"Perlu bantuan?" Setelah mendekat, Afkar tersenyum kepada Rubah Tibes.Meara, Rubah Tibes, tertegun sejenak, lalu menoleh ke arah Afkar dengan ekspresi datar dan menggeleng. "Nggak perlu."Ada sedikit kebencian yang terlihat pada matanya. Jelas sekali, dia merasa terganggu dengan pendekatan Afkar yang menurutnya canggung dan tidak tepat."Siapa namamu? Aku dengar kamu dari Tibes? Dari sekte mana?" Afkar tetap tenang, bahkan bertanya tanpa merasa malu."Aku nggak bisa memberitahumu," sahut Meara dengan dingin sambil mengernyit.Di saat yang sama, Adam muncul dengan beberapa anggota Tim Drago. Mereka menghampiri dengan wajah suram."Hei, Afkar! Kamu ngapain?" tanya Adam dengan ketus sambil menepuk bahu Afkar. Dalam pikirannya, dia merasa kesal karena ada orang yang mencoba mendekati Rubah Tibes.Para anggota lainnya menatap Afkar dengan tatapan mencela, seolah-olah dia adalah pria mesum."Kita ini rekan satu tim, masa nggak boleh ngobrol sedikit? Aku dengar wanita cantik ini juga staf ek
Meara memasuki Tim Drago dengan cara seperti itu. Sebagai bagian dari sebuah sekte rahasia di Tibes bernama Sekte Gajia, dia menguasai metode kultivasi yang khusus.Meskipun dalam tugas militer, dia tidak pernah melupakan latihannya di waktu senggang. Saat ini, di tengah pegunungan yang dipenuhi energi spiritual, dia duduk bersila untuk bermeditasi.Rambut hitam panjangnya tergerai lembut, menambah aura elegan dari dirinya. Wajahnya yang memesona dan fitur wajah yang sempurna membuat siapa pun yang melihatnya terpukau.Namun, detik berikutnya, alisnya kembali berkerut. Matanya yang dingin melirik ke arah tertentu."Kamu ini nggak ada habisnya ya?" Meara berdiri, memandang Afkar yang mengejarnya dengan ekspresi dingin. Dia menganggap Afkar sebagai pria mesum yang punya niat buruk terhadapnya.Namun, kali ini wajah Afkar tidak lagi dihiasi senyuman seperti saat menggodanya sebelumnya. Tatapannya justru tegang dan dingin, terus tertuju pada Meara.Tanpa sepatah kata, Afkar mendekatinya da
Meara bisa melihat perubahan drastis pada Afkar. Dari yang sebelumnya terlihat mesum menjadi sosok yang penuh dengan amarah dan bahaya.Dengan alis berkerut, Meara bertanya dengan dingin, "Kenapa kamu menggila? Aku nggak punya kewajiban untuk memberitahumu."Saat berikutnya, Afkar melangkah maju dengan hentakan keras dan langsung menyerangnya.Meara terkejut dan segera menjulurkan tangan untuk menyerang dada Afkar. Kekuatan tingkat revolusi tahap awal sontak meledak, menimbulkan suara mendesing yang memecah udara.Namun, Afkar hanya menunjukkan tatapan penuh penghinaan. Dengan satu tamparan tegas, dia menangkis serangan Meara dan langsung menjangkau lehernya. Dalam sekejap, dia mengangkat tubuh Meara dengan satu tangan."Dari mana kamu mendapatkan liontin ini? Katakan, atau aku akan membuatmu merasakan penderitaan yang tak terbayangkan!" tanya Afkar dengan suara yang penuh ancaman.Wajah Meara memerah karena sulit bernapas. Ketakutan dan keterkejutan tecermin di matanya.Meara adalah a
Afkar mencengkeram bahu Meara dengan kuat. "Pemakaman langit? Kenapa harus pemakaman langit? Kenapa? Apa hak kalian untuk mengurus jasad mereka? Hah?"Pemakaman langit? Berarti jasad kedua orang tuanya tak lagi bersisa!Meara menatap Afkar yang kini seperti kehilangan akal sehat, merasa jantungnya berdetak kencang. Dia benar-benar khawatir pria ini akan membunuhnya karena marah."Dalam tradisi kami, pemakaman langit adalah bentuk penghormatan tertinggi untuk orang yang telah meninggal! Itu melambangkan jiwa yang tak pernah mati dan siklus reinkarnasi! Guruku cuma berniat baik!"Afkar menatap Meara dengan tatapan tajam. Entah berapa lama kemudian, dia akhirnya melepaskan Meara.Bruk! Tubuh Afkar terhuyung, lalu jatuh berlutut ke tanah seperti kehabisan tenaga. Orang tuanya ... meninggal? Bagaimana mungkin? Bagaimana mereka bisa meninggal?Selama bertahun-tahun, Afkar selalu memiliki secercah harapan di dalam hatinya, meskipun tahu harapan itu sangat tipis. Namun, setelah mendengar kabar
"Terima kasih untukmu dan gurumu yang sudah mencoba menyelamatkan mereka waktu itu. Aku minta maaf atas tindakanku tadi." Suara Afkar terdengar sangat berat. Selesai mengatakan itu, dia meninggalkan lembah tanpa menoleh lagi."Fiuh ...." Meara menghela napas lega melihat kepergian Afkar. Setelah ragu sejenak, dia memilih untuk menjaga jarak, tetapi tetap mengikuti Afkar dari kejauhan. Mereka kembali ke perkemahan sementara.Saat ini, Meara merasa bersyukur pria itu tidak sepenuhnya kehilangan kendali dan membunuhnya. Ketika melihat Afkar mengenakan liontin itu di lehernya, dia pun tidak berani memintanya kembali.Sepertinya, pasangan itu sangat penting bagi Afkar. Mungkin saja, mereka adalah keluarga dekatnya. Namun, Meara tahu ini bukan saat yang tepat untuk bertanya. Dia tidak boleh memancing emosi Afkar sekarang.Sayangnya, tidak semua orang memiliki pemahaman yang sama. Ketika Afkar kembali dengan wajah dingin dan suram, tiba-tiba terdengar ejekan dari salah satu anggota Tim Drago.
Sekelompok prajurit berbaju hitam muncul dari segala arah! Mereka memegang pedang di satu tangan dan perisai anti-peluru di tangan lainnya. Dengan formasi yang terlatih, mereka mengepung perkemahan, perlahan-lahan mempersempit lingkaran dengan aura mengancam.Dalam sekejap, seluruh area dipenuhi niat membunuh!"Ada musuh! Siapkan diri untuk bertempur!""Jaga Adry! Jangan sampai dia hilang!" teriak Adam dengan wajah yang berubah drastis, suaranya penuh kepanikan.Tap, tap, tap .... Tidak dapat disangkal, Tim Drago memiliki kemampuan bertempur yang luar biasa. Mereka bereaksi dengan sangat cepat. Suara tembakan mulai terdengar, menghujani musuh yang mendekat!Di sisi lain, pasukan garnisun, termasuk Marcel, juga segera mengambil posisi tempur. Kedua belah pihak tidak berbasa-basi, sebuah pertempuran sengit langsung pecah!Sementara itu, Afkar sudah terlebih dahulu menerjang ke arah beberapa prajurit berbaju hitam. Matanya yang merah dipenuhi dengan campuran emosi yang liar, kemarahan, ke
Sepertinya, hasil penelitian terbaru dari Institut Riset Kota Nubes sangat luar biasa. Setelah Tiano dan Nobu, kali ini sekelompok ahli dari Negara Sakura kembali muncul dalam perjalanan pengawalan. Mereka ingin melancarkan serangan mendadak untuk menggagalkan pengawalan.Pertempuran sengit segera pecah di pegunungan. Suara tembakan, teriakan, jeritan kesakitan menggema tanpa henti!Tim Drago dan para prajurit area garnisun bertarung mati-matian melawan para penyusup ini. Di sisi lain, Afkar bertarung sendirian.Afkar seperti binatang buas yang akhirnya keluar dari sangkarnya setelah dikurung begitu lama. Dia sudah tidak sabar untuk membantai seluruh musuh!Dengan mengandalkan diri sendiri, Afkar telah menghabisi beberapa petarung. Kemudian, dia menyerbu ke kerumunan yang membawa pedang dan perisai."Dasar bodoh! Cepat bunuh dia!" Para petarung itu sempat terpaku melihat Afkar yang menerjang ke arah mereka sendiri. Namun, detik berikutnya raut wajah mereka berubah menjadi kejam dan dip
Duar! Suara ledakan besar menggema, membuat tanah di bawah kaki semua orang seolah-olah berguncang hebat. Para prajurit berbaju hitam yang mengepung Afkar tiba-tiba terlempar ke udara secara bersamaan!Tubuh mereka meledak dan hancur di udara. Kabut darah memenuhi ruang dan potongan tubuh beterbangan ke segala arah. Di sekitar tempat Afkar berdiri, tanah hancur membentuk retakan besar seperti jaring laba-laba.Ini tidak seperti sebelumnya saat Afkar menghadapi para ahli Keluarga Safira. Kali ini, Afkar tidak menahan diri sedikit pun. Dia membiarkan kekuatannya meledak sepenuhnya.Dengan satu tendangan, Afkar langsung menghabisi lebih dari seratus samurai berbaju hitam! Hanya dalam sekejap, area di sekitar Afkar menjadi kosong melompong. Dia seperti harimau yang menerjang kawanan domba.Pemandangan ini membuat semua orang, baik kawan maupun lawan, tertegun dalam keterkejutan luar biasa.Detik berikutnya, semangat pasukan Afkar langsung melonjak. Para prajurit merasa darah mereka mendidi
"Ya sudah, jangan nangis lagi. Papa akan masuk dan melihatnya. Papa nggak akan membiarkan Paman Mateo meninggal."Afkar menghapus air mata Shafa, lalu segera memasuki ruang gawat darurat. Felicia mengikuti di belakangnya.Saat itu, dokter yang baru saja keluar dari ruangan hanya bisa menggeleng mendengar perkataan Afkar. Mereka mengira Afkar hanya berusaha menenangkan anaknya."Kalau pasien masih bisa selamat dalam kondisi ini, berarti dia seorang dewa! Kami saja nggak bisa menyelamatkannya, apa yang bisa dia lakukan?" Kepala dokter itu mencibir, merasa tidak senang dengan pernyataan Afkar.....Di dalam ruang gawat darurat, Mateo terbaring di sana. Darah masih mengalir perlahan dari mulut dan hidungnya.Beberapa alat medis dan tabung telah dilepas, hanya selembar kain putih yang menutupi tubuhnya. Jelas, pihak rumah sakit telah menyerah untuk menyelamatkannya dan langkah berikutnya adalah mengurus jenazahnya.Namun, seolah-olah merasakan sesuatu atau mungkin itu adalah momen terakhirn
Beberapa SUV melaju di jalan menuju ibu kota provinsi dari Kota Nubes. Di salah satu mobil, Noah memegang wajahnya dengan ekspresi dipenuhi keengganan dan kebencian. Matanya tampak tajam dan menyeramkan."Dasar pria tua bangka! Kamu tega memukulku demi orang luar!" Noah menggeram dengan penuh kebencian.Kemudian, dia menatap tajam ke arah David yang duduk di sebelahnya sambil berkata dengan galak, "Kamu keluar dari mobil!"David terkejut dan bertanya dengan takut, "Pak ... ada apa?""Aku ingin kamu tetap tinggal di Kota Nubes. Manfaatkan mantan istri Afkar untuk memisahkan dia dari Felicia!" Tatapan Noah berkilat tajam.Mendengar ini, ekspresi David tampak cemas dan takut. "Tapi ... Afkar akan membunuhku kalau aku melakukan itu.""Diam! Aku nggak menyuruhmu bertarung dengannya! Kalau kamu menolak, akan kubunuh kamu sekarang juga! Jangan pikir Afkar akan mengampunimu meskipun kamu nggak membantuku!" maki Noah sambil mencengkeram rambut David.Dengan tubuh gemetaran, David akhirnya menga
Dengan wajah penuh rasa malu dan bersalah, Heru memohon dengan tulus, "Aku sudah menyuruhnya pergi. Aku tahu kalau kalian bertemu, kamu pasti akan membunuhnya! Tapi, dia cucuku!""Pak, aku sudah menghukumnya dengan keras dan Keluarga Sanjaya akan memberi kompensasi besar sebagai permintaan maaf. Karena Bu Felicia dan putrimu nggak terluka, apa kamu bisa mengampuni Noah demi aku? Aku rela kehilangan martabatku!"Karen menggigit bibirnya dan berkata kepada Afkar dengan suara lembut, "Afkar, kujamin Kak Noah nggak akan melakukannya lagi! Demi hubungan kita, apa kamu bisa mengampuni nyawanya? Kakek sebenarnya berniat ...."Karen memberi tahu rencana Heru kepada Afkar, "Kak Noah sebenarnya impoten, makanya mentalnya agak bermasalah. Dia sebenarnya agak kasihan! Dia pasti khilaf. Apa kamu ... bisa mengampuninya?"Mendengar ini, senyuman dingin muncul di wajah Afkar. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Dia kasihan? Lalu, gimana dengan korbannya? Bukankah mereka lebih kasihan? Penyakit bukan a
Saat melihat Noah diusir oleh kakeknya sendiri, Felicia awalnya terkejut. Namun, dia segera merasa bangga! Dia merasa bangga karena suaminya! Meskipun Afkar tidak datang, dia tetap melindungi Felicia dari kejauhan!Felicia tidak menyangka bahwa kakek dan adik Noah datang karena Afkar. Mereka memarahi Noah habis-habisan dan langsung menyuruhnya pergi sejauh mungkin.Di sisi lain, Afkar membawa Shafa mengendarai mobil menuju lokasi. Setelah menggeledah seluruh tempat, dia tidak menemukan jejak Noah. Wajahnya langsung berubah menjadi suram.Afkar tahu bahwa dirinya terlambat, Noah sudah memindahkan semua. Saat membayangkan Felicia berada di tangan orang sekejam Noah, Afkar merasa sangat khawatir.Jika Felicia terluka, Afkar tidak akan pernah memaafkan diri sendiri, bahkan Noah harus dihancurkan hingga berkeping-keping! Seluruh Keluarga Sanjaya harus binasa!Namun, tiba-tiba tiga sosok muncul di depannya. Heru dan Karen ternyata datang bersama Felicia!"Afkar ...." Felicia melihat Afkar ya
Hanya saja, wajah Heru yang telah pulih sepenuhnya ini membuat Noah tercengang!Sebelumnya di telepon, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti telah menyembuhkan wajahnya yang hancur. Namun, Noah sama sekali tidak menyangka hasilnya bisa sedahsyat ini!Saat itu juga, Noah semakin tidak sabar untuk bertemu dengan dokter sakti itu!"Kakek, para anak buah mungkin nggak mengenalimu dan Karen. Kenapa kamu nggak mengabariku saja? Aku bisa turun untuk menyambut kalian! Untuk apa berkelahi dengan mereka?"Noah mengira anak buahnya telah menghalangi kakeknya dan Karen masuk, sehingga keduanya terpaksa menerobos.Noah tersenyum, lalu melirik ke belakang Heru. "Kakek, di mana dokter sakti yang kamu sebutkan itu?"Plak! Begitu Noah selesai bicara, Heru langsung melayangkan sebuah tamparan keras ke wajahnya!Tubuh Noah sampai berputar satu kali akibat tamparan itu. Separuh wajahnya sontak bengkak. Dia pun menatap kakeknya dengan kaget dan bingung."Kakek, kenapa kamu menamparku?"Wajah Her
Sebelumnya, Heru pernah memberi tahu Noah bahwa dokter sakti yang akan mengobatinya bukan hanya memiliki keahlian medis yang luar biasa, tetapi juga memiliki kemampuan bela diri yang hebat.Tadi saat bertelepon, Heru menyebutkan kehebatan dokter sakti itu lagi. Hal ini langsung membuat Noah kembali melihat secercah harapan untuk menghabisi Afkar!Mampu mengalahkan empat grandmaster? Orang sehebat itu pasti bisa membunuh Afkar dengan mudah!Itu sebabnya, Noah kembali bertindak tanpa rasa takut! Bahkan, dia berencana untuk menunggu kakeknya membawa dokter sakti itu kemari, lalu menyuruh Afkar kemari dan membunuhnya di tempat.Melihat tingkah Noah yang gila dan penuh kepuasan diri, Felicia merasa cemas dan bingung. Apa? Noah bisa menemukan ahli sehebat itu?"Noah, kamu benar-benar gila! Kalau kamu berani melukai Afkar, aku bersumpah nggak akan melepaskanmu meskipun aku menjadi roh!" pekik Felicia dengan penuh kebencian sambil menggertakkan giginya."Hahaha. Setelah pria itu mati, kamu aka
Noah baru saja menyuruh orang membawa Felicia ke kamar tidur saat menerima telepon dari Heru."Kakek, kenapa meneleponku di jam segini?" tanya Noah dengan bingung setelah menenangkan diri."Kamu di mana sekarang? Sudah sampai di Kota Nubes? Aku akan bawa Dokter Sakti ke tempatmu." Nada bicara Heru terdengar setenang mungkin. Dia mencoba menyembunyikan kegelisahannya."Hah? Sekarang sudah hampir jam 4 subuh. Kenapa malah datang jam segini?" Noah kaget sejenak, merasa curiga."Kamu ini nggak tahu apa-apa. Dokter Sakti bilang masalahmu ini butuh keseimbangan energi yin dan yang! Makanya, harus diobati tepat saat matahari terbit, saat siang dan malam berganti!""Kalau nggak datang sekarang, mau kapan lagi? Kamu sudah sampai di Kota Nubes atau belum? Kalau belum, cepat berangkat sekarang, mungkin masih sempat! Kalau nggak, harus menunggu sehari lagi!"Suara Heru terdengar tegas dan yakin. Alasan yang dibuatnya terdengar sangat masuk akal hingga Noah tidak curiga sedikit pun. Dia hanya meras
Mendengar kata-kata itu, ekspresi Afkar langsung berubah drastis!Felicia! Felicia juga jatuh ke tangan Noah?"Dasar bajingan! Apa yang mau kamu lakukan pada Felicia? Kuperingatkan kamu, kalau kamu berani menyentuhnya, aku akan membunuhmu!"Dari sisi lain telepon, Noah meledak dalam tawa gila yang mengerikan. Kekurangan fisik yang dia alami sejak kecil telah membuat pikirannya kacau. Bahkan setelah menyaksikan kekuatan Afkar yang luar biasa, rasa takutnya justru berubah menjadi hasrat balas dendam yang semakin kuat."Hahaha ... Oh, ya? Kalau begitu, datang dan bunuh aku! Ayo!""Di mana kamu? Katakan!" Afkar menggertakkan giginya, penuh amarah."Apa mungkin aku kasih tahu kamu? Cari aku kalau bisa! Pastikan kamu menemukanku sebelum aku selesai bermain-main sama Felicia! Hahaha ...."Noah tertawa penuh kegilaan sebelum langsung menutup telepon! Ekspresi wajah Afkar terus berubah, menahan emosi yang semakin memuncak.Namun detik berikutnya, matanya yang tajam langsung menatap salah satu a
"Dasar bodoh, jimat ini adalah barang yang kamu jual sendiri!""Kamu nggak pernah menyangka, bukan? Jimat ini bisa memancarkan kekuatan grandmaster sejati! Kamu akan mati oleh barang yang kamu ciptakan sendiri! Betapa menyedihkannya itu!" Karta tertawa kejam sambil memamerkan jimat di tangannya.Mendengar hal itu, Afkar hanya tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "Dasar bodoh! Menurutmu grandmaster adalah puncak kekuatan, ya?""Diam! Mati kamu!" teriak Karta penuh kemarahan, lalu merobek jimat itu.Zing!Huruf emas di permukaan jimat menyala terang, melepaskan energi besar yang langsung berkumpul menjadi sebuah huruf kuno yang artinya "Hancur".Dengan senyum penuh kebencian, Karta mengarahkan energi itu ke Afkar dan membiarkan huruf bercahaya itu meluncur dengan kecepatan luar biasa ke arahnya."Mati kamu!" Noah berteriak dari layar, matanya bersinar penuh kegembiraan.David memandangi layar dengan wajah penuh harap. "Hancurkan dia! Mati kamu, Afkar!"Namun, beberapa detik kemudian,