Share

Bab 74

SEJAK hari itu Sitadewi tak pernah lagi menggoda Seta. Perempuan itu berusaha menghormati perasaan sang prajurit yang belum lama kehilangan isteri tercinta.

Sitadewi menyadari, tentunya bukan perkara mudah bagi Seta untuk menghapus kenangan buruk tersebut. Isterinya meninggal dalam keadaan yang tak pernah diinginkan wanita mana pun di dunia ini.

Sitadewi juga semakin memahami alasan di balik sikap prajurit tersebut. Sikap yang begitu menghargainya sebagai seorang perempuan. Sekali pun ia bekerja sebagai jalir.

Bahkan kemudian sang prajurit mendorongnya untuk keluar dari kubangan lembah kenistaan. Memintanya hidup sebagai perempuan baik-baik.

“Martabat seorang perempuan terletak pada kemaluannya, Sita, Jangan sampai kau mati dalam keadaan menggadaikan kehormatan.”

Demikian yang berulang kali Seta ucapkan pada Sitadewi. Ucapan yang langsung lengket dalam ingatan gadis itu sejak pertama kali ia

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status