Namun, pemandangan berikutnya membuat ketiga orang itu terkejut setengah mati.Terlihat Arwan memberi isyarat kepada bawahannya sambil menunjuk ke arah Afkar. Bawahannya langsung membawa Wulan ke depan Afkar. "Pak, orangnya kami serahkan kepadamu!"Sejak Arwan tiba, Afkar hanya berdiri di sana tanpa melontarkan sepatah kata pun. Namun, saat Wulan sudah berada di hadapannya, dia akhirnya menatap Arwan sambil mengangguk. "Terima kasih!""Sama-sama. Aku yakin, meskipun tanpa kedatanganku, kamu tetap bisa menyelesaikan masalah ini sendiri," balas Arwan dengan senyuman tipis.Wira, Denny, dan Scorpion tampak sangat terkejut!"Pak Arwan! Ka ... kamu ...." Denny berbicara dengan ekspresi kebingungan."Ke ... kenapa kamu menyerahkan Wulan kepada Afkar?" Wira juga tampak terkejut hingga kesulitan berkata-kata."Pak Afkar adalah orang yang akan kuberi hadiah. Bukankah sudah seharusnya aku menyerahkan hadiah istimewa yang kalian siapkan kepadanya?" Arwan tertawa mengejek."Apa?" Mendengar itu, ke
Pada saat ini, wajah Wira dan Denny penuh dengan keterkejutan dan ketakutan.Melihat bagaimana Arwan memerintahkan bawahannya menurunkan satu per satu hadiah mahal yang tak ternilai harganya ke hadapan Afkar, mereka merasa langit seolah-olah runtuh!Orang yang hendak diberi hadiah oleh Arwan ternyata adalah Afkar. Padahal sebelumnya, ayah dan anak ini hendak menyenangkan tokoh besar itu. Siapa sangka, tokoh besar itu berada tepat di depan mata mereka.Yang lebih mengejutkan mereka adalah Arwan bukan hanya sekadar memberikan hadiah, melainkan juga meminta maaf kepada Afkar. Bahkan ketika Afkar mengatakan akan membunuh putranya, Arwan tidak berani berkata apa-apa, malah menunjukkan sikap yang sangat merendah!Sebenarnya siapa teman lama Wulan ini? Bagaimana bisa dia membuat orang penting dari Keluarga Sanjaya bersikap setunduk ini?....Tiba-tiba, Scorpion bangkit dengan cepat dan menggunakan kecepatan maksimalnya untuk mencoba melarikan diri.Benar! Dalam benaknya saat ini, hanya ada sa
Siapa sangka, demi terlepas dari tanggung jawab di hadapan Afkar, Wira malah memfitnah ayah sendiri.Afkar tertawa sinis dengan sorot mata dingin. "Mengampunimu? Sepertinya sebelumnya aku sudah memberimu kesempatan, tapi kamu nggak menghargainya!"Sambil berbicara, Afkar mengusap pipinya sendiri, menyunggingkan senyuman jahat di wajahnya."Begini saja, tadi kamu menyuruh Scorpion menamparku 3 kali, sekarang gantian aku menamparmu 3 kali! Kalau kamu bisa bertahan, aku akan mengampunimu. Gimana?"Seketika, sekujur tubuh Wira bergetar hebat. Dia melirik mayat Scorpion dengan ekspresi penuh ketakutan. Scorpion saja mati dengan satu pukulan dari Afkar, apakah dia bisa bertahan dari tiga tamparan?Namun, saat ini dia tahu dirinya tidak punya pilihan. "Baik! Aku memang salah! Aku nggak seharusnya menyuruh Scorpion menamparmu. Aku memang pantas ditampar, pantas! Tapi, kumohon jangan terlalu kuat ...."Dengan tubuh gemetar, Wira mengangguk dan memaksa dirinya untuk tersenyum menyanjung. Sementa
Ketika mendengar Afkar bertanya seperti itu, Denny segera menjawab dengan panik, "Sekalipun nyawaku besar, aku nggak akan berani membencimu. Lagi pula, tadi anak durhaka itu hampir mencelakaiku. Kalaupun kamu nggak membunuhnya, aku juga akan menghabisinya nanti!""Tindakanmu ini sudah benar! Terima kasih karena sudah membantuku membersihkan aib keluarga!"Mendengar kata-kata ini, semua orang di sekitar menunjukkan ekspresi dingin dan mengejek. Ayah dan anak ini sama-sama menunjukkan sifat mereka yang paling hina. Demi menyelamatkan nyawa masing-masing, yang satu menyalahkan ayahnya, sementara yang satu malah memuji pembunuh anaknya sendiri.Afkar tersenyum dingin. Awalnya dia berniat membunuh Denny juga. Namun, ketika dia hendak bertindak, tiba-tiba dia teringat pada Wulan."Aku bisa membiarkanmu hidup, tapi sahammu di King's Brew harus diserahkan kepada Wulan. Nggak keberatan, 'kan?""Nggak! Aku nggak keberatan! Hari ini Wulan telah mengalami trauma, sudah sewajarnya aku memberikan ko
Kemudian, Fadly berjalan ke beberapa peti lain dan memeriksa isinya. Ekspresinya langsung berubah menjadi takjub.Namun, Fadly tidak bersuara. Dia hanya menutup kembali peti-peti itu, lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengangkat ke mobil dan membantu Afkar mengangkutnya ke Vila Emperor.Fadly juga meminta Elang untuk mengantar Wulan pulang, sementara dia sendiri naik ke mobil Afkar."Kak, barang-barang ini dari mana? Apa kamu baru saja merampok?" tanya Fadly yang duduk di kursi penumpang depan. Barang-barang itu setidaknya bernilai triliunan. Fadly benar-benar takjub."Itu kompensasi dari ayah Noah," jawab Afkar dengan tenang.Mendengar itu, Fadly terlihat sangat kaget. Dia menyeringai. "Sepertinya mulai sekarang, Noah nggak akan berani lagi mendekati kakakku!"Sambil berbicara, Fadly menatap Afkar dengan penuh kekaguman dan rasa hormat. Fadly sudah mendengar cerita tentang insiden penculikan Felicia oleh Noah. Melihat Keluarga Sanjaya benar-benar mengirimkan hadiah kompensasi, dia
Setelah mendengar kabar duka tentang orang tuanya dari mulut Meara, Afkar pun terpikir untuk kembali ke rumah lamanya.Berhubung pernikahannya masih sekitar sepuluh hari lagi, kemarin Felicia sempat menyebutkan keinginannya untuk melihat tempat di mana Afkar tumbuh besar. Bahkan, Harun dan Gauri juga mengutarakan keinginan yang sama.Afkar tahu bahwa Felicia, beserta ayah dan ibunya, termasuk adik iparnya, benar-benar telah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga mereka. Justru karena itulah mereka ingin mengetahui lebih banyak tentang dirinya.Tentu saja Afkar tidak akan menolak permintaan seperti ini. Namun, sebelum membawa mereka ke sana, dia harus lebih dulu membersihkan rumah lamanya. Jika tidak, rumah itu mungkin sudah terlalu berantakan untuk dimasuki.Keesokan paginya ....Di depan sebuah rumah tua di ujung timur Desa Jara yang berada di bawah administrasi Kota Nubes, sebuah bus kecil berhenti.Afkar melompat turun dari kendaraan, diikuti oleh Fadly di belakangnya. Tak lama
Brukk!Detik berikutnya, Afkar berlutut dab wajahnya tenggelam dalam pakaian orang tuanya. Kesedihan menyelimutinya seutuhnya."Ibu ... Ayah .... Di mana kalian? Kalian benar-benar sudah tiada? Kenapa ... kenapa kalian meninggalkanku? Kenapa kalian pergi ke Tibes waktu itu?""Apa kalian tahu, betapa aku merindukan kalian selama ini ...." Dalam hatinya, Afkar terus menangis dan memanggil mereka berulang kali.Saat ini, yang dia inginkan hanyalah menangis sepuasnya, berlutut di kamar ini, memeluk barang peninggalan mereka, dan melepaskan semua kesedihannya. Namun, dia tahu bahwa dirinya tidak boleh lemah!Saat ini, dia masih belum cukup kuat untuk membiarkan dirinya tenggelam dalam duka. Dia harus tetap tegar!Hanya ketika dia sudah cukup kuat untuk menghadapi dan bahkan menghancurkan Keluarga Kuno Rajendra, setelah dia berhasil membalas dendam untuk kedua orang tuanya. Pada saat itulah, dia akan mengizinkan dirinya menangis dengan sepenuh hati di depan makam mereka.Hanya saat itu, dia
Afkar berjalan ke arah pintu dan memberi isyarat kepada Jarel agar tidak ikut campur. Lalu, dengan tatapan sedikit terkejut, dia menatap wanita modis di depannya dan berkata, "Livia?"Wanita itu mengenakan pakaian yang cukup terbuka sehingga memamerkan kakinya yang jenjang dan putih mulus. Dalam suasana desa yang sederhana, penampilannya tampak sangat mencolok!Livia adalah penduduk asli Desa Jara, seumuran dengan Afkar. Ayahnya memiliki tambang batu di pegunungan sebelah timur desa. Bisa dibilang, dia adalah "orang terkaya" di desa ini dan memiliki cukup banyak anak buah di bawahnya.Karena keluarganya kaya dan ayahnya cukup berpengaruh di wilayah sekitar, Livia tumbuh menjadi seseorang yang angkuh. Sejak kecil, dia tidak pernah memandang penduduk desa yang sebaya dengannya sebagai sosok yang setara, termasuk Afkar.Mereka bersekolah di tempat yang sama saat SD dan SMP, tetapi hampir tidak pernah berinteraksi. Kecuali sebuah insiden di tahun terakhir SMP yang membuat hubungan mereka j
Wanita cantik itu memiliki kulit yang sangat halus dan wajah yang benar-benar memukau. Afkar sudah terbiasa melihat kecantikan Felicia setiap hari dan standar estetikanya sudah cukup tinggi, tetapi dia tetap takjub saat melihat wanita ini.Hanya saja, wajah wanita itu tampak kurang bersahabat. Ekspresinya dingin, seolah-olah seseorang berutang miliaran padanya. Dari sorot matanya, terlihat jelas aura keangkuhan, seolah-olah tidak peduli pada apa pun di dunia ini."Kakek, Ayah!" Setelah keluar, Rose menyapa Varel dan Edbert dengan sopan."Hm, duduklah," kata Varel sambil mengangguk, menunjuk kursi kosong di sebelah Afkar, memberi isyarat kepada Rose untuk duduk di sana.Saat ini, Edbert tersenyum sambil memperkenalkan, "Pak Afkar, ini putriku, Rose. Kalian seumuran, mungkin bisa lebih sering berinteraksi."Kemudian, dia menoleh menatap Rose dan berkata, "Rose, tuangkan minuman untuk Pak Afkar."Rose mengernyit dan tampak enggan, tetapi tetap mengambil teko dan menuangkan minuman ke dala
Setelah kejadian semalam, hubungan antara Afkar dan Felicia kembali menjadi rumit. Keduanya sama-sama menjaga jarak, seolah-olah ada dinding yang memisahkan mereka.Namun, pada saat yang sama, ada benang tak kasatmata yang mengikat mereka berdua. Benang itu mungkin adalah Shafa atau mungkin sesuatu yang lain.Pagi ini, baik Afkar maupun Felicia tidak lagi membahas soal perceraian, seolah-olah masalah itu dikesampingkan untuk sementara waktu."Hahaha! Kehadiran Pak Afkar benar-benar membawa kehormatan bagi Keluarga Samoa!" Begitu memasuki ruang tamu utama, Edbert, langsung menyambut dengan senyuman lebar.Varel yang merasa punya status lebih tinggi, tidak ikut bangkit, tetapi tetap mengangguk ramah ke arah Afkar. Dengan ekspresi ramah, dia berkata, "Ini pasti Shafa, 'kan? Imut sekali.""Halo, Kakek!" sapa Shafa dengan sopan.Beberapa tetua Keluarga Samoa yang hadir juga ikut menyambut Afkar dengan ramah.Saat ini, Edbert memberi isyarat kepada seorang pemuda. "Kamu belum menyapa Pak Afk
Di sisi lain, David menerima kabar dari Qaila bahwa Hantu Senyap telah mati. Jadi, dia segera menyampaikan kabar ini kepada Noah."Apa? Pria tua berjubah merah itu mati? Kok bisa? Jadi, Afkar baik-baik saja?" tanya Noah dengan nada dingin."Ya, Pak, Afkar baik-baik saja! Bajingan itu benar-benar aneh! Tujuh hari yang lalu, Hantu Senyap jelas-jelas telah mencederainya, bahkan memberinya beberapa hari untuk mengurus kematiannya.""Siapa sangka, hanya dalam beberapa hari, Afkar malah membunuhnya! Ini ... benar-benar di luar nalar!"David tak kuasa berdecak, lalu menarik napas dalam-dalam dan meneruskan, "Pak, aku ... nggak berani tinggal di Kota Nubes lagi. Kali ini aku mencoba membunuh putrinya, dia pasti nggak akan membiarkanku hidup. Kalau sampai dia menemukanku, aku ... pasti mati!""Dasar pecundang! Penakut! Masa kamu ketakutan sampai seperti ini?" Noah menggertakkan gigi.David hanya bisa mengutuk dalam hati, 'Memangnya aku nggak boleh takut? Sialan, tentu saja aku takut! Afkar itu
"Sialan, Afkar ini benar-benar gila! Bahkan orang yang nggak bisa dibunuh dengan senapan runduk pun bukan tandingannya?" seru Raijin dengan takjub.Oloan juga tampak masih dipenuhi ketakutan, "Ya! Untung saja kita nggak menyerang Afkar secara terang-terangan sebelumnya. Kalau nggak, kita juga pasti sudah mati di tangannya!"Mengingat bagaimana mereka berdua sebelumnya terus mencari cara untuk membunuh Afkar, mereka merasa sangat beruntung karena belum sempat bertindak gegabah."Ketua, sekarang gimana? Afkar sehebat ini, gimana kita bisa membunuhnya?" tanya salah satu anggota senior dengan wajah cemas.Mendengar itu, Raijin sontak menempeleng orang itu. "Bunuh apanya? Kamu mau mencelakai kita semua, hah? Nggak jadi dibunuh! Nggak jadi!"Setelah berkata demikian, dia berdeham, lalu berbicara dengan ekspresi serius, "Bukan karena aku takut padanya, tapi membunuh itu adalah seni! Sekuat apa pun Afkar, aku punya banyak cara untuk menghabisinya!""Tapi, alasan aku nggak membunuhnya adalah ka
Tatapan Felicia saat ini terlihat agak tajam, sekaligus ada secercah harapan dan perasaan yang rumit. Dia menatap Afkar tanpa berkedip, seolah-olah menunggu sebuah jawaban.Afkar tertegun sejenak, lalu bertanya dengan wajah bingung, "Apa?"Felicia tersenyum sinis. "Kamu sendiri nggak tahu apa yang sudah kamu lakukan? Aku tanya sekali lagi, apa ada yang ingin kamu jelaskan padaku?"Di hari pernikahan, saat Felicia tiba-tiba melihat foto-foto itu, dia merasakan guncangan hebat di dalam hatinya. Rasa kecewa, hina, dan benci memenuhi dirinya. Dia merasa dirinya telah ditipu habis-habisan oleh bajingan ini.Dia pikir Afkar hanyalah pria playboy murahan yang diam-diam bermain dengan banyak wanita di belakangnya. Namun, sore ini, ucapan tak sengaja dari Freya justru membuat Felicia mulai ragu.Meskipun saat itu Freya segera menyadari sesuatu dan hanya berbicara sampai setengah, dengan instingnya yang tajam sebagai seorang wanita cerdas, Felicia menangkap sebuah petunjuk.Freya sepertinya tahu
'Freya! Kamu ini benar-benar nggak bisa tobat! Sebelumnya bersekongkol dengan Aldo, sekarang kamu bersekongkol dengan David dan hampir membunuh putrimu sendiri!''Apa kamu masih punya hati nurani sebagai seorang ibu? Sekarang semuanya jelas, ternyata waktu itu kamu berpura-pura melindungi Shafa dari pot jatuh hanya untuk bersandiwara!'Selain itu, niat membunuh Afkar terhadap Noah kini telah mencapai puncaknya. Berbeda dengan sebelumnya, saat dia hanya menggunakan Shafa sebagai sandera untuk menekan Afkar!Kali ini, Noah berpikir dirinya telah menghilang sehingga dia berniat membunuh putrinya! Ini benar-benar keterlaluan!'Noah, sepertinya kalau aku nggak membunuhmu, kamu akan terus menjadi ancaman! Pak Heru, jangan salahkan aku! Cucumu sendiri yang cari mati!' Afkar menggertakkan giginya dalam hati.Dulu Heru memohon sambil menangis, jadi Afkar berjanji bahwa dia hanya akan membunuh Noah jika mereka bertemu kembali. Namun, kali ini Afkar memutuskan untuk mencarinya dan menyingkirkanny
Saat ini, Fadly juga mendekat, memeriksa kondisi kakaknya dan Shafa dengan penuh perhatian.Kemudian, dengan wajah penuh semangat dan kekaguman, dia berkata, "Kak Afkar, aku sudah tahu kalau kamu itu tak terkalahkan! Si tua bangka ini kelihatannya hebat, tapi tetap saja mati di tanganmu! Hahaha ...."Afkar terbatuk pelan. "Apa maksudmu mati di tanganku? Dia hanya terpeleset sendiri dan jatuh. Nggak ada hubungannya denganku!"Mendengar ini, Fadly hanya bisa termangu sambil menatap Afkar dengan ekspresi aneh. Orang-orang di sekitar langsung merasa canggung ....Dalam hati, mereka berpikir, 'Pak Afkar, kami mungkin nggak cerdas, tapi bukan berarti bisa ditipu! Seorang ahli yang bahkan nggak bisa dibunuh penembak runduk malah dibilang jatuh sendiri dan mati begitu saja?'Namun, tak seorang pun yang ingin membongkar kebohongan ini. Mereka semua tertawa kecil dan mengangguk setuju untuk berpura-pura percaya.Pada saat itu, Mateo melangkah maju dengan wajah penuh rasa bersalah. "Pak Afkar, in
Bagaimana jika Afkar tahu mereka menunggu di sini, menantikannya berakhir tragis? Bagaimana jika dia memutuskan untuk membunuh mereka juga?Terutama Qaila dan Reno. Mereka begitu ketakutan hingga langsung meninggalkan Kota Nubes malam itu dan melarikan diri ke rumah Keluarga Lufita di ibu kota provinsi untuk mencari perlindungan.Bagaimanapun, mereka terlibat dalam penyerangan ahli Sekte Kartu Hantu terhadap Afkar. Qaila dan Reno sadar bahwa jika mereka tidak melarikan diri, besar kemungkinan Afkar akan datang untuk membalas dendam!Apa pun yang terjadi, yang terpenting adalah mencari tempat aman terlebih dahulu. Sehebat apa pun Afkar, seharusnya dia tidak akan nekat mengejar mereka sampai ke ibu kota provinsi, apalagi menyerbu rumah Keluarga Lufita, 'kan?Sementara itu, kepala pelayan Keluarga Samoa telah menyampaikan kabar kematian Hantu Senyap kepada keluarga."Hantu Senyap mati?" tanya Edbert dengan nada terkejut."Ya, Tuan! Mati dengan sangat tragis!""Gimana dia bisa mati? Afkar
Bam! Pukulan yang dihantamkan oleh Afkar mengandung amarah yang tak terbatas, langsung menghantam dada Hantu Senyap secara brutal.Seperti kata pepatah, siapa yang menabur angin akan menuai badai! Jika Hantu Senyap tidak menggunakan serangan jiwa yang keji dan licik, mungkin dia tidak akan mati secepat ini.Namun, karena jiwanya terkena efek serangan balik, dia kehilangan hampir semua kekuatannya untuk melawan.Dalam sekejap, pukulan Afkar mengenai tubuhnya. Tubuh tua itu terlempar bak karung bekas, melayang jauh di udara.Dadanya remuk, jantung dan paru-parunya hancur. Seorang ahli tingkat pembentukan inti mati seketika di tempat.Tepat pada saat itu, mata Afkar menangkap bayangan samar yang melayang keluar dari tubuh yang sudah hancur itu. Itu adalah jiwa Hantu Senyap. Jiwa itu melayang cepat, berusaha melarikan diri!Mata Afkar sedikit menyipit. Dia mendengus dan membentak, "Kamu nggak layak jadi manusia ataupun jadi arwah! Hancurlah!"Saat berikutnya, Afkar langsung menggunakan tek