Melihat panggilan masuk, Felicia mengerutkan keningnya. Perasaan tidak nyaman muncul di hatinya. Pertemuan terakhir mereka membuat Felicia benar-benar kecewa pada Yola.Namun, setelah ragu sejenak, Felicia tetap menjawab panggilan itu. "Yola?""Felicia, ayo keluar makan malam bareng malam ini! Kita kumpul-kumpul!" kata Yola dengan antusias di telepon."Nggak, aku sudah makan. Ada hal lain yang perlu dibicarakan?" Felicia menolak dengan tegas."Felicia, aku tahu aku salah! Waktu itu aku memang salah, aku nggak seharusnya bersikap seperti itu pada suamimu! Ayolah, aku benar-benar minta maaf!""Kita sudah bersahabat bertahun-tahun, apa kamu benar-benar ingin memutuskan hubungan kita? Keluar sebentar untuk makan malam, aku akan minta maaf padamu, oke?" Yola memohon dengan nada sedikit manja."Ini ... nggak perlu, sungguh! Bagaimana kalau besok saja? Sekarang sudah malam, aku nggak terlalu ingin keluar," jawab Felicia sambil ragu-ragu.Mendengar permohonan Yola yang lembut, Felicia yang tel
Mendengar penjelasan kakeknya, Karen membelalakkan matanya. "Afkar sehebat itu, ya?"Heru mengangguk dengan penuh makna. "Kalau dia mau mengembangkan kariernya di militer, mungkin dia akan menjadi Dewa Perang Mars berikutnya!"Sambil berbicara, ekspresinya tiba-tiba berubah serius. Dengan suara berat, dia berkata, "Noah nggak boleh jadi musuh Afkar!"Pada saat itu, teleponnya berdering. Orang yang baru saja dibicarakan, langsung menampakkan diri! Penelepon itu ternyata adalah Noah."Noah, kamu sudah sampai di Kota Nubes?" tanya Heru.Noah ragu sejenak, lalu berkata, "Belum, aku akan pergi ke sana besok!"Ada beberapa hal yang ingin dia selesaikan lebih dulu, dan sebelum itu, dia tidak ingin Heru tahu. Kemudian, dia bertanya lagi, "Kakek, dokter hebat yang Kakek bilang itu, apa besok bisa langsung mengobatiku?"Heru menjawab, "Aku akan telepon dia dan tanyakan soal waktu. Noah, Kakek ingin mengingatkanmu dulu. Besok, kamu harus bersikap sangat sopan. Apa pun konflik yang mungkin ada seb
"Yola, aku ada urusan besok. Sampai di sini saja untuk hari ini," ujar Felicia, merasa bahwa percakapan ini sudah tidak menyenangkan lagi. Sambil berbicara, Felicia mengambil tasnya dan bersiap untuk pergi.Namun, baru saja dia berdiri, tubuhnya tiba-tiba limbung. Kepalanya terasa pusing dan hampir saja dia terjatuh ke lantai. Dalam sekejap, matanya yang indah memancarkan rasa curiga. Dia memandang sahabatnya dengan penuh keraguan.Yola tersenyum samar. "Felicia, jangan buru-buru pergi, dong. Kamu ini ....""Kamu ... apa yang kamu lakukan?" tanya Felicia dengan nada penuh kewaspadaan. Firasat buruk mulai menyelimuti hatinya.Felicia segera meraih ponselnya secara refleks dan mencoba menelepon seseorang. Namun, suara yang dia dengar hanya pemberitahuan bahwa ponsel yang dituju sedang tidak aktif.Pada saat yang sama, Afkar sedang berada di pesawat!"Felicia, siapa yang kamu coba hubungi? Jangan bilang kamu menelepon Afkar, pria nggak berguna itu! Tapi sayangnya, dia mungkin sudah mati s
Pertarungan antara ahli berlangsung sangat cepat!Setengah menit kemudian ....Mateo tergeletak di tanah, darah mengucur deras dari mulutnya. Dia memandang Karno dengan tatapan penuh kemarahan dan ketidakrelaan."Nggak kusangka, setelah turun gunung, kemampuan Kak Mateo ternyata meningkat. Sayang sekali, masih belum cukup!""Kenapa kamu bela Afkar? Apa hubunganmu sama dia? Sungguh nggak terduga ...."Karno menatap Mateo yang terluka parah dengan senyum mengejek. Dia tak menyangka Mateo yang tertahan di puncak tingkat gulita tahap akhir selama bertahun-tahun, kini berhasil mencapai tahap awal tingkat revolusi.Namun, dibandingkan dirinya yang sudah berada di puncak tingkat revolusi dan hampir menjadi tingkat semi-master, kemampuan Mateo jelas masih jauh di bawahnya."Dasar bajingan!""Selama aku masih bernapas ... aku nggak akan membiarkanmu masuk!" teriak Mateo dengan gigi terkatup, meskipun tubuhnya gemetar dan kesakitan. Dengan susah payah, dia kembali berdiri, mengadang Karno dan Ka
"Siapa kamu?" tanya Afkar dengan terkejut."Kamu nggak perlu tahu siapa aku! Yang perlu kamu tahu adalah anakmu ada di tanganku. Kalau nggak ingin dia mati, beri tahu aku di mana kamu sekarang!" Suara di seberang telepon terdengar dingin dan penuh ancaman.Kemudian, dengan nada memerintah, orang itu melanjutkan, "Anak kecil, katakan sesuatu pada ayahmu!"Namun, setelah perintah itu, telepon di seberang tetap sunyi. Afkar mulai curiga. Namun tiba-tiba, suara orang itu terdengar lagi dengan penuh amarah. "Sialan, nggak mau bicara ya?"Setelah itu, Afkar mendengar suara erangan yang kecil, seperti suara Shafa yang menahan rasa sakit tetapi tetap berusaha tidak bersuara. Dalam sekejap, mata Afkar memerah dan hatinya terasa sakit.Meskipun masih kecil, Shafa sudah sangat mengerti situasi. Dia tahu bahwa orang jahat itu ingin menyerang ayahnya, jadi dia sengaja menahan suara untuk melindungi Afkar.Dengan penuh kemarahan dan kekhawatiran, Afkar berteriak ke telepon, "Berhenti, bajingan! Jang
Mendengar pertanyaan Afkar, Naufal berpikir sejenak lalu berkata, "Aku tahu soal itu! Kabarnya, ayah Noah, Pak Arwan, punya seorang wanita simpanan di luar, dan dari hubungan itu lahir seorang anak haram!""Entah kenapa, Noah sangat peduli soal adik tirinya ini, sampai memperlakukannya seperti anak sendiri. Dulu, ada seorang anak konglomerat dari empat keluarga besar lainnya yang mengejek adik tirinya ini, dan Noah langsung mematahkan kakinya! Waktu itu masalahnya cukup heboh.""Kabarnya, Keluarga Sanjaya harus mengeluarkan banyak uang untuk meredam masalah itu. Tapi dari situ terlihat jelas, betapa protektifnya Noah terhadap adiknya."Naufal berhenti sejenak sebelum melanjutkan, "Dalam keluarga besar seperti mereka, persaingan dan intrik itu biasa. Bahkan antar saudara kandung pun jarang yang benar-benar akur.""Banyak orang nggak tahu kenapa Noah begitu peduli pada adik tirinya. Tapi, beberapa anggota dekat Keluarga Sanjaya tahu alasan sebenarnya. Karena Noah punya masalah fisik.""N
Setelah pintu kamar terbuka, suara jeritan seorang wanita langsung terdengar. Selingkuhan Arwan meringkuk di balik selimut sambil memeluk seorang bocah lelaki berusia sekitar empat atau lima tahun. Ibu dan anak itu menatap pria yang menerobos masuk dengan wajah penuh ketakutan."Kamu ... kamu mau apa?" tanya wanita itu dengan suara gemetar.Afkar hanya mendengus dingin tanpa menjawab. Dalam sekejap, Afkar bergerak maju dan menebaskan tangannya ke tengkuk wanita itu untuk membuatnya pingsan.Bocah kecil itu menatap Afkar dengan wajah penuh ketakutan dan hendak menangis keras. Namun, Afkar buru-buru menekan bagian belakang kepalanya dan membuat anak itu langsung tak sadarkan diri."Jangan salahkan aku! Salahkan saja kakakmu!" ujar Afkar dengan nada dingin.Setelah itu, dia memeriksa sekeliling kamar dan menemukan kunci mobil.Sambil menggendong bocah kecil itu, dia keluar dari vila dan naik ke sebuah mobil Mercedes-Benz merah, lalu melaju dengan kecepatan tinggi.Dalam perjalanan, Afkar
Saat itu, Noah dan David sedang berada di sebuah vila sambil menatap layar laptop dengan senyuman keji. Di layar, terlihat Felicia yang diikat erat di atas tempat tidur dan tidak bisa bergerak sama sekali. Wajah cantiknya dipenuhi amarah dan kebencian."Noah, dasar bajingan! Apa yang kamu inginkan? Lepaskan aku sekarang!"Aku bersumpah, kalau kamu berani menyentuhku, Afkar akan membunuhmu saat dia kembali!" Felicia berteriak dengan nada dingin dan penuh kebencian.Mendengar ucapannya, Noah tertawa mengejek, sementara David memandang dengan senyuman penuh penghinaan. Noah membawa laptop itu ke dekat Felicia dan meletakkannya di samping kepalanya."Masih berharap pada pria itu? Lihat sendiri, hahaha .... Lihatlah si Afkar itu. Betapa menyedihkan dan nggak berdayanya dia sekarang!"Noah meraih rambut Felicia dengan kasar, lalu menundukkan kepalanya ke arah layar sambil berkata dengan nada penuh kebencian, "Perempuan jalang! Afkar sudah tamat! Anaknya ada di tangan anak buahku. Aku bisa me
"Aku nggak percaya ini! Ah! Ah!" Scorpion berteriak dengan tidak puas, lalu menggunakan belati di tangannya untuk menusuk bagian perut dan area lemah lainnya secara gila-gilaan.Bahkan sampai akhirnya, belati di tangannya sudah melengkung dan tumpul, tetapi tetap tidak berhasil membuat Afkar berdarah."Membunuhku saja nggak bisa, masih mau jadi penjahat?" tanya Afkar dengan nada mengejek.Saat ini, Scorpion benar-benar tercengang! Wira dan Denny juga menunjukkan ekspresi seperti melihat hantu! Bahkan, Wulan menatap Afkar seperti sedang melihat makhluk aneh!Rasa khawatir dan bersalah yang sebelumnya terlihat di wajahnya perlahan menghilang. Wulan merasa lega di dalam hati."Bocah, sebenarnya siapa kamu ini?" Denny menggerakkan wajahnya yang agak kaku, bertanya dengan penuh keraguan."Aku akan bilang sekali lagi, lepaskan Wulan, maka aku akan mengampuni kalian. Kalau nggak, hari akan menjadi hari kematian kalian!" seru Afkar dengan suara dingin dan menakutkan.Mendengar ini, Denny mence
"Haha ... memuaskan sekali!" Saat ini, Wira tertawa puas.Denny yang masih memegang Wulan pun tersenyum dingin dan berkata, "Lebih baik kamu nggak bergerak atau aku akan langsung bunuh gadis ini!"Afkar menarik napas panjang dengan tatapan dingin. Sejujurnya, tamparan yang diberikan oleh Scorpion tadi sama sekali tidak terasa sakit.Scorpion hanya ahli tingkat eksplisit tahap akhir, mana mungkin bisa membuat Afkar kesakitan! Namun, masalahnya bukan tentang rasa sakit, melainkan penghinaan!Namun, karena Wulan sedang berada di tangan Keluarga Widjaja, bahkan dengan pistol yang diarahkan ke kepalanya, Afkar tidak berani bergerak sembarangan saat ini.Meskipun merasa kesal karena ditampar, itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan keselamatan Wulan!Plak! Plak! Tidak lama kemudian, Scorpion melayangkan dua tamparan keras lagi ke wajah Afkar dengan ekspresi penuh kebencian dan kepuasan.Tadi dia dipukul sampai terlempar oleh Afkar hingga memuntahkan darah, kini dia merasa puas kare
Wajah Scorpion menampilkan senyuman bengis.Klang! Saat berikutnya, Afkar menggerakkan tangannya dengan ringan, membuat pisau yang berada di tangan Scorpion terlempar dan terjatuh!Telapak tangan Scorpion yang menggenggam pisau langsung robek dan berdarah. Dia merasakan kekuatan yang mengerikan mengalir melalui tangannya, membuatnya mati rasa seketika!Wajah Scorpion sontak berubah drastis, menampilkan ekspresi penuh ketakutan. Dalam situasi itu, tidak ada waktu baginya untuk mundur. Segera, dia mengerahkan Teknik Jubah Besi.Bam! Suara dentuman terdengar, lalu tubuh Scorpion terlempar akibat tendangan Afkar. Setelah jatuh ke tanah, dia memuntahkan darah dan berdiri dengan goyah!Afkar mengangkat alis, matanya memancarkan keterkejutan. Meskipun tendangan tadi dilakukan dengan santai, kekuatannya cukup besar. Seharusnya, lawannya setidaknya mengalami luka parah atau bahkan kehilangan nyawa. Namun, orang ini masih mampu berdiri?Sepertinya, pria ini adalah seorang petarung yang berfokus
Tentu saja, Arwan tidak akan memberi tahu Denny terlalu banyak, apalagi mengatakan dia datang untuk meminta maaf kepada seseorang. Hal itu hanya akan merendahkan martabatnya. Dia hanya memberi tahu Denny, dia datang untuk memberikan hadiah kepada seseorang!"Oh? Mau kasih orang hadiah ya? Laki-laki atau perempuan, Pak?" tanya Denny yang cukup terkejut."Laki-laki, kenapa? Apa aku perlu melaporkan siapa orangnya kepadamu?" balas Arwan dengan nada tidak ramah."Bukan, bukan begitu! Hehe!" Denny terkekeh-kekeh dengan canggung. Setelah mengakhiri panggilan, ekspresi terkejut tebersit di wajahnya, lalu berubah menjadi bersemangat."Ayah, ada apa?" Wira yang melihat ekspresi ayahnya yang berubah-ubah lantas bertanya dengan bingung.Denny tersenyum dan menyahut, "Kamu tahu nggak, ternyata Pak Arwan datang untuk memberi hadiah kepada seseorang!""Kamu percaya itu? Dengan status Pak Arwan, dia sampai repot-repot datang ke sini hanya untuk memberi seseorang hadiah. Orang itu ... pasti tokoh yang
Orang ini merupakan seorang ahli tingkat eksplisit tahap akhir. Setelah diselamatkan oleh Denny, dia mengabdikan diri untuknya, khususnya membantu mereka melakukan pekerjaan kotor.Seperti menculik orang, bagi Scorpion, ini sudah seperti pekerjaan rutin yang mudah dilakukan!"Wira, seleramu memang bagus. Hahaha ...." Denny tertawa sinis."Tentu saja! Gimana, Ayah? Kalau kita kasih gadis ini kepada Pak Arwan, dia pasti puas, 'kan?" Wira menyeringai."Puas! Pasti puas! Mana ada pria yang bisa menolak wanita secantik ini! Luar biasa ...," sahut Denny sambil tersenyum lebar.Kemudian, dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Arwan. Karena akan datang ke Kota Nubes, Arwan sebelumnya telah menghubungi Denny dan meminta bantuannya untuk mengatur tempat tinggal.Makanya, Denny merasa inilah kesempatan emasnya untuk mendekati tokoh inti Keluarga Sanjaya. Dengan segala cara, dia akan berusaha menyenangkan Arwan agar dapat meraih dukungan darinya."Pak Arwan, sudah sampai mana? Aku sudah meny
Wira terdiam sejenak, lalu bertanya dengan ragu, "Afkar?""Ya, ini aku! Bukankah kamu bilang mau beli lagi kalau aku punya lebih banyak Pil Rejuvenasi?" tanya Afkar.Mendengar ini, Wira ragu sejenak, lalu menjawab dengan asal, "Malam ini aku sibuk! Nggak sempat, lain kali saja. Nanti aku beli dengan harga tinggi!"Setelah berkata demikian, dia langsung memutuskan panggilan.Denny yang duduk di sebelah langsung bertanya, "Nak, siapa itu?"Mata Wira menyiratkan kecurigaan saat dia menjawab, "Teman lama Wulan. Waktu itu ...." Dia pun menceritakan kejadian sebelumnya kepada ayahnya.Setelah selesai bercerita, Wira mendengus dingin. "Aneh sekali! Kenapa nggak menghubungiku dari tadi atau besok? Kenapa malah sekarang? Kebetulan sekali, 'kan? Aku nggak peduli padanya deh!"Denny mengangguk. "Teman lama Wulan? Huh!"Dia menunjukkan tatapan puas kepada anaknya, "Kamu melakukan hal yang benar! Memang patut dicurigai. Lebih baik berhati-hati dan tunggu sampai besok saja."Di sisi lain, Afkar mena
"Afkar, aku ibu Wulan! Kamu masih ingat, 'kan?"Afkar tertegun sejenak, lalu buru-buru membalas, "Bibi? Ingat! Tentu saja aku masih ingat! Ada apa, Bibi?"Meskipun Sumi sebelumnya sempat terlihat agak materialistis, Afkar tetap berbicara dengan sopan karena dia adalah ibu Wulan.Sumi ragu sejenak, lalu bertanya dengan nada hati-hati, "Afkar, apa Wulan sedang bersamamu?""Hah?" Afkar keheranan untuk sesaat, lalu menyahut dengan gugup, "Nggak ada, Bibi! Hari ini aku sama sekali nggak bertemu Wulan.""Ke mana Wulan pergi ya? Biasanya jam segini dia sudah pulang. Dia nggak pernah pulang terlalu malam. Tadi aku pikir dia sama kamu! Teleponnya nggak bisa dihubungi lagi. Apa mungkin terjadi sesuatu padanya?"Nada bicara Sumi menjadi semakin khawatir."Nggak bisa dihubungi ya?" Afkar mengernyit, hatinya juga mulai merasa cemas."Ya! Kamu tahu sendiri kondisi kesehatanku sebelumnya kurang baik, jadi semua pekerjaan rumah dikerjakan Wulan. Setelah pulang kerja, dia selalu langsung pulang. Kalaup
"Pak Arwan? Pak Arwan yang mana?" Wira termangu sejenak, lalu segera menyadari sesuatu, "Jangan-jangan yang dari Keluarga Sanjaya itu?"Keluarga Sanjaya adalah salah satu dari empat keluarga besar di ibu kota provinsi. Di Provinsi Jimbo, mereka memiliki pengaruh yang besar.Sementara itu, keluarga mereka, Keluarga Widjaja, hanya keluarga kelas dua di Kota Nubes. Mereka berada di bawah perlindungan Keluarga Sanjaya selama ini.Tentu saja, bagi Keluarga Sanjaya, Keluarga Widjaja tak ada bedanya dengan bawahan kecil mereka. Selama ini, segala urusan bisnis yang mereka jalani hanya melibatkan orang-orang di sekitar Keluarga Sanjaya."Benar, Pak Arwan dari Keluarga Sanjaya di ibu kota provinsi! Dia putra sulung Keluarga Sanjaya! Biasanya kita nggak punya kesempatan untuk bertemu langsung dengan anggota inti keluarga mereka. Kali ini adalah kesempatan besar!""Kalau kita bisa memanfaatkannya dengan baik dan membangun hubungan dengan Pak Arwan, masa depan kita akan semakin terjamin!" ujar Den
Mengenai kedua anggota Keluarga Samoa yang terluka, Afkar tidak terlalu khawatir. Tentu saja, bukan karena dia benar-benar merasa dirinya bisa menggertak mereka, tetapi karena memiliki kepercayaan diri lain di dalam hatinya.Seperti kata pepatah, dunia dipenuhi oleh orang-orang yang mencari keuntungan. Seperti para agen besar farmasi yang sebelumnya bekerja sama dengan Fajar, hanya karena Afkar meluncurkan obat baru dan mereka melihat potensi dari Afkar, mereka akhirnya bekerja sama dengannya.Kali ini juga sama! Selama dia bisa memberikan keuntungan yang cukup besar bagi Keluarga Samoa, mereka tentu tidak akan mempermasalahkan insiden hari ini, bahkan mungkin mereka akan duduk bersama dan berbicara dengannya dengan baik-baik.....Di King's Brew."Pak Wira!""Pak Wira sudah datang!"Para karyawan di departemen penjualan langsung menyapa Wira dengan nada menyanjung saat melihatnya datang.Wira mengangguk dengan gaya yang sangat berwibawa, lalu menatap Wulan. "Wulan, gimana pekerjaan se