"Ah!"Ternyata, dorongan Afkar tadi terlalu kuat. Livia kehilangan keseimbangan, lalu tersandung dan jatuh terduduk di tanah. Karena memakai sepatu hak tinggi, pergelangan kakinya langsung terkilir!"Kamu berani menyakitiku?!" Livia mengusap pergelangan kakinya dengan ekspresi kesal, lalu tiba-tiba berteriak histeris, "Sayang! Sayang, cepat ke sini! Ada orang yang memukulku!""Livia, kamu kenapa?"Begitu suaranya terdengar, seorang pria berusia sekitar 30-an keluar dari mobil Mercedes-Benz yang terparkir tidak jauh dari sana. Dia berjalan dengan penuh percaya diri. Tangannya penuh tato, kepalanya dipotong cepak, dan lehernya dihiasi rantai emas besar serta jam tangan mewah.Dari penampilannya, sudah jelas bahwa dia bukan orang biasa. Dia adalah Dargo, seorang preman terkenal dari Kota Taraka. Tambang batu milik keluarga Livia berada di bawah perlindungannya dan karena sering berurusan, akhirnya dia dan Livia pun menjadi sepasang kekasih.Begitu sampai di hadapan Afkar, Dargo langsung m
Sebenarnya, para pria yang berada di dalam halaman sudah lama memperhatikan bahwa Livia sedang bersikeras mengganggu Afkar. Namun, karena itu hanya masalah dengan seorang wanita, mereka malas ikut campur.Namun, begitu Dargo muncul dan mulai menggertak Afkar, situasinya menjadi berbeda. Meskipun mereka tahu Afkar bisa menangani pria seperti Dargo dengan mudah, status Afkar tidak selevel dengan orang rendahan seperti ini.Mana mungkin Afkar harus turun tangan sendiri untuk menghadapi preman kecil seperti ini? Oleh karena itulah, Elang langsung keluar untuk mengurus masalah ini sebelum Afkar harus repot-repot bertindak sendiri.Namun, begitu Dargo mengenali siapa yang berdiri di hadapannya, dan melihat bagaimana Livia masih berani menghina Elang, tubuhnya langsung gemetar ketakutan. Tanpa berpikir panjang, dia menampar Livia dengan keras."Dasar perempuan bodoh! Tutup mulutmu!"Livia membelalakkan mata. Dia merasa terkejut sekaligus marah, sambil menutupi pipinya yang kini memerah karena
Setelah berkata demikian, Afkar langsung berbalik dan masuk ke dalam rumah, malas berurusan lebih lama dengan Livia."Baik, Pak Afkar!" Elang membungkuk hormat, lalu menoleh ke Dargo dengan tatapan dingin."Pak Afkar adalah suami Bu Felicia. Kamu pikir dia akan tertarik sama perempuan begini? Hah! Konyol sekali! Dan kamu harus bersyukur kata-kata bodohmu tadi nggak terdengar sama bosku.""Cepat pergi dari sini, jangan ganggu kami bersih-bersih! Bawa juga perempuan ini dan jangan sampai muncul lagi di sini!"Mencoba menjodohkan wanita untuk kakak ipar Fadly? Apa yang ada di otak mereka?Mendengar kata-kata itu, wajah Livia langsung terasa panas, seolah baru saja ditampar. Wajahnya merah padam menahan malu dan marah.Sementara itu, Dargo terus mengangguk-angguk dengan senyum kecut, tapi matanya secara refleks melirik ke dalam halaman. Begitu dia melihat ke dalam, seluruh tubuhnya langsung membeku."Astaga!! Aku nggak sedang berhalusinasi, 'kan?"Di dalam halaman, sekelompok bos besar dun
Livia ternganga tak percaya mendengar ucapan Livia. "Serius?! Sekelompok bos besar dunia mafia naik bus reyot ke desa cuma buat mencabuti rumput dan merapikan dinding untuk si katak jelek itu? Mereka semua gila, ya?!""Sayang, kamu nggak salah orang, 'kan?!"Mendengar ini, kelopak mata Dargo berkedut dan langsung menutup mulut Livia dengan tangannya. Dia melirik keluar jendela dengan gugup. Setelah memastikan tidak ada orang lain yang mendengar omongannya, Dargo baru menghela napas lega.Detik berikutnya, dia buru-buru menyalakan mesin mobil dan langsung membawa wanita bodoh ini pergi dari tempat itu.Wajahnya tampak serius dan penuh amarah. "Jaga ucapanmu! Jangan sekali pun coba-coba cari masalah sama Pak Afkar lagi! Bisa mati, ngerti nggak?!""Bos Elang dan yang lainnya datang untuk bersih-bersih, menandakan bahwa Pak Afkar ini lebih hebat daripada mereka semua!"Melihat Dargo yang ketakutan setengah mati, Livia juga ikut termangu. Ternyata orang yang dulunya ditindasnya di sekolah,
Afkar hanya bisa menatap mereka dengan ekspresi tak habis pikir .... Baru mendapat sedikit keuntungan saja, mereka sudah ketagihan?Malam itu setelah pulang, Afkar mengajak Felicia dan Shafa untuk makan malam bersama Fadly serta para anak buahnya. Pertama, sebagai bentuk terima kasih. Kedua, agar Shafa bisa mulai terbiasa berinteraksi dengan lebih banyak orang.Dua hari kemudian ....Pagi itu, Afkar mengantar Shafa ke taman kanak-kanak seperti biasa. Setelah melihat Shafa masuk ke kelasnya, dia melirik kalender sekilas. Ekspresinya langsung berubah dingin.Sudah lima hari berlalu sejak dia memberi ultimatum terakhir kepada Namish lewat telepon. Namun sampai sekarang, belum ada sepeser pun uang yang dikirimkan!'Huh, berani-beraninya coba bermain kotor denganku?' Afkar terkekeh dingin. Kali ini, dia tidak akan repot-repot menelepon lagi. Tanpa ragu, dia langsung menginjak pedal gas dan melesat menuju kediaman Keluarga Manggala.Sebuah van tua diam-diam mengikuti di belakang Bentley Muls
Afkar berjalan ke depan gerbang kediaman Keluarga Manggala, matanya menyipit dingin. Tanpa basa-basi, dia langsung mengangkat kakinya dan menendang keras ke arah pintu gerbang besi yang kokoh!Brakk!Gerbang berat itu langsung terlempar ke dalam seperti selembar kertas!Untuk penipu yang tidak mau membayar hutang, memang harus ditangani dengan kasar! Suara benturan keras itu langsung menarik perhatian semua orang di dalam rumah.Ekspresi Qaila dan Reno yang sedang berbincang di ruang tamu langsung berubah. Mereka buru-buru berlari keluar untuk melihat apa yang terjadi.Sementara itu, Pencabut Nyawa juga mendengus dingin, lalu bangkit dan berjalan keluar dengan langkah tenang. Begitu sampai di luar dan melihat pintu gerbang yang sudah terlempar jauh ke dalam halaman, wajah Qaila dan Reno langsung menjadi sangat muram."Afkar, kamu benar-benar sudah keterlaluan!" Reno menggertakkan giginya dengan sorot mata penuh kebencian.Namun, Afkar hanya terkekeh dingin, lalu berkata dengan santai,
Di wajah Afkar, muncul sedikit ekspresi waspada. Tak disangka, orang yang dibayar oleh Qaila kali ini lumayan punya kemampuan.Swish!Tiba-tiba, sebuah tangan yang keriput dengan jari melengkung seperti cakar, muncul di belakang Afkar dan mengarah langsung ke punggungnya. Serangan ini datang tanpa peringatan. Berhubung Afkar masih berada dalam Formasi Ilusi Delapan Gerbang, dia tidak bisa mendeteksi serangan ini sebelum terjadi.Bum!Serangan itu mengenai punggung Afkar dengan keras. Tubuhnya sedikit terdorong ke depan, darahnya sedikit bergejolak, tapi tidak lebih dari itu."Hmm? Semi-grandmaster?" Afkar menyeringai dingin.Meskipun dia terkena serangan, hatinya justru semakin tenang. Dengan tingkat kekuatan ini, mustahil mereka mau membunuhnya!Sejak pertama kali masuk ke dalam formasi, Afkar sudah melapisi tubuhnya dengan lapisan energi pelindung. Akibatnya, meskipun serangan tadi cukup kuat untuk menghancurkan cultivator biasa, itu sama sekali tidak cukup untuk melukainya!"Hah? Di
"Bocah, jangan terlalu sombong!" Pencabut Nyawa menggeram dengan ekspresi mengerikan, suaranya dipenuhi kebencian dan keganasan. "Kamu pikir kamu sudah memahami semua kemampuanku? Jangan meremehkanku!"Namun ...."Oh, begitu?" Afkar tertawa dingin, lalu menghela napas dengan nada kesal. "Baiklah, aku sudah bosan main-main sama kamu."Begitu kata-kata itu dilontarkan ....Duar!!!Energi mengerikan tiba-tiba meledak dari tubuh Afkar. Dalam sekejap, sebuah tekanan yang luar biasa menyapu seluruh kediaman Keluarga Manggala! Seluruh rumah bergetar hebat, seolah-olah ada gempa bumi!Teknik Resonansi Bumi! Afkar mengentakkan kakinya ke tanah.Brakk!Retakan langsung menyebar ke seluruh halaman!Dalam hitungan detik, tanah di sekitar rumah Keluarga Manggala terbelah, menciptakan celah-celah besar di tanah! Gelombang energi yang dihasilkan langsung menghancurkan stabilitas formasi yang sebelumnya menjebaknya.Formasi Ilusi Delapan Gerbang langsung hancur berantakan. Pemandangan yang sebelumnya
Afkar melanjutkan, "Benar, Keluarga Samoa memang takut menyinggung Sekte Langga dan hal itu sama sekali nggak perlu ditutupi. Tapi, aku bisa dengan tegas memberitahumu satu hal. Aku pribadi nggak takut menyinggungmu.""Kalau mengesampingkan latar belakang dan status, kamu sendiri nggak ada apa-apanya di mataku. Jangan bertingkah seperti gadis kecil di sini. Berhentilah marah-marah nggak jelas," sindir Afkar.Mendengar ucapan itu, tubuh Arisa bergetar hebat saking marahnya. Wajah cantiknya juga memerah. Emosinya yang meluap hampir saja membuat luka di dalam tubuhnya kambuh. Bahkan, dia juga nyaris memuntahkan darah.Arisa menggertakkan gigi. Suaranya penuh amarah dan kebencian ketika memaki, "Dasar bajingan! Aku nggak peduli. Pokoknya aku akan bertarung mati-matian denganmu!""Arisa, cukup! Jangan nggak bisa lihat situasi! Cepat ambil Pisau Naga Es dan tukarkan dengan Pedang Es Jiwa! Cepat pergi!" Nada suara Zinia tiba-tiba terdengar lebih tegas dan dingin saat memberi perintah pada Ari
Saat ini, Afkar, Rose, dan Lena perlahan melangkah masuk ke dalam ruangan. Arisa memandang mereka dengan tatapan dingin. Matanya yang penuh kebencian itu tertuju pada Afkar!Sementara itu, Zinia hanya mengangguk ringan, lalu bertanya dengan nada datar, "Ada apa kalian kemari?"Meskipun kata-katanya terdengar biasa saja, tatapannya justru diam-diam berhenti pada pedang yang ada di tangan Afkar. Di dalam hatinya, mulai muncul berbagai dugaan.Tak lama kemudian, Afkar melangkah maju ke depan meja lalu dengan tenang meletakkan Pedang Es Jiwa di atas meja.Melihat itu, Zinia tetap memasang wajah tenang. Dia bertanya datar, "Afkar, apa maksudmu melakukan ini?"Afkar membalas sambil tersenyum, "Tampaknya Pedang Es Jiwa ini sejak awal memang sudah dipersiapkan khusus untuk Nona Arisa dari sekte kalian, 'kan?"Mendengar ucapan itu, Zinia sedikit berdeham. Kemudian, dia menjawab dengan serius, "Itu adalah hadiah bagi peserta yang meraih peringkat pertama dalam uji coba ini. Karena kamu yang mera
Pada saat itu, seiring langit yang makin gelap, sebuah gelombang energi yang aneh mulai menyebar di dalam Lembah Obat. Itu adalah pertanda bahwa tempat rahasia Lembah Obat akan segera ditutup. Artinya, sebentar lagi Afkar dan yang lainnya akan dipaksa keluar dari tempat itu.Satu jam kemudian, di lapangan milik Sekte Langga.Sesuai dengan peringkat uji coba kali ini, hadiah untuk masing-masing posisi mulai dibagikan oleh Zinia. Saat itu, ekspresinya terlihat sangat muram. Jelas sekali dia sedang menahan amarah.Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka, Arisa yang seharusnya bisa dengan mudah meraih peringkat pertama dengan kekuatan solid di tingkat pembentukan inti tahap menengah, justru harus tergelincir di tengah jalan dan hanya bisa duduk di peringkat kedua.Yang lebih mengejutkan lagi, Afkar dan Willy dari Keluarga Samoa tiba-tiba muncul sebagai dua kuda hitam yang mencuri perhatian semua orang dalam uji coba ini.Sementara itu, Tuan Muda Keluarga Darmadi, Logan, justru tidak
Setelah semua orang hampir selesai muntah, Afkar mendengus pelan dan memperlihatkan senyuman dingin. Dia memberi tahu, "Sudah cukup, sepertinya kalian sudah muntah habis-habisan, 'kan? Kalau begitu, sekarang kita masuk ke urusan yang lebih penting!"Kemudian, Afkar menoleh ke arah langit untuk melihat waktu sekilas, lalu berujar dengan nada arogan dan penuh wibawa, "Sekarang, keluarkan semua kantong dimensi kalian. Urutan peringkat dalam uji coba peringkat individu kali ini, biar aku yang tentukan. Semuanya, siapa yang setuju dan menolak?"Begitu kata-kata itu terdengar, wajah semua orang langsung berubah menjadi suram. Tatapan mereka penuh dengan rasa tidak rela dan enggan menerima kenyataan. Namun di depan kekuatan mutlak Afkar, baik rasa marah maupun ketidakrelaan mereka, semuanya tidak ada gunanya.Di antara mereka, Raditya yang merupakan santo dari Sekte Bulan Hitam adalah orang yang bisa dibilang paling cerdas.Setelah tatapannya sempat berkilat sesaat, Raditya pun menjadi orang
Felix menarik napas dalam-dalam sekali lagi, lalu mengerucutkan bibirnya sambil berkomentar, "Waduh, aroma obat dewa ini ternyata cukup menyengat juga."Tepat di saat itu, sebuah bayangan tiba-tiba melompat keluar dari dalam kawah gunung berapi, lalu mendarat dengan mantap di tanah. Begitu kakinya menginjak tanah, seluruh tubuhnya langsung memancarkan aura yang kuat dan kokoh.Melihat sosok itu, semua orang yang ada di sana langsung membuka mulut lebar-lebar. Wajah mereka dipenuhi ekspresi tidak percaya."Afkar?" Arisa sampai menjerit kaget. Wajah cantiknya seketika berubah jadi pucat dan penuh keterkejutan.Lukas dan yang lainnya juga luar biasa terkejut, seolah-olah tidak bisa memercayai apa yang dilihat oleh mata mereka.Di sisi lain, wajah Rose malah dipenuhi rasa senang bercampur haru. Afkar bisa-bisanya muncul lagi? Dia berhasil naik ke atas hidup-hidup?Melihat ekspresi mereka, Afkar tersenyum dengan penuh minat. Dia pun bertanya, "Semuanya, kalian begitu kaget melihatku?""Ke .
Selain kekuatan mutlaknya yang melonjak pesat, Afkar juga dengan sangat gembira menemukan satu hal lain. Teknik Resonansi Bumi yang diperolehnya saat kesadaran atas garis keturunannya terbangun, ternyata ikut mengalami peningkatan dan berevolusi.Ada tambahan efek "gravitasi sepuluh kali lipat". Saat menggunakan kemampuan ini, Afkar bisa menekan musuh dengan gravitasi sepuluh kali lebih berat dari biasanya, sekaligus memberikan serangan mematikan yang luar biasa dahsyat.Begitu melihat efek barunya, reaksi pertama Afkar justru merasa bahwa kemampuan ini agak tidak terlalu berguna. Gravitasi sepuluh kali lipat? Apa hebatnya?Menurut Afkar, dengan kekuatan fisiknya, sekalipun tubuhnya tiba-tiba menanggung beban sepuluh kali lipat, seharusnya tidak akan jadi masalah besar. Namun setelah berpikir lebih dalam, Afkar pun segera menyadari betapa menakutkannya efek dari kemampuan ini.Memang benar, bagi para kultivator, otot dan tulang yang kuat mungkin bisa menahan beban berat hingga sepuluh
Itu sebabnya, Afkar tidak lagi memikirkan hal lain. Dia langsung memilih untuk menelan serta menyerap ganoderma api itu di dalam kawah demi menembus batas kekuatannya.Saat ini, Afkar merasakan sebuah penghalang tak kasatmata yang selama ini menahan dirinya akhirnya pecah pada saat itu.Pada saat yang sama, pusat energi di dalam perutnya mulai mengeras dan berubah menjadi bentuk padat. Sementara itu, energi sejati di dalamnya terkondensasi makin rapat dan murni.Aliran energi sejati di dalam tubuhnya meluap dan menyapu habis seluruh bagian tubuhnya, mulai dari daging, meridian, organ dalam, hingga otot dan tulang.Afkar duduk diam di sana, tetapi ekspresi di wajahnya terlihat meringis karena menahan rasa sakit. Dia bisa merasakan seluruh tubuhnya seolah hendak meledak. Seakan-akan tubuhnya sedang mengalami sebuah proses metamorfosis yang benar-benar mengubah dirinya dari dalam.Kulit Afkar mulai memancarkan kilau sehat. Otot-ototnya terlihat mengeras dan bergerak seperti hidup, sementa
Begitu mendengar ucapan Rose, Cakra langsung menunjukkan ekspresi mengejek dan penuh penghinaan. Dia sepertinya sama sekali tidak memercayai kata-katanya. Orang-orang di sekitarnya juga tersenyum sinis.Pada saat yang sama, Arisa menelan satu butir Pil Pemulih Agung. Dia berusaha mempercepat pemulihan luka-luka di dalam tubuhnya.Sambil memandang ke arah Rose, Arisa menggertakkan giginya dan mengejek dengan suara dingin, "Dari mana kamu dapat keyakinan itu? Kamu pikir dia masih bisa naik ke sini? Sejak dia jatuh ke bawah, nggak ada suara pertempuran sama sekali.""Apa kamu benar-benar mengira makhluk buas itu sudah dibunuh olehnya dalam sekejap? Jangan-jangan, kamu lebih memilih percaya bahwa dia bisa rukun sama makhluk buas itu?" tanya Arisa.Rose menggigit pelan bibirnya. Matanya penuh waspada saat menatap semua orang di sekelilingnya, lalu dia menjawab pelan, "Mungkin saja, dua-duanya sangat memungkinkan."Rose tahu betul sejak Afkar terlempar jatuh ke dasar kawah, dirinya sekarang
Di hadapan Afkar, seekor makhluk buas perlahan muncul. Bentuknya mirip seekor kadal raksasa. Seluruh tubuhnya dilapisi sisik tebal berwarna merah menyala. Untuk sementara, Afkar menyebutnya sebagai kadal api raksasa.Dengan mata merah membara, makhluk itu menatap Afkar penuh nafsu dan kegilaan haus darah. Aura buas yang ganas seolah-olah langsung menekan dari depan.Setelah merasakannya dari jarak sedekat ini sekarang, Afkar makin yakin bahwa kekuatan makhluk ini jelas jauh melebihi puncak tahap akhir tingkat pembentukan inti."Sialan! Dasar Tua Bangka Gila terkutuk! Dia jelas-jelas mau mencelakaiku!" maki Afkar sambil menggertakkan gigi. Dalam hatinya, dia sudah bersiap untuk bertarung mati-matian melawan kadal api raksasa ini.Hanya saja saat Afkar melepaskan aura kuatnya dan mulai bersiap melawan, kadal api raksasa itu tiba-tiba mengeluarkan beberapa suara seperti rintihan. "Raur ...."Saat berikutnya, makhluk raksasa itu malah menunduk dan rebah di tanah seperti seekor anjing pelih