Afkar berjalan ke arah pintu dan memberi isyarat kepada Jarel agar tidak ikut campur. Lalu, dengan tatapan sedikit terkejut, dia menatap wanita modis di depannya dan berkata, "Livia?"Wanita itu mengenakan pakaian yang cukup terbuka sehingga memamerkan kakinya yang jenjang dan putih mulus. Dalam suasana desa yang sederhana, penampilannya tampak sangat mencolok!Livia adalah penduduk asli Desa Jara, seumuran dengan Afkar. Ayahnya memiliki tambang batu di pegunungan sebelah timur desa. Bisa dibilang, dia adalah "orang terkaya" di desa ini dan memiliki cukup banyak anak buah di bawahnya.Karena keluarganya kaya dan ayahnya cukup berpengaruh di wilayah sekitar, Livia tumbuh menjadi seseorang yang angkuh. Sejak kecil, dia tidak pernah memandang penduduk desa yang sebaya dengannya sebagai sosok yang setara, termasuk Afkar.Mereka bersekolah di tempat yang sama saat SD dan SMP, tetapi hampir tidak pernah berinteraksi. Kecuali sebuah insiden di tahun terakhir SMP yang membuat hubungan mereka j
"Ah!"Ternyata, dorongan Afkar tadi terlalu kuat. Livia kehilangan keseimbangan, lalu tersandung dan jatuh terduduk di tanah. Karena memakai sepatu hak tinggi, pergelangan kakinya langsung terkilir!"Kamu berani menyakitiku?!" Livia mengusap pergelangan kakinya dengan ekspresi kesal, lalu tiba-tiba berteriak histeris, "Sayang! Sayang, cepat ke sini! Ada orang yang memukulku!""Livia, kamu kenapa?"Begitu suaranya terdengar, seorang pria berusia sekitar 30-an keluar dari mobil Mercedes-Benz yang terparkir tidak jauh dari sana. Dia berjalan dengan penuh percaya diri. Tangannya penuh tato, kepalanya dipotong cepak, dan lehernya dihiasi rantai emas besar serta jam tangan mewah.Dari penampilannya, sudah jelas bahwa dia bukan orang biasa. Dia adalah Dargo, seorang preman terkenal dari Kota Taraka. Tambang batu milik keluarga Livia berada di bawah perlindungannya dan karena sering berurusan, akhirnya dia dan Livia pun menjadi sepasang kekasih.Begitu sampai di hadapan Afkar, Dargo langsung m
Sebenarnya, para pria yang berada di dalam halaman sudah lama memperhatikan bahwa Livia sedang bersikeras mengganggu Afkar. Namun, karena itu hanya masalah dengan seorang wanita, mereka malas ikut campur.Namun, begitu Dargo muncul dan mulai menggertak Afkar, situasinya menjadi berbeda. Meskipun mereka tahu Afkar bisa menangani pria seperti Dargo dengan mudah, status Afkar tidak selevel dengan orang rendahan seperti ini.Mana mungkin Afkar harus turun tangan sendiri untuk menghadapi preman kecil seperti ini? Oleh karena itulah, Elang langsung keluar untuk mengurus masalah ini sebelum Afkar harus repot-repot bertindak sendiri.Namun, begitu Dargo mengenali siapa yang berdiri di hadapannya, dan melihat bagaimana Livia masih berani menghina Elang, tubuhnya langsung gemetar ketakutan. Tanpa berpikir panjang, dia menampar Livia dengan keras."Dasar perempuan bodoh! Tutup mulutmu!"Livia membelalakkan mata. Dia merasa terkejut sekaligus marah, sambil menutupi pipinya yang kini memerah karena
Setelah berkata demikian, Afkar langsung berbalik dan masuk ke dalam rumah, malas berurusan lebih lama dengan Livia."Baik, Pak Afkar!" Elang membungkuk hormat, lalu menoleh ke Dargo dengan tatapan dingin."Pak Afkar adalah suami Bu Felicia. Kamu pikir dia akan tertarik sama perempuan begini? Hah! Konyol sekali! Dan kamu harus bersyukur kata-kata bodohmu tadi nggak terdengar sama bosku.""Cepat pergi dari sini, jangan ganggu kami bersih-bersih! Bawa juga perempuan ini dan jangan sampai muncul lagi di sini!"Mencoba menjodohkan wanita untuk kakak ipar Fadly? Apa yang ada di otak mereka?Mendengar kata-kata itu, wajah Livia langsung terasa panas, seolah baru saja ditampar. Wajahnya merah padam menahan malu dan marah.Sementara itu, Dargo terus mengangguk-angguk dengan senyum kecut, tapi matanya secara refleks melirik ke dalam halaman. Begitu dia melihat ke dalam, seluruh tubuhnya langsung membeku."Astaga!! Aku nggak sedang berhalusinasi, 'kan?"Di dalam halaman, sekelompok bos besar dun
Livia ternganga tak percaya mendengar ucapan Livia. "Serius?! Sekelompok bos besar dunia mafia naik bus reyot ke desa cuma buat mencabuti rumput dan merapikan dinding untuk si katak jelek itu? Mereka semua gila, ya?!""Sayang, kamu nggak salah orang, 'kan?!"Mendengar ini, kelopak mata Dargo berkedut dan langsung menutup mulut Livia dengan tangannya. Dia melirik keluar jendela dengan gugup. Setelah memastikan tidak ada orang lain yang mendengar omongannya, Dargo baru menghela napas lega.Detik berikutnya, dia buru-buru menyalakan mesin mobil dan langsung membawa wanita bodoh ini pergi dari tempat itu.Wajahnya tampak serius dan penuh amarah. "Jaga ucapanmu! Jangan sekali pun coba-coba cari masalah sama Pak Afkar lagi! Bisa mati, ngerti nggak?!""Bos Elang dan yang lainnya datang untuk bersih-bersih, menandakan bahwa Pak Afkar ini lebih hebat daripada mereka semua!"Melihat Dargo yang ketakutan setengah mati, Livia juga ikut termangu. Ternyata orang yang dulunya ditindasnya di sekolah,
Afkar hanya bisa menatap mereka dengan ekspresi tak habis pikir .... Baru mendapat sedikit keuntungan saja, mereka sudah ketagihan?Malam itu setelah pulang, Afkar mengajak Felicia dan Shafa untuk makan malam bersama Fadly serta para anak buahnya. Pertama, sebagai bentuk terima kasih. Kedua, agar Shafa bisa mulai terbiasa berinteraksi dengan lebih banyak orang.Dua hari kemudian ....Pagi itu, Afkar mengantar Shafa ke taman kanak-kanak seperti biasa. Setelah melihat Shafa masuk ke kelasnya, dia melirik kalender sekilas. Ekspresinya langsung berubah dingin.Sudah lima hari berlalu sejak dia memberi ultimatum terakhir kepada Namish lewat telepon. Namun sampai sekarang, belum ada sepeser pun uang yang dikirimkan!'Huh, berani-beraninya coba bermain kotor denganku?' Afkar terkekeh dingin. Kali ini, dia tidak akan repot-repot menelepon lagi. Tanpa ragu, dia langsung menginjak pedal gas dan melesat menuju kediaman Keluarga Manggala.Sebuah van tua diam-diam mengikuti di belakang Bentley Muls
Afkar berjalan ke depan gerbang kediaman Keluarga Manggala, matanya menyipit dingin. Tanpa basa-basi, dia langsung mengangkat kakinya dan menendang keras ke arah pintu gerbang besi yang kokoh!Brakk!Gerbang berat itu langsung terlempar ke dalam seperti selembar kertas!Untuk penipu yang tidak mau membayar hutang, memang harus ditangani dengan kasar! Suara benturan keras itu langsung menarik perhatian semua orang di dalam rumah.Ekspresi Qaila dan Reno yang sedang berbincang di ruang tamu langsung berubah. Mereka buru-buru berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi.Sementara itu, Pencabut Nyawa juga mendengus dingin, lalu bangkit dan berjalan keluar dengan langkah tenang. Begitu sampai di luar dan melihat pintu gerbang yang sudah terlempar jauh ke dalam halaman, wajah Qaila dan Reno langsung menjadi sangat muram."Afkar, kamu benar-benar sudah keterlaluan!" Reno menggertakkan giginya dengan sorot mata penuh kebencian.Namun, Afkar hanya terkekeh dingin, lalu berkata dengan santai,
Di wajah Afkar, muncul sedikit ekspresi waspada. Tak disangka, orang yang dibayar oleh Qaila kali ini lumayan punya kemampuan.Swish!Tiba-tiba, sebuah tangan yang keriput dengan jari melengkung seperti cakar, muncul di belakang Afkar dan mengarah langsung ke punggungnya. Serangan ini datang tanpa peringatan. Berhubung Afkar masih berada dalam Formasi Ilusi Delapan Gerbang, dia tidak bisa mendeteksi serangan ini sebelum terjadi.Bum!Serangan itu mengenai punggung Afkar dengan keras. Tubuhnya sedikit terdorong ke depan, darahnya sedikit bergejolak, tapi tidak lebih dari itu."Hmm? Semi-grandmaster?" Afkar menyeringai dingin.Meskipun dia terkena serangan, hatinya justru semakin tenang. Dengan tingkat kekuatan ini, mustahil mereka mau membunuhnya!Sejak pertama kali masuk ke dalam formasi, Afkar sudah melapisi tubuhnya dengan lapisan energi pelindung. Akibatnya, meskipun serangan tadi cukup kuat untuk menghancurkan cultivator biasa, itu sama sekali tidak cukup untuk melukainya!"Hah? Di
Gedung TV adalah bangunan tertinggi di sekitar kawasan itu, di mana menjulang puluhan meter ke udara. Di atasnya, beberapa helikopter tempur berputar-putar mengawasi situasi dengan siaga penuh.Di dalam helikopter, beberapa penembak jitu terbaik sudah mengarahkan bidikan mereka ke arah atap, tepat pada sosok Hantu Senyap yang duduk di sana.Mereka telah menerima perintah dari Daru, yaitu tembak dan bunuh target begitu ada kesempatan. Namun bagi para penembak jitu, mereka merasa tak perlu menunggu kesempatan lagi.Target mereka sama sekali tidak bersembunyi ataupun mencari perlindungan, bahkan tidak menyandera siapa pun sebagai tameng. Dari posisi mereka, kepala pria itu bisa ditembak kapan pun."Mungkin ini pertama kalinya dia melakukan aksi kriminal? Sama sekali nggak punya pengalaman menghadapi penembak jitu. Gampang sekali menembaknya," gumam salah satu penembak jitu dengan nada meremehkan. Tanpa ragu, dia langsung menarik pelatuk.Dor!Suara tembakan menggema di udara. Peluru memel
Hantu Senyap berucap, "Afkar, kamu pasti mengenali siapa yang ada di tanganku, 'kan? Kalau nggak mau istri dan anakmu mati, segera datang ke gedung stasiun TV. Aku kasih kamu waktu tiga jam. Kalau kamu nggak muncul setelah itu, aku akan bunuh mereka berdua!""Dasar pengecut! Kamu pikir dengan bersembunyi dan membuatku nggak bisa menemukanmu, aku akan melepaskanmu begitu saja? Kalau kamu memang punya nyali, jangan keluar! Aku akan mempersembahkan istri dan anakmu sebagai tumbal untuk muridku! Hahaha ...." Hantu Senyap memanfaatkan stasiun TV untuk mengancam Afkar secara langsung.Saat ini di seluruh penjuru kota, dari jalanan hingga gang-gang kecil, banyak layar publik menayangkan siaran langsung ancaman Hantu Senyap. Kejadian ini langsung menimbulkan kehebohan dan membuat seluruh kota gempar!"Apa yang terjadi?""Siapa pria itu? Berani sekali bertindak terang-terangan begini! Dia nggak takut polisi turun tangan?""Orang bernama Afkar itu benar-benar pengecut! Istri dan anaknya sudah di
Di dalam studio siaran langsung, penanggung jawab yang melihat rekannya mati dengan darah mengalir dari tubuhnya, terlihat sangat ketakutan. Tanpa berani membantah, dia mengangguk berulang kali dan menuruti perintah Hantu Senyap, "Oke! Oke ... tolong jangan gegabah ...."Para staf lainnya juga langsung kembali ke posisi mereka. Tidak ada satu pun yang berani menentang Hantu Senyap.....Di sebuah jalanan Kota Nubes, di dalam sebuah mobil bisnis berlapis kaca film hitam, seorang pria dengan ekspresi tegang sedang duduk diam. Dia adalah David. Di sekelilingnya, ada beberapa anak buahnya.Hingga kini, mereka masih belum bisa sepenuhnya tenang. Raut wajah mereka menunjukkan sisa ketakutan yang mendalam. Setelah mengatur napasnya, David menggertakkan giginya lalu menghubungi Noah melalui telepon."Gimana? Kamu sudah bunuh anaknya Afkar? Kapan kamu akan membawakan Felicia untukku? Hmm?" Suara Noah terdengar dari ujung telepon. Nada bicaranya dipenuhi kegelisahan dan harapan besar, seolah-ola
Saat tetes terakhir dari air spiritual berubah menjadi energi spiritual dan sepenuhnya diserap oleh Afkar, akhirnya dia membuka matanya dan menghentikan jalannya Mantra Roh Naga.Dalam kondisi pengamatan internal, Afkar bisa merasakan bahwa di dalam perutnya, pusat energi miliknya kini telah mendekati bentuk padat.Jika pusat energi pada tingkat pembangunan fondasi tahap menengah diibaratkan seperti bola air yang berubah menjadi merkuri, kini pusat energinya sudah seperti merkuri yang makin kental dan berubah menjadi zat seperti pasta kental. Itu sudah hampir mencapai bentuk padat.Tidak hanya itu, tubuh Afkar juga mengalami peningkatan kekuatan yang luar biasa. Meridian di dalam tubuhnya kini melebar secara signifikan, bahkan menjadi lebih kuat dan fleksibel.Di dalam meridiannya, aliran energi sejati yang berputar terasa makin padat dan bertenaga. Energinya mengalir deras seperti gelombang sungai yang tak terbendung.Mata Afkar berkilat tajam. Di dalam tubuhnya, dia bisa merasakan en
Felicia berpikir dalam hatinya, andai saja Afkar yang berengsek itu bisa sesederhana anaknya.Saat itu, Shafa tiba-tiba teringat pada ayahnya. Tatapannya dipenuhi kecemasan ketika bertanya, "Mama Felicia, apa ... apakah Papa benar-benar nggak menginginkan Shafa lagi?"Felicia mengusap lembut kepala bocah itu. Dia berbicara sambil tersenyum menenangkan, "Mana mungkin? Itu cuma omong kosong dari orang jahat. Papamu pasti akan segera kembali! Nggak peduli apa yang terjadi, satu hal yang pasti adalah dia nggak akan pernah meninggalkan anak kesayangannya.""Ayo pergi, kita harus keluar dari sini!" Sambil berkata begitu, Felicia menggenggam tangan mungil Shafa dan bersiap untuk segera meninggalkan tempat tersebut. Bagaimanapun juga, bangunan terbengkalai ini bukan tempat yang aman untuk mereka tinggali lebih lama.Terlebih lagi, Jimat Pencabut Nyawa milik Shafa sudah digunakan. Setelah menyaksikan sendiri betapa luar biasanya kekuatan benda itu, Felicia justru merasa sedikit menyesal.Sebelu
Suara benturan keras menggema di udara. Kata "mati" yang seolah memiliki wujud nyata menghantam tubuh Serigala Liar dengan kekuatan luar biasa.Tubuh Serigala Liar yang merupakan seorang ahli tingkat revolusi itu langsung terlempar ke belakang dengan kecepatan tinggi, bagaikan anak panah yang memelesat.Brak!Serigala Liar menabrak dan menembus sebuah dinding sebelum akhirnya jatuh ke tanah dengan keras.Begitu tubuhnya menyentuh tanah, ahli yang telah dibayar 400 miliar oleh David untuk menjadi pembunuh bayaran ini langsung memuntahkan darah yang bercampur dengan potongan organ dalamnya.Saat berikutnya, tubuh Serigala Liar menegang dan kakinya menendang ke atas sekali, lalu dia pun mengembuskan napas terakhirnya. Nyawanya sudah melayang!David yang menyaksikan kejadian itu langsung membelalakkan matanya. Anak buahnya pun sama terkejutnya.Dalam sekejap, sekelompok pria bersenjata itu mundur dengan panik. Mereka segera menjauh dari Felicia dan Shafa. Apa-apaan ini? Seorang ahli tingka
Shafa berdiri di sana. Tubuh mungilnya terlihat begitu kesepian dan terlantar. Sepasang mata besarnya yang biasanya begitu cerah, kini seolah kehilangan sinarnya dan benar-benar redup.Di dalam mata Shafa, kabut air mulai menggenang. Saat berikutnya, air matanya yang berukuran besar mulai berjatuhan dan menetes satu per satu. Tadi saat menghadapi orang-orang jahat ini, saat berhadapan dengan moncong pistol, Shafa sama sekali tidak menangis.Namun sekarang, saat melihat ibunya meninggalkannya tanpa sedikit pun rasa belas kasihan, untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang masih belia, Shafa memahami apa itu kesedihan yang sesungguhnya.Ayahnya sudah menghilang dan sekarang ibunya juga tidak menginginkannya lagi. Apakah itu berarti Shafa kini menjadi anak yang tidak diinginkan oleh siapa pun?Melihat Shafa yang menangis begitu pilu, hati Felicia terasa nyeri dengan cara yang sulit diungkapkan.Di sisi lain, seseorang malah berbicara, "Eh? Kamu menangis? Aduh, kasihan banget. Tenang saja.
Menurut David, sebenarnya dia tidak perlu sampai membunuh Freya untuk membungkamnya. Bagaimanapun, Freya sendiri ikut terlibat dalam semua kejahatan ini.David yakin bahwa wanita itu tidak akan sembarangan membuka mulut. Lagi pula, riwayat Afkar pasti sudah tamat kali ini. Apa yang masih perlu ditakutkan?David sudah memutuskan bahwa setelah semuanya beres, dia pasti akan mendapatkan Freya dan bersenang-senang dengannya. Kini, Afkar si Bajingan itu menghilang entah ke mana. Tidak jelas apakah dia sudah dibunuh orang atau sedang bersembunyi karena ketakutan.Meskipun David tidak bisa membalas dendam langsung pada Afkar, bisa bermain-main dengan mantan istrinya saja sudah cukup memuaskan baginya."Apa? David, ka ... kalian benaran ingin membunuh anakku?" tanya Freya dengan raut wajah penuh kebingungan dan ketidakpastian setelah mendengar percakapan tersebut.David menyeringai sambil balik bertanya, "Menurutmu?"Wajah Freya berkedut beberapa kali. Dia bertanya dengan nada cemas dan penuh
Ekspresi Felicia langsung berubah. Tanpa ragu, dia merobek tali yang mengikat tangan dan kakinya, lalu menerjang ke arah pengawal bersenjata!Orang-orang Fadly sudah dihabisi. Dia tahu tidak ada lagi yang bisa diharapkan! Dia hanya bisa mengandalkan dirinya sendiri!Setelah menjalani pelatihan dasar selama beberapa waktu, tubuh Felicia jauh lebih kuat dari orang biasa, setara dengan seorang petarung fisik.Jelas sekali, David dan anak buahnya sama sekali tidak menyangka bahwa wanita cantik dan anggun seperti Felicia ternyata memiliki kekuatan seperti itu.Makanya, mereka hanya mengikatnya dengan tali biasa. Bagi Felicia, merobek tali semacam itu bukanlah masalah!Dor! Felicia menabrak pengawal bersenjata dengan keras. Hampir bersamaan, suara tembakan terdengar!Karena tubuhnya kehilangan keseimbangan, peluru itu melesat ke langit-langit rumah, menyebabkan pecahan semen dan debu berjatuhan.Saat itu, Shafa menatap Freya yang berdiri melindunginya, lalu menoleh ke arah Felicia yang beran