Ucapan itu di akhir mengandung makna yang lebih dalam. Hantu Senyap juga menangkap pesan tersembunyi dalam kata-kata Varel. Anak ini punya dukungan di belakangnya?Hantu Senyap berpikir sejenak, lalu merasa memang ada kemungkinan besar. Kalau tidak, bagaimana mungkin seorang pemuda yang baru berusia 20 tahunan bisa mencapai tingkat pembangunan fondasi? Jika benar begitu, dia harus lebih berhati-hati.Hantu Senyap mulai merasa ragu. Ditambah lagi dengan kehadiran Varel di sini, membunuh Afkar saat ini memang mustahil. Itu sebabnya, dia pun mengambil langkah mundur dengan bijaksana.Hantu Senyap akan melihat situasi tujuh hari lagi. Jika benar Afkar memiliki latar belakang yang kuat, dalam tujuh hari seharusnya dia sudah berhasil menghubungi keluarganya.Saat itu tiba, walaupun muridnya mati percuma, Hantu Senyap hanya bisa menerimanya. Namun, kalau ternyata Afkar tidak punya dukungan apa pun ....Dengan pikiran seperti itu, Hantu Senyap melirik Afkar dengan tatapan dingin yang tajam seb
Setelah Hantu Senyap meninggalkan tempat itu, dia langsung menuju rumah Keluarga Manggala. Saat itu, Qaila dan Reno sudah menunggu dengan penuh harap.Qaila bertanya dengan penuh antusias, "Senior, gimana? Apa Afkar sudah kamu habisi?"Reno juga menatap penuh harapan. Dia tidak sabar mendengar kabar kematian Afkar. Namun, Hantu Senyap hanya mendengus dingin lalu menggelengkan kepala. Dia memberi tahu, "Belum." Mendengar jawaban itu, Qaila dan Reno langsung tercengang. Qaila pun melanjutkan, "Apa? Be ... belum? Senior, jangan bilang kalau kamu juga bukan tandingan dia?"Reno terlihat ragu. Pikirannya penuh tanda tanya. Sehebat itukah Afkar? Bahkan, Pencabut Nyawa saja tidak bisa membunuhnya. Sekarang, bahkan gurunya pun gagal?Begitu mendengar ucapan itu, mata Hantu Senyap langsung menyipit dengan dingin. Tiba-tiba, dia mencengkeram leher Qaila dan mengangkatnya.Hantu Senyap memaki, "Dasar jalang! Muridku mati di Kota Nubes demi bantu kalian menghadapi Afkar. Kamu masih berani cerewet
Qaila melanjutkan, "Kalau bisa langsung bunuh Afkar, itu malah lebih baik! Kita nggak perlu unggu tujuh hari lagi deh!"Mendengar itu, mata Reno langsung berbinar. Kemudian, dia merespons, "Benar! Hahaha! Kalau kita sebarkan kabar bahwa Afkar sedang terluka parah, pasti akan ada orang yang memanfaatkan kesempatan ini untuk menghabisinya!"....Setelah kembali ke Vila Emperor, Afkar segera menelepon Mateo. Dia sempat ragu, apakah perlu memberi tahu sahabatnya bahwa dirinya sedang terluka parah agar Mateo bisa kembali untuk membantu melindungi Shafa.Namun setelah berpikir sejenak, Afkar memutuskan untuk tidak memberitahunya. Sebagai gantinya, dia hanya menanyakan apakah Mateo baru-baru ini mendapatkan sumber daya kultivasi dengan menukar pil obat.Bukan karena Afkar tidak memercayai Mateo, tetapi karena dia tidak ingin ada siapa pun yang tahu tentang kondisinya.Selain itu, Shafa dan Felicia masing-masing memiliki Jimat Pencabut Nyawa yang diberikan olehnya. Jadi saat menghadapi orang b
Mendengar David memuji Afkar, Noah memaki dengan kesal, "Sialan! Hebat apanya! Aku rasa kamu sudah ketakutan setengah mati gara-gara Afkar, 'kan?"David bertanya dengan hati-hati, "Bukan begitu, Pak Noah. Tapi, dari mana kamu dapat berita ini? Apa bisa dipercaya?""Dari Keluarga Lufita!" Nada suara Noah terdengar dingin ketika menjawab demikian."Keluarga Lufita? Maksudmu Keluarga Lufita dari ibu kota provinsi? Apa mereka bisa dipercaya? Jangan-jangan mereka cuma ingin memanfaatkan kita?" tanya David. Dia yang licik dan penuh curiga langsung menangkap kemungkinan tersebut."Memanfaatkan kita?" Noah mengernyit, lalu segera memberikan perintah, "Nggak peduli benar atau nggak, awasi Afkar baik-baik selama beberapa hari ke depan. Kalau ada perkembangan apa pun, segera beri tahu aku!""Kalau bajingan itu memang terluka parah atau bahkan mati, pada akhirnya Felicia tetap akan jadi milikku!" Saat mengucapkan itu, ekspresi Noah berubah ganas dan penuh obsesi.Di mata Noah, kini bukan hanya kec
Felicia akhirnya menghapus air matanya, lalu memasang ekspresi dingin. Setelah mengambil berbagai dokumen, dia turun ke lantai bawah."Hari ini kita nggak akan ke perusahaan, langsung saja ke pengadilan negeri!" Suara Felicia sedingin es, seolah-olah bisa membuat udara di sekitarnya membeku.Afkar menatapnya dan menyadari bahwa mata wanita itu agak merah dan bengkak. Jelas sekali, Felicia baru saja menangis!Hal ini membuat dada Afkar terasa sesak. Entah kenapa, ada rasa sakit yang muncul dalam hatinya. Namun, pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangguk pelan.Beberapa saat kemudian, saat Afkar mengendarai mobil dan membawa Felicia keluar dari gerbang vila, tiba-tiba sebuah mobil Mercedes-Benz melaju ke arah mereka dan berhenti tepat di depan gerbang, menghalangi jalan mereka!Segera setelah itu, tiga orang turun dari mobil tersebut. Mereka adalah Victor, Kepala Keluarga Permono, serta Yola.Selain mereka berdua, ada juga seorang pria paruh baya dengan wajah dingin dan
Saat itu juga, sebuah Audi Q7 melaju ke arah mereka dan berhenti di kejauhan. Di dalam mobil, duduk Renhad bersama Viola dan orang kepercayaan Renhad, Jonas."Heh, sepertinya ada yang datang lebih dulu dari kita?" Renhad menatap situasi di depan dengan senyuman dingin di wajahnya."Bukankah itu Victor dan Yola dari Keluarga Permono? Sepertinya mereka juga sudah dengar kabar kalau Afkar terluka parah!" kata Viola dengan nada mengejek."Gimana sekarang?" tanya Jonas yang menunggu perintah."Kita tunggu dan lihat dulu situasinya, nggak perlu terburu-buru. Biarkan Keluarga Permono yang menguji kekuatannya dulu, hehe ...," jawab Renhad dengan tatapan licik."Hahaha ... ini benar-benar saat yang sempurna untuk menjatuhkan orang yang sudah lemah! Aku ingin lihat apakah Afkar bisa selamat hari ini atau nggak!" Viola tertawa dengan puas.Sementara itu, mendengar ejekan Afkar tadi, Yola dan Victor menunjukkan senyuman dingin di wajah mereka.Yola memelototi Afkar, seolah-olah baru menyadari sesu
Ini ... ini bagaimana bisa terjadi? Kenapa bisa seperti ini?"Siapa yang memberi tahu kalian kalau aku kehilangan kekuatanku? Hm?" Saat ini, Afkar menatap Yola dan Victor dengan dingin. Senyuman jahat terpampang di wajahnya."Ka ... kamu jangan mendekat!" Yola terlihat sangat ketakutan hingga mundur beberapa langkah.Victor berkeringat dingin, memaksakan senyuman yang lebih buruk dari tangisan. "Pak ... Pak Afkar, ini semua cuma kesalahpahaman! Temanku yang tergila-gila pada seni bela diri ini, bersikeras ingin duel denganmu! Karena kamu sudah membunuhnya, kami akan pergi!"Setelah berkata demikian, Victor buru-buru menarik Yola dan masuk ke mobil dengan ketakutan. Mereka takut Afkar juga akan menghancurkan kepala mereka!Afkar berdiri di sana, terkekeh-kekeh. "Bawa mayatnya!"Tubuh Victor menegang. Dia bertukar pandangan dengan Yola, lalu mengangkat tubuh Fredy ke dalam mobil dengan enggan. Kemudian, mereka kabur!Saat itu, mata Afkar yang tajam berkilat dingin. Dia berjalan menuju Au
Setelah semua orang pergi, Afkar kembali ke dalam mobil tanpa mengatakan apa pun.Felicia juga masuk, lalu menatap Afkar dengan bingung. "Sebenarnya ada apa? Kenapa mereka semua mengira kamu kehilangan kekuatanmu?"Afkar tetap diam. Dia hanya menggeleng tanpa berkata apa pun.Melihat sikapnya, wajah cantik Felicia langsung tampak kesal. "Afkar! Sekarang kamu sudah hebat ya? Bahkan bicara denganku pun nggak sudi lagi?"Afkar menunjukkan senyuman pahit. Namun, detik berikutnya, wajahnya tiba-tiba memerah dan tampak aneh!"Pfftt!" Karena tidak bisa menahan lagi, Afkar menyemburkan darah dari mulutnya.Sebelumnya, kekuatan Afkar berada di tingkat pembangunan fondasi tahap menengah. Dia memiliki energi sejati yang dahsyat dan fisik yang kuat. Bahkan tanpa energi internal dan energi sejati, dia masih mampu membunuh seorang ahli tingkat gulita dengan kekuatan fisiknya.Namun, serangan tadi memperparah cederanya. Sebenarnya, dia ingin menahannya dan tidak menunjukkan kelemahan di depan siapa p
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih