Ketika mendengar Afkar bertanya seperti itu, Denny segera menjawab dengan panik, "Sekalipun nyawaku besar, aku nggak akan berani membencimu. Lagi pula, tadi anak durhaka itu hampir mencelakaiku. Kalaupun kamu nggak membunuhnya, aku juga akan menghabisinya nanti!""Tindakanmu ini sudah benar! Terima kasih karena sudah membantuku membersihkan aib keluarga!"Mendengar kata-kata ini, semua orang di sekitar menunjukkan ekspresi dingin dan mengejek. Ayah dan anak ini sama-sama menunjukkan sifat mereka yang paling hina. Demi menyelamatkan nyawa masing-masing, yang satu menyalahkan ayahnya, sementara yang satu malah memuji pembunuh anaknya sendiri.Afkar tersenyum dingin. Awalnya dia berniat membunuh Denny juga. Namun, ketika dia hendak bertindak, tiba-tiba dia teringat pada Wulan."Aku bisa membiarkanmu hidup, tapi sahammu di King's Brew harus diserahkan kepada Wulan. Nggak keberatan, 'kan?""Nggak! Aku nggak keberatan! Hari ini Wulan telah mengalami trauma, sudah sewajarnya aku memberikan ko
Kemudian, Fadly berjalan ke beberapa peti lain dan memeriksa isinya. Ekspresinya langsung berubah menjadi takjub.Namun, Fadly tidak bersuara. Dia hanya menutup kembali peti-peti itu, lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengangkat ke mobil dan membantu Afkar mengangkutnya ke Vila Emperor.Fadly juga meminta Elang untuk mengantar Wulan pulang, sementara dia sendiri naik ke mobil Afkar."Kak, barang-barang ini dari mana? Apa kamu baru saja merampok?" tanya Fadly yang duduk di kursi penumpang depan. Barang-barang itu setidaknya bernilai triliunan. Fadly benar-benar takjub."Itu kompensasi dari ayah Noah," jawab Afkar dengan tenang.Mendengar itu, Fadly terlihat sangat kaget. Dia menyeringai. "Sepertinya mulai sekarang, Noah nggak akan berani lagi mendekati kakakku!"Sambil berbicara, Fadly menatap Afkar dengan penuh kekaguman dan rasa hormat. Fadly sudah mendengar cerita tentang insiden penculikan Felicia oleh Noah. Melihat Keluarga Sanjaya benar-benar mengirimkan hadiah kompensasi, dia
Setelah mendengar kabar duka tentang orang tuanya dari mulut Meara, Afkar pun terpikir untuk kembali ke rumah lamanya.Berhubung pernikahannya masih sekitar sepuluh hari lagi, kemarin Felicia sempat menyebutkan keinginannya untuk melihat tempat di mana Afkar tumbuh besar. Bahkan, Harun dan Gauri juga mengutarakan keinginan yang sama.Afkar tahu bahwa Felicia, beserta ayah dan ibunya, termasuk adik iparnya, benar-benar telah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga mereka. Justru karena itulah mereka ingin mengetahui lebih banyak tentang dirinya.Tentu saja Afkar tidak akan menolak permintaan seperti ini. Namun, sebelum membawa mereka ke sana, dia harus lebih dulu membersihkan rumah lamanya. Jika tidak, rumah itu mungkin sudah terlalu berantakan untuk dimasuki.Keesokan paginya ....Di depan sebuah rumah tua di ujung timur Desa Jara yang berada di bawah administrasi Kota Nubes, sebuah bus kecil berhenti.Afkar melompat turun dari kendaraan, diikuti oleh Fadly di belakangnya. Tak lama
Brukk!Detik berikutnya, Afkar berlutut dab wajahnya tenggelam dalam pakaian orang tuanya. Kesedihan menyelimutinya seutuhnya."Ibu ... Ayah .... Di mana kalian? Kalian benar-benar sudah tiada? Kenapa ... kenapa kalian meninggalkanku? Kenapa kalian pergi ke Tibes waktu itu?""Apa kalian tahu, betapa aku merindukan kalian selama ini ...." Dalam hatinya, Afkar terus menangis dan memanggil mereka berulang kali.Saat ini, yang dia inginkan hanyalah menangis sepuasnya, berlutut di kamar ini, memeluk barang peninggalan mereka, dan melepaskan semua kesedihannya. Namun, dia tahu bahwa dirinya tidak boleh lemah!Saat ini, dia masih belum cukup kuat untuk membiarkan dirinya tenggelam dalam duka. Dia harus tetap tegar!Hanya ketika dia sudah cukup kuat untuk menghadapi dan bahkan menghancurkan Keluarga Kuno Rajendra, setelah dia berhasil membalas dendam untuk kedua orang tuanya. Pada saat itulah, dia akan mengizinkan dirinya menangis dengan sepenuh hati di depan makam mereka.Hanya saat itu, dia
Afkar berjalan ke arah pintu dan memberi isyarat kepada Jarel agar tidak ikut campur. Lalu, dengan tatapan sedikit terkejut, dia menatap wanita modis di depannya dan berkata, "Livia?"Wanita itu mengenakan pakaian yang cukup terbuka sehingga memamerkan kakinya yang jenjang dan putih mulus. Dalam suasana desa yang sederhana, penampilannya tampak sangat mencolok!Livia adalah penduduk asli Desa Jara, seumuran dengan Afkar. Ayahnya memiliki tambang batu di pegunungan sebelah timur desa. Bisa dibilang, dia adalah "orang terkaya" di desa ini dan memiliki cukup banyak anak buah di bawahnya.Karena keluarganya kaya dan ayahnya cukup berpengaruh di wilayah sekitar, Livia tumbuh menjadi seseorang yang angkuh. Sejak kecil, dia tidak pernah memandang penduduk desa yang sebaya dengannya sebagai sosok yang setara, termasuk Afkar.Mereka bersekolah di tempat yang sama saat SD dan SMP, tetapi hampir tidak pernah berinteraksi. Kecuali sebuah insiden di tahun terakhir SMP yang membuat hubungan mereka j
"Ah!"Ternyata, dorongan Afkar tadi terlalu kuat. Livia kehilangan keseimbangan, lalu tersandung dan jatuh terduduk di tanah. Karena memakai sepatu hak tinggi, pergelangan kakinya langsung terkilir!"Kamu berani menyakitiku?!" Livia mengusap pergelangan kakinya dengan ekspresi kesal, lalu tiba-tiba berteriak histeris, "Sayang! Sayang, cepat ke sini! Ada orang yang memukulku!""Livia, kamu kenapa?"Begitu suaranya terdengar, seorang pria berusia sekitar 30-an keluar dari mobil Mercedes-Benz yang terparkir tidak jauh dari sana. Dia berjalan dengan penuh percaya diri. Tangannya penuh tato, kepalanya dipotong cepak, dan lehernya dihiasi rantai emas besar serta jam tangan mewah.Dari penampilannya, sudah jelas bahwa dia bukan orang biasa. Dia adalah Dargo, seorang preman terkenal dari Kota Taraka. Tambang batu milik keluarga Livia berada di bawah perlindungannya dan karena sering berurusan, akhirnya dia dan Livia pun menjadi sepasang kekasih.Begitu sampai di hadapan Afkar, Dargo langsung m
Sebenarnya, para pria yang berada di dalam halaman sudah lama memperhatikan bahwa Livia sedang bersikeras mengganggu Afkar. Namun, karena itu hanya masalah dengan seorang wanita, mereka malas ikut campur.Namun, begitu Dargo muncul dan mulai menggertak Afkar, situasinya menjadi berbeda. Meskipun mereka tahu Afkar bisa menangani pria seperti Dargo dengan mudah, status Afkar tidak selevel dengan orang rendahan seperti ini.Mana mungkin Afkar harus turun tangan sendiri untuk menghadapi preman kecil seperti ini? Oleh karena itulah, Elang langsung keluar untuk mengurus masalah ini sebelum Afkar harus repot-repot bertindak sendiri.Namun, begitu Dargo mengenali siapa yang berdiri di hadapannya, dan melihat bagaimana Livia masih berani menghina Elang, tubuhnya langsung gemetar ketakutan. Tanpa berpikir panjang, dia menampar Livia dengan keras."Dasar perempuan bodoh! Tutup mulutmu!"Livia membelalakkan mata. Dia merasa terkejut sekaligus marah, sambil menutupi pipinya yang kini memerah karena
Setelah berkata demikian, Afkar langsung berbalik dan masuk ke dalam rumah, malas berurusan lebih lama dengan Livia."Baik, Pak Afkar!" Elang membungkuk hormat, lalu menoleh ke Dargo dengan tatapan dingin."Pak Afkar adalah suami Bu Felicia. Kamu pikir dia akan tertarik sama perempuan begini? Hah! Konyol sekali! Dan kamu harus bersyukur kata-kata bodohmu tadi nggak terdengar sama bosku.""Cepat pergi dari sini, jangan ganggu kami bersih-bersih! Bawa juga perempuan ini dan jangan sampai muncul lagi di sini!"Mencoba menjodohkan wanita untuk kakak ipar Fadly? Apa yang ada di otak mereka?Mendengar kata-kata itu, wajah Livia langsung terasa panas, seolah baru saja ditampar. Wajahnya merah padam menahan malu dan marah.Sementara itu, Dargo terus mengangguk-angguk dengan senyum kecut, tapi matanya secara refleks melirik ke dalam halaman. Begitu dia melihat ke dalam, seluruh tubuhnya langsung membeku."Astaga!! Aku nggak sedang berhalusinasi, 'kan?"Di dalam halaman, sekelompok bos besar dun
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek
Permukaan pusat energi Hantu Senyap memang telah mengeras menjadi bentuk padat, tetapi di dalamnya masih berupa energi cair. Akan tetapi, pusat energi Afkar berbeda. Makin mendekati inti dari pusat energinya, kepadatannya justru makin tinggi.Itu berarti, saat Afkar menembus ke tingkat pembentukan inti, dia akan mulai membentuk intinya dari dalam ke luar. Sementara itu, Hantu Senyap membentuk intinya dari luar ke dalam.Jelas sekali, inti yang terbentuk dari dalam ke luar akan jauh lebih solid dan kuat setelah prosesnya selesai. Inilah yang disebut sebagai pembangunan fondasi sempurna.Hantu Senyap menyaksikan sendiri bagaimana Afkar yang berada di puncak tahap akhir tingkat pembangunan fondasi mampu menekan dirinya yang berada di tingkat pembentukan inti. Dia pun menyadari kemungkinan tersebut."Omong kosong! Pokoknya aku akan menghabisimu!" geram Afkar. Tatapannya menyala penuh semangat tempur."Kamu pikir, kamu bisa membunuhku? Mimpi!" Hantu Senyap meludah darah ke lantai, sementara
Afkar tertawa terbahak-bahak, lalu menerjang ke arah Hantu Senyap dengan penuh semangat tempur. Pada saat ini, tidak ada lagi rasa takut dalam dirinya. Dia ingin melampiaskan semua perasaan terhina yang sebelumnya dirasakannya saat ditindas oleh Hantu Senyap."Eh, jangan sombong!" Ekspresi Hantu Senyap berubah garang saat berucap demikian. Energi dalam tubuhnya bergejolak, darahnya mendidih, dan aura merah pekat meledak keluar dari tubuhnya. Kali ini, dia mengerahkan seluruh kekuatannya tanpa menahan sedikit pun untuk menghadapi Afkar.Buk, buk, buk ....Pertarungan antara dua kekuatan berbeda tingkat pun pecah dalam sekejap. Suara bentrokan antara mereka bergema tiada henti, seperti guntur yang terus mengguncang langit.Di bawah gedung stasiun TV, semua orang yang menyaksikan dari kejauhan menunjukkan ekspresi penuh keraguan dan kebingungan.Harun bertanya dengan cemas, "Apakah itu Afkar yang sedang bertarung?"Fadly berseru dengan serius, "Kak Afkar, bagiku kamu adalah yang terkuat!
Afkar merasa agak bingung. Lawannya jelas memiliki tingkat kultivasi yang lebih tinggi darinya. Secara logika, seharusnya dia tidak bisa menghindar dengan begitu mudah."Papa, semangat!""Afkar, hati-hati!"Dari kejauhan, Shafa dan Felicia yang menyaksikan pertarungan sangat cemas dengan Afkar. Dari sudut pandang mereka, Afkar terus-menerus mundur dan menghindari serangan Hantu Senyap, seolah-olah berada dalam posisi terdesak. Tanpa sadar, keduanya pun mulai khawatir.Mendengar suara mereka, mata Hantu Senyap berkilat. Sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya. Kerutan di wajahnya menjadi makin dalam, lalu senyuman keji mulai terbentuk.Hantu Senyap mencela, "Dasar pengecut! Kali ini, biar kulihat kamu bisa sembunyi ke mana!"Alih-alih melanjutkan serangannya ke Afkar, Hantu Senyap tiba-tiba berbalik dan memelesat menuju Felicia dan Shafa.Melihat ini, ekspresi Afkar berubah drastis. Dalam sekejap, dia mengerahkan seluruh kecepatannya dan bergegas untuk mengadang Hantu Senyap."Hehe! Ter
Felicia tidak ragu sedikit pun. Dia segera menggendong Shafa dan berlari menjauh dari Afkar serta Hantu Senyap secepat mungkin.Felicia tahu bahwa saat ini, baik dirinya maupun Shafa tidak bisa membantu Afkar sama sekali. Tidak menambah beban baginya sudah merupakan bantuan terbesar yang bisa mereka berikan.Hantu Senyap bertanya sambil tersenyum dingin, "Eh, sepertinya lukamu sudah hampir sembuh ya?"Tadi, Afkar sempat melepaskan energi internal yang cukup kuat untuk menghancurkan peralatan siaran langsung. Tindakan itu cukup mengejutkannya.Padahal saat terakhir kali mereka bertarung, Hantu Senyap sudah menghancurkan meridian Afkar dan membuatnya nyaris mati dengan hanya sisa satu tarikan napas. Meskipun tidak mati, pemuda itu seharusnya sudah menjadi cacat.Tidak disangka, hari ini Afkar masih bisa mengeluarkan serangan jarak jauh dengan energi internalnya."Omong kosong! Itu cuma seperti digigit nyamuk, memangnya bisa terasa gatal berhari-hari?" balas Afkar sambil mencibir dengan s