"Pemegang lencana ini punya hak untuk mengatur unit tempur dan prajurit tingkat resimen ke bawah. Selain itu, kamu punya hak penuh untuk bertahan dan melakukan serangan balik.""Kalau ada yang berani mengancam keselamatan jiwa, properti, atau keluarga dan teman-temanmu, kamu punya kebebasan untuk melawan tanpa harus mempertimbangkan konsekuensi ataupun status lawan."Usai berbicara, komandan paruh baya itu memberikan hormat militer kepada Afkar.Para prajurit lainnya, termasuk Adam dan timnya juga memberi hormat secara serempak.Afkar berdiri tegak, membalas hormat kepada komandan itu dan semua prajurit.Di sisi lain, Noah membawa Karta dan Karno serta sejumlah pengawal tiba di Kota Nubes. David telah membawa orang untuk menyambut mereka.Begitu melihat Noah, David langsung menghampiri dengan senyuman menyanjung. "Pak Noah, akhirnya kamu sampai. Hehe ...."Noah mendengus dingin, lalu melirik orang kepercayaannya ini dengan sinis. "Kalau cuma mengandalkan sampah sepertimu, entah kapan u
Sejam setelah Noah tiba di vila, beberapa bawahannya membawa seorang wanita cantik masuk ke ruang tamu. Wanita itu punya paras yang menawan, berpenampilan modis, tetapi tampak ketakutan."Kalian mau apa? Apa yang ingin kalian lakukan? Lepaskan aku! Aku putri Keluarga Permono! Kalau keluargaku tahu, kalian nggak akan diampuni!"Wanita itu tidak lain adalah Yola, sahabat Felicia."Bu Yola, jangan panik. Aku mengundangmu kemari cuma untuk meminta bantuanmu." Noah bangkit, lalu meniupkan asap rokok ke wajah cantik Yola dan tersenyum menyipitkan mata."Siapa kamu?" tanya Yola dengan ragu dan takut."Perkenalkan, aku Noah dari Keluarga Sanjaya di ibu kota provinsi," jawab Noah dengan tenang.Setelah mendengarnya, Yola pun terbelalak kaget. "Kamu ... Tuan Muda Keluarga Sanjaya?'Keluarga Sanjaya adalah salah satu dari empat keluarga besar di ibu kota provinsi. Mereka jauh lebih hebat dibandingkan keluarga kelas satu di Kota Nubes. Setelah mengetahui identitas Noah, Yola pun bersikap lebih ten
Afkar, Adam, Marcel, Naufal, dan Kenzo duduk di ruang privat sambil bersulang."Pak Afkar, aku bersulang untukmu. Haha ...." Adam mengangkat gelasnya untuk bersulang. Satu lengannya diperban dan digantung.Kepala Marcel juga dililit perban, sementara itu, Naufal menggunakan tongkat dan pinggang Kenzo dililit perban tebal.Pertempuran sebelumnya membuat mereka terluka. Untungnya, tidak ada cedera permanen."Haha, Kak Afkar sangat hebat sekarang. Dia mendapat gelar Komandan Besar, bahkan memegang lencana Naga Yanura.""Benar! Mulai sekarang kita semua harus bersikap hormat kepada Pak Afkar!""Pak Afkar layak mendapat penghargaan ini! Haha ...."Para tuan muda yang berasal dari keluarga militer dan terpandang ini tampak menggoda Afkar.Afkar terkekeh-kekeh. "Nggak usah berlebihan begini. Itu cuma gelar kehormatan.""Kata siapa? Panglima yang memberimu gelar itu secara langsung. Lencana Naga Yanura bukan sesuatu yang bisa diremehkan. Aku sekalipun harus menuruti perintahmu!" jelas Adam.Af
"Baiklah, hari ini sampai di sini saja. Kalau ada kesempatan, kita kumpul lagi lain waktu! Aku harus pulang sekarang." Setelah selesai makan malam itu, Afkar pun berpamitan dengan keempat orang tersebut.Setelah menyelesaikan tugas kali ini, mereka bisa beristirahat beberapa hari di Bumantra untuk memulihkan luka-luka mereka. Namun, Afkar tidak sabar untuk segera pulang. Dia sudah memesan tiket pesawat pukul tujuh malam ini, dari Bumantra menuju ibu kota Provinsi Jimbo."Pak Afkar langsung kembali ke Kota Nubes? Nggak mau menghabiskan beberapa hari di Bumantra? Aku bisa antar kamu jalan-jalan dan menunjukkan tempat-tempat menarik di sini sebagai tuan rumah," kata Adam dengan antusias."Nggak usah! Aku punya istri dan anak, takut mereka khawatir. Lain kali, kalau ada kesempatan, aku akan bawa mereka ke Bumantra. Kalau Pak Adam punya waktu, mungkin kami akan merepotkan Bapak," jawab Afkar sambil menggelengkan kepala.Mendengar hal itu, Adam tidak memaksa lagi. Dia menepuk dadanya dan ber
Melihat panggilan masuk, Felicia mengerutkan keningnya. Perasaan tidak nyaman muncul di hatinya. Pertemuan terakhir mereka membuat Felicia benar-benar kecewa pada Yola.Namun, setelah ragu sejenak, Felicia tetap menjawab panggilan itu. "Yola?""Felicia, ayo keluar makan malam bareng malam ini! Kita kumpul-kumpul!" kata Yola dengan antusias di telepon."Nggak, aku sudah makan. Ada hal lain yang perlu dibicarakan?" Felicia menolak dengan tegas."Felicia, aku tahu aku salah! Waktu itu aku memang salah, aku nggak seharusnya bersikap seperti itu pada suamimu! Ayolah, aku benar-benar minta maaf!""Kita sudah bersahabat bertahun-tahun, apa kamu benar-benar ingin memutuskan hubungan kita? Keluar sebentar untuk makan malam, aku akan minta maaf padamu, oke?" Yola memohon dengan nada sedikit manja."Ini ... nggak perlu, sungguh! Bagaimana kalau besok saja? Sekarang sudah malam, aku nggak terlalu ingin keluar," jawab Felicia sambil ragu-ragu.Mendengar permohonan Yola yang lembut, Felicia yang tel
Mendengar penjelasan kakeknya, Karen membelalakkan matanya. "Afkar sehebat itu, ya?"Heru mengangguk dengan penuh makna. "Kalau dia mau mengembangkan kariernya di militer, mungkin dia akan menjadi Dewa Perang Mars berikutnya!"Sambil berbicara, ekspresinya tiba-tiba berubah serius. Dengan suara berat, dia berkata, "Noah nggak boleh jadi musuh Afkar!"Pada saat itu, teleponnya berdering. Orang yang baru saja dibicarakan, langsung menampakkan diri! Penelepon itu ternyata adalah Noah."Noah, kamu sudah sampai di Kota Nubes?" tanya Heru.Noah ragu sejenak, lalu berkata, "Belum, aku akan pergi ke sana besok!"Ada beberapa hal yang ingin dia selesaikan lebih dulu, dan sebelum itu, dia tidak ingin Heru tahu. Kemudian, dia bertanya lagi, "Kakek, dokter hebat yang Kakek bilang itu, apa besok bisa langsung mengobatiku?"Heru menjawab, "Aku akan telepon dia dan tanyakan soal waktu. Noah, Kakek ingin mengingatkanmu dulu. Besok, kamu harus bersikap sangat sopan. Apa pun konflik yang mungkin ada seb
"Yola, aku ada urusan besok. Sampai di sini saja untuk hari ini," ujar Felicia, merasa bahwa percakapan ini sudah tidak menyenangkan lagi. Sambil berbicara, Felicia mengambil tasnya dan bersiap untuk pergi.Namun, baru saja dia berdiri, tubuhnya tiba-tiba limbung. Kepalanya terasa pusing dan hampir saja dia terjatuh ke lantai. Dalam sekejap, matanya yang indah memancarkan rasa curiga. Dia memandang sahabatnya dengan penuh keraguan.Yola tersenyum samar. "Felicia, jangan buru-buru pergi, dong. Kamu ini ....""Kamu ... apa yang kamu lakukan?" tanya Felicia dengan nada penuh kewaspadaan. Firasat buruk mulai menyelimuti hatinya.Felicia segera meraih ponselnya secara refleks dan mencoba menelepon seseorang. Namun, suara yang dia dengar hanya pemberitahuan bahwa ponsel yang dituju sedang tidak aktif.Pada saat yang sama, Afkar sedang berada di pesawat!"Felicia, siapa yang kamu coba hubungi? Jangan bilang kamu menelepon Afkar, pria nggak berguna itu! Tapi sayangnya, dia mungkin sudah mati s
Pertarungan antara ahli berlangsung sangat cepat!Setengah menit kemudian ....Mateo tergeletak di tanah, darah mengucur deras dari mulutnya. Dia memandang Karno dengan tatapan penuh kemarahan dan ketidakrelaan."Nggak kusangka, setelah turun gunung, kemampuan Kak Mateo ternyata meningkat. Sayang sekali, masih belum cukup!""Kenapa kamu bela Afkar? Apa hubunganmu sama dia? Sungguh nggak terduga ...."Karno menatap Mateo yang terluka parah dengan senyum mengejek. Dia tak menyangka Mateo yang tertahan di puncak tingkat gulita tahap akhir selama bertahun-tahun, kini berhasil mencapai tahap awal tingkat revolusi.Namun, dibandingkan dirinya yang sudah berada di puncak tingkat revolusi dan hampir menjadi tingkat semi-master, kemampuan Mateo jelas masih jauh di bawahnya."Dasar bajingan!""Selama aku masih bernapas ... aku nggak akan membiarkanmu masuk!" teriak Mateo dengan gigi terkatup, meskipun tubuhnya gemetar dan kesakitan. Dengan susah payah, dia kembali berdiri, mengadang Karno dan Ka
Bandara Kota Palako.Pada saat ini, beberapa warga Negara Sakura yang tampak seperti wisatawan biasa keluar dari bandara.Pria yang berjalan paling depan berusia sekitar 40 tahun. Rambutnya diikat kuncir kuda dan wajahnya tampak tersenyum sopan. Hanya saja, di kedalaman matanya sesekali muncul kilatan dingin!Setelah keluar dari bandara dan naik ke mobil, kelompok ini awalnya berniat menuju Kota Nubes. Namun, mereka tiba-tiba menerima sebuah informasi."Orang yang membunuh Tiano dan Nobu akan segera tiba di ibu kota provinsi?""Kebetulan sekali! Sepertinya Dewa Agung diam-diam membantu kita dengan membuat pria dari Darsia yang menyebalkan itu datang mengantarkan diri!" kata Tanuri dengan nada licik.Di sisi lain, sebuah Ford Raptor baru saja memasuki Kota Nubes, lalu berhenti sebentar sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kota Palako. Di dalam mobil, terdapat dua orang kulit putih, seorang pria dan seorang wanita.Pria itu bertubuh tinggi dan ramping, dengan senyuman jahat dan misteriu
"Pergi! Mulai sekarang, enyahlah dari Kota Nubes!"Afkar memelototi Freya dan berkata dengan tegas, "Jangan pernah muncul di hadapanku lagi. Selain itu, kamu juga nggak boleh lihat Syifa lagi! Kalau kamu melanggarnya, aku nggak akan segan-segan menghabisimu!"Setelah berkata demikian, Afkar mendengus keras. Sebuah aura yang mengerikan langsung meledak dari tubuhnya dan menyebar ke seluruh ruangan.Brak! Brak! Brak!Dalam sekejap, seluruh perabotan dan peralatan elektronik di rumah itu hancur berkeping-keping.Merasakan tekanan yang mengerikan dari Afkar, Freya dan keluarganya terkejut bukan main."Baik! Baik! Kami akan segera meninggalkan Kota Nubes!" ujar Gordon buru-buru menyetujuinya.Anita juga mengangguk, "Kami akan pergi! Besok kami akan pergi dan nggak akan kembali lagi! Tolong ... jangan gegabah."Sementara itu, Afkar hanya menatap Freya dengan dingin untuk menunggu jawabannya. Tatapan Freya memancarkan keengganan dan kebencian. Namun, dia bisa merasakan betapa tidak stabilnya
"Afkar?" Freya membelalakkan matanya dan berseru kaget saat melihat orang yang muncul di rumahnya itu. Anita dan Gordon juga ikut terkejut seolah-olah baru saja melihat hantu yang muncul di hadapan mereka."Kamu ... bukannya kamu ....""Bukannya aku sudah mati ya? Benar begitu?"Afkar menyeringai dengan ekspresi jahat, lalu berkata dengan nada yang menakutkan, "Makanya, aku kembali sebagai arwah jahat untuk menuntut nyawa putrimu!"Saat berbicara, tatapan matanya yang tajam dipenuhi dengan niat membunuh yang dingin, serta kekecewaan dan kehampaan yang mendalam. Dia menatap Freya dengan penuh kebencian.Tubuh Freya bergetar hebat, wajahnya langsung pucat. "Af ... Afkar, kamu mau apa? Bukan aku yang membunuhmu! Balas dendam harus sama orang yang tepat! Cari saja orang yang bunuh kamu! Ini ... ini nggak ada hubungannya sama aku!""Benar, Afkar! Kalau kamu mau balas dendam, cari saja orang yang membunuhmu! Ke ... kenapa kamu malah datang cari kami?" tanya Gordon dengan wajah gemetar.Semen
Freya mengangkat gelasnya dan bersulang untuk semua orang.Kejadian tadi malam begitu heboh hingga hampir seluruh warga Kota Nubes mengetahuinya. Tentu saja, keluarga Freya juga melihat momen ketika Hantu Senyap datang mencari Afkar untuk membalas dendam.Namun, mereka hanya tahu bahwa Afkar akhirnya muncul di depan umum. Setelah itu, semua informasi telah diblokir oleh Daru dan Waldo, sehingga masyarakat awam tidak mengetahui detailnya.Namun, dalam pandangan Freya, Afkar pasti sudah tewas! Dia mendengar langsung dari David bahwa Afkar telah dilumpuhkan oleh pria tua berjubah merah itu. Sekarang dia terpaksa muncul ke publik, mana mungkin bisa selamat?"Hmm, bocah berengsek itu akhirnya tewas juga! Kalau bukan karena dia, putriku pasti sudah menemukan pasangan yang lebih baik dari dulu!" kata Gordon sambil menenggak segelas arak putih dan wajahnya penuh kegembiraan.Anita juga tertawa sinis, "Benar! Dasar orang nggak tahu diri! Putriku sudah kasih dia kesempatan, tapi dia malah menyia
Begitu Heru selesai bicara, ekspresi keterkejutan memenuhi wajah para anggota Keluarga Sanjaya. Mereka menatap kepala keluarga mereka dengan penuh ketidakpercayaan."Kakek, kamu ... nggak bercanda? Hanya karena satu Afkar, keluarga kita bisa menghadapi bencana besar?" tanya salah satu anggota inti generasi ketiga Keluarga Sanjaya dengan ekspresi kesal."Benar! Sekalipun Afkar itu kuat, apa dia benar-benar berani bertindak sesuka hati? Noah sudah melarikan diri, lalu dia bisa berbuat apa?" tanya Yuki sambil menggertakkan gigi dengan geram.Dengan ekspresi serius, Heru menimpali, "Kalau Keluarga Sanjaya nggak menunjukkan sikap yang tepat, mungkin Afkar yang marah akan menyeret seluruh keluarga ke dalam masalah!""Mungkin kalian belum tahu, Afkar memiliki lencana naga Yanura yang memberinya hak untuk melakukan pembalasan tanpa batasan. Siapa pun yang berani mengancamnya atau keluarganya, Afkar bisa membunuh mereka tanpa harus bertanggung jawab!""Kalaupun kita menggunakan koneksi kita di
"Target mereka juga adalah kamu! Tiano dan Nobu yang kamu bunuh sebelumnya adalah orang-orang dari Sekte Pedang Bayangan! Mereka datang untuk membalas dendam! Kamu nggak boleh anggap sepele!""Begini saja, untuk sementara waktu, bawa keluargamu ke wilayahku. Aku akan mengatur pasukan untuk melindungimu!""Aku yakin, sekalipun Dewa Duka dan Sekte Pedang Bayangan sangat arogan, mereka nggak akan berani bertindak semena-mena di wilayah pertahanan!"Mendengar ini, Afkar akhirnya mengernyit. Masalah ini terasa semakin merepotkan. Bukan hanya Dewa Duka, sekarang Sekte Pedang Bayangan juga turun tangan?Afkar tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri. Dengan kemampuannya sekarang, melawan seorang ahli tingkat pembentukan inti pun dia masih bisa menang.Namun, yang membuatnya khawatir adalah keselamatan orang-orang di sekitar. Dia tidak mungkin berada di sisi Shafa atau Felicia selama 24 jam, sedangkan para ahli dari Dewa Duka dan Sekte Pedang Bayangan bisa muncul kapan saja.Apakah dia harus teru
Alasan Edbert menjelaskan semuanya dengan begitu rinci kepada Afkar adalah karena dia berharap Afkar bersedia mewakili Keluarga Samoa dalam kompetisi!Menurut mereka, Afkar memiliki latar belakang yang sangat kuat. Meskipun berlatih sendiri di luar, kemungkinan besar dia tidak tertarik ikut serta sebagai pesilat independen.Diterima oleh kekuatan besar dari dunia misterius jelas bukan sesuatu yang menarik bagi Afkar. Sekarang, dugaan mereka terbukti benar!Afkar masih muda, tetapi sudah mencapai tingkat pembentukan fondasi tahap menengah. Walaupun bakatnya tampak tidak sebaik Rose, di usianya yang sekarang, itu tetap merupakan pencapaian yang luar biasa.Jika dia bersedia bertarung atas nama Keluarga Samoa, mereka memiliki peluang lebih besar untuk lolos dalam kompetisi.Ditambah dengan Rose, dua orang yang berhasil lolos sudah cukup untuk mempertahankan status Keluarga Samoa di Aliansi Seni Bela Diri Kuno!Namun, setelah mendengar tawaran itu, Afkar hanya tersenyum tipis tanpa memberi
Setelah itu, Afkar tidak berminat meladeni Rose lagi. Dia hanya menoleh ke Edbert dan bertanya, "Pak Edbert, sebenarnya aku ingin tanya sesuatu. Dari mana kalian mendapatkan giok spiritual dan sumber daya kultivasi lainnya?"Dia menambahkan, "Oh, kalau pertanyaan ini sulit untuk dijawab, anggap saja aku nggak pernah tanya."Namun, dalam hatinya, Afkar merasa penasaran.Dari yang dia lihat, Keluarga Samoa tidak memiliki tambang giok spiritual atau sumber daya alam yang luar biasa. Mereka juga tidak terlihat membudidayakan tanaman langka atau harta karun lainnya.Jadi, dia benar-benar ingin tahu dari mana Keluarga Samoa memperoleh sumber daya kultivasi mereka.Di sisi lain, Rose menggigit bibirnya dengan ekspresi kesal saat melihat Afkar mengabaikannya. Dia tidak pernah diperlakukan seperti ini!Edbert tertawa ringan dan menjawab, "Nggak ada yang perlu dirahasiakan. Semua sumber daya kultivasi kami berasal dari Aliansi Seni Bela Diri Kuno."Dia menjelaskan lebih lanjut kepada Afkar, "Ali
Mendengar kata-kata Rose, ekspresi canggung langsung muncul di wajah Edbert dan yang lainnya."Rose, apa yang kamu bicarakan?" tegur Varel dengan ekspresi galak.Edbert tampak malu, lalu buru-buru meminta maaf kepada Afkar, "Pak Afkar, jangan marah! Anakku ini terlalu dimanja sejak kecil. Dia nggak bermaksud seperti itu!"Afkar hanya melambaikan tangan dengan santai. "Aku tahu, nggak masalah."Namun, Rose malah mendengus dingin. "Aku memang bermaksud seperti itu. Kenapa? Apa aku salah? Kakek, Ayah, gimana bisa kalian terpikir menjodohkanku dengannya?""Menurutku, dia cuma orang biasa yang kebetulan punya latar belakang kuat! Dengan sumber daya kultivasi yang begitu baik, dia malah baru mencapai tingkat pembangunan fondasi tahap menengah. Orang seperti ini nggak pantas menjadi suamiku!""Suami yang kuinginkan harus punya bakat luar biasa! Kalaupun nggak memiliki latar belakang kuat, setidaknya dia harus bisa membuktikan dirinya sendiri! Bukan seseorang yang hanya mengandalkan perlindung