Meara memasuki Tim Drago dengan cara seperti itu. Sebagai bagian dari sebuah sekte rahasia di Tibes bernama Sekte Gajia, dia menguasai metode kultivasi yang khusus.Meskipun dalam tugas militer, dia tidak pernah melupakan latihannya di waktu senggang. Saat ini, di tengah pegunungan yang dipenuhi energi spiritual, dia duduk bersila untuk bermeditasi.Rambut hitam panjangnya tergerai lembut, menambah aura elegan dari dirinya. Wajahnya yang memesona dan fitur wajah yang sempurna membuat siapa pun yang melihatnya terpukau.Namun, detik berikutnya, alisnya kembali berkerut. Matanya yang dingin melirik ke arah tertentu."Kamu ini nggak ada habisnya ya?" Meara berdiri, memandang Afkar yang mengejarnya dengan ekspresi dingin. Dia menganggap Afkar sebagai pria mesum yang punya niat buruk terhadapnya.Namun, kali ini wajah Afkar tidak lagi dihiasi senyuman seperti saat menggodanya sebelumnya. Tatapannya justru tegang dan dingin, terus tertuju pada Meara.Tanpa sepatah kata, Afkar mendekatinya da
Meara bisa melihat perubahan drastis pada Afkar. Dari yang sebelumnya terlihat mesum menjadi sosok yang penuh dengan amarah dan bahaya.Dengan alis berkerut, Meara bertanya dengan dingin, "Kenapa kamu menggila? Aku nggak punya kewajiban untuk memberitahumu."Saat berikutnya, Afkar melangkah maju dengan hentakan keras dan langsung menyerangnya.Meara terkejut dan segera menjulurkan tangan untuk menyerang dada Afkar. Kekuatan tingkat revolusi tahap awal sontak meledak, menimbulkan suara mendesing yang memecah udara.Namun, Afkar hanya menunjukkan tatapan penuh penghinaan. Dengan satu tamparan tegas, dia menangkis serangan Meara dan langsung menjangkau lehernya. Dalam sekejap, dia mengangkat tubuh Meara dengan satu tangan."Dari mana kamu mendapatkan liontin ini? Katakan, atau aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang tak terbayangkan!" tanya Afkar dengan suara yang penuh ancaman.Wajah Meara memerah karena sulit bernapas. Ketakutan dan keterkejutan tecermin di matanya.Meara adalah a
Afkar mencengkeram bahu Meara dengan kuat. "Pemakaman langit? Kenapa harus pemakaman langit? Kenapa? Apa hak kalian untuk mengurus jasad mereka? Hah?"Pemakaman langit? Berarti jasad kedua orang tuanya tak lagi bersisa!Meara menatap Afkar yang kini seperti kehilangan akal sehat, merasa jantungnya berdetak kencang. Dia benar-benar khawatir pria ini akan membunuhnya karena marah."Dalam tradisi kami, pemakaman langit adalah bentuk penghormatan tertinggi untuk orang yang telah meninggal! Itu melambangkan jiwa yang tak pernah mati dan siklus reinkarnasi! Guruku cuma berniat baik!"Afkar menatap Meara dengan tatapan tajam. Entah berapa lama kemudian, dia akhirnya melepaskan Meara.Bruk! Tubuh Afkar terhuyung, lalu jatuh berlutut ke tanah seperti kehabisan tenaga. Orang tuanya ... meninggal? Bagaimana mungkin? Bagaimana mereka bisa meninggal?Selama bertahun-tahun, Afkar selalu memiliki secercah harapan di dalam hatinya, meskipun tahu harapan itu sangat tipis. Namun, setelah mendengar kabar
"Terima kasih untukmu dan gurumu yang sudah mencoba menyelamatkan mereka waktu itu. Aku minta maaf atas tindakanku tadi." Suara Afkar terdengar sangat berat. Selesai mengatakan itu, dia meninggalkan lembah tanpa menoleh lagi."Fiuh ...." Meara menghela napas lega melihat kepergian Afkar. Setelah ragu sejenak, dia memilih untuk menjaga jarak, tetapi tetap mengikuti Afkar dari kejauhan. Mereka kembali ke perkemahan sementara.Saat ini, Meara merasa bersyukur pria itu tidak sepenuhnya kehilangan kendali dan membunuhnya. Ketika melihat Afkar mengenakan liontin itu di lehernya, dia pun tidak berani memintanya kembali.Sepertinya, pasangan itu sangat penting bagi Afkar. Mungkin saja, mereka adalah keluarga dekatnya. Namun, Meara tahu ini bukan saat yang tepat untuk bertanya. Dia tidak boleh memancing emosi Afkar sekarang.Sayangnya, tidak semua orang memiliki pemahaman yang sama. Ketika Afkar kembali dengan wajah dingin dan suram, tiba-tiba terdengar ejekan dari salah satu anggota Tim Drago.
Sekelompok prajurit berbaju hitam muncul dari segala arah! Mereka memegang pedang di satu tangan dan perisai anti-peluru di tangan lainnya. Dengan formasi yang terlatih, mereka mengepung perkemahan, perlahan-lahan mempersempit lingkaran dengan aura mengancam.Dalam sekejap, seluruh area dipenuhi niat membunuh!"Ada musuh! Siapkan diri untuk bertempur!""Jaga Adry! Jangan sampai dia hilang!" teriak Adam dengan wajah yang berubah drastis, suaranya penuh kepanikan.Tap, tap, tap .... Tidak dapat disangkal, Tim Drago memiliki kemampuan bertempur yang luar biasa. Mereka bereaksi dengan sangat cepat. Suara tembakan mulai terdengar, menghujani musuh yang mendekat!Di sisi lain, pasukan garnisun, termasuk Marcel, juga segera mengambil posisi tempur. Kedua belah pihak tidak berbasa-basi, sebuah pertempuran sengit langsung pecah!Sementara itu, Afkar sudah terlebih dahulu menerjang ke arah beberapa prajurit berbaju hitam. Matanya yang merah dipenuhi dengan campuran emosi yang liar, kemarahan, ke
Sepertinya, hasil penelitian terbaru dari Institut Riset Kota Nubes sangat luar biasa. Setelah Tiano dan Nobu, kali ini sekelompok ahli dari Negara Sakura kembali muncul dalam perjalanan pengawalan. Mereka ingin melancarkan serangan mendadak untuk menggagalkan pengawalan.Pertempuran sengit segera pecah di pegunungan. Suara tembakan, teriakan, jeritan kesakitan menggema tanpa henti!Tim Drago dan para prajurit area garnisun bertarung mati-matian melawan para penyusup ini. Di sisi lain, Afkar bertarung sendirian.Afkar seperti binatang buas yang akhirnya keluar dari sangkarnya setelah dikurung begitu lama. Dia sudah tidak sabar untuk membantai seluruh musuh!Dengan mengandalkan diri sendiri, Afkar telah menghabisi beberapa petarung. Kemudian, dia menyerbu ke kerumunan yang membawa pedang dan perisai."Dasar bodoh! Cepat bunuh dia!" Para petarung itu sempat terpaku melihat Afkar yang menerjang ke arah mereka sendiri. Namun, detik berikutnya raut wajah mereka berubah menjadi kejam dan dip
Duar! Suara ledakan besar menggema, membuat tanah di bawah kaki semua orang seolah-olah berguncang hebat. Para prajurit berbaju hitam yang mengepung Afkar tiba-tiba terlempar ke udara secara bersamaan!Tubuh mereka meledak dan hancur di udara. Kabut darah memenuhi ruang dan potongan tubuh beterbangan ke segala arah. Di sekitar tempat Afkar berdiri, tanah hancur membentuk retakan besar seperti jaring laba-laba.Ini tidak seperti sebelumnya saat Afkar menghadapi para ahli Keluarga Safira. Kali ini, Afkar tidak menahan diri sedikit pun. Dia membiarkan kekuatannya meledak sepenuhnya.Dengan satu tendangan, Afkar langsung menghabisi lebih dari seratus samurai berbaju hitam! Hanya dalam sekejap, area di sekitar Afkar menjadi kosong melompong. Dia seperti harimau yang menerjang kawanan domba.Pemandangan ini membuat semua orang, baik kawan maupun lawan, tertegun dalam keterkejutan luar biasa.Detik berikutnya, semangat pasukan Afkar langsung melonjak. Para prajurit merasa darah mereka mendidi
Di luar kepungan, empat sosok berdiri mengadang di depan Afkar. Atau lebih tepatnya, Afkar seorang mengadang di depan keempat orang itu, mencegah mereka menuju ke arah perkemahan.Empat sosok itu terdiri dari dua orang yang jelas merupakan ahli dari Negara Sakura, sementara dua lainnya adalah pria berambut keriting, berkulit putih, dan memiliki mata cekung.Setelah hilangnya dua ahli besar di Negara Yanura, yaitu Tiano dan Nobu, kali ini pihak Negara Sakura bukan hanya mengirimkan pembunuh dan ahli dari negara mereka untuk merebut kembali Adry, tetapi juga menyewa ahli internasional dengan bayaran tinggi.Kulit salah satu ahli Negara Sakura yang berdiri di sisi kiri tampak memerah. Darahnya bergejolak. Ledakan suara sebelumnya serta gelombang energi yang menyebar, adalah hasil dari bentrokan singkatnya dengan Afkar.Keempat ahli itu kini berdiri berhadapan dengan Afkar. Aura mereka sangat kuat. Meskipun wajah mereka tampak percaya diri, mereka tetap berwaspada.Semakin kuat seseorang,
Afkar bisa-bisanya bersikap begitu keras dan tidak sopan pada dirinya yang jauh lebih tua. Erlin sulit memercayai hal ini. Dia menunjuk ke arah Afkar, bahkan wajahnya sudah memucat karena emosi. "Kamu ...."Beberapa saat kemudian, Erlin menarik napas dalam-dalam. Dia menahan amarah, lalu bertanya, "Yang lain di mana? Kenapa cuma ada kamu di sini? Mana Harun? Mana Felicia? Aku mau negosiasi sama mereka!"Mendengar itu, Afkar menjawab dengan suara dingin, "Sekarang, aku adalah wakil mereka. Apa pun yang ingin kamu bicarakan, langsung bicarakan denganku! Tentu saja, kamu juga boleh pilih untuk nggak bernegosiasi dan langsung pergi dari sini."Sambil berkata demikian, Afkar menatap Erlin. Di wajahnya, perlahan muncul senyum tipis bernuansa ejekan. Pria itu melanjutkan, "Bu Erlin, jujur saja aku benar-benar nggak habis pikir. Kamu masih berani bilang mau mencari anak sulungmu? Dia nyaris mati gara-gara ulahmu sendiri lho. Apa kamu nggak merasa malu?"Duk!Begitu kata-kata Afkar selesai dilo
Setengah jam kemudian, Erlin terlihat datang bersama Haris, Dafa, dan Lauren ke Vila 01 milik Afkar di kawasan Vila Emperor.Orang yang keluar untuk menyambut mereka adalah Fadly. Meskipun berhadapan dengan para kerabat dekatnya, wajah pemuda ini tetap datar tanpa banyak ekspresi.Fadly akhirnya memaksakan sebuah senyuman, lalu berujar sembari mengangguk singkat pada Haris dan yang lainnya, "Paman Haris, Paman Dafa, Bibi Lauren, kalian sudah datang."Ketika pandangannya beralih pada Erlin, bibir Fadly sempat terbuka tetapi akhirnya tidak mengeluarkan sepatah kata pun.Sejak kecil, didikan keluarga Fadly selalu mengajarkan dia untuk mengucapkan salam ketika bertemu dengan Erlin, tidak peduli apa pun yang terjadi. Hanya saja, panggilan "Nenek" yang dulu sangat alami dilontarkannya itu, entah kenapa kini menjadi sulit diucapkannya.Fadly memberi isyarat dengan tangannya, lalu mempersilakan mereka masuk, "Silakan masuk."Melihat Fadly hanya menyapa paman dan bibinya, tetapi sengaja mengaba
Harun berujar dengan penuh penyesalan, "Sayang, aku bersalah padamu. Aku bersalah pada Feli dan Fad! Bahkan sampai membuat Afkar harus nekat bertaruh nyawa demi aku! Aku benar-benar merasa bersalah pada kalian semua! Aku bersumpah, mulai sekarang aku nggak akan sebodoh ini lagi .... Dulu, aku itu cuma bodoh dan terjebak dalam rasa bakti yang salah ...."....Tok, tok, tok!Di Kompleks Goldera, tempat tinggal Harun dan Gauri, tiba-tiba terdengar suara ketukan keras di pintu. Di luar, berdiri Erlin yang ditemani oleh putra ketiganya, Haris, putra keempat, Dafa, bibi Felicia yang bernama Lauren, dan beberapa pengawal keluarga.Kali ini, Erlin tidak membawa Renhad dan Viola, melainkan mengajak dua putranya yang lain serta putri bungsunya. Konon, seseorang akan makin licik seiring bertambahnya usia. Itu sepertinya memang benar.Erlin juga khawatir setelah ulah dia sebelumnya, keluarga Harun tidak akan lagi menghargainya. Jadi, dia sengaja membawa ketiga anaknya yang lain sebagai penguat keb
Felicia terkejut dan tak sengaja mengeluarkan suara manja. Tubuhnya langsung terjatuh ke dalam pelukan yang hangat dan kokoh itu. Hati yang tadinya sempat gelisah dan penuh kekhawatiran karena kejadian ini, seolah-olah mendadak terasa tenang di momen ini.Sebenarnya, Felicia sengaja melontarkan kata-kata barusan. Dia sengaja bersikap seakan-akan ingin menjaga jarak dan memisahkan diri dari pria berengsek ini, hanya untuk memancing reaksinya.Namun tidak disangka, Afkar benar-benar marah. Kali ini, dia bahkan menunjukkan sisi dominan yang belum pernah Felicia lihat sebelumnya.Felicia berusaha keras meronta, tetapi tak ada gunanya. Dia hanya bisa memelototi Afkar dengan tatapan kesal, lalu bertanya, "Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku! Dasar mesum! Kamu 'kan punya banyak teman wanita yang cantik-cantik. Sana peluk mereka saja. Kenapa harus aku?"Mendengar ucapan itu, Afkar paham betul bahwa di dalam hati wanita ini, dia masih menyimpan rasa kesal dan curiga tentang foto-foto itu. "Hehe
Soal kemampuan memasak, Afkar memang tidak berani mengaku dirinya jago. Namun kalau hanya menyiapkan satu meja penuh hidangan rumahan, itu sudah jadi keahliannya. Hal itu semudah membalikkan telapak tangan.Saat itu, Felicia juga sedang mengenakan celemek. Dia berdiri di dapur dan membantu Afkar menyiapkan masakan. Sejak terakhir kali mencicipi "masakan ajaib" buatan presdir cantik ini, Afkar sama sekali tidak berani membiarkan dia turun tangan di dapur lagi.Pada saat ini, Felicia sedang mencuci dan memilah sayuran. Entah apa yang sedang dipikirkan wanita itu."Afkar, menurutmu kenapa ada orang yang bisa sampai seegois dan sekejam itu? Demi menyelamatkan nyawanya sendiri, dia bahkan bisa tega mengorbankan anak dan cucu kandungnya sendiri. Orang seperti itu bahkan adalah ... nenekku sendiri." Suara presdir cantik itu terdengar agak berat, serta mengandung perasaan sedih, getir, dan juga sinis.Afkar yang sedang menumis sayur sempat berhenti sejenak, lalu membalas sambil terkekeh, "Itul
Ekspresi Erlin terlihat sangat muram saat berujar, "Terjadi masalah di saat seperti ini. Kalau bukan Fad yang melakukannya, siapa lagi?"Renhad bertanya sambil menarik sudut bibirnya, "Memangnya Fadly punya kemampuan sebesar itu?""Kalaupun dia sendiri nggak bisa, bukankah dia masih punya Afkar si gigolo itu? Jangan-jangan ... masalah ini ada hubungannya sama si gigolo itu?" Mata Viola berkilat-kilat saat berbicara demikian.Raut wajah Erlin penuh ketakutan dan cemas. Suaranya pun bergetar ketika berbicara, "Nggak peduli apa yang terjadi, yang penting kita harus pikirkan dulu langkah selanjutnya. Dari cara Guntur bereaksi tadi, sepertinya ... dia benar-benar mau menghabisi kita semua sampai tuntas! Gimana ini? Kita harus gimana ya?"Renhad juga sama. Wajahnya pucat, bahkan tubuhnya kelihatan gemetar hebat. Di sisi lain Viola pun terlihat ketakutan. Wajah wanita itu pucat pasi, seolah-olah sebentar lagi Guntur akan muncul di depan pintu rumah mereka dengan membawa gerombolan pembunuh da
Di saat seperti ini, mana mungkin Guntur masih berani dengan santainya pergi ke Kota Nubes dan menantang bahaya?Markas utama organisasi mereka sudah dihancurkan dan ini jelas-jelas berkaitan dengan Fadly. Entah itu Fadly yang memerintahkan orang atau ada pihak lain yang punya relasi dengannya yang melakukannya. Bagaimanapun, kekuatan di balik kejadian ini benar-benar mengerikan.Meskipun Guntur merasa percaya diri karena dirinya adalah seorang pesilat tingkat master, dia sama sekali tidak berani bertindak sembarangan lagi. Jalan menuju Kota Nubes jelas sudah tidak mungkin dilanjutkan sekarang.Meskipun begitu, rasa kesal di hati Guntur tidak mungkin bisa ditelan mentah-mentah begitu saja. Di saat pikirannya masih dipenuhi amarah, tiba-tiba ponselnya kembali berdering. Saat dia melirik layar, ternyata yang menelepon adalah Erlin.Begitu diangkat, suara lawan bicara terdengar ramah dan penuh penjilatan. Erlin bertanya padanya, "Gimana, Pak Guntur? Kamu sudah sampai di Kota Nubes belum?
Mendengar kabar itu, Guntur benar-benar tidak bisa percaya. Apa-apaan ini? Markas utama organisasi mereka di Provinsi Jimbo dihancurkan orang? Sialan! Mana mungkin itu terjadi?Posisi markas utama Organisasi NC sangat tersembunyi. Sekalipun lokasi mereka ketahuan, markas utama itu tidak mungkin bisa dihancurkan dengan mudah meskipun seluruh pasukan bersenjata dikerahkan.Bagaimanapun di dalam markas utama, berkumpul begitu banyak ahli kelas atas. Hanya untuk level ahli tingkat revolusi saja, ada puluhan orang. Belum lagi anak buah biasa yang semuanya membawa senjata api.Bagaimanapun, Organisasi NC adalah kelompok kriminal sungguhan. Lantas, siapa yang mampu menghancurkan markas utama?"Benaran, Kak Guntur! Beritanya sudah tersebar kok. Pabrik narkoba kita meledak! Aku sendiri juga nyaris nggak bisa kabur. Aku hampir mati terjebak dalam ledakan itu!" Suara anak buah kepercayaannya di seberang telepon terdengar hampir menangis. Dia sepertinya masih panik dan ketakutan.Mendengar ucapan
"Dilaporkan, sebuah pabrik kimia di pinggiran selatan kota kita telah meledak! Berdasarkan sisa-sisa bahan baku yang ditemukan di lokasi, pabrik kimia ini sebenarnya merupakan tempat produksi narkoba milik sebuah kelompok kriminal.""Ledakan ini menyebabkan banyak korban tewas dan luka-luka. Diduga ledakan dipicu oleh kelalaian saat proses produksi narkoba! Tapi ada juga yang menduga, ini adalah aksi balas dendam di antara kelompok-kelompok kejahatan ...."Berbagai laporan berita terdengar di mana-mana. Sementara itu, di sisi lain. Setelah bantu mengobati mertuanya, Afkar pun segera mengajaknya pulang.Sebenarnya, kondisi fisik Harun tidak mengalami cedera serius. Jadi setelah mendapat pengobatan dari Afkar menggunakan energi naga, keadaannya pun sudah jauh membaik.Namun dalam hati Afkar, masih ada sedikit rasa kecewa. Sebab, Guntur bersama Kobra dan yang lainnya sudah lebih dulu meninggalkan markas utama dan menuju Kota Nubes. Kalau saja mereka belum pergi ....Bagaimanapun, keselama