauh berbeda dengan moster.

Lucy berjalan cepat berusaha menyusul Elder. Yang membuat mereka terlihat aneh adalah ekspresi wajah Elder yang terlihat marah. Berbeda sekali dengan terakhir kali Lauretta bersamanya. 

Tanpa mengucap sepatah kata pun, Elder menyambar sandwich yang sudah disiapkan lalu memakannya sambil berjalan keluar. Lauretta kebingunan dengan perubahan itu. Pandangannya bergulir ke arah Lucy yang menghela nafas berat. “Dia kenapa?” tanya Lauretta.

Tatapan bengis yang Lucy tunjukkan padanya pun semakin meningkatkan kecurigaan bagi Lauretta. Tidak biasanya Lucy yang biasanya selalu tersenyum manis, sekarang seolah-olah sangsi padanya. “Karena kau!”

****

Bab terkait

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 5 ㅡ Me?

    Melihat Lucy yang begitu lihai menyiapkan segala keperluan kerjanya, Elder mengeringkan rambutnya yang basah karena habis mandi sambil memperhatikan Lucy. "Seharusnya kamu tidak perlu seperti ini."Lucy meletakkan kemeja putih itu di atas jas hitam yang sudah disiapkan. Tubuhnya berputar menatap Elder balik. "Tidak masalah bagiku, El. Anggap saja aku sedang belajar melakukan tugas sebagai seorang istri.""Pacarmu akan marah kalau dia tahu ini." Elder berjalan mengambil kemeja yang disiapkan Lucy. Kemudian ke bilik untuk berganti pakaian.Lucy terkekeh mendengar itu. "Aku tidak punya pacar, El. Berapa kali sudah ku katakan, hm?"Lucy sebenarnya gadis yang manis dan hangat. Namun belum cukup menarik perhatian Elder. Laki-laki lebih tertarik pada gadis polos yang suka berbicara dengan nada tinggi, menurutnya lebih menantang. "Kalau begitu sege

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 6 ㅡ Yes, You Are.

    "Ya, kau." Desis Elder pelan. Hangat tubuh Lauretta menyebabkan gelayar aneh yang membuat miliknya menegang.Lauretta menipiskan bibirnya, bergerak-gerak meronta minta dilepaskan. Namun tenaga Elder jauh lebih kuat darinya. Laki-laki itu mendominasi. "Tidak mau.""Aku memaksa, Lau." Bisikan itu seolah membuat Lauretta semakin ingin segera lepas."Memangnya siapa kau?!" Suara Lauretta meninggi. Sungguh sebal dengan sifat Elder yang semaunya."Aku Tuanmu. Jangan membantah atauㅡ""Pergi!" Gadis itu berteriak keras. Dalam hati berharap ada yang mendengar suaranya.Elder terkekeh pelan, lalu melonggarkan pelukannya. Melepas Lauretta hingga dengan cepat gadis itu menjauh darinya. Ia senang melihat wajah Lauretta yang merah padam, sangat menggemaskan. "Kau salah memilih kolam ini. Sekencang apapun kau berteriak, tidak akan ada yang mendengar."&nb

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 7 ㅡ Why Me?

    Lauretta menelan ludah kasar mendengar Elder yang secara gamblang mengatakan kalau ia lebih dari sekedar psikopat. Dilihat dari wajahnya saja, Elder memang terlihat memiliki aura pembunuh."Aku tidak mau tidur sekamar denganmu lagi. Aku trauma!" protes Lauretta."Memang siapa kau?" Laki-laki itu mengangkat satu alisnya, melihat Lauretta dengan ekspresi merendahkan."Aku pemilik rumah ini sebelumnya.""Aku yang berkuasa sekarang. Kau bisa apa?" Sekelebat bayangan hitam yang tampak dari jendela berhasil Elder tangkap melalui lirikan mata. Gerakan itu mencurigakan. Namun Elder tetap memasang wajah tenang, seolah tidak ada apapun.Saat Lauretta mencebik, tiba-tiba Elder mendekapnya. Kepalanya menabrak dada bidang Elder, Lauretta memekik tertahan."Sst ... Pejamkan matamu. Jangan berteriak kalau mendengar suara keras," bisik Elder di telinga Lauretta. Kemudian laki-laki itu men

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 8 ㅡ Bad Feeling

    Jelas saja setelah mendengar suara itu, Lucy menatap Kelly dengan wajah tegang. Sementara Kelly memaksa wajahnya untuk tetap terlihat tenang.“Sudah berapa lama kau disana?” ketus Kelly.“Aku ingat betul bagaimana ia menggunakannya dulu.” Lauretta mengutip kalimat Kelly. “Sejak kalimat itu kau ucapkan.”Batin Kelly merutuk. “Kenapa tidak mengetuk pintu dahulu sebelum masuk?” tukasnya dengan nada dingin.“Eum ... soal itu, aku minta maaf. Aku sangat penasaran saat kalian menyebut nama Ayahku.”“Ayah? Memang siapa Ayahmu?” Lucy mengikuti permainan Kelly untuk memanipulasi Lauretta.Gadis berambut kecoklatan itu menggigit bibir bawahnya sebentar. Kemudian mengaku. “Alexander Blythe.”Kelly tertawa keras mendengarnya, diikuti Lucy yang melakukan hal yang sama. “Maksudmu k

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 9 ㅡ Get Jealous

    Setelah cukup lama mematung di ambang pintu, Lucy membuka kenop pintu secara perlahan. Kakinya melangkah masuk berusaha tidak menimbulkan suara yang mengganggu. Amplop cokelat berisi dokumen tentang Blythe ia taruhh di meja kerja Elder.Masih dengan perasaan yang sesak, Lucy mengambil selimut dan menyelimuti mereka berdua. Geraham Lucy gemeretak menahan geram. Ia masih belum bisa menerima Elder yang memilih lebih dekat dengan gadis pendatang ini.Melihat wajah mereka yang sangat damai, Lucy memutuskan pergi dari ruangan itu dengan perasaan cemburunya.****Pagi datang secepat angin lalu. Lauretta mengerjapkan mata saat sinar matahari mencoba menembus retinanya. Parfum maskulin langsung menyeruak setelah kesadarannya telah penuh.Keningnya mengernyit menyadari adanya selimut yang mengangatkan tubuh mereka. Pipi Lauretta memanas. Pandangannya bergulir pada Elder yang masih terlelap. Tetap saja, laki-laki itu sempurna secara fisik.

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 1 ㅡ The Prince

    Lauretta Blythe, terpaksa menjalani kehidupan bak cinderella di cerita dongeng Disney. Ia tinggal bersama ibu tirinya yang kejam setelah Sang Ayah memutuskan untuk melarikan diri.Ingin sekali Lauretta meneriakkan rindu pada Ayahnya. Namun harap hanya sekedar harapan. Ayahnya menghilang entah kemana. Entah masih hidup atau sudah mati Laure tidak tau.Bunyi berderit terdengar kala pintu kayu yang mulai usang itu dibuka. Membuat Lauretta berpura-pura tertidur. Sebenarnya rumah mereka cukup bagus, namun Ibu tirinya sengaja menempatkannya di kamar ini. Tak boleh keluar sebelum ia membukanya.Suara high heels itu beradu dengan lantai semen hingga menimbulkan suara berketuk. Namanya, Dami, wanita anggun namun berwatak keras.Dami duduk di ranjang Lauretta untuk membangunkannya, jari lentiknya mengelus wajah Lauretta berharap gadisnya itu mau membukakan mata. "Sayang ... Sudah saatnya kau bekerja."Lauretta hidup bagai kelelawar. Kala siang ia tidur

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 2 ㅡ Propose

    Lucy tidak bisa ikut dengan Lauretta ke Los Angeles karena masih ada yang harus ia selesaikan. Ia sendirian menuju kediaman Dami, membawa selongsong pistol yang sudah diisi peluru penuh. Topeng dengan wajah tersenyum itu ia gunakan untuk menutupi wajah aslinya. Tubuhnya dibalut jubah hitam dengan tudung yang menutupi setengah wajahnya.Wanita itu berjalan mengendap ke sisi rumah Dami. Berusaha sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Ia berjalan ke dekat jendela mengintip Dami yang sedang menikmati uang yang ia beri tadi.Lucy tersenyum miring dari balik topengnya. Kesenangan Dami tak akan berlangsung lama. Melalui celah jendela ia menyelipkan ujung pistolnya. Membidik tepat di kepala Dami. Hingga akhirnya membidiknya tepat melalui senapan yang sudah diberi peredam itu.Dalam hitungan detik kepala Dami memuncratkan darah segar. Kepalanya langsung tergelak lemas dengan kedua mata yang membelalak. Ibu kejam itu mati seketika.Lucy menaikkan topengnya k

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 3 ㅡ He's Become a Jerk!

    Lauretta tercekat mendengarnya. Sebenarnya tak cukup tahu mengenai cerita lama keluarga mereka. Dan mengenai siapa Elder, dia juga baru tahu kalau laki-laki itu termasuk dari anggota mafia bertopeng itu. “Jadi, apa kau akan membunuhku?”Sungguh, Lauretta sebenarnya takut dengan manik hijau yang menyorotnya tajam seperti itu. “Pasti. Setelah aku mendapatkan apa yang aku inginkan.”“Kau masih punya keinginan selain itu?” Elderick mengangguk singkat sebagai jawaba iya. “Apa itu?”“Menikmatimu sebelum membunuhmu.” Elder mengulum bibir bawahnya. Matanya turun ke bawah mengamati baju Lauretta yang masih basah, bahkan sekarang pakaian dalam Lauretta pun terlihat menggoda. “Pasti akan sangat menyenangkan.”Wajah Lauretta merengut galak. “Dasar psikopat!”Elder menghela, mengacuhkan Lauretta tanpa membalas satu kata pun. Kakinya melangkah menuju lemarinya, mengambil se

Bab terbaru

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 9 ㅡ Get Jealous

    Setelah cukup lama mematung di ambang pintu, Lucy membuka kenop pintu secara perlahan. Kakinya melangkah masuk berusaha tidak menimbulkan suara yang mengganggu. Amplop cokelat berisi dokumen tentang Blythe ia taruhh di meja kerja Elder.Masih dengan perasaan yang sesak, Lucy mengambil selimut dan menyelimuti mereka berdua. Geraham Lucy gemeretak menahan geram. Ia masih belum bisa menerima Elder yang memilih lebih dekat dengan gadis pendatang ini.Melihat wajah mereka yang sangat damai, Lucy memutuskan pergi dari ruangan itu dengan perasaan cemburunya.****Pagi datang secepat angin lalu. Lauretta mengerjapkan mata saat sinar matahari mencoba menembus retinanya. Parfum maskulin langsung menyeruak setelah kesadarannya telah penuh.Keningnya mengernyit menyadari adanya selimut yang mengangatkan tubuh mereka. Pipi Lauretta memanas. Pandangannya bergulir pada Elder yang masih terlelap. Tetap saja, laki-laki itu sempurna secara fisik.

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 8 ㅡ Bad Feeling

    Jelas saja setelah mendengar suara itu, Lucy menatap Kelly dengan wajah tegang. Sementara Kelly memaksa wajahnya untuk tetap terlihat tenang.“Sudah berapa lama kau disana?” ketus Kelly.“Aku ingat betul bagaimana ia menggunakannya dulu.” Lauretta mengutip kalimat Kelly. “Sejak kalimat itu kau ucapkan.”Batin Kelly merutuk. “Kenapa tidak mengetuk pintu dahulu sebelum masuk?” tukasnya dengan nada dingin.“Eum ... soal itu, aku minta maaf. Aku sangat penasaran saat kalian menyebut nama Ayahku.”“Ayah? Memang siapa Ayahmu?” Lucy mengikuti permainan Kelly untuk memanipulasi Lauretta.Gadis berambut kecoklatan itu menggigit bibir bawahnya sebentar. Kemudian mengaku. “Alexander Blythe.”Kelly tertawa keras mendengarnya, diikuti Lucy yang melakukan hal yang sama. “Maksudmu k

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 7 ㅡ Why Me?

    Lauretta menelan ludah kasar mendengar Elder yang secara gamblang mengatakan kalau ia lebih dari sekedar psikopat. Dilihat dari wajahnya saja, Elder memang terlihat memiliki aura pembunuh."Aku tidak mau tidur sekamar denganmu lagi. Aku trauma!" protes Lauretta."Memang siapa kau?" Laki-laki itu mengangkat satu alisnya, melihat Lauretta dengan ekspresi merendahkan."Aku pemilik rumah ini sebelumnya.""Aku yang berkuasa sekarang. Kau bisa apa?" Sekelebat bayangan hitam yang tampak dari jendela berhasil Elder tangkap melalui lirikan mata. Gerakan itu mencurigakan. Namun Elder tetap memasang wajah tenang, seolah tidak ada apapun.Saat Lauretta mencebik, tiba-tiba Elder mendekapnya. Kepalanya menabrak dada bidang Elder, Lauretta memekik tertahan."Sst ... Pejamkan matamu. Jangan berteriak kalau mendengar suara keras," bisik Elder di telinga Lauretta. Kemudian laki-laki itu men

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 6 ㅡ Yes, You Are.

    "Ya, kau." Desis Elder pelan. Hangat tubuh Lauretta menyebabkan gelayar aneh yang membuat miliknya menegang.Lauretta menipiskan bibirnya, bergerak-gerak meronta minta dilepaskan. Namun tenaga Elder jauh lebih kuat darinya. Laki-laki itu mendominasi. "Tidak mau.""Aku memaksa, Lau." Bisikan itu seolah membuat Lauretta semakin ingin segera lepas."Memangnya siapa kau?!" Suara Lauretta meninggi. Sungguh sebal dengan sifat Elder yang semaunya."Aku Tuanmu. Jangan membantah atauㅡ""Pergi!" Gadis itu berteriak keras. Dalam hati berharap ada yang mendengar suaranya.Elder terkekeh pelan, lalu melonggarkan pelukannya. Melepas Lauretta hingga dengan cepat gadis itu menjauh darinya. Ia senang melihat wajah Lauretta yang merah padam, sangat menggemaskan. "Kau salah memilih kolam ini. Sekencang apapun kau berteriak, tidak akan ada yang mendengar."&nb

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 5 ㅡ Me?

    Melihat Lucy yang begitu lihai menyiapkan segala keperluan kerjanya, Elder mengeringkan rambutnya yang basah karena habis mandi sambil memperhatikan Lucy. "Seharusnya kamu tidak perlu seperti ini."Lucy meletakkan kemeja putih itu di atas jas hitam yang sudah disiapkan. Tubuhnya berputar menatap Elder balik. "Tidak masalah bagiku, El. Anggap saja aku sedang belajar melakukan tugas sebagai seorang istri.""Pacarmu akan marah kalau dia tahu ini." Elder berjalan mengambil kemeja yang disiapkan Lucy. Kemudian ke bilik untuk berganti pakaian.Lucy terkekeh mendengar itu. "Aku tidak punya pacar, El. Berapa kali sudah ku katakan, hm?"Lucy sebenarnya gadis yang manis dan hangat. Namun belum cukup menarik perhatian Elder. Laki-laki lebih tertarik pada gadis polos yang suka berbicara dengan nada tinggi, menurutnya lebih menantang. "Kalau begitu sege

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 4 ㅡ Because of You

    Lauretta menepis kasar tangan besar itu, mengambil guling dan meletakkannya di tengah-tengah mereka untuk pembatas. Posisinya berbalik memunggungi Elder. Sementara laki-laki itu malah menyingkirkan guling itu dan mendekat kembali memeluk pinggang kecil Lauretta.Gadis itu tampak tidak nyaman dengan pelukannya, Elder sama sekali tidak peduli. “You’re mine.”“Jangan mimpi!” balas Lauretta dengan mata yang terpejam sempurna. Mengabaikan pelukan Elder yang terasa menggelitik.****Kicau burung itu membuat tidur Lauretta terusik. Matanya mengerjap sayu saat cahaya yang menembus celah jendela itu terasa menusuk retinanya. Di pinggangnya masih ada lengan kekar Elder, bedanya sekarang ia menghadap pada wajah tampan pria yang masih terlelap itu.Jika dilihat-lihat, wajah Elder saat tertidur sangat tenang. Bulu mata lentik laki-laki itu sangat menawan. Bibir berisinya sedikit terbuka menimbulkan suara dengkuran halus. Ramb

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 3 ㅡ He's Become a Jerk!

    Lauretta tercekat mendengarnya. Sebenarnya tak cukup tahu mengenai cerita lama keluarga mereka. Dan mengenai siapa Elder, dia juga baru tahu kalau laki-laki itu termasuk dari anggota mafia bertopeng itu. “Jadi, apa kau akan membunuhku?”Sungguh, Lauretta sebenarnya takut dengan manik hijau yang menyorotnya tajam seperti itu. “Pasti. Setelah aku mendapatkan apa yang aku inginkan.”“Kau masih punya keinginan selain itu?” Elderick mengangguk singkat sebagai jawaba iya. “Apa itu?”“Menikmatimu sebelum membunuhmu.” Elder mengulum bibir bawahnya. Matanya turun ke bawah mengamati baju Lauretta yang masih basah, bahkan sekarang pakaian dalam Lauretta pun terlihat menggoda. “Pasti akan sangat menyenangkan.”Wajah Lauretta merengut galak. “Dasar psikopat!”Elder menghela, mengacuhkan Lauretta tanpa membalas satu kata pun. Kakinya melangkah menuju lemarinya, mengambil se

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 2 ㅡ Propose

    Lucy tidak bisa ikut dengan Lauretta ke Los Angeles karena masih ada yang harus ia selesaikan. Ia sendirian menuju kediaman Dami, membawa selongsong pistol yang sudah diisi peluru penuh. Topeng dengan wajah tersenyum itu ia gunakan untuk menutupi wajah aslinya. Tubuhnya dibalut jubah hitam dengan tudung yang menutupi setengah wajahnya.Wanita itu berjalan mengendap ke sisi rumah Dami. Berusaha sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Ia berjalan ke dekat jendela mengintip Dami yang sedang menikmati uang yang ia beri tadi.Lucy tersenyum miring dari balik topengnya. Kesenangan Dami tak akan berlangsung lama. Melalui celah jendela ia menyelipkan ujung pistolnya. Membidik tepat di kepala Dami. Hingga akhirnya membidiknya tepat melalui senapan yang sudah diberi peredam itu.Dalam hitungan detik kepala Dami memuncratkan darah segar. Kepalanya langsung tergelak lemas dengan kedua mata yang membelalak. Ibu kejam itu mati seketika.Lucy menaikkan topengnya k

  • Bastard Prince Who Obsessed With Me   Bab 1 ㅡ The Prince

    Lauretta Blythe, terpaksa menjalani kehidupan bak cinderella di cerita dongeng Disney. Ia tinggal bersama ibu tirinya yang kejam setelah Sang Ayah memutuskan untuk melarikan diri.Ingin sekali Lauretta meneriakkan rindu pada Ayahnya. Namun harap hanya sekedar harapan. Ayahnya menghilang entah kemana. Entah masih hidup atau sudah mati Laure tidak tau.Bunyi berderit terdengar kala pintu kayu yang mulai usang itu dibuka. Membuat Lauretta berpura-pura tertidur. Sebenarnya rumah mereka cukup bagus, namun Ibu tirinya sengaja menempatkannya di kamar ini. Tak boleh keluar sebelum ia membukanya.Suara high heels itu beradu dengan lantai semen hingga menimbulkan suara berketuk. Namanya, Dami, wanita anggun namun berwatak keras.Dami duduk di ranjang Lauretta untuk membangunkannya, jari lentiknya mengelus wajah Lauretta berharap gadisnya itu mau membukakan mata. "Sayang ... Sudah saatnya kau bekerja."Lauretta hidup bagai kelelawar. Kala siang ia tidur

DMCA.com Protection Status